• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Penulis/ tahun

Judul penelitian Variabel Metode Analisis Data Hasil penelitian Alana,dk k (2012) Pengaruh Citra Merek, Desain, dan Fitur Produk terhadap

Keputusan Pembelian

Handphone Nokia (Sudi Kasus pada Mahasiswa Universitas Diponegoro) Citra Merek Desain Fitur Produk Keputus an pembeli an Analisis Regresi Berganda

Citra merek, desain, dan fitur produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputuan pembelian

Handphone Nokia baik secara parsial dan simultan. Bruandari (2012) Analisis Pengaruh Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian Ponsel Merek Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran(2011/2012 ) Merek Kualitas Fitur Desain Keputus an Pembeli an Analisis Regeresi Berganda Merek, kualitas, fitur, dan desain produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputuan pembelian Smartphone Blackberry baik secara parsial dan simultan.

Handayan i (2012) Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Samsung Galaxy Series Harga Kualitas Merek Keputus an Pembeli an Analisis Regresi Berganda Variabel harga, kualitas, dan merek berpengaruh positif dan signifikan baik secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian handphone Samsung Galaxy Series. Merek mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian konsumen.

Di dalam penelitian ini, digunakan tiga penelitian terdahulu sebagai bahan

acuan. Kedua penelitian terdahulu ini dipilih karena memiliki kesamaan dalam

beberapa variabel yang digunakan. Penelitian sebelumnya yang pertama yaitu

Alana,dkk (2012) yang berjudul “Pengaruh Citra Merek, Desain, dan Fitur Produk

terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Sudi Kasus pada Mahasiswa

Universitas Diponegoro)”. Dari hasil penelitian yang disampaikan, diketahui

bahwa secara signifikan citra merek ternyata berpengaruh positif yang berarti

setiap perubahan besar terhadap citra merek akan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian produk Nokia, hal ini ditunjukan dengan koefisien regresi sebesar

0,583. Selain itu secara signifikan desain produk berpengaruh positif, hal ini

ditunjukan dengan koefisien regresi sebesar 0,484, dan untuk fitur produk secara

regresi sebesar 0,798. Sedangkan secara bersama-sama, citra merek, desain dan

fitur produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian yang ditunjukkan

dengan regresi linier berganda dari citra merek sebesar 0,365, desain produk

sebesar 0,108 dan fitur produk sebesar 0,396.

Penelitian sebelumnya yang kedua yaitu, Bruandari (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Atribut Produk terhadap

Keputusan Pembelian Ponsel Merek Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa

Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012)”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui atribut produk (merek, kualitas, fitur,

desain) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian ponsel

Blackberry dan untuk mengetahui atribut produk (merek, kualitas, fitur, desain)

berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian ponsel Blackberry.

Dari hasil penelitian yang disampaikan diketahui bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan positif antara variabel atribut produk yang terdiri dari merek,

kualitas, fitur, desain secara simultan (bersama – sama) terhadap keputusan

pembelian Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012) dan terdapat pengaruh yang signifikan positif

antara variabel atribut produk yang terdiri dari merek, kualitas, fitur, desain secara

parsial (terpisah) terhadap keputusan pembelian Blackberry (Studi Kasus

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012).

Penelitian ketiga yaitu, Handayani (2012) dalam penelitiannya berjudul

Glaxy Series”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga,

kualitas, dan merek terhadap keputusan pembelian Handphone Samsung Galaxy

Series, serta untuk mengetahui varibel apa yang paling dominan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian. Dari hasil penelitian yang disampaikan bahwa

harga, kualitas, dan merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian Handphone Samsung Galaxy Series baik secara parsial dan simultan.

Selanjutnya hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel merek menjadi

variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian

Handphone Samsung Galaxy Series.

