PENGARUH GIBERELIN (GA3) DAN NITROGEN
TERHADAP PERTUMBUHAN
PLANLET
NENAS
(Ananas comosus
(L.) Merr
)
KULTIVAR SMOOTH
CAYENNE HASIL KULTUR JARINGAN
MAR’AH
A24070123
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
MAR’AH. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan
Planlet Nenas (Ananas comosus (L.) Merr) Kultivar Smooth Cayenne Hasil Kultur Jaringan (Dibimbing oleh SOBIR).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh giberelin dan nitrogen
terhadap pertumbuhan planlet nenas kultivar Smooth Cayenne hasil kultur
jaringan yang dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Pasir Kuda Pusat
Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB pada Bulan Februari sampai Juni 2011.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT), dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah giberelin dengan tiga
taraf konsentrasi yaitu 0, 12.5, 50 ppm. Faktor kedua adalah nitrogen dengan tiga
taraf konsentrasi yaitu 0, 10, 20 g/L. Sumber tanaman yang digunakan adalah
planlet nenas hasil kultur jaringan umur 2 bulan aklimatisasi dan didasarkan pada
tinggi planlet. Ukuran kecil (tinggi planlet ≤ 7 cm), ukuran sedang (tinggi 7 – 14
cm) dan ukuran besar (tinggi planlet ≥ 14 cm).
Penanaman dilakukan di bak tanam ukuran 8.5 m x 1 m dengan media
tanam arang sekam menggunakan jarak tanam 5 cm x 5 cm dan kedalaman kurang
lebih 5 cm. Aplikasi giberelin dan nitrogen dilakukan pukul 19.30 WIB dengan
menggunakan sistem kocor yaitu 5 ml per planlet.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan giberelin 50 ppm dapat
meningkatkan pertumbuhan tinggi planlet dan lebar daun terbesar sedangkan
giberelin 12.5 ppm meningkatkan panjang daun dan diameter tajuk. Konsentrasi
giberelin 12.5 ppm dan 50 ppm dapat mempercepat pertumbuhan jumlah daun.
Perlakuan nitrogen 20 g/L dapat mempercepat pertumbuhan tinggi planlet,
panjang daun dan diameter tajuk planlet, sedangkan nitrogen 10 g/L dapat
meningkatkan lebar daun dan jumlah daun. Interaksi antara perlakuan giberelin
dan nitrogen hanya berpengaruh pada lebar daun dan jumlah daun saat 4 MST.
Dari penelitian ini disimpulkan pemberian nitrogen 10 g/L, tinggi planlet
dapat mencapai 30 cm di fase pembibitan pada berbagai ukuran berdasarkan
The aim of this research is to study the effects of giberellin and nitrogen treatments on the growth of the Smooth Cayenne cultivar pineapple plantlets. This research was conducted in the greenhouse facility of Center for Tropical Fruit Studies (CETROFS) located on Pasirkuda, Bogor on February to Juni 2011. The research used the Randomized Complete Block Design with two factors and three replications. The first factor is giberellin treatments with three levels of concentration, which are 0, 12.5, and 50 ppm. The second factor is nitrogen tratments with three levels of concentration, which are 0, 10, dan 20 g/L. The results showed that giberellin treatments only effects the leaf length and the plantlet diameter on 19 weeks after treatment, and also the leaf width and the number of leaves on 8, 10, 12, 19 weeks after treatment. The treatment of giberellin with the concentration of 50 ppm gives the highest results for the variables of plantlet heights and leaf width, whereas the treatment of giberellin with the concentration of 12.5 ppm increased the leaf length and the plantlet diameter. The treatments with 12.5 and 50 ppm giberellin accelerated the number of leaf growth. Nitrogen treatments affect all of the observed variables (plantlet heights, leaf length, leaf width, plantlet diameter and the number of leaves), but on week 19 after treatments, the treatments
didn’t effect the leaf width and the number of leaves. The treatment of 20 g/L nitrogen
accelerated the growth of the plantlet height, leaf length, and plantlet diameter, whereas the 10 g/L nitrogen treatment increased the leaf width and the number of leaves. The interaction between the giberellin and nitrogen treatments only effected the leaf width and the number of leaves on 4 weeks after treatment.
PENGARUH GIBERELIN (GA3) DAN NITROGEN
TERHADAP PERTUMBUHAN
PLANLET
NENAS
(Ananas comosus
(L) Merr
)
KULTIVAR SMOOTH
CAYENNE HASIL KULTUR JARINGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MAR’AH
A24070123
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : PENGARUH GIBERELIN (GA3) DAN NITROGEN
TERHADAP PERTUMBUHAN
PLANLET
NENAS
(Ananas comosus
(L.) Merr
)
KULTIVAR SMOOTH
CAYENNE HASIL KULTUR JARINGAN
Nama : MAR’AH
NIM : A24070123
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Sobir, MSi NIP: 19640512 198903 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP: 19611101 1987031 003
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Giberelin (GA3) dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas
comosus (L.) Merr) Kultivar Smooth Cayenne Hasil Kultur Jaringan” ini benar
-benar hasil karya yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu
perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik
tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
bertanggungjawab atas pernyataan ini.
Bogor, Oktober 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi
Kabupaten Cirebon Jawa Barat pada tanggal 15 Februari 1989. Penulis merupakan
anak ketiga dari Bapak Sidik Rifa’I dan Ibu Mu’minah.
Pada tahun 2001 penulis lulus dari SDN 1 Prajawinangun Kulon,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di MTs. Salafiyah Syafi
iyah Ciwaringin Cirebon. Pada tahun 2007 penulis lulus dari MAN MODEL
Ciwaringin Cirebon dan melanjutkan studi di Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor (USMI IPB).
Penulis aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah IPB Departemen Pengajaran Al Qur’an. Penulis juga aktif di kelembagaan Tanggap Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB. Penulis
merupakan penerima Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) selama studi.
Penulis juga mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2010 dan
bernotabene sebagai mahasiswa wirausaha berprestasi PMW IPB 2010. Tahun
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah sang maha kuasa yang telah memberi kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa cahaya ilmu kedalam kehidupan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Giberelin (GA3) dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus (L) Merr) Kultivar
Smooth Cayenne Hasil Kultur Jaringan”.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sobir, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran selama
pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Terima kasih juga disampaikan
kepada Dr. Ir. M. R. Suhartanto, MSi dan Dr. Sintho W. Ardie SP, MSi atas
kesediaannya sebagai dosen penguji dan saran yang telah diberikan. Dr. Ir. Anas
D. Susila, MSi selaku pembimbing akademik, Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
IPB dan teknisi kebun yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan
penelitian, Ayahanda Sidik Rifa’I dan Ibunda Mu’minah tercinta atas ketulusan
dan keridhoannya, Kakak (Naswadi S.Pt dan Bani, Amd) dan adik (Saefulani,
Sanudin, dan Subani) yang telah memberikan dukungan tulus, doa, dan selalu
mendukung segala aktivitas penulis, Paman Ahmad Yani dan Tante Dodo atas
bantuannya dan pendidikannya, teman-teman AGH 44 seperjuangan (khususnya
Elfa, Mba Rani, Restiana), kepada semua pihak Yayasan Beasiswa Karya
Salemba Empat (KSE) Pak Hengky, Mas Helmi, Mas Agus yang telah membantu
biaya pendidikan dan Sahabat Wirausaha Greentech EMC (Ilman, Ridhwan,
Wina, Risa dan Ajiz) yang memberikan semangat juang puas sampai tuntas serta
sahabat kosan Assakinah (Dina, Wiwit, Suhana, Gebi, Nenah, Elis, Diah, Ana).
