SKRIPSI
PENGARUH KUALITAS PRODUK, DESAIN PRODUK, DAN FITUR PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE
SAMSUNG PADA STAF WAHANA VISI INDONESIA JAKARTA
OLEH:
SILFANUS BARITA 100502096
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH KUALITAS PRODUK, DESAIN PRODUK, DAN FITUR
PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE
SAMSUNG PADA STAF WAHANA VISI INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk, desain produk, dan fitur produk terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung pada staf Wahana Visi Indonesia Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah staf Wahana Visi Indonesia Jakarta yang menggunakan smartphone Samsung. Populasi berjumlah 86 orang dan seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi asosiatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data primer dan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber untuk memperoleh data sekunder.
Pada uji hipotesis secara serempak (Uji F) variabel kualitas produk, desain produk, dan fitur produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Pada uji hipotesis parsial (Uji t) variabel kualitas produk dan desain produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan, variabel fitur produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Hasil pengujian Adjusted R Square (R2) menunjukkan nilainya sebesar 0,271. Artinya variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan sebesar 27,1% oleh variabel kualitas produk, desain produk, dan fitur produk, sementara sisanya 72,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini Kata kunci: Kualitas Produk, Desain Produk, Fitur Produk, dan Keputusan
ABSTRACT
THE EFFECT OF PRODUCT QUALITY, PRODUCT DESIGN, AND PRODUCT FEATURE TO THE BUYING DECISION OF SAMSUNG SMARTPHONE ON THE STAF OF WAHANA VISI INDONESIA JAKARTA
This research aims to identify and analyze the effect of product quality, product design, and product feature to the buying decision of Samsung smartphone on the staf of Wahana Visi Indonesia Jakarta. Sample were taken by purposive sampling method, the sample was selected by certain criteria. The criteria is the staf who use Samsung smartphone. Total of population is 86 and all of the population become sample.
The type of this research is explanation associative research. The primary data was collected by questionaire and for secondary data was collected from some litterature.
The result from simultaneous testing (F-test) shows that simultaneously the effect of product quality, product design, and product feature are positive and significant to the buying decision. On the partial testing (t-test), the effect of product quality and product are positive and not significant to the buying decision. Whereas, the effect of product feature is positive and significant to the buying decision.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tua tercinta
Sangkan Sinaga, S.E dan Sri Wienantusih yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan secara moril dan materil, serta memberikan kasih sayang yang
selalu menyertai perjalanan hidup penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dan proses perkuliahan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kualitas Produk, Desain Produk, Dan Fitur
Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Pada Staf Wahana
Visi Indonesia Jakarta”. Penulis telah banyak menerima dukungan dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU dan selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan kepada.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Marhaini, MS selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
7. Ibu Lily Wirawan selaku HRD Manager Wahana Visi Indonesia Jakarta dan
seluruh staf, yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Bapak Dr. Heru Prasadja yang telah memberi bantuan dan saran kepada
penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
9. Kepada kakak dan adik tercinta, Siska Eva Uliana dan Simon Togar
Kurniawan atas doa, motivasi dan dukungan yang diberikan.
10. Teman-teman Manajemen 2010 yang memberikan dukungan kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini Oka Reinhard, Vera Yosefin, Xamuel Luckita,
dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2014 Penulis
3.10 Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 48
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 48
4.1.2 Strategi Perusahaan Samsung Electronics Indonesia ... 49
4.2 Hasil Penelitian ... 50
4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Responden ... 50
4.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel ... 52
4.2.3 Hasil Analisis Statistik ... 58
4.2.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.2.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Penjualan dan Market Share Smartphone di Dunia Pada
Kuartal 3 Tahun 2012 dan 2013 ... 5
1.2 Peringkat Penjualan Smartphone di Indonesia Pada Kuartal 3 Tahun 2013 ... 6
2.1 Penelitian Terdahulu ... 10
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 33
3.2 Instrumen Skala Likert ... 35
3.3 Uji Validitas I ... 38
3.4 Uji Validitas II ... 39
3.5 Uji Reliabilitas ... 41
4.1 Karakteristik Responden ... 50
4.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas Produk... 52
4.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Desain Produk... 53
4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Fitur Produk... 55
4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian ... 57
4.6 Analisis Kolmogorov-Smirnov ... 50
4.7 Uji Multikoliniearitas ... 50
4.8 Uji Glejser ... 63
4.9 Hasil Uji Signifikan Simultan ... 64
4.10 Hasil Uji Signifikan Parsial ... 65
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Model Sederhana Proses Pemasaran ... 15
2.2 Proses Keputusan Pembelian ... 26
2.3 Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian ... 27
2.4 Kerangka Konseptual ... 29
4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 59
4.2 Grafik P-Plot Uji Normalitas ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
PENGARUH KUALITAS PRODUK, DESAIN PRODUK, DAN FITUR
PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE
SAMSUNG PADA STAF WAHANA VISI INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk, desain produk, dan fitur produk terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung pada staf Wahana Visi Indonesia Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah staf Wahana Visi Indonesia Jakarta yang menggunakan smartphone Samsung. Populasi berjumlah 86 orang dan seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi asosiatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data primer dan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber untuk memperoleh data sekunder.
