• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lobak Putih (Raphanus sativus L.)

Klasifikasi tanaman lobak adalah Spermatophyte dengan sub divisi Angiospermae dalam kelas Dicotyledoneae. Lobak termasuk ordo Papaveralas dan merupakan famili Crusiferae atau Brassicaceae serta termasuk dalam genus

raphanus. Secara spesifik nama spesies lobak Raphanus sativus L.

(Ali dan Rahayu, 1999)

Daikon, mooli, atau lobak putih (Raphanus sativus var. longipinnatus) berasal dari Bahasa Jepang daikon yang berarti akar besar. Pada varietas lain yang lebih bulat di Korea, lebih dikenal dengan Lobak Korea. Sedangkan varietas di China disebut dengan lo-bo yang diambil dari bahasa Kanton lòhbaahk. Di Inggris yang lebih dipengaruhi oleh Asia Selatan, menyebut mooli selain daripada daikon. Dalam bahasa Hokkien yang sering digunakan di Singapore dan Malaysia, daikon atau lobak putih disebut dengan chhài-thâu (Wikipedia1, 2013).

Pada umumnya tanaman lobak siap dipanen pada umur 3-4 minggu untuk varietas genjah dan antara 8-14 minggu untuk varietas China. Pada tingkat ini, umbi masih lunak, tidak begitu getir, lunak dan renyah, dan biasanya sudah mencapai ukuran yang sesuai untuk pemasaran. Lobak harus dipanen pada tingkat kemasakan ini, sebelum berempelur dan berserabut (Pantastico, 1989).

Lobak dapat dimakan mentah, dimasak, diolah menjadi acar, dan produk yang dikeringkan. Rasa getir lobak disebabkan oleh senyawa 4-metiltio-3-butenil isotiosianat, kandungannya beragam menurut jenisnya, tetapi dapat dimodifikasi dengan mengatur kondisi lingkungan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Varietas dan jenis lobak

Menurut Novary (1999), di pasaran dikenal beberapa jenis lobak, perbedaan jenis lobak tersebut umumnya didasarkan atas warna dan bentuk umbinya, antara lain:

 Lobak lokal

Jenis lobak yang banyak dibudidayakan petani di Indonesia dan dijumpai di pasaran. Umbinya berbentuk bulat memanjang dengan ujung meruncing atau tumpul dengan panjang + 20 cm dan berat 0,5 kg, warna umbi putih dengan rasa agak pedas tetapi segar. Beberapa petani memanennya saat umbinya berukuran kecil dengan panjang antara 5-10 cm sehingga sering disebut lobak mini.

 Daikon

Merupakan jenis lobak berasal dari Jepang yang dibudidayakan di Indonesia, khususnya daerah Cipanas. Umbi daikon berukuran panjang 60 cm dan berat 2 kg, yang karena ukurannya sehingga sering disebut dengan lobak raksasa. Memiliki bau yang tidak begitu sengak, tidak berasa getir, bahkan agak manis, daikon justru kurang disukai konsumen. Jenis ini sering dipanen ketika panjangnya antara 30-40 cm.

 Radish

Merupakan jenis lobak yang banyak dibudidayakan di Asia, Eropa, dan Amerika, dengan penggemar radish umumnya adalah penduduk di China, Taiwan, Korea, Jepang, Eropa, dan Amerika. Dibanding jenis lainnya, ukuran radish relatif kecil, warna kulit beragam (umumnya berwarna merah), bagian daging berwarna putih, garing, dan agak manis. Radish dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu radish umbi bundar, umbi sedang, dan umbi panjang.

Kandungan nutrisi lobak

Lobak kaya akan vitamin C dan B1 serta mineral Ca, P, dan Fe. Jenis sayur-sayuran ini juga merupakan penyumbang serat yang baik dalam menu makanan. Selain penyumbang vitamin dan mineral, lobak mampu memperbaiki fungsi kerja ginjal dan dapat menghilangkan lendir dalam kerongkongan (Novary, 1999).