Bogor, Oktober 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GAMBAR ……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ………... ix
PENDAHULUAN ……….. 1
Latar Belakang ……… 1
Tujuan ………. 3
Hipotesis ……….. 3
TINJAUAN PUSTAKA ………. 4
Morfologi Tanaman Nenas ………. 4
Kultivar Smooth Cayenne ………... 5
Perbanyakan Nenas ………. 7
Pertumbuhan Planlet Nenas ……… 7
Giberelin ……….. 9
Nitrogen ……….. 10
BAHAN DAN METODE ………... 11
Tempat dan Waktu ……….. 11
Bahan dan Alat ……… 11
Metode Penelitian ………... 11
Pelaksanaan Penelitian ……… 13
Pengamatan ………. 14
Analisis Data ………... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 15
Hasil ……… 17
Pembahasan ………. 33
KESIMPULAN DAN SARAN ………... 37
Kesimpulan ………. 37
Saran ……… 37
DAFTAR PUSTAKA ………. 38
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Giberelin,
Nitrogen dan Interaksinya terhadap Peubah yang Diamati …...
17
2. Tinggi Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada
12 dan 19 MST ………
24
3. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
12 dan 19 MST ………
26
4. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada
12 dan 19 MST ………
26
5. Lebar Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
12 dan 19 MST ………
29
6. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
12 dan 19 MST ………
30
7. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada
12 dan 19 MST ...
30
8. Jumlah Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
12 dan 19 MST ………...
32
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Nenas Kultivar Smooth Cayenne ……… 6
2. Tahapan Budidaya Nenas melalui Perbanyakan
Kultur Jaringan ………
8
3. Struktur Geberelin (GA3) ……… 9
4. Planlet Nenas di Rumah Kaca PKBT Pasir Kuda ………...…... 15
5. Planlet Busuk akibat Cendawan ………. 16
6. Pertumbuhan Tinggi Planlet pada Konsentrasi Giberelin (Kiri) dan Nitrogen (Kanan) yang Berbeda ………...
19
7. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil
pada berbagai Konsentrasi Nitrogen...
21
8. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada berbagai Konsentrasi Nitrogen …………...……...
22
9. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar
pada berbagai Konsentrasi Nitrogen...
23
10. Pertumbuhan Panjang Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri)
dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda ……….………...
25
11. Pertumbuhan Lebar Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan
Nitrogen (kanan) yang Berbeda...
27
12. Perbandingan Perlakuan Planlet nenas di akhir penelitian ……. 28
13. Pertumbuhan Diameter Tajuk pada Konsentrasi Giberelin (kiri)
dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda...
29
14. Pertumbuhan Jumlah Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda ……….………...
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil pada
berbagai Konsentrasi Nitrogen ………
41
2. Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada
berbagai Konsentrasi Nitrogen ………
41
3. Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar pada berbagai Konsentrasi Nitrogen ………
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nenas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan tanaman buah tropika yang
memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat dunia.
Dalam perdagangan global nenas berada dalam kelompok tiga besar
bersama-sama setelah pisang dan mangga. Indonesia merupakan produsen nenas nomor 8
di dunia, sementara dari sisi ekspor menempati peringkat 3 untuk nenas olahan
dan peringkat 20 untuk nenas segar. Indonesia memiliki potensi untuk
meningkatkan produksi nenas karena kesesuaian agroklimat yang sesuai dan
ketersediaan lahan yang memadai, sehingga dapat memberikan kontribusi pada
devisa.
Dari perolehan devisa, komoditas nenas merupakan penghasil devisa
terbesar pada kelompok komoditas buah-buahan dan olahannya. Nenas juga
memiliki keunggulan baik dari sisi volume maupun nilai ekspornya. Data yang
diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) menunjukkan bahwa nilai
ekspor nenas pada tahun 2008 mencapai US$ 204 juta dari volume 270 ribu ton.
Volume dan nilai ekspor buah nenas naik signifikan dibanding tahun 2007 (US$
71 juta dari volume 110 ribu ton) dan 2006 (US$ 125 juta dari volume 219 ribu
ton).
Data tersebut menunjukkan bahwa komoditas nenas berperan cukup besar
dalam perekonomian nasional. Nilai ekonomi yang tinggi ini tidak terlepas dari
berbagai masalah dalam aspek budidaya nenas. Menurut RUSNAS PKBT (2010)
menyatakan bahwa salah satu masalah utama dalam pengembangan nenas yaitu
penyediaan bibit. Jumlah bibit nenas yang harus disediakan sekitar 50 000 bibit
per hektarnya.
Teknik perbanyakan konvensional yang digunakan saat ini memiliki laju
multiplikasi yang rendah, sehingga tidak dapat memenuhi penyediaan bibit untuk
pengembangan kebun baru. Sumber perbanyakan nenas berasal dari organ
daun, potongan batang dan planlet kultur jaringan (PKBT, 2008). Penggunaan
perbanyakan dalam organ yang berbeda menghasilkan tanaman dengan lama umur
produksi yang berbeda pula. Bibit yang berasal dari mahkota buah dapat dipanen
pada umur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah
umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Jenis nenas
Smooth Cayenne menghasilkan tunas anakan hanya 2-3 anakan sehingga jika
dilakukan pengembangan kebun baru tidak dapat memenuhi jumlah bibit yang
diperlukan. Mengingat lamanya waktu perolehan bibit dan pengembangan kebun
baru yang memiliki luas puluhan hektar maka perlu dilakukan teknik perbanyakan
nenas dalam waktu yang sangat singkat. Salah satunya dengan teknik perbanyakan
kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan alternatif perbanyakan bibit nenas yang
diharapkan dalam waktu singkat diperoleh bibit yang lebih banyak, seragam
pertumbuhannya dan bebas penyakit serta mudah dalam pengangkutan.
Perbanyakan kultur jaringan masih memiliki kekurangan yaitu lamanya waktu
planlet untuk di tanam di lapang yaitu sekitar 6 sampai 8 bulan, hal ini disebabkan
oleh kecilnya mutu fisik planlet hasil kultur jaringan. Salah satu tahap
perbanyakan nenas dengan kultur jaringan adalah pembesaran planlet. Tahap
pembesaran planlet ini perlu mendapat perhatian agar menghasilkan bibit nenas
yang siap tanam di lapang dan memiliki mutu fisik yang sesuai. Salah satu solusi
untuk menghasilkan mutu fisik yang baik yaitu adanya pemberian hormon
pengatur tumbuh. Pemberian hormon giberelin pada tahap pembesaran planlet
merupakan salah satu solusi untuk mempercepat pencapaian standar mutu fisik
planlet nenas hasil kutur jaringan.
Annisah (2009) menyatakan bahwa hormon giberelin (GA3) dikenal dapat
memberi pengaruh dalam stimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel, atau
keduanya. Penambahan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan
giberelin di tanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel dan ukuran sel
yang bersama-sama dengan hasil fotosintat dapat meningkat di awal penanaman
dan akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman.
Pertumbuhan planlet dapat ditunjang dengan pemberian pupuk nitrogen
yang sangat penting untuk hampir semua pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali
tanaman nenas. Nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein
(Lindawati et al., 2000). Pemberian zat pengatur tumbuh giberelin dan nitrogen
pada tahap pembesaran planlet merupakan salah satu cara mempercepat
pertumbuhan vegetatif planlet hasil perbanyakan kultur jaringan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan giberelin
(GA3) dan nitrogen serta interaksinya terhadap pertumbuhan planlet nenas
(Ananas comosus (L.) Merr) kultivar Smooth Cayenne hasil kultur jaringan.