Pada uji hipotesis secara serempak (Uji F) variabel kualitas produk, desain produk, dan fitur produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Pada uji hipotesis parsial (Uji t) variabel kualitas produk dan desain produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan, variabel fitur produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Hasil pengujian Adjusted R Square (R2) menunjukkan nilainya sebesar 0,271. Artinya variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan sebesar 27,1% oleh variabel kualitas produk, desain produk, dan fitur produk, sementara sisanya 72,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini Kata kunci: Kualitas Produk, Desain Produk, Fitur Produk, dan Keputusan
ABSTRACT
THE EFFECT OF PRODUCT QUALITY, PRODUCT DESIGN, AND PRODUCT FEATURE TO THE BUYING DECISION OF SAMSUNG SMARTPHONE ON THE STAF OF WAHANA VISI INDONESIA JAKARTA
This research aims to identify and analyze the effect of product quality, product design, and product feature to the buying decision of Samsung smartphone on the staf of Wahana Visi Indonesia Jakarta. Sample were taken by purposive sampling method, the sample was selected by certain criteria. The criteria is the staf who use Samsung smartphone. Total of population is 86 and all of the population become sample.
The type of this research is explanation associative research. The primary data was collected by questionaire and for secondary data was collected from some litterature.
The result from simultaneous testing (F-test) shows that simultaneously the effect of product quality, product design, and product feature are positive and significant to the buying decision. On the partial testing (t-test), the effect of product quality and product are positive and not significant to the buying decision. Whereas, the effect of product feature is positive and significant to the buying decision.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi saat ini membuat arus informasi semakin berkembang
pesat. Setiap individu semakin dituntut untuk memperoleh akses informasi secara
cepat dan tepat melalui sumber-sumber informasi yang kini semakin banyak
jumlahnya. Hal ini berdampak pada tingkat kebutuhan ponsel yang semakin
meningkat, khususnya kebutuhan akan ponsel pintar atau smartphone. Situasi ini
tentu saja menjadi sebuah tantangan bagi para pelaku dunia usaha di bidang alat
komunikasi smartphone untuk merebut konsumen, tidak heran bila saat ini begitu
banyak merek-merek baru yang masuk ke pasar smartphone. Situasi persaingan
ini tentu saja akan membawa dampak kepada konsumen maupun produsen itu
sendiri.
Persaingan yang ketat antara para produsen smartphone tidak hanya
menempatkan konsumen sebagai pihak yang pasif, dalam hal ini hanya menerima
dan menggunakan produk saja, tetapi konsumen juga harus bertindak sebagai
pengambil keputusan untuk produk yang dipilihnya di tengah situasi banyaknya
pilihan produk yang dapat dipilih. Bagi para produsen, persaingan ini membuat
mereka harus terus-menerus meningkatkan kualitas produknya serta melakukan
inovasi-inovasi dalam hal desain dan fitur produknya agar sesuai dengan apa yang
menjadi kebutuhan dan selera konsumen saat ini. Kotler dan Armstrong
pendefinisian manfaat yang akan ditawarkan produk tersebut, dimana manfaat ini
dikomunikasikan oleh atribut produk seperti kualitas, fitur, dan desain. Menurut
Tjiptono (2001:103) atribut produk merupakan unsur-unsur yang dipandang
penting oleh konsumen dan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan
pembelian. Persaingan antar produsen smartphone yang semakin ketat ini tidak
lagi hanya menjadikan harga sebagai fokus utama untuk menarik konsumen dan
menjadikannya sebagai aspek utama untuk memilii keunggulan bersaing. Saat ini
para produsen smartphone lebih menonjolkan aspek kualitas, fitur, dan desain
produknya untuk menunjukkan keunggulan dan diferensiasi dari pesaingnya.