2.2 Tinjauan Pemasaran

2.2.1 Defenisi Pemasaran

Pemasaran didefinisikan sebagai proses di mana perusahaan menciptakan

nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan

dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya

(Kotler&Armstrong 2008:6). Gronroos (dalam Tjiptono 2005:2) menyatakan

pemasaran bertujuan untuk menjalin, mengembangkan, dan mengomersialisasikan

hubungan dengan pelanggan untuk jangka panjang sedemikian rupa sehingga

tujuan masing masing pihak dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan melalui proses

pertukaran dan saling memenuhi janji. Pemasaran didefinisikan sebagai sebuah

disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan

perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya (Kartajaya dan Sula

pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Pemasaran menjadi aspek penting dalam kegiatan

bisnis suatu perusahaan. Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan karena

melalui pemasaran, perusahaan menjalin hubungan dengan konsumen. Definisi di

atas menjelaskan bahwa aktivitas pemasaran memiliki fokus utama kepada pasar

atau konsumen.

2.2.2 Proses Pemasaran

Secara sederhana proses pemasaran dapat digambarkan prosesnya seperti

terlihat pada gambar 2.1. Kotler dan Armstrong (2008:6) menyatakan bahwa

dalam empat langkah pertama, perusahaan bekerja untuk memahami pelanggan,

menciptakan nilai bagi pelanggan, dan membangun hubungan yang kuat dengan

pelanggan. Dalam langkah terakhir, perusahaan menuai hasil dari menciptakan

nilai unggul bagi pelanggan. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, sebagai

imbalannya perusahaan menangkap nilai dari pelanggannya dalam bentuk

penjualan, laba, dan ekuitas pelanggan dalam jangka panjang. Model ini

menegaskan bahwa perusahaan harus menciptakan keunggulan bersaing agar

dapat menjalankan hubungan jangka panjang dengan pelanggannya.

Keberlangsungan hubungan yang baik dengan pelanggan akan membuat

Sumber: Kotler&Armstrong (2008:6)

Gambar 2.1

Model Sederhana Proses Pemasaran 2.3 Produk

Kotler dan Armstrong (2008:266) mendefinisikan produk sebagai segala

sesuatu yang dapat ditawarkan perusahaan kepada pasar agar menarik perhatian,

akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau

kebutuhan. Menurut Fandy Tjiptono (2001:95), secara konseptual produk adalah

pemahaman subyektif dari perusahaan atas ‘sesuatu’ yang bisa ditawarkan sebagai

usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta

daya beli pasar.

Dalam merencanakan penawaran produk pemasar perlu memperhatikan

adanya tingkatan produk. Kotler dan Armstrong (2008:268) menjabarkan tiga

tingkatan produk sebagai berikut:

Memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan Merancang strategi pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan

Menangkap nilai dari pelanggan untuk menciptakan keuntungan dan ekuitas pelanggan

Membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul

Membangun hubungan yang menguntungkan dan menciptakan kepuasan pelanggan

1. Tingkat yang paling dasar adalah manfaat inti. Pemasar harus

mendefinisikan inti, manfaat penyelesaian masalah atau jasa yng dicari

konsumen.

2. Pada tingkat kedua, pemasar produk harus mengubah manfaat inti menjadi

produk aktual. Mereka harus mengembangkan fitur produk dan jasa,

desain, tingkat kualitas, nama merek, dan kemasan.

3. Pada tingkat akhir, perencana produk harus membangun produk tambahan

di sekitar manfaat inti dan produk aktual dengan menawarkan pelayanan

dan manfaat konsumen tambahan.