Hipotesis
Perlakuan giberelin (GA3), nitrogen dan interaksinya berpengaruh terhadap
pertumbuhan planlet nenas (Ananas comosus (L.) Merr) kultivar Smooth Cayenne
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)
Nenas (Ananas comosus (L.)Merr) berasal dari Brazilia Tengah dan
Selatan, Argentina Utara, serta Paraguay. Pada saat ini nenas telah tersebar ke
beberapa daerah tropis seperti Hawaii, Farmosa, Trinidad dan termasuk Indonesia.
Nenas juga dibudidayakan di daerah subtropis antara 30o LU dan 30o LS (Nakasone dan Paull, 1998). Nenas termasuk ke dalam kingdom plantae,
sub-kingdom spermatophyta, kelas angiospermae, sub-kelas monocotiledonae, ordo
farinosae, family bromeliaceae dan genus Ananas (Collins, 1968).
Tanaman nenas adalah tanaman herba tahunan atau dua tahunan, tingginya
mencapai 50-100 cm. Daunnya berbentuk pedang mencapai 1 m atau lebih,
lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian
pangkalnya memiliki poros utama (Wee dan Thongtham, 1997). Pada tanaman
nenas dewasa panjang batang dapat mencapai 25 – 50 cm dan lebarnya 2 - 5 cm
pada bagian dasar dan 5-8 cm pada bagian atas. Jumlah daun bervariasi antar
kultivar tetapi pada umumnya sekitar 40 -80 daun (Geo Coppens d’Eeckenbrugge
dan Freddy Leal, 2003). Akar nenas dibedakan menjadi akar primer dan akar
samping. Akar primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar
samping. Akar-akar yang melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar
serabut (monocotyledonae). Akar mampu menyebar secara lateral sampai 1-2 m
dan kedalaman sampai 0.85 m di bawah kondisi ideal (Geo Coppens d’Eeckenbrugge dan Freddy Leal, 2003).
Bunga nenas merupakan bunga hermafrodit dengan posisi kepala putik lebih
tinggi dibanding benang sari. Bunga nenas tersusun dalam suatu rangkaian yang
jumlahnya berkisar 100-200 bunga. Bunga mekar dimulai dari bunga yang
letaknya di bawah. Lama mekar setiap kuntum bunga berkisar 1-2 hari dan jumlah
bunga yang mekar setiap hari sekitar 3-10 bunga. Tanaman nenas berbunga pada
Umur mulai berbunga bervariasi antarkultivar, biasanya Smooth Cayenne
berbunga 10-15 hari lebih lambat daripada Red Spanish, Queen, dan Perolera.
Kualitas optimal buah diperoleh dengan kombinasi suhu ideal (22 sampai
26°C) dan kelembaban tinggi, sehingga menghasilkan (1.5-1.8 kg) besar, buah
yang manis (> 14 Brix) dan juicy, rendah kandungan asam (> pH = 3) (Gutierrez,
2002). Menurut Malezieux et al., (2003) laju pertumbuhan tanaman nenas akan
menurun pada suhu di bawah 15oC atau di atas 32 oC. Biji dapat dipanen setelah buah masak yaitu 5-6 bulan setelah penyerbukan. Jumlah biji yang dihasilkan
paling banyak 12 biji per bunga atau mata, bergantung pada varietas yang
digunakan. Warna biji beragam, yaitu krem, coklat atau coklat tua (Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).
Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh
baik pada tanah alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah asam cocok untuk
pertanaman nenas. Pada pH 4.5-5.5 soil born disease dapat dikurangi. Tanah liat
yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak kondusif bagi pertanaman
nenas (Evans et al., 2002). Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan
pertumbuhan nenas yang optimal adalah 1000-1500 mm/th atau 83.33-125
mm/bln atau 2.78-4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998).
Kultivar Smooth Cayenne
Kultivar Smooth Cayenne merupakan jenis nenas yang telah terkenal di
dunia. Pada banyak negara kultivar Smooth Cayenne merupakan kultivar utama
yang ditanam dalam skala luas. Sebanyak 70% produksi nenas dunia hasil dari budidaya nenas “Smooth Cayenne” dan 90% diperdagangkan secara internasional (Coppens and Duval, 1991). Klon Cayenne banyak ditanam di Filipina, Thailand,
Hawaii, Kenya, Meksiko, dan Taiwan (Samson, 1980).
Menurut Samson dalam Nursandi (2006) nenas Smooth Cayenne
merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan, tinggi tanaman berkisar 1 m
lebar 1.5, berdaun panjang (100 cm x 6.5 cm), ujung daun sedikit berduri, jarak
dengan berat antara 1.5 – 2.5 kg. Pada waktu matang, buah berwarna hijau
berubah kuning dari dasar buah ke pucuk dengan gradien jatuh tempo yang lama.
Daging buah pucat kuning, lembut dan juice dengan variasi yang cukup besar
dalam gula (dari 13 sampai 19°Brix). Tingkat keasaman buah tergantung pada
kondisi lingkungan terutama hujan dan temperatur serta rendahnya kandungan
asam askorbat. Meskipun kadar gula yang tinggi pada nenas Smooth Cayenne
tetapi juga memiliki kadar asam yang tinggi juga, hal ini sebagian konsumen
tropis menilai bahwa cita rasa nenas sebagai buah asam. Kandungan jus dalam
nenas Smooth Cayenne memiliki kualitas yang kurang baik hal ini dikarenakan
memiliki warna yang jelek, kadar gula tinggi tetapi keruh. Siklus produksi nenas
Smooth Cayenne lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya dan sensitif
terhadap iklim yang dingin (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski,
2003).
Gambar 1. Nenas Kultivar Smooth Cayenne
(Sumber: http://www.cefe.cnrs.fr/ibc/pdf/coppens/fruitsfromamerica/ image/scarlett.jpg).
Populasi nenas Smooth Cayenne memiliki populasi yang lebih sedikit
dibandingkan pada umumnya yaitu 20.000 - 40.000 tanaman/ha, hal ini
disebabkan ukuran tanaman nenas Smooth Cayenne lebih besar dibanding Queen
sehingga jarak tanam juga semakin lebar (Naibaho at el., 2007). Nenas Smooth
Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah, tungau, thrips,
Perbanyakan Nenas
Perbanyakan nenas dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif maupun
perbanyakan generatif. Perbanyakan generatif jarang dilakukan karena
memerlukan waktu yang lama dan tidak mudah dalam penyediaan benih nenas.
Pusat Kajian Buah Tropika (2008) menyatakan bahwa perbanyakan tanaman
nenas secara umum dilakukan secara vegetatif yaitu menggunakan tunas akar,
tunas batang, tunas tangkai buah, tunas dasar buah, mahkota buah, dan stek batang
serta dapat dilakukan melalui kultur jaringan.
Wee dan Thongtham (1997) membagi bahan tanam nenas menjadi tiga
yaitu mahkota buah, tunas batang (slip, hapas, shoot) dan tunas ketiak daun
(sucker). Dari ketiga bagian tersebut yang paling sering digunakan sebagai bahan
perbanyakan adalah tunas batang sedangkan mahkota jarang digunakan karena
ukurannya tidak seragam. Kultivar Smooth Cayenne menghasilkan tunas batang
sedikit yaitu kurang dari tiga sehingga untuk perbanyakan lebih sering digunakan
tunas ketiak daun (Nakasone dan Paull, 1999).