Kotler dan Keller (2009:10) menjelaskan bahwa dalam pasar yang semakin cepat
ini, harga dan teknologi tidaklah cukup. Munculnya produsen-produsen baru
membuat persaingan dalam harga tidak lagi menjadi fokus utama, para produsen
berusahan menjangkau seluruh segmen konsumennya. Fenomena ini juga terlihat
pada iklan dan promosi yang dilakukan oleh produsen smartphone itu sendiri, saat
ini iklan yang dibuat fokus pada kemampuan produk smartphone tersebut bahkan
menggambarkan secara detail tentang kualitas, desain dan fitur produk
smartphone tersebut. Hal ini memberi gambaran bahwa ketiga aspek ini
dipandang penting untuk menciptakan keunggulan dan merebut hati konsumen.
Produsen perlu mengamati dan mencermati perilaku konsumen itu sendiri
khususnya dalam hal pengambilan keputusan pembelian. Menurut Engel et al (
dalam Tjiptono 2001:19) “perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan,
mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut”. Mengenali perilaku
konsumen khususnya dalam hal perilaku pembelian memang bukan pekerjaan
yang mudah tetapi merupakan tugas yang sangat penting bagi perusahaan untuk
memahaminya. Kotler & Armstrong (2008:158) menjelaskan bahwa kebanyakan
perusahaan besar melakukan penelitian secara sangat rinci untuk mengetahui
tentang apa yang dibeli konsumen, di mana mereka membeli, bagaimana dan
berapa banyak yang mereka beli, kapan mereka membeli, dan mengapa mereka
membeli.
Saat ini begitu banyak sumber informasi mengenai suatu produk yang
dapat membantu kita memberi penilaian terhadap produk tersebut. Keadaan ini
membuat konsumen semakin cerdas dalam menentukan keputusan membelinya.
Konsumen semakin memperhatikan kualitas produk yang akan dipilihnya.
Khususnya terhadap produk smartphone, aspek kualitas menjadi sangat penting
mengingat tingkat penggunaannya yang tinggi dan digunakan dalam jangka waktu
yang cukup panjang. Tentunya konsumen akan memilih smartphone yang mampu
memberikan kinerja yang baik dan dapat memenuhi kebutuhannya serta memiliki
daya tahan yang dapat diandalkan..
Tidak hanya mengenai kualitas tetapi konsumen juga sangat
memperhatikan desain dari smartphone itu sendiri. Bentuk dan warna menarik
yang sesuai dengan selera konsumen serta desain yang mendukung fungsi produk
itu sendiri akan menjadi nilai tambah bagi smartphone tersebut. Desain
memberikan gambaran awal mengenai produk tersebut sehingga penting bagi
produsen untuk memperhatikan aspek ini.
Selain itu, berkembangnya teknologi dan arus informasi juga membuat
kebutuhan konsumen terhadap ponsel tidak hanya sekedar menjadi alat untuk
berkomunikasi dengan mengirim pesan atau telepon saja tetapi juga
menjadikannya sebagai sarana hiburan, perangkat yang membantu dalam
pekerjaan, dan alat untuk memperoleh informasi. Dalam kaitannya dengan
situasi tersebut, smartphone menyediakan fitur-fitur yang sangat lengkap yang
dapat memenuhi kebutuhan konsumen saat ini. Media foto dan gambar yang
semakin beragam, pemutar musik, sistem operasi (operating system) yang
menarik, akses internet dan media sosial, serta berbagai fitur lainnya
memungkinkan para penggunanya dengan cepat bertukar informasi dengan
pengguna lain. Menurut data dari swa.co.id, 66% penggunaan smartphone di
Indonesia adalah untuk mengakses sosial media dan sisanya 37%
menggunakannya untuk chatting. Hal ini menjadi bukti bahwa peran ponsel
memang sudah bergeser sehingga desain yang ditampilkam dalam sebuah
smartphone dan fitur-fitur yang terdapat didalamnya akan menjadi bahan
pertimbangan bagi konsumen sebelum membuat keputusan membeli.