2.4 Kualitas Produk

Kualitas suatu produk menjadi salah satu aspek penting yang

mempengaruhi konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian. Kualitas

produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau

diimplikasikan, kualitas merupakan sarana positioning utama pemasar (Kotler &

Armstrong 2008:272). American Society for Quality Control dalam Griffin dan

Ebert (2003:504) mendefinisikan kualitas sebagai suatu totalitas ciri dan

karakteristik suatu produk atau jasa yang mendukung kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dijanjikan atau disimpulkan. Setiap konsumen

memiliki harapan akan kualitas produk yang dibelinya. Konsumen akan merasa

puas bila kualitas produk tersebut sesuai dengan harapan atau melampaui harapan

Kotler dan Armstrong (2008:273) menyatakan bahwa kualitas produk

mempunyai dua dimensi, yaitu tingkat dan konsistensi. Dalam mengemmbangkan

sebuah produk, pada awalnya pemasar harus memilih tingkat kualitas yang akan

mendukung positioning produk mereka. Dalam hal ini, kualitas produk berarti

kualitas kinerja, yaitu bagaimana kemampuan produk tersebut untuk menjalankan

fungsi seharusnya. Selain tingkat kualitas, kualitas tinggi juga bisa berati tingkat

konsistensi kualitas yang tinggi. Dalam hal ini, kualitas produk berarti pemastian

kualitas yang dapat didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan dan konsisten

dalam menghantarkan tingkat kinerja yang ditargetkan.

2.5 Desain Produk

Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa desain merupakan totalitas

produk yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan

kebutuhan pelanggan. Desain produk merupakan unsur produk yang paling bisa

diamati secara langsung oleh konsumen. Desain atau bentuk produk merupakan

atribut yang sangat penting untuk dapat mempengaruhi konsumen agar mereka

tertarik dan kemudian membelinya (Gitusudarmo 2002:85). Secara langsung

desain dapat membuat konsumen tertarik dengan produk tersebut.

Kotler&Armstrong (2008:273) mengatakan bahwa desain lebih dari sekedar ‘kulit

luar’, desain adalah jantung produk. Desain yang baik tidak hanya mempunyai

andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Hadjadinata

(dalam Pramono, 2012) menyatakan bahwa desain produk berhubungan dengan

penampilan dari produk tersebut, sedangkan desain mengenai fungsi berhubungan

dengan bagaimana produk tersebut dapat digunakan.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa desain bukan saja memegang

peran dalam hal bentuk suatu produk, tetapi juga dalam hal fungsinya. Setiap

desain yang dirancang oleh perusahaan haruslah mempunyai tujuan untuk

mendukung manfaat atau fungsi produk tersebut. Bagi perusahaan, produk yang

didesain dengan baik adalah produk yang mudah diproduksi dan didistribusikan.

Sedangkan bagi pelanggan, produk yang didesain dengan baik adalah produk

yang menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka, dipasang digunakan,

diperbaiki serta dibuang (Kotler dan Keller, 2009:10). Ketika persaingan semakin

ketat, desain menawarkan satu cara potensial untuk mendiferensiasikan serta

memposisikan produk atau jasa perusahaan, ditambah lagi ditengah situasi pasar

yang semakin cepat, harga dan teknologi tidaklah cukup (Kotler dan Keller,

2009:10).

2.6 Fitur Produk

Fandy Tjiptono (2001:25) mengatakan bahwa fitur adalah karakteristik

produk yang melengkapi produk tersebut. Fitur produk dipandang penting oleh

konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pembelian.

Sedangkan menurut Kotler & Armstrong (2008) fitur adalah sarana kompetitif

untuk mendiferensiasikan produk perusahaan dari produk pesaing. Menjadi

produsen pertama yang memperkenalkan fitur baru yang bernilai adalah salah satu

unsur penting karena dapat memberikan keunggulan dan keistimewaan dibanding

produk lain sejenis.

Dalam menciptakan suatu fitur baru ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan daiantaranya adalah berapa banyak konsumen yang membutuhkan

fitur tersebut, berapa lama waktu yang diperlukan untuk memperkenalkan fitur

tersebut, dan apakah fitur yang telah diciptakan akan mudah ditiru oleh pesaing.

Kotler dan Keller (2009:8) menjelaskan bahwa perusahaan harus secara cermat

dan teliti memprioritaskan fitur-fitur yang tercakup dan menemukan cara yang

tepat untuk memberikan informasi kepada konsumen bagaimana menggunakan

dan memanfaatkan fitur tersebut.