Daikon memiliki kandungan energi makanan yang rendah, dimana dalam penyajian 100 gram mengandung 90 kjoule atau 22 kalori, namun menghasilkan 34% kandungan vitamin C yang diperlukan sesuai dengan RDI (Reference Daily

Intake). Selain itu daikon juga mengandung enzim myrosinase (EC 3.2.1.147,

thioglucoside glucohydrolase, sinigrinase, dan sinigrase) (Wikipedia1, 2013). Pada umbi segar kaya akan kandungan vitamin C sebanyak 15 mg dalam 100 gram atau 25% dari RDI merupakan antioksidan larut air yang dibutuhkan tubuh untuk sintesa kolagen, mencegah radikal bebas, kanker, inflamasi, dan membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu juga mangandung folat yang tinggi, vitamin B6, riboflavin, tiamin dan mineral seperti besi, magnesium, tembaga, dan kalsium. Sebagai tambahan, lobak juga mengandung fitokimia yang

merupakan agen detoksifikasi, serta xantin, lutein, -karoten yang merupakan

flavonoid antioksidan. Kapasitas absorbansi radikal oksigen sebesar 1736 µmol TE/100gram (http://www.nutrition-and-you, 2013). Kandungan nutrisi lobak segar diuji nilai gizinya oleh USDA(United State Department of Agriculture) dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi lobak (Raphanus sativus) segar, mentah per 100 g

Kandungan Nilai gizi % RDI

Energi 16 Kcal 1% Karbohidrat 3,40 g 3% Protein 0,68 g 1% Lemak 0,10 g < 1% Kolesterol 0 mg 0% Serat 1,6 g 4% Folat 3 µg 6% Niasin 0,254 mg 1,5% Piridoksin 0,071 mg 5,5% Riboflavin 0,039 mg 3% Vitamin A 7 IU < 1% Vitamin C 14,8 mg 25% Vitamin K 1,3 µg 1% Natrium 39 mg 2,5% Kalium 233 mg 5% Kalsium 25 mg 2,5% Seng 0,050 mg 5% Besi 0,34 mg 4% Magnesium 10 mg 2,5% Mangan 0,069 mg 2,5% Zink 0,28 mg 2% -Karoten 4 µg - α-Karoten 0 µg - Lutein-zeaxantin 10 µg -

Sumber: USDA National Nutrient Database, 2002.

Manfaat lobak

Lobak putih mudah untuk dimasak dan tidak boleh overcook. Tekstur lobak akan berubah menjadi lunak dan juicy menyerap aroma bumbu yang dimasak bersama dengan lobak. Lobak tidak mengandung pati namun terkandung protein, karbohidrat, dan gula. Dalam bidang kesehatan, lobak bermanfaat untuk ginjal, biji lobak baik sebagai stimulan buang air kecil, pencahar, dan pencernaan (Seshadri, 2006).

Sejak dahulu, masyarakat China mempercayai bahwa dengan mengkonsumsi lobak dan sayur kelompok Brassiscaceae memiliki manfaat bagi kesehatan karena kandungan kalori yang rendah yaitu 16 kal/100 g, sumber anti oksidan, elektrolit, mineral, vitamin, dan serat pangan yang baik. Lobak mengandung isotiosianat, yang merupakan komponen anti oksidan disebut juga dengan sulfrofan, studi menunjukkan bahwa sulfrofan dapat mencegah prostat, kanker payudara, kolon dan ovarium dengan menghambat pertumbuhan dan memberikan efek sitosin pada sel kanker (http://www.nutrition-and-you, 2013).

Pakar kesehatan di Filipina bernama Herminia de Guzman Ladion memasukkan lobak sebagai tanaman obat untuk penyembuhan Alipunga atau

dermatophytosis yang sering disebut dengan penyakit “Athlete’s Foot”. Penyakit

ini merupakan suatu bercak pada kulit yang ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil dan gatal disertai dengan pecahan luka pada kaki maupun tangan khususnya di celah-celah jari. Cara pengobatannya adalah diambil sari lobak dan dibubuhkan pada bagian infeksi (Rukmana, 1995).

Penelitian terbaru tentang lobak di bidang kesehatan menemukan bahwa lobak memiliki efek anti kanker karena kandungan lignin yang dapat meningkatkan daya hidup makrofag untuk menlenyapkan sel kanker. Selain itu, lobak juga mengandung enzim yang dapat merusak nitrosamin karsinogenik sehingga memberikan efek anti kanker (Baidu, 2013).