Sebagai salah satu perusahaan perangkat elektronik terbesar di dunia,
Samsung perlu untuk mengenali bagaimana perilaku pembelian konsumennya dan
variabel apa yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut. Samsung
merupakan perusahaan elektronik dari Korea Selatan yang saat ini merajai pasar
Tabel 1.1
Penjualan dan Market Share Smartphone di Dunia Pada Kuartal 3 Tahun 2012 dan 2013
Worldwide Smartphone Sales to End Users by Vendor in 3Q13 (Thousands of Units)
Company Kuartal 3 2013
Dari tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa Samsung menjadi market leader dalam pasar
smartphone dunia dan menguasai market share sebesar 32,1% di tahun 2013.
Meskipun tidak mengalami pertumbuhan market share dari kuartal 3 tahun 2012
sampai kuartal 3 tahun 2013, Samsung tetap mengalami peningkatan dalam
penjualan unit smartphone-nya dan tetap unggul cukup jauh dari
pesaing-pesaingnya baik dalam segi unit penjualan produk dan penguasaan pangsa pasar.
Untuk di Indonesia sendiri Samsung juga memimpin pangsa pasar smartphone
Tabel 1.2
Peringkat Penjualan Smartphone di Indonesia Pada Kuartal 3 Tahun 2013
Merek Penjualan (Unit)
Samsung 1.054.000
Smartfren 339.000
Blackberry 330.000
Lenovo 311.000
Sumber:
Data pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa saat ini Samsung unggul cukup jauh
dibanding pesaing-pesaingnya. Samsung mampu menggeser merek-merek besar
lainnya yang lebih dulu berkiprah di pasar dalam negeri, bahkan menggeser
beberapa merek yang pernah mendominasi penjualan smartphone di Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa konsumen memliki penilaian yang baik terhadap
produk-produk dari Samsung. Salah satu faktor keberhasilan Samsung ini diduga
karena Samsung merupakan perusahaan yang ‘rajin’ melakukan inovasi terhadap
produk smartphone-nya, baik inovasi dalam hal kualitas, desain, maupun fitur
produknya sehingga Samsung memiliki varian produk smartphone yang lebih
beragam dan dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas dibanding dengan
pesaingnya.
Wahana Visi Indonesia merupakan organisasi kemanusiaan Kristen yang
bekerja untuk membawa perubahan berkelanjutan pada kehidupan anak, keluarga,
dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Wahana Visi Indonesia
mendedikasikan diri bekerja bersama masyarakat yang paling membutuhkan
Indonesia dimana terdiri dari 5 kantor regional yaitu: Regio Jawa-Sumatera,
Regio NTT, Regio Papua, Regio Sulawesi, Regio Kalimantan. Aktivitas Wahana
Visi Indonesia tentu saja didukung oleh jumlah staf yang besar, dimana para staf
di sana sangat membutuhkan perangkat yang baik untuk memudahkan komunikasi
dan koordinasi. Kondisi ini membuat kebutuhan staf Wahana Visi Indonesia
terhadap smartphone yang mendukung proses komunikasi cukup tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui sejauh mana kualitas produk, desain produk, dan fitur produk
berpengaruh pada keputusan pembelian smartphone Samsung. Untuk itu, penulis
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kualitas Produk, Desain Produk, dan Fitur Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone
Samsung Pada Staf Wahana Visi Indonesia Jakarta”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah kualitas produk, desain produk, dan fitur produk secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian smarphone Samsung?
b. Apakah kualitas produk, desain produk, dan fitur produk secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk, desain
produk, dan fitur produk terhadap keputusan pembelian smartphone
Samsung secara simultan.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk, desain
produk, dan fitur produk terhadap keputusan pembelian smartphone
Samsung secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai
berikut:
a. Bagi perusahaan Samsung
Penilitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan Samsung di
tengah ketatnya persaingan saat ini, terutama mengenai perilaku
konsumen dalam keputusan pembelian serta memberikan informasi
tambahan kepada perusahaan dalam hal seberapa besar pengaruh
kualitas produk, desain produk, dan fitur produk terhadap keputusan
b. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai
pengaruh kualitas produk, desain produk, dan fitur produk terhadap
keputusan pembelian smartphone Samsung.