Menurut IPTEKnet (2005) persyaratan bibit yang digunakan adalah bibit
yang mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama
dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif
seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang dan
tunas batang.
Pertumbuhan Planlet Nenas
PKBT (2008) menyatakan tahap-tahap perbanyakan bibit nenas dengan
kultur jaringan yaitu pemilihan pohon induk, persiapan bahan perbanyakan,
inisiasi, multiplikasi, aklimatisasi, pembesaran di nursery atau pembibitan, dan
1 2
4 3
Gambar 2. Tahapan Budidaya Nenas melalui Perbanyakan Kultur Jaringan. (1) Multiplikasi Nenas, (2) Aklimatisasi Nenas, (3) Pembesaran Bibit/Nursery, (4) Penanaman Nenas di Lapang. Sumber: PKBT IPB.
Marlina dan Rusnandi (2007) menyatakan bahwa perlakuan media arang
sekam memperlihatkan pertambahan tinggi tanaman terbesar dan kombinasi arang
sekam dan arang mentah memperlihatkan pertambahan tinggi tanaman terkecil.
Jumlah daun terbanyak diperoleh pada media arang sekam, sedangkan jumlah
daun terendah pada kombinasi sekam mentah dan arang sekam. Hal ini
dikarenakan arang sekam mempunyai sifat ringan (berat jenis 0,2 kg/l), banyak
pori-porinya, kapasitas menahan air tinggi, dan berwarna hitam sehingga dapat
menyerap sinar matahari dengan efektif dan mampu menyerap air serta unsur hara
Giberelin
Giberelin merupakan senyawa kimia yang mempunyai struktur
ent-gibberellane. Davies (1995) menyatakan bahwa GA3 merupakan golongan
hormon tanaman yang mempunyai efek terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur Giberelin (GA3) Sumber: http://www.google.co.id/
Pengaruh giberelin terhadap pertambahan tinggi tanaman sangat erat
kaitannya dengan fungsi giberelin yang dapat memperpanjang batang. Giberelin
memacu pemanjangan batang karena hormon ini merangsang pemanjangan sel
yang menyebabkan pertumbuhan batang pesat. Giberelin juga memacu
pertumbuhan sel, hingga dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang
mengakibatkan pemanjangan batang dan perkembangan daun-daun muda
(wattimena, 1992).
Andriana (2005) menyatakan bahwa pemberian giberelin 20 ppm dapat
menghasilkan panjang batang semu dan panjang pelepah terpanjang sedangkan
pertambahan tinggi terbesar, jumlah akar terbanyak, daun terlebar dan akar
terpanjang dihasilkan oleh giberelin 0 ppm. Interaksi antara jenis tunas tinggi dan
giberelin 20 ppm menghasilkan pertambahan tinggi tanaman dan panjang batang
Nitrogen
Menurut Priddy (2010) nitrogen merupakan nutrisi yang sangat penting
untuk hampir semua pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali tanaman nenas.
Pupuk mengandung 6 sampai 10 % nitrogen adalah penting untuk pertumbuhan
nenas. Nitrogen yang mengandung pupuk harus diberikan setiap 8 minggu untuk
menghasilkan produksi yang optimal, formula yang lambat terlepas adalah yang
paling baik.
Lindawati et al. (2000) menyatakan pupuk nitrogen merupakan pupuk
yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun
dari semua senyawa protein. Nitrogen dalam tanaman berperan pada pertumbuhan
vegetatif, sintesis asam amino saat pembentukan protein.
Nenas memerlukan nitrogen dan kalium dalam jumlah besar dibandingkan
unsur hara yang lain. Tanaman dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang
tinggi dan dapat menghasilkan hasil yang baik jika pasokan N dapat tercukupi.
Kekurangan N dapat mengakibatkan ukuran daun dan jumlah daun berkurang
serta buah dan berat mahkota menurun (Nightingale, 1942)
Safuan (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi nenas. Pemberian pupuk nitrogen
juga dapat meningkatkan kadar dan serapan hara N dan K, tetapi menurunkan
kadar dan serapan hara P tanaman nenas. Pada tanah inceptisol yang mempunyai
kadar hara N sebesar 0.14% dibutuhkan pemupukan nitrogen dengan dosis 578 kg
N ha-1 atau sekitar 9 g per tanaman.
Bhugaloo (1998) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan rata-rata
panjang daun, ukuran buah, berat buah, rasio mahkota, penurunan persentase
penyakit busuk buah apabila diberikan pupuk nitrogen dari 0-420 kg N/ha.
Pemberian pupuk nitrogen yang berlebih akan menyebabkab penurunan pada
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
IPB Pasir Kuda, Bogor dengan suhu harian berkisar 22.7-31.7°C. Penelitian
dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Juni 2011.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet nenas yang sudah di
aklimatisasi selama 2 bulan, dikelompokkan berdasarkan ukuran tinggi planlet,
yaitu tinggi planlet sebagai ulangan tiga (Ukuran besar), tinggi antara 7
– 14 cm sebagai ulangan dua (Ukuran sedang), dan tinggi sebagai ulangan
satu (Ukuran kecil). Bahan yang digunakan yaitu gibberellic acid 20% w/w,
fungisida berbahan aktif mankozeb 80% v/v, nematisida berbahan aktif
karbofuran 3% w/w, urea, dan arang sekam.
Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Alat yang digunakan
meliputi hand sprayer 2 L, timbangan analitik, gelas ukur 2 L, meteran, alat tulis,
kamera, dan alat-alat pertanian umum.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah giberelin dengan 3 taraf konsentrasi
yaitu : 0 ppm (GA1), 12.5 ppm (GA2) dan 50 ppm (GA3). Faktor kedua adalah
nitrogen dengan 3 taraf konsentrasi yaitu: 0 g/l (NI1), 10 g/l (NI2), dan 20 g/l
0, 25, dan 50 ppm serta nitrogen 0, 25, 40 g/L terhadap pertumbuhan vegetatif
nenas (Ananas comosus L. Merr) Klon Pasir Kuda-1.
Perlakuan giberelin dan nitrogen dikombinasikan, sehingga menghasilkan
9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27
satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 50 planlet, sehingga total
planlet sebanyak 1350 planlet. Jumlah planlet yang diamati dalam satu satuan
percobaan sebanyak 10 planlet.
Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. GA1NI1: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 0 g/l
2. GA1NI2: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 10 g/l
3. GA1NI3: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 20 g/l
4. GA2NI1: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 0 g/l
5. GA2NI2: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 10 g/l
6. GA2NI3: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 20 g/l
7. GA3NI1: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 0 g/l
8. GA3NI2: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 10 g/l
9. GA3NI3: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 20 g/l
Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = + Ui + Gj + Nk + (G*N)jk + ijk Keterangan :
Yijk : Respon perlakuan
: Nilai rataan umum
Ui : Pengaruh ulangan ke-i (i : 1,2,3)
Gj : Pengaruh perlakuan giberelin ke-j (j : 1,2,3)
Nk : Pengaruh perlakuan nitrogen ke-k (k : 1,2,3)
(G*N)jk: Interaksi antara perlakuan giberelin ke-j dengan nitrogen ke-k
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media dan Penanaman
Pertama kali yaitu pembuatan bak tanam dengan ukuran 8.5 m x 1 m
dengan menggunakan bata merah. Persiapan media tanam dengan meratakan
arang sekam pada media tanam yang sudah disiapkan. Kedalaman media tanam
kurang lebih 5 cm, setelah itu media diratakan dan melakukan penanaman planlet
nenas. Jarak tanam yang digunakan 5 cm x 5 cm sehingga populasi planlet dalam
satu bak tanam sebanyak 50 planlet. Lubang tanam yang digunakan sesuai dengan
panjang akar dan besar planlet. Penanaman dilakukan setelah satu minggu bak
tanam diberakan. Planlet yang digunakan berasal dari planlet hasil aklimatisasi
rumah kaca PKBT Tajur.