Kimchi

Kimchi adalah produk yang dipersiapkan dari berbagai varietas kubis, seperti kubis China yang dibersihkan dan dipotong bagian yang tidak diinginkan, diasinkan, dicuci dengan air kemudian ditiriskan. Sayur tersebut diberi campuran

bumbu yang komposisi utamanya bubuk cabai merah (Capsicum annuum L.), jahe, bawang putih, bawang-bawang varietas Allium, dan lobak. Bahan-bahan tersebut dicampur dan difermentasi serta dikemas untuk memastikan kematangan dan keawetan produk dari produksi asam laktat pada suhu rendah (Codex, 2001).

Kimchi dikenal dengan karakteristiknya yang pedas karena banyaknya kandungan bubuk cabai dalam produk kimchi. Walaupun demikian, ada beberapa kimchi yang dibuat tanpa menggunakan bubuk cabai tetapi menggunakan bawang putih dan jahe serta bahan-bahan lainnya dapat memberikan rasa pedas. Sayuran yang digunakan dalam pembuatan kimchi bervariasi seperti, kubis, timun, dan lobak. Kimchi disajikan dalam keadaan dingin dan tidak disterilisasi setelah dikemas dalam botol, namun dapat diganti dengan pasteurisasi (Hui, et al., 2005).

Standar kimchi yang ditentukan Codex (2001) dapat dilihat dari Tabel 2. Tabel 2. Standar mutu kimchi menurut Codex

Komposisi Keterangan

Kandungan mineral < 0,03%

Kandungan garam 1-4%

Total asam (mis: asam laktat) < 1%

Kriteria mutu:

Warna Warna merah dari bubuk cabe merah

Rasa Rasa produk pedas dan asin

Tekstur Tekstur produk tegar, renyah dan

garing Bahan Tambahan Pangan yang

diijinkan:

Asam asetat Sesuai batas GMP

Asam laktat Sesuai batas GMP

Asam sitrat Sesuai batas GMP

Monosodium L-Glutamat Sesuai batas GMP Disodium 5’-guanilat Sesuai batas GMP Disodium 5’-inosinat Sesuai batas GMP

Sorbitol Sesuai batas GMP

Karagenan Sesuai batas GMP

Karakteristik kimchi berbeda tergantung dengan varietas bahan baku yang digunakan, metode proses, bumbu, lokalitas dan sifat fungsional kimchi. Kimchi dapat diklasifikasikan atas dua kelompok, yaitu kimchi dan mul-kimchi (kimchi dengan penambahan air). Kimchi tanpa penambahan air termasuk baechu kimchi (potongan kubis), tongbaechu kimchi (kubis utuh), yeolmoo kimchi (lobak muda),

kakkdugi (kimchi lobak yang berbentuk kubus) sedangkan mul-kimchi termasuk baik kimchi (baechu kimchi dengan penambahan air), dongchimi (kimchi lobak

dengan penambahan air), dan nabak kimchi (kimchi dengan potongan lobak dan kubis) (Mheen, 2010).

Kandungan nutrisi kimchi

Kimchi memiliki kandungan bioaktif yang memiliki manfaat bagi tubuh, komponen-komponen tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Komponen bioaktif dalam kimchi

Komponen kimia Sumber Efek

Benzilsiotiosianat Kubis Antibiotik

Senyawa Indol Sayuran Allium Antikarsinogenik

Tiosianat Cabai merah Stimuli imun

Sistosterol Kubis Menurunkan Kolesterol

Dialilsulfat Sayuran Allium Antikarsinogenik

Dialilsulfit Sayuran Allium Antioksidan

Dialilmetilsulfit Sayuran Allium Fibrinolitik

Gingerol Jahe Laksatif

Gingerin Jahe Sekresi neuropeptida

Capsaicin Cabai merah Antagonistik

Bakteri Asam Laktat Kimchi Antibiotik

Bakteriosin Kimchi Meningkatkan fungsi sel T

L-(+) asam laktat Kimchi Laksatif

Asetilkolin Kimchi Laksatif

Dekstran Kimchi Laksatif

Asam amino -butirat Kimchi Laksatif

Asetat Kimchi Antibiotik

Sumber: Lee, 2001.