c. Bagi kalangan akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan
tambahan referensi kepada kalangan akademik untuk melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penulis/ tahun
Judul penelitian Variabel Metode Analisis Data
Hasil penelitian
Handayan
Di dalam penelitian ini, digunakan tiga penelitian terdahulu sebagai bahan
acuan. Kedua penelitian terdahulu ini dipilih karena memiliki kesamaan dalam
beberapa variabel yang digunakan. Penelitian sebelumnya yang pertama yaitu
Alana,dkk (2012) yang berjudul “Pengaruh Citra Merek, Desain, dan Fitur Produk
terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Sudi Kasus pada Mahasiswa
Universitas Diponegoro)”. Dari hasil penelitian yang disampaikan, diketahui
bahwa secara signifikan citra merek ternyata berpengaruh positif yang berarti
setiap perubahan besar terhadap citra merek akan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk Nokia, hal ini ditunjukan dengan koefisien regresi sebesar
0,583. Selain itu secara signifikan desain produk berpengaruh positif, hal ini
ditunjukan dengan koefisien regresi sebesar 0,484, dan untuk fitur produk secara
regresi sebesar 0,798. Sedangkan secara bersama-sama, citra merek, desain dan
fitur produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian yang ditunjukkan
dengan regresi linier berganda dari citra merek sebesar 0,365, desain produk
sebesar 0,108 dan fitur produk sebesar 0,396.
Penelitian sebelumnya yang kedua yaitu, Bruandari (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Atribut Produk terhadap
Keputusan Pembelian Ponsel Merek Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012)”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui atribut produk (merek, kualitas, fitur,
desain) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian ponsel
Blackberry dan untuk mengetahui atribut produk (merek, kualitas, fitur, desain)
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian ponsel Blackberry.
Dari hasil penelitian yang disampaikan diketahui bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan positif antara variabel atribut produk yang terdiri dari merek,
kualitas, fitur, desain secara simultan (bersama – sama) terhadap keputusan
pembelian Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012) dan terdapat pengaruh yang signifikan positif
antara variabel atribut produk yang terdiri dari merek, kualitas, fitur, desain secara
parsial (terpisah) terhadap keputusan pembelian Blackberry (Studi Kasus
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012).
Penelitian ketiga yaitu, Handayani (2012) dalam penelitiannya berjudul
Glaxy Series”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga,
kualitas, dan merek terhadap keputusan pembelian Handphone Samsung Galaxy
Series, serta untuk mengetahui varibel apa yang paling dominan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Dari hasil penelitian yang disampaikan bahwa
harga, kualitas, dan merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian Handphone Samsung Galaxy Series baik secara parsial dan simultan.
Selanjutnya hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel merek menjadi
variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian
Handphone Samsung Galaxy Series.
2.2 Tinjauan Pemasaran
2.2.1 Defenisi Pemasaran
Pemasaran didefinisikan sebagai proses di mana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan
dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya
(Kotler&Armstrong 2008:6). Gronroos (dalam Tjiptono 2005:2) menyatakan
pemasaran bertujuan untuk menjalin, mengembangkan, dan mengomersialisasikan
hubungan dengan pelanggan untuk jangka panjang sedemikian rupa sehingga
tujuan masing masing pihak dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan melalui proses
pertukaran dan saling memenuhi janji. Pemasaran didefinisikan sebagai sebuah
disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya (Kartajaya dan Sula
pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Pemasaran menjadi aspek penting dalam kegiatan
bisnis suatu perusahaan. Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan karena
melalui pemasaran, perusahaan menjalin hubungan dengan konsumen. Definisi di
atas menjelaskan bahwa aktivitas pemasaran memiliki fokus utama kepada pasar
atau konsumen.
2.2.2 Proses Pemasaran
Secara sederhana proses pemasaran dapat digambarkan prosesnya seperti
terlihat pada gambar 2.1. Kotler dan Armstrong (2008:6) menyatakan bahwa
dalam empat langkah pertama, perusahaan bekerja untuk memahami pelanggan,
menciptakan nilai bagi pelanggan, dan membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan. Dalam langkah terakhir, perusahaan menuai hasil dari menciptakan
nilai unggul bagi pelanggan. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, sebagai
imbalannya perusahaan menangkap nilai dari pelanggannya dalam bentuk
penjualan, laba, dan ekuitas pelanggan dalam jangka panjang. Model ini
menegaskan bahwa perusahaan harus menciptakan keunggulan bersaing agar
dapat menjalankan hubungan jangka panjang dengan pelanggannya.