Perlakuan
Aplikasi pemberian giberelin dan nitrogen dilakukan pada malam hari
pukul 19.30 WIB. Pembuatan larutan giberelin dengan cara melarutkan 1 tablet
giberelin 5 g/L kemudian dicairkan kembali sesuai konsentasi. Larutan tersebut
diaplikasikan ke planlet dengan sistem kocor menggunakan sendok teh ke dalam
titik tumbuh planlet. Larutan giberelin yang diberikan yaitu 5 ml/planlet. Aplikasi
giberelin dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan.
Aplikasi nitrogen dilakukan dengan cara melarutkan nitrogen dengan
konsentrasi yang telah ditentukan menggunakan sendok teh dan dengan sistem
kocor, nitrogen diaplikasikan dua minggu sekali selama tiga bulan. Larutan
nitrogen yang diberikan yaitu 5 ml/planlet. Dua bulan selanjutnya tidak dilakukan
aplikasi giberelin dan nitrogen.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemberian fungisida dan nematisida,
penyiangan, pembersihan gulma serta daun - daun yang mengering pada planlet
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah planlet nenas berumur 2 MST (minggu
setelah tanam) dan diamati setiap dua minggu sekali. Peubah yang diamati
meliputi:
Tinggi planlet
Tinggi planlet diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang dengan
cara ditangkupkan ke atas.
Panjang daun
Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dari daun yang
terpanjang.
Lebar daun
Lebar daun diukur dari bagian daun terlebar dari daun yang terpanjang.
Diameter tajuk planlet
Diameter tajuk planlet diukur berdasarkan garis tengah planlet dari ujung daun
terluar melewati titik tumbuh planlet.
Jumlah daun
Jumlah daun dihitung dari banyaknya daun yang ada pada semua ruas termasuk
daun yang masih muda.
Analisis data
Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berpengaruh nyata
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Penanaman
menggunakan planlet nenas hasil aklimatisasi rumah kaca PKBT Tajur pada umur
yang sama yaitu 2 bulan. Bahan tanam yang digunakan adalah planlet nenas
kultivar Smooth Cayenne. Jumlah planlet nenas yang digunakan yaitu 1350
planlet. Kondisi planlet saat awal dan setelah perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 4.
A B
Gambar 4. Planlet Nenas di Rumah Kaca PKBT Pasir Kuda A. Awal Penelitian sebelum Aplikasi, B. Saat Planlet Umur 19 MST.
Perlakuan giberelin dan nitrogen diaplikasikan setelah planlet nenas
berumur 1 MST. Aplikasi giberelin dilakukan sebanyak 3 kali (sebulan sekali
selama 3 bulan) sedangkan aplikasi nitrogen sebanyak 12 kali (seminggu sekali
selama 3 bulan). Pada dua bulan terakhir tidak dilakukan aplikasi. Aplikasi
dilakukan dengan sistem kocor menggunakan sendok teh.
Pemeliharaan planlet meliputi penyiraman dan pemberian fungisida.
Penyiraman dilakukan dengan menyemprot planlet sampai kondisi basah.
penyiraman selama dua hari pada bulan berikutnya. Hal ini dapat mengurangi
kelembaban media tanam yang dapat mengakibatkan munculnya jamur, bakteri
dan cendawan. Pada bulan pertama terdapat planlet yang mati akibat busuk akar,
layu dan terkena cendawan.
Tanaman nenas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan atau penyiraman
dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Penyiraman
yang berlebih akan memudahkan tumbuhnya cendawan. Hal ini didukung bahwa
nenas Smooth Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah,
tungau, thrips, nematoda) dan penyakit (layu fusarium, busuk hati, busuk pangkal,
busuk buah) dan pencoklatan internal (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan
Sanewski, 2003). Pada 8 MST terdapat planlet yang mengalami busuk hati. Gejala
ini ditandai daun yang klorosis dengan ujung nekrosis. Daun-daun muda mudah
dicabut, karena pangkalnya busuk. Bagian daun yang busuk mempunyai batas
berwarna coklat. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Planlet Busuk (Lunak) pada bagian Pangkal disebabkan oleh Cendawan.
Pemberian fungisida dilakukan sekali selama penelitian dengan cara
disemprot ke planlet sampai kondisi planlet basah. Hama yang terdapat di
pertanaman yaitu kumbang (Carpophilus hemipterus L.) dan serangga, dan
Hasil
Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan
giberelin menunjukkan pengaruh nyata pada peubah pengamatan panjang daun,
lebar daun, diameter tajuk planlet dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata
pada tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada
semua peubah pengamatan dari 2 MST sampai 19 SMT kecuali lebar daun dan
jumlah daun pada saat 19 MST. Pemberian giberelin dan nitrogen menunjukkan
tidak adanya interaksi nyata pada semua peubah pengamatan kecuali pada lebar
daun dan jumlah daun saat 4 MST. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Giberelin, Nitrogen dan Interaksinya terhadap Peubah yang Diamati.
No Peubah Pengamatan GA NI GA-NI KK (%)
1 Tinggi Planlet
2 MST tn ** tn 29.32
4 MST tn ** tn 29.62
6 MST tn ** tn 27.62
8 MST tn ** tn 25.51
10 MST tn ** tn 23.13
12 MST tn ** tn 22.4
19 MST tn ** tn 23.07
2 Panjang Daun
2 MST tn ** tn 28.85
4 MST tn ** tn 29.57
6 MST tn ** tn 27.66
8 MST tn ** tn 26.3
10 MST tn ** tn 23.12
12 MST tn ** tn 22.4
19 MST * ** tn 24.39
3 Lebar Daun
2 MST tn ** tn 7.4
4 MST tn ** * 6.17
6 MST tn ** tn 6.44
8 MST * ** tn 12.94
10 MST ** * tn 14.59
12 MST ** * tn 13.4
No Peubah Pengamatan GA NI GA-NI KK (%) 4 Diameter Planlet
2 MST tn ** tn 21.86
4 MST tn ** tn 24.2
6 MST tn ** tn 24.96
8 MST tn ** tn 22.68
10 MST tn ** tn 19.7
12 MST tn ** tn 17.73
19 MST ** ** tn 17.99
5 Jumlah Daun
2 MST tn * tn 12.2
4 MST tn ** * 4.63
6 MST tn ** tn 7.22
8 MST ** ** tn 6.39
10 MST ** ** tn 6.49
12 MST ** ** tn 7.09
19 MST ** tn tn 9.47
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata, * = berbeda nyata, tn = tidak nyata menurut uji F pada taraf α 5 %.
Nilai koefisien keragaman (KK) pada penelitian ini berkisar antara 4.63 -
29.62 %. Menurut Gomez dan Gomez (1995) semakin tinggi nilai koefisien
keragaman maka percobaan tersebut kurang dapat diandalkan. Pada percobaan ini
menunjukkan adanya pengaruh lingkungan yang bervariasi. Kondisi di lapangan
menunjukkan pada ulangan tiga, planlet mendapatkan cahaya lebih sedikit
dibandingkan dengan ulangan satu dan pada waktu hujan, ulangan tiga memiliki
kelembaban yang tinggi karena terkena hujan dibandingkan ulangan satu.