Penyimpanan kimchi kubis selama 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan, didapatkan total asam, total padatan terlarut, dan kandungan vitamin C pada sayur dengan perlakuan penambahan saus kedelai dan merica mengalami penurunan yang signifikan. Hal tesebut dapat dipengaruhi oleh penyimpanan dan penambahan bumbu (Shin, et al., 2012).

Kimchi lobak (kkakdugi)

Ada beberapa variasi dalam kimchi lobak (kkakdugi) yang bahan dan penyajiannya memiliki kemiripan antara lain:

Kkakdugi, kimchi lobak dari potongan lobak yang berbentuk kubus.

Gul kkakdugi, yang disajikan dengan saus tiram mentah, masa simpan kimchi

ini lebih singkat daripada kimchi umumnya

Gegeolmu kkakdugi, terbuat dari lobak gegeol (lobak produksi daerah Yeolju)

Myeongtae seodeori kkakdugi, terbuat dari insang ikan Pollock Alaska.

Suk kkakdugi, dibuat dengan perebusan lobak yang telah dipotong

Musongsongi, umumnya dikonsumsi di dalam istana yang berasal dari kata songsong karena lobak dipotong-potong berbentuk kubus dan kecil.

Komposisi dan fungsi kimchi menurut UBC (2012).  Sayur-sayuran

Merupakan sumber karbohidrat pada fermentasi kimchi, dimana terjadi perubahan menjadi gula sederhana dan asam laktat.

 Bawang putih, jahe, dan bawang perai

Sebagai pemberi rasa serta berperan dalam bakterisidal dan sterilisasi dengan kandungan sulfur dan propilen dari bahan-bahan ini. Selain itu juga berfungsi sebagai penghambat fermentasi untuk menambah masa simpan.

 Garam

Pemberi rasa pada kimchi, mengurangi aktivitas air dan kelembaban dari bahan untuk menghambat mikroba pembusuk yang tidak diinginkan, menarik air dari dalam jaringan sayuran sehingga memungkinkan terjadi fermentasi.

 Bubuk cabai merah

Sebagai pemberi rasa pedas dan meningkatkan proses fermentasi kimchi serta berperan dalam bakterisidal dan sterilisasi. Menurut Suyanti (2009) kandungan vitamin C cabai merah mengalahkan buah-buahan, yaitu 50-180 mg/100g.

 Campuran apel, pir, dan bawang bombay Sebagai pemanis alami pengganti gula pasir.  Cuka ikan

Sebagai sumber protein dan asam amino serta meningkatkan kualitas sensori pada kimchi.

Adapun perbandingan komposisi dalam pembuatan kimchi lobak dan kimchi lobak air dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 4. Standarisasi perbandingan komposisi kimchi lobak dan kimchi lobak air

Komposisi Berat (g)

Kimchi lobak Kimchi lobak air

Lobak 100 50,6 + 10,8 Bawang Putih 2,9 + 1,3 3,0 + 0,7 Jahe 1,6 + 0,7 1,5 + 0 Daun Bawang 8,0 + 3,8 3,3 + 1,3 Cabai Merah 7,0 + 1,7 2,4 + 1,3 Paprika Hijau - 3,3 + 1,9

Bubuk Cabai Merah 4,2 + 1,2 -

Cuka Ikan 3,7 + 0,5 -

Air - 100

Tepung Kanji - 1,5 + 0,6

Konsentrasi garam akhir (%) 2,5

Sumber: Kong, et al., 2005.

Kong et al., (2005) pada penelitiannya melakukan standarisasi metode pembuatan kimchi lobak dan kimchi lobak air dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Diagram skema standarisasi metode pembuatan kimchi lobak (yulmoo

kimchi) dan kimchi lobak air (yulmoo mool-kimchi).