2.7 Perilaku Konsumen

Hawkins dan Mothersbaugh (dalam Suryani 2013:6) menyatakan bahwa

perilaku konsumen merupakan suatu studi tentang bagaimana individu, kelompok,

dan organisasi serta proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan,

menggunakan, dan menghentikan produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk

memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.

Schiffman dan Kanuk (2004:6) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan

suatu studi yang terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk

memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia baik itu waktu, uang, dan usaha

guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Sedangkan

menurut Setiadi (2003) perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung

produk atau jasa, dimana di dalamnya termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini. Beberapa definisi ini sedikit memberikan

gambaran bahwa perilaku konsumen ternyata memiliki cakupan yang luas dalam

perkembangannya. Menurut Suryani (2013:6), ada beberapa implikasi cakupan

studi perilaku konsumen yang luas ini, yaitu:

1. Pemasar perlu memperhatikan semua proses yang dilakukan konsumen

baik yang sifatnya individu maupun kelompok, faktor internal yang

kompleks yang terlibat di dalamnya, dan faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

2. Keberhasilan strategi pemasaran bersumber dari kemampuan perusahaan

memahami perilaku konsumennya.

3. Perusahaan seharusnya proaktif mencari informasi yang dalam mengenai

perilaku konsumen dari kelompok segmen yang dituju agar dapat

merumuskan strategi pemasaran yang tepat.

4. Perusahaan seharusnya memperhatikan masalah etika terkait dengan

konsumen dan masyarakat. Perhatian terhadap aspek etika ini penting

karena perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang etis dalam

bisnis akan lebih dihargai oleh masyarakat dan ini menjadi sumber

kepercayaan yang akan berdampak pada hubungan jangka panjang dengan

konsumen.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga tidak

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai

berikut:

1. Faktor Budaya

a. Budaya

Budaya (culture) adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan

perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan

institusi penting lainnya. Budaya merupakan penyebab keinginan dan

perilaku seseorang yang paling dasar. Pemasar selalu berusaha

menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk baru yang

diinginkan orang.

b. Subbudaya

Masing-masing budaya mengandung subbudaya (subculture) yang

lebih kecil, atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan

pengalaman hidup dan situasi yang umum. Subbudaya meliputi

kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak

subbudaya membentuk segmen pasar yang penting, dan pemasar

sering merancang produk dan program pemasaran yang dibuat untuk

kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan

berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang

sosial tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang

sama.

2. Faktor Sosial

a. Kelompok

Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak kelompok (group) kecil.

Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat di mana

seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan.

Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan

atau titik referensi langsung (berhadapan) atau tidak langsung dalam

membentuk sikap atau perilaku seseorang.

b. Keluarga

Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli.

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting

di dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar

tertarik pada peran dan pengaruh suami,istri, serta anak-anak dalam

pembelian barang dan jasa yang berbeda.

c. Peran dan Status

Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan

dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan

dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya.

Maing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang

3. Faktor Pribadi

a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup

mereka. Pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan

tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemsaran

yang sesuai untuk setiap tahap itu.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.

Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang

mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka.

Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang

diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu.

c. Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.

Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati

gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator

ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil

langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga

kembali untuk produk mereka secara seksama.

d. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam

keadaan psikografinya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari

menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di

dunia.

e. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang

menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama

terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian dapat digunakan

untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan

merek tertentu.

4. Faktor Psikologis

a. Motivasi

Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya

adalah kebutuhan biologis. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan

psikologis. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai

tingkat intensitas yang kuat. Motif adalah kebutuhan dengan tekanan

yang kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan.

b. Persepsi

Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia

yang berarti. Orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari

rangsangan yang sama karena tiga proses perseptual (berhubungan

dengan ransangan sensorik): atensi selektif, distorsi selektif, dan

c. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang

yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi

dorongan (drives), rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan

(reinforcement).

d. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang

tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata,

pendapat, atau iman dan bisa membawa muatan emosi atau tidak.