Tinggi Planlet
Perlakuan giberelin tidak menunjukkan pengaruh nyata pada peubah tinggi
planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan giberelin dan nitrogen tidak
menunjukkan adanya interaksi yang nyata dari 2 MST sampai 19 MST (Tabel 1).
Tinggi planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 8 – 9 cm
dan pada 19 MST mengalami pertumbuhan tinggi planlet sekitar 14 - 18 cm.
Tinggi planlet nenas pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 6 – 11 cm dan
planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm
sebesar 18.06 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 20.4 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian giberelin dan nitrogen
maka semakin mempercepat laju pertumbuhan tinggi planlet, tetapi kedua-duanya
tidak menunjukkan interaksi yang nyata. Tinggi planlet semakin bertambah
seiring dengan bertambahnya umur. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pertumbuhan Tinggi Planlet pada Konsentrasi Giberelin (Kiri) dan Nitrogen (Kanan) yang Berbeda.
Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil
menghasilkan rumus regresi Y= 0.1809x + 5.9632 dengan R2 = 0.9848 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 133 MST. Nenas dapat dipindahkan ke lapangan
ketika tingginya mencapai 30 cm (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
2010). Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan lama planlet
dipindahkan ke lapangan yaitu 133 MST (33 bulan). Planlet nenas mempunyai
umur sekitar 12 bulan dari mulai penanaman di media kultur jaringan sampai
tahap aklimatisasi (Rosmaina, 2007) dan tahap pembesaran nursery 3 bulan
(Naibaho et al., 2008) sehingga memerlukan waktu 1.3 tahun dapat pindah ke
lapangan. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan waktu sekitar 2.7
tahun untuk dipindahkan ke lapangan, hal ini menunjukkan 1.4 tahun lebih lambat
tetapi tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen.
Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil
[image:31.595.124.508.236.400.2]1). Jika Y = 30 cm maka X = 55 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan
lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 55 MST (13 bulan), hal ini dapat
mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan
sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L
dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya
sekitar Rp. 6 250/ha.
Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil
menghasilkan rumus regresi Y = 0.481x + 4.3284 dengan R2 = 0.9856 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 54 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan
lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 54 MST (13 bulan), hal ini dapat
mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan
sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan
dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar
12.500/ha.
Perlakuan nitrogen 10 dan 20 g/L dapat mempercepat umur planlet di
pembibitan 20 bulan (1.6 tahun) dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen
(kontrol). Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan biaya untuk urea Rp. 6 250/ha
sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan biaya urea Rp. 12. 500/ha.
Perlakuan nitrogen 10 g/L memiliki keuntungan diantaranya dapat mempercepat
umur planlet 2 bulan dan dapat meminimalisir biaya pemupukan Rp. 6 250
[image:32.595.83.515.99.818.2]dibandingkan dengan perlakuan nitrogen 20 g/L. Selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 7. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang
menghasilkan rumus regresi Y= 0.2531x + 7.3991 dengan R2 = 0.9912 (Lampiran 2). Jika Y = 30 cm maka X = 90 MST. Perlakuan nitrogen 0 g/L (kontrol)
membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan sekitar 90 MST (22 bulan).
Perlakuan tanpa nitrogen dapat memperlambat waktu pemindahan planlet sekitar
7 bulan, tetapi hal ini tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen (urea).
Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang
menghasilkan rumus regresi Y = 0.6503x + 5.6321 dengan R2 = 0.9749 dan perlakuan nitrogen 20 g/L dengan rumus Y = 0.6412x + 6.2414 dengan R2 = 0.9735 (Lampiran 2). Jika Y = 30 cm maka X = 38 MST. Perlakuan nitrogen 10
dan 20 g/L pada ulangan dua planlet dapat dipindahkan ke lapangan memerlukan
waktu 38 MST (9 bulan), hal ini dapat mempercepat umur planlet 6 bulan di fase
pembibitan/nursery dan lebih cepat 13 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan urea 2.5 kg/ha dengan biaya Rp. 6 250
sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan urea 5 kg/ha dengan biaya Rp.
12.500. Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang dapat
mempercepat waktu pembibitan 6 bulan dan menghemat Rp. 6 250 dibandingkan
[image:33.595.108.509.77.833.2]Gambar 8. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar
menghasilkan rumus regresi Y= 0.4384x + 11.761 dengan R2 = 0.9721 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 42 MST. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen
membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 42 MST (10 bulan),
hal ini dapat mempercepat umur planlet 5 bulan. Perlakuan tanpa pemberian
nitrogen ini selain dapat mempercepat umur planlet dipindahkan ke lapangan juga
tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen (urea).
Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar
menghasilkan rumus regresi Y = 0.4517x + 10.328 dengan R2 = 0.9238 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 44 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan
lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 44 MST (11 bulan), hal ini dapat
mempercepat 4 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan
sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L
dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya
sekitar Rp. 6 250/ha.
Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar
menghasilkan rumus regresi Y = 0.6436x + 9.7941 dengan R2 = 0.99 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 32 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan
mempercepat 7 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan
sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan
dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar
12.500/ha.
Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar dapat
mempercepat umur planlet di pembibitan 2 bulan dibandingkan dengan perlakuan
tanpa nitrogen (kontrol) dan harus mengeluarkan biaya sekitar 12.500/ha.
Perlakuan nitrogen 20 g/L disamping dapat mempercepat umur fase pembibitan
juga dimungkinkan dapat mempercepat umur produksi karena tanaman sendiri
sudah tercukupi unsur hara nitrogennya di fase vegetatif. Selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Berdasarkan penelitian Lui dan Loy dalam ilmiyah (2009) disimpulkan
bahwa mekanisme kerja pertama dari giberelin adalah menstimulasi pembelahan
sel dengan cara memacu sel pada fase pertumbuhan sel untuk memasuki fase
sintesis. Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah sel, yang berkaitan
pertumbuhan yang lebih cepat. Apabila mekanisme kerja giberelin dikaitkan
dalam proses perkecambahan, dapat dikatakan bahwa percepatan fase-fase dalam 42 44
[image:35.595.99.506.47.836.2]pembelahan sel akan mempercepat pembelahan sel, dan selanjutnya berakibat
mempercepat perkecambahan (Salisbury dan Ross, 1995). Hal ini dapat
mempercepat pertumbuhan tinggi planlet nenas yang diberikan perlakuan
giberelin.
Tinggi planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih
antara 1.67 – 3.33 cm. Selisih yang terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 20 g/L
yaitu 3.33 cm. Tinggi planlet pada awal pengamatan berkisar antara 6.04 – 11.91
cm dan 11.97 – 20.40 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20
g/L) menunjukkan tinggi planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 20.40 cm
dan berbeda nyata dengan control. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm ………...
NI1 (0 g/L) 10.30b 11.97b
NI2 (10 g/L) 13.29b 16.14ab
NI3 (20 g/L) 17.07a 20.40a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Perlakuan tanpa nitrogen menunjukkan tinggi planlet terendah
dibandingkan perlakuan nitrogen lainnya pada akhir pengamatan yaitu 11.97 cm.
Hal ini dimungkinkan planlet mengalami kekurangan unsur N dalam
pertumbuhannya sehingga planlet tumbuh kerdil. Miftahudin et al. (2008)
menyatakan bahwa tanaman menggunakan nitrogen dalam proses pembentukan
DNA, RNA, maupun protein sebagai pembangun jaringan tubuh tumbuhan.