Dalam proses fermentasi bahan pangan, garam bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme lain. Bakteri tertentu toleran dan tumbuh dalam larutan berkadar garam tinggi. Mekanisme garam sebagai pengawet pada bahan pangan adalah garam diionisasikan, setiap ion menarik molekul-molekul air di sekitarnya. Makin besar kadar garam, makin banyak air yang ditarik oleh ion hidrat. Sayur-sayuran segar bila dimasukkan ke dalam larutan berair akan menjadi lunak dalam waktu 24 jam dan proses fermentasi dimulai. Penambahan garam tidak

mengganggu bakteri asam laktat yang sudah ada untuk tumbuh, sehingga dihasilkan asam yang cukup untuk ikut membantu kerja garam (Buckle, 1985).

Tiap-tiap mikroba memiliki suhu pertumbuhan yang optimum, sehingga diperlukan pengaturan suhu substrat yang optimum agar memperoleh hasil yang maksimum. Misalnya dalam fermentasi susu dan produksi asam asetat, pada suhu 0oC ditemukan aktivitas mikroba yang kecil dan pada suhu 7oC terdapat sedikit pertumbuhan organisme dan perubahan cita rasa yang lebih cepat (Buckle, 1985). Mikroba yang berperan dalam fermentasi kimchi

Sebelum proses pematangan, L. mesentroides merupakan mikroorganisme yang dominan, dan yang mendominasi pematangan kimchi merupakan genus

Lactobacillus. Dominasi Lactobacillus pada tahap pematangan selanjutnya

tergantung pada suhu fermentasi, L. plantarum dan L. brevis mendominasi fermentasi pada 20 - 30oC sedangkan pada suhu 5 - 7oC didominasi oleh

L. maltaromicus dan L. bavaricus. Lactobacillus plantarum adalah mikroba

homofermentatif dan penghasil asam D-L-laktat tertinggi dari spesies

lactobacillus sebanyak 3-4 kali lebih tinggi (Lee, 1994).

Mikroorganisme utama yang berperan dalam fermentasi kimchi adalah bakteri asam laktat yang bersifat anaerob fakultatif, mikroaerob, ataupun anaerob. Bakteri asam laktat memberikan lingkungan yang asam sehingga ragi dapat berpoliferasi dan menghasilkan vitamin dan bahan lain, seperti asam amino bagi bakteri asam laktat. Peningkatan jumlah bakteri asam laktat dan ragi dapat disebabkan kombinasi simbiosis dimana pH menurun dan terjadi peningkatan asam laktat (Yazdi, et al., 2013).

Akibat aktivitas antipatogen kimchi, Clostridium perfringens tidak tampak setelah fermentasi kimchi selama 2 hari, Staphylococcus aureus dan

Salmonella typhymurium tidak tampak setelah 4 hari, dan Listria monocytogene, Vibrio parahaemolyticus, dan E. Coli tidak tampak setelah 5 hari fermentasi

kimchi (Lee, 2001).

Fermentasi kimchi dilakukan oleh aktivitas bermacam-macam mikroba dari bahan baku, namun didominasi oleh bakteri asam laktat. Secara umum, bakteri asam laktat berguna untuk mencegah pertumbuhan mikroba patogen dan pembusuk dengan memproduksi asam-asam organik, hidrogen peroksida diasetil, dan bakteriosin. Bakteri asam laktat yang ditemukan adalah Leuconostoc,

Lactobacilus, Streptococcus, Pediococcus dan Lactococcus (Mheen, 2010).

Adapun reaksi yang terjadi pada proses fermentasi asam laktat ialah glukosa diubah menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis membentuk 2 molekul asam piruvat dan 2 molekul energi (NADH). NADH (Nikotinamida adenin dinukleotid hidrida) diubah kembali menjadi NAD+ saat pembentukan asam laktat dari asam piruvat. Asam piruvat kemudian mengalami dehidrogenasi piruvat dan menghasilkan asam laktat (James, dkk., 2008).

Gambar 2. Reaksi fermentasi asam laktat Piruvat

Laktat dehidrogenase

Kerusakan dari produk-produk fermentasi dan yang diasamkan

Aktivitas air sangat erat kaitannya dengan stabilitas dan keawetan pangan. Diantara faktor penyebab kerusakan pangan adalah adanya mikroba pembusuk, baik kapang, khamir maupun bakteri. Mikroba pembusuk dapat merusak pangan apabila tersedia air bebas yang cukup untuk pertumbuhannya, semakin banyak air bebas maka pertumbuhan akan semakin cepat (Kusnandar, 2011).