Sikap mnggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif

konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide.

2.8 Proses Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan tahap di mana konsumen memutuskan

untuk membeli salah satu dari beberapa alternatif produk yang telah dievaluasi

atau dipertimbangkan. Untuk melakukan keputusan pembelian, konsumen

mengalami beberapa tahapan mulai dari pengenalan kebutuhan sampai kepada

melakukan keputusan pembelian. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk

melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas

pemenuhan kebutuhan dan keinginan (Sutisna 2002:15). Schiffman & Kanuk

(2004) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dapat dipandang

sebagai tiga tahap yang berbeda namun berhubungan satu sama lain: tahap

masukan (input), tahap proses, dan tahap keluaran (output). Menurut

proses keputusan pembelian yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelas,

proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut

dalam waktu yang lama setelah pembelian.

Sumber: Kotler&Armstrong (2008:179)

Gambar 2.2

Proses Keputusan Pembelian

Tahap pengenalan kebutuhan merupakan tahap ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh

rangsangan internal dan eksternal. Ketika salah satu kebutuhan normal seseorang

timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Selanjutnya

adalah tahap pencarian informasi yang merupakan tahapan dimana konsumen mencari informasi lebih banyak atau konsumen mungkin hanya memperbesar

perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Konsumen yang telah

memperoleh informasi mengenai produk yang diinginkannya selanjutnya akan

melakukan evaluasi alternatif, dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan.

Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan

membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara

Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pascapembelian

menjelaskan 2 faktor tersebut adalah sikap orang lain dan faktor situasional yang

tidak diharapkan. Sikap orang lain merupakan batas dimana sikap seseorang

mengurangi preferensi konsumen unutk sebuah alternatif yang tergantung pada 2

hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai dan (2)

motivasi konsumen untuk mematuhi kehendak orang lain. Sedangkan faktor

situasional yang tidak diantisipasi mungkin muncul untuk mengubah niat

pembelian.

Sumber: Kotler&Keller (2009:189)

Gambar 2.3

Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan

terlibat dalam perilaku pascapembelian yang juga harus diperhatikan oleh pemasar. Perilaku pascapembelian merupakan tahapan dimana konsumen

Keputusan Pembelian Faktor situasional yang tidak diantisipasi Sikap Orang Lain Niat untuk membeli Evaluasi alternatif

mengambil tindakan setelah pembelian berdasarkan puas atau tidak puasnya

mereka.

2.9 Kerangka Konseptual

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2012:88) menjelaskan bahwa kerangka

berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis partautan antar

variabel yang diteliti. Begitu ketatnya persaingan antara perusahaan smartphone

membuat perusahaan harus melakukan inovasi untuk menciptakan keunggulan

daripada perusahaan lain sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk dari

produsen tersebut. Kotler dan Armstrong (2008:272) menjelaskan bahwa manfaat

dari produk dikomunikasikan melalui atribut produk yang terdiri atas kualitas

produk (X1), desain produk (X2), dan fitur produk (X3). Tjiptono (2001:103)

menjelaskan bahwa atribut produk merupakan aspek yang penting dari sebuah

produk karena menjadi dasar pertimbangan konsumen untuk membuat keputusan

pembelian, artinya ketiga variabel tersebut mampu mempengaruhi konsumen

dalam pengambilan keputusan pembelian (Y). Kotler dan Keller (2009:10)

menjelaskan bahwa dengan memperbaiki kualitas produk perusahaan dapat

memperoleh pangsa pasar yang tinggi. Pangsa pasar yang tinggi dapat diperoleh

bila konsumen memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsi produk

perusahaan tersebut. Selain itu dalam Kotler dan Keller (2009:11) dijelaskan

diferensiasi dan keunggulan bersaing maka konsumen akan tertarik untuk

Dokumen terkait