Gejala defisiensi nitrogen adalah tanaman tumbuh kerdil dan daunnya menjadi
Panjang Daun
Perlakuan giberelin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah
panjang daun pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST sedangkan pada akhir pengamatan (19
MST) berpengaruh nyata. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh yang sangat
nyata pada peubah panjang daun selama penelitian, tetapi tidak terdapat interaksi
antara giberelin dan nitrogen dari 2 sampai 19 MST (Tabel 1).
Panjang daun planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 7 – 8 cm dan pada 19 MST sekitar 11 - 16 cm. Panjang daun pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 5 – 11 cm dan pada akhir pengamatan sekitar 11 - 18
cm. Perlakuan giberelin pada akhir pengamatan yang menunjukkan panjang daun
terpanjang yaitu perlakuan giberelin 12.5 ppm sebesar 16.76 cm dan pada
perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 18.77 cm. Pemberian nitrogen pada planlet
menunjukkan pengaruh peningkatan panjang daun yang signifikan dibandingkan
tanpa nitrogen. Perlakuan nitrogen 0, 10 g/L, 20 g/L memberikan hasil panjang
daun 11.17 cm, 14.86 cm, 18.77 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi pemberian nitrogen maka semakin mempercepat pola pertumbuhan
panjang daun planlet. Parameter-parameter pertumbuhan daun (panjang, lebar,
berat segar) memberikan respon yang berbeda pada dosis pupuk nitrogen yang
berbeda (Bhugaloo, 1998). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Panjang daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki
selisih antara 0.72 - 3.24. Selisih yang terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 12.5
ppm yaitu 3.24 cm. Panjang daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara
7.87 – 8.61 cm dan 11.90 – 16.76 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA2
(Giberelin 12.5 ppm) menunjukkan panjang daun planlet tertinggi pada akhir
pengamatan yaitu 16.76 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya
[image:38.595.103.502.59.814.2]dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm ………...
GA1 (0 ppm) 11.18a 11.90b
GA2 (12.5 ppm) 13.52a 16.76a
GA3 (50 ppm) 13.36a 16.15ab
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Panjang daun planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki
selisih antara 1.42 – 2.81 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen
20 g/L yaitu 2.81 cm. Panjang daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara
5.74 – 11.32 cm dan 11.17 – 18.77 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan NI3
(Nitrogen 20 g/L) menunjukkan panjang daun planlet tertinggi pada akhir
pengamatan yaitu 18.77 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm ………..
NI1 (0 g/L) 9.75b 11.17b
NI2 (10 g/L) 12.35b 14.86ab
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Peningkatan rata-rata panjang daun, ukuran buah, berat buah, rasio
mahkota, penurunan persentase penyakit busuk buah terjadi apabila diberikan
pupuk nitrogen dari 0-420 kg N/ha (Bhugaloo, 1998).
Lebar Daun
Perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata pada lebar daun saat 2, 4, 6
MST tetapi berpengaruh nyata saat 8, 10, 12, 19 MST. Perlakuan nitrogen
menunjukkan pengaruh nyata saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST tetapi tidak berpengaruh
nyata pada akhir pengamatan (19 MST). Interaksi yang nyata antara perlakuan
giberelin dan nitrogen hanya terlihat pada 4 MST selama penelitian (Tabel 1).
Lebar daun pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 1.1 cm dan pada
19 MST sekitar 1.2 – 1.9 cm. Lebar daun pada perlakuan nitrogen saat 2 MST
sekitar 1 – 1.2 cm dan pada akhir penelitian sekitar 1.4 – 1.8 cm. Perlakuan
giberelin 50 ppm menunjukkan lebar daun terlebar pada akhir pengamatan yaitu
1.93 cm dan perlakuan nitrogen 10 g/L yaitu 1.85 cm. Perlakuan tanpa giberelin
pada akhir pengamatan hanya memiliki lebar 1.28 cm dan perlakuan tanpa
nitrogen 1.4 cm. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pertumbuhan Lebar Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.
Perlakuan tanpa pemberian nitrogen menunjukkan daun planlet kurus dan
fotosintat terhambat. Hal ini juga dapat mengakibatkan warna daun menjadi hijau
kekuningan sampai kuning (Nightingale, 1942).. Selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 12.
A B
Gambar 12. Perbandingan Perlakuan Planlet nenas di akhir penelitian A. Perbandingan GA2NI2 dan GA2NI1, B. Perbandingan GA3NI2 dan GA3NI1.
Pada Gambar A terlihat perbandingan antara perlakuan GA2NI2 (kiri) dan
GA2NI1 (kanan), menunjukkan perbedaan pada lebar daun dan warna daun.
Perlakuan yang diberikan nitrogen memiliki lebar daun yang lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen dan memiliki warna daun yang
lebih hijau. Perlakuan nitrogen 10 g/L (NI2) memiliki lebar daun 1.85 cm dan
perlakuan tanpa nitrogen (NI1) memiliki lebar daun 1.4 cm pada akhir
pengamatan. Nenas memerlukan nitrogen dan kalium dalam jumlah besar
dibandingkan unsur hara yang lain. Kekurangan N dapat mengakibatkan ukuran
daun dan jumlah daun berkurang serta buah dan berat mahkota menurun
(Nightingale, 1942).
Lebar daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki
selisih antara 0.15 – 0.78 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin
50 ppm yaitu 0.78 cm. Lebar daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara
1.12 – 1.15 cm dan 1.28 – 1.93 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA3
(Giberelin 50 ppm) menunjukkan lebar daun planlet terbesar pada akhir
pengamatan yaitu 1.93 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya
Tabel 5. Lebar Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm ………
GA1 (0 ppm) 1.33b 1.28b
GA2 (12.5 ppm) 1.83a 1.73ab
GA3 (50 ppm) 1.76a 1.93a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Diameter Planlet
Perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap peubah diameter
tajuk planlet pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST tetapi berpengaruh sangat nyata saat 19
MST. Perlakuan nitrogen menunjukkan pengaruh sangat nyata selama penelitian.
Pengaruh keduanya tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata selama
penelitian (Tabel 1).
Diameter tajuk planlet pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 10 –
11 cm dan pada 19 MST sekitar 17 – 23 cm. Diameter tajuk planlet pada
perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 8 – 14 cm dan pada akhir pengamatan
sekitar 16 – 24 cm. Perlakuan giberelin 12.5 ppm menunjukkan diameter tajuk
terlebar pada akhir pengamatan yaitu 23.09 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L
yaitu 24.71 cm. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Pertumbuhan Diameter Tajuk pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan
Diameter tajuk planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu
memiliki selisih antara 5.85 – 11.77 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan
giberelin 12.5 ppm yaitu 11.77 cm. Diameter tajuk planlet pada awal pengamatan
berkisar antara 10.73 – 11.32 cm dan 17.16 – 23.09 cm pada akhir pengamatan.
Perlakuan GA2 (Giberelin 12.5 ppm) menunjukkan diameter tajuk planlet terbesar
pada akhir pengamatan yaitu 23.09 cm dan berbeda nyata dengan kontrol.
[image:42.595.106.508.40.813.2]Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm ………..
GA1 (0 ppm) 15.46a 17.16b
GA2 (12.5 ppm) 18.50a 23.09a
GA3 (50 ppm) 18.76a 22.39a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Diameter tajuk planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki
selisih antara 8 – 11 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 10 g/L
yaitu 11.04 cm. Diameter tajuk planlet pada awal pengamatan berkisar antara 8.49 – 14.46 cm dan 16.49 – 24.71 cm pada akhir pengamatan pada perlakuan nitrogen. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan diameter tajuk planlet terbesar
pada akhir pengamatan yaitu 24.71 cm dan berbeda nyata dengan kontrol.