Keberlangsungan hubungan yang baik dengan pelanggan akan membuat
Sumber: Kotler&Armstrong (2008:6)
Gambar 2.1
Model Sederhana Proses Pemasaran 2.3 Produk
Kotler dan Armstrong (2008:266) mendefinisikan produk sebagai segala
sesuatu yang dapat ditawarkan perusahaan kepada pasar agar menarik perhatian,
akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan. Menurut Fandy Tjiptono (2001:95), secara konseptual produk adalah
pemahaman subyektif dari perusahaan atas ‘sesuatu’ yang bisa ditawarkan sebagai
usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta
daya beli pasar.
Dalam merencanakan penawaran produk pemasar perlu memperhatikan
adanya tingkatan produk. Kotler dan Armstrong (2008:268) menjabarkan tiga
tingkatan produk sebagai berikut:
Memahami
Membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul
1. Tingkat yang paling dasar adalah manfaat inti. Pemasar harus
mendefinisikan inti, manfaat penyelesaian masalah atau jasa yng dicari
konsumen.
2. Pada tingkat kedua, pemasar produk harus mengubah manfaat inti menjadi
produk aktual. Mereka harus mengembangkan fitur produk dan jasa,
desain, tingkat kualitas, nama merek, dan kemasan.
3. Pada tingkat akhir, perencana produk harus membangun produk tambahan
di sekitar manfaat inti dan produk aktual dengan menawarkan pelayanan
dan manfaat konsumen tambahan.
2.4 Kualitas Produk
Kualitas suatu produk menjadi salah satu aspek penting yang
mempengaruhi konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian. Kualitas
produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau
diimplikasikan, kualitas merupakan sarana positioning utama pemasar (Kotler &
Armstrong 2008:272). American Society for Quality Control dalam Griffin dan
Ebert (2003:504) mendefinisikan kualitas sebagai suatu totalitas ciri dan
karakteristik suatu produk atau jasa yang mendukung kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dijanjikan atau disimpulkan. Setiap konsumen
memiliki harapan akan kualitas produk yang dibelinya. Konsumen akan merasa
puas bila kualitas produk tersebut sesuai dengan harapan atau melampaui harapan
Kotler dan Armstrong (2008:273) menyatakan bahwa kualitas produk
mempunyai dua dimensi, yaitu tingkat dan konsistensi. Dalam mengemmbangkan
sebuah produk, pada awalnya pemasar harus memilih tingkat kualitas yang akan
mendukung positioning produk mereka. Dalam hal ini, kualitas produk berarti
kualitas kinerja, yaitu bagaimana kemampuan produk tersebut untuk menjalankan
fungsi seharusnya. Selain tingkat kualitas, kualitas tinggi juga bisa berati tingkat
konsistensi kualitas yang tinggi. Dalam hal ini, kualitas produk berarti pemastian
kualitas yang dapat didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan dan konsisten
dalam menghantarkan tingkat kinerja yang ditargetkan.
2.5 Desain Produk
Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa desain merupakan totalitas
produk yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan
kebutuhan pelanggan. Desain produk merupakan unsur produk yang paling bisa
diamati secara langsung oleh konsumen. Desain atau bentuk produk merupakan
atribut yang sangat penting untuk dapat mempengaruhi konsumen agar mereka
tertarik dan kemudian membelinya (Gitusudarmo 2002:85). Secara langsung
desain dapat membuat konsumen tertarik dengan produk tersebut.
Kotler&Armstrong (2008:273) mengatakan bahwa desain lebih dari sekedar ‘kulit
luar’, desain adalah jantung produk. Desain yang baik tidak hanya mempunyai
andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Hadjadinata
(dalam Pramono, 2012) menyatakan bahwa desain produk berhubungan dengan
penampilan dari produk tersebut, sedangkan desain mengenai fungsi berhubungan
dengan bagaimana produk tersebut dapat digunakan.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa desain bukan saja memegang
peran dalam hal bentuk suatu produk, tetapi juga dalam hal fungsinya. Setiap
desain yang dirancang oleh perusahaan haruslah mempunyai tujuan untuk
mendukung manfaat atau fungsi produk tersebut. Bagi perusahaan, produk yang
didesain dengan baik adalah produk yang mudah diproduksi dan didistribusikan.
Sedangkan bagi pelanggan, produk yang didesain dengan baik adalah produk
yang menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka, dipasang digunakan,
diperbaiki serta dibuang (Kotler dan Keller, 2009:10). Ketika persaingan semakin
ketat, desain menawarkan satu cara potensial untuk mendiferensiasikan serta
memposisikan produk atau jasa perusahaan, ditambah lagi ditengah