Bila dibiarkan produk-produk bahan pangan yang difermentasi dan yang diasamkan akan cepat mengalami kerusakan. Pada umumnya diperlukan adanya proteksi terhadap aktivitas mikroba yang memetabolisme asam yang terbentuk, sehingga memberi peluang bagi mikroba lain untuk berkembang. Penyimpanan dingin bahan pangan yang difermentasi dan diasamkan perlu untuk mengawetkan produk selama beberapa bulan (Desrosier, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi kimchi

Mheen (2010) menyatakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi fermentasi kimchi adalah mikroorganisme, suhu, konsentrasi garam, karbohidrat yang dapat difermentasi, nutrisi lain yang mendukung atau komponen penghambat pada bahan baku seperti oksigen dan pH serta faktor-faktor lainnya sebagai berikut.

 Garam

Penggaraman merupakan salah satu faktor yang mengontrol fermentasi dan pengawetan kimchi pada berbagai suhu. Penggaraman dapat dilakukan dengan larutan garam dan penggaraman langsung, namun pada penggaraman langsung memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menentukan konsentrasi garam

akhir kimchi. Konsentrasi garam optimum yang dapat diterima dalam kimchi adalah sebesar 2-3%.

 Suhu

Suhu merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi fermentasi kimchi, dimana fermentasi kimchi terjadi secara alami pada bahan baku. Kematangan kimchi tergantung pada suhu fermentasi sesuai dengan perubahan pH dan keasaman. Pada fermentasi kkakdugi dalam varian suhu 4oC, 10oC, dan 20oC, pH semakin menurun, kandungan gula bebas semakin menurun, kandungan volatil seperti metil alil sulfit menurun sedangkan asam laktat meningkat.

 Bahan baku

Bahan baku utama kimchi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bahan baku utama, bumbu, dan bahan baku optional. Pada kkakdugi, bahan baku utama adalah lobak putih. Termasuk bumbu adalah bawang putih, bubuk cabai merah, daun bawang, jahe, dan cuka ikan. Sedangkan daun perai, peterseli, sawi, pir, pati, MSG (monosodium glutamate) termasuk bahan baku optional.

 Pengawet alami

Kimchi yang terlalu matang merupakan kimchi yang aktivitas bakteri asam laktat terlalu tinggi, sehingga cara untuk mencegahnya adalah dengan mengontrol aktivitas mikroba tersebut. Bahan-bahan herbal, sayur dan buah dapat digunakan sebagai pengawet, namun penggunaan herbal memberikan kualitas sensori yang lebih rendah karena mempengaruhi rasa kimchi.

 Starter

Selama tahap-tahap fermentasi alami kimchi, populasi mikroba terbesar adalah bakteri asam laktat (BAL) dan selama fermentasi, berbagai asam organik

diproduksi oleh BAL. Asam-asam organik yang diproduksi selama fermentasi tersebut disebut dengan asidifikasi kimchi. Setelah tahap tersebut, mikroba lain turut berperan sehingga menghasilkan tekstur lunak pada kimchi.

Bahan-Bahan yang Ditambahkan

Dalam penelitian ini peneliti menambahkan sejumlah bahan untuk menggantikan beberapa komoditi sebagai bumbu kimchi lobak, yaitu lengkuas sebagai pengganti jahe serta daun jeruk sebagai pengganti daun perai. Hal ini peneliti lakukan untuk menghasilkan kimchi lobak yang memiliki aroma lebih baik.

Lengkuas digunakan sebagai bumbu masak yang bisa menimbulkan aroma khas. Selain itu, lengkuas bermanfaat bagi tubuh kita karena mengandung minyak atsiri, eugenol, sekuisterpen, pinen, metil, sinamat, kamferida, galangan, galangol, dan kristal kuning. Lengkuas bisa digunakan sebagai obat masuk angin, gabak, panu, eksim, koreng, radang lambung, dan usus perut lemah (Saparinto dan Hidayati, 2006).