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm ………
NI1 (0 g/L) 13.97b 16.49b
NI2 (10 g/L) 17.10b 21.44a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Jumlah Daun
Perlakuan giberelin pada 2, 4, 6 MST tidak menunjukkan pengaruh nyata
pada jumlah daun, tetapi pada 8, 10, 12, 19 MST menunjukkan pengaruh sangat
nyata. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada jumlah daun saat 2, 4, 6, 8, 10,
12 MST sedangkan pada akhir penelitian (19 MST) tidak berpengaruh nyata.
Interaksi antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya berpengaruh nyata saat 4
MST selama penelitian (Tabel 1).
Perlakuan giberelin pada 2 MST memiliki jumlah daun 7 daun dan pada
akhir pengamatan menjadi 12 – 14 daun. Perlakuan nitrogen pada 2 MST
memiliki jumlah daun sekitar 6 – 8 daun dan pada 19 MST menjadi 13 – 14 MST.
Perlakuan giberelin 12.5 dan 50 ppm memiliki jumlah daun yang sama yaitu
sekitar 14 daun sedangkan perlakuan tanpa giberelin sedikit sekitar 12 daun.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Pertumbuhan Jumlah Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.
Giberelin juga memacu pertumbuhan sel, hingga dapat meningkatkan
pertumbuhan sel yang mengakibatkan pemanjangan batang dan perkembangan
daun-daun muda (Wattimena, 1992). Oleh karenanya pemberian giberelin juga
dapat meningkatkan jumlah daun.
Jumlah daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki
yaitu 7 daun. Jumlah daun planlet pada awal pengamatan sekitar 7 daun dan 12 –
14 daun pada akhir pengamatan. Perlakuan giberelin 12.5 ppm dan 50 ppm
menunjukkan jumlah daun terbanyak yaitu 14 daun pada akhir pengamatan
dibandingkan dengan kontrol yaitu 12 daun. Hal ini juga menunjukkan berbeda
[image:44.595.88.505.45.823.2]nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.
Perlakuan 12 MST 19 MST
..……….. cm …………
GA1 (0 ppm) 11.52b 12.29b
GA2 (12.5 ppm) 13.30a 14.48a
GA3 (50 ppm) 12.84a 14.58a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Pembahasan
Aplikasi giberelin dan nitrogen bertujuan untuk menambah nutrisi planlet
nenas hasil kultur jaringan agar memiliki mutu fisik yang sesuai dengan standar
tanam lapang dalam waktu yang cepat. Tanaman nenas memiliki periode
pertumbuhan yang panjang sebelum menghasilkan buah nenas. Faktanya periode
pertumbuhan tersebut biasanya memerlukan 7 tahun sebelum memunculkan buah.
Selama periode pertumbuhan ini tanaman nenas mengambil nutrisi dari tanah.
Pada nenas liar pertumbuhan tanpa penambahan nutrisi mengakibatkan tanaman
nenas tetap kecil dan sedikit memproduksi buah. Untuk menjaga tanaman
menghasilkan produksi yang tinggi pada suatu pertanaman komersial atau
pekarangan, penambahan pupuk yang mengandung nutrisi spesifik untuk menjaga
tanaman nenas menjadi sehat. Nutrisi – nutrisi ini akan menyediakan tanaman
nenas dengan segala kebutuhannya untuk menghasilkan daun dan buah yang
banyak.
Nitrogen merupakan nutrisi yang sangat penting untuk hampir semua
pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali tanaman nenas. Suatu pupuk mengandung
6 sampai 10 % nitrogen adalah penting untuk pertumbuhan nenas (Priddy, 2010).
Dosis pupuk nitrogen yang optimum untuk tanaman nenas adalah 578 kg N ha-1. Pada dosis pemupukan tersebut diperoleh produksi sebesar 74.83 ton ha-1 (Safuan, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan nitrogen berpengaruh
nyata pada semua peubah pengamatan (tinggi, panjang daun, lebar daun, diameter
tajuk dan jmlah daun planlet) selama penelitian, kecuali pada peubah lebar daun
dan jumlah daun saat 19 MST. Hal ini menunjukkan bahwa planlet nenas
responsif terhadap dosis nitrogen yang diberikan.
Pada 19 MST nitrogen tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap
jumlah daun dan lebar daun, hal ini dikarenakan dua bulan terakhir tidak
dilakukan aplikasi nitrogen dan diduga semakin banyaknya jumlah daun dan
bertambahnya lebar daun pada jarak tanam 5 cm x 5 cm dapat menyebabkan
media di bawah daun mengalami kelembaban yang tinggi sehingga daun mudah
daun yang berbeda saat pengamatan juga dapat dijadikan faktor yang
mempengaruhi jumlah daun dan lebar daun data menjadi menurun.
Giberelin merupakan golongan hormon tanaman yang memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaruh giberelin terhadap
pertambahan tinggi tanaman sangat erat kaitannya dengan fungsi giberelin yang
dapat memperpanjang batang. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya
pertumbuhan planlet nenas yang diberi perlakuan giberelin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata pada tinggi
planlet selama penelitian, pada peubah lebar daun dan jumlah daun berpengaruh
nyata dari 8 MST sampai 19 MST, sedangkan pada panjang daun dan diameter
tajuk menunjukkan berpengaruh nyata pada akhir pengamatan (19 MST). Hal ini
dimungkinkan rendahnya konsentrasi giberelin yang digunakan sehingga kurang
berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan.
Penelitian sebelumnya Pramesti (2011) menunjukkan bahwa dari
perlakuan giberelin 0, 25, dan 50 ppm serta nitrogen 0, 25, 40 g/L terhadap
pertumbuhan vegetatif nenas (Ananas comosus L. Merr) Klon Pasir Kuda-1 tidak
memberikan pengaruh nyata pada peubah pertumbuhan vegetatif nenas.
Selanjutnya Mulyana dalam Ilmiyah (2009) menyatakan bahwa dari perlakuan
giberelin 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm terhadap benih kopi
arabika (Coffea arabic L), ternyata memberikan waktu munculnya kotiledon
terbaik apabila digunakan konsentrasi 100 ppm sedangkan giberelin dengan
konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm) dapat menghambat pembentukanakar.
Perlakuan giberelin 50 ppm dan nitrogen 20 g/L menunjukkan tinggi
planlet tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Tinggi planlet merupakan
parameter utama dalam pertumbuhan suatu tanaman. Perlakuan giberelin dan
pemberian nitrogen bertujuan untuk mempercepat pola pertumbuhuan tinggi
planlet dan tidak terjadi kekurangan unsur hara N, sehingga dapat meningkatkan
ketersediaan hara N dalam media tanam, dengan demikian maka planlet nenas
dapat menyerap hara N dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan planlet. Hal ini akan mempercepat pertumbuhan mutu fisik planlet
sehingga memperpendek umur pembibitan dan dapat memenuhi permintaan bibit
pola pertumbuhan tinggi yang lambat. Hal ini terlihat pada perlakuan kontrol
(nitrogen) memiliki tinggi 9.46 cm dibandingkan NI3 (20 g/L) yaitu 20 cm saat
akhir pengamatan. Gejala defisiensi nitrogen adalah tanaman tumbuh kerdil dan
daunnya menjadi kekuningan atau klorosis (Miftahudin et al., 2008).
Daun merupakan salah satu bagian tanaman yang penting dalam
pertumbuhan. Lebar daun dan jumlah daun dapat menentukan luas bidang
permukaan yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah
daun yang terbentuk berarti proses