Galangal atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan lengkuas merupakan tanaman rhizome yang termasuk dalam famili Zingiberaceae yang berasal dari Indonesia, umumnya digunakan dalam bahan masakan dan bermanfaat obat. Dalam bentuk segar, galangal memiliki rasa yang lebih kuat dibandingkan dengan jahe umumunya (Wikipedia3, 2013).

Daun jeruk purut banyak dimanfaatkan dalam masakan tom yum di Thailand dan Laos, masakan Krueng di Kambodia, dan Sayur Asem di Indonesia. Daun jeruk purut digunakan untuk mengurangi bau pada kerang rebus dan

menambah aroma dalam masakan. Kandungan stereokimia pada daun jeruk purut yaitu citronelal (Wikipedia4, 2013).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lobak termasuk salah satu jenis tanaman sayuran umbi dari suku kubis-kubisan (Cruciferae atau Brassicaceae) yang telah lama dikenal dan digemari masyarakat luas di dunia. Tanaman ini diduga berasal dari China, sehingga populer disebut lobak China. Namun literatur lain menduga bahwa asal mula tanaman lobak adalah Jepang, kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia terutama di Asia (Wikipedia1, 2013).

Lobak sering dianggap sebagai salah satu sayuran yang memiliki sifat obat. Beberapa manfaat kesehatan lobak antara lain, membantu menjaga kesehatan jantung dengan cara mengurangi kolesterol dan membantu pencernaan. Selain itu, kandungan vitamin K dapat membantu proses anti-inflamasi, dan kandungan folat yang dapat membantu meningkatkan sistem kardiovaskuler. Kandungan vitamin A, C, dan E serta mangan dalam lobak membantu melawan radikal bebas dan mencegah kerusakan DNA (Rukmana, 1995).

Lobak dapat diolah menjadi sup lobak dengan penambahan sayur dan daging, kue lobak. Tetapi dalam masyarakat luas, pengolahan lobak menjadi makanan pendamping nasi masih sangat rendah. Pengolahan lobak di Indonesia terbatas pada sup lobak yang dimasak dengan daging dan kue lobak serta sebagai bahan pembuatan acar. Hal ini dikarenakan masyarakat belum tahu pengolahan lobak menjadi beragam jenis makanan pendamping nasi. Akibatnya berdampak pada penjualan lobak di pasaran, harga komoditi lobak menjadi turun dan baik petani maupun pedagang lobak mengalami kerugian.

Lobak yang telah dipotong bagian atasnya dapat dikemas dalam kantong plastik yang diberi ventilasi, meskipun penyimpanan pada suhu 0oC dan konsentrasi oksigen 0,25% tidak membahayakan, namun perpindahan suhu menjadi 4,4oC akan meningkatkan kerusakan dalam satu minggu. Lobak yang dibuang bagian atasnya dan disimpan selama 3 hari pada 21,1oC menunjukkan kehilangan bobot sebanyak 27% tanpa kemasan dan 1,4% dengan kemasan polietilen (Pantastico, 1989).

Penyimpanan lobak yang tidak diberi perlakuan hanya akan dapat disimpan beberapa hari, sedangkan lobak yang diproses minimal seperti pemotongan bagian atas akan menambah masa simpan namun tetap terjadi kehilangan bobot yang tinggi. Hal ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian pengolahan lobak menjadi kimchi lobak dengan fermentasi suhu rendah selain memperpanjang masa simpan lobak juga merupakan bentuk pengolahan lobak menjadi makanan yang siap dikonsumsi serta memiliki manfaat fungsional.

Kimchi merupakan makanan fermentasi yang tergolong dalam makanan probiotik dimana dalam usus besar, probiotik mencerna serat makanan larut air melalui proses fermentasi menjadi asam lemak rantai pendek yang merupakan makanan utama bagi sel-sel normal usus halus serta menghambat pertumbuhan sel-sel abnormal. Selain itu, kimchi termasuk dalam salah satu makanan tersehat di dunia menurut sebuah majalah kesehatan di Amerika berturut-turut setelah

natto dan minyak zaitun karena kandungan vitamin A, B, C yang tinggi dan juga

kandungan bakteri lactobacillus.

Studi tentang efek kimchi dalam pencegahannya terhadap SARS (Severe

Dokumen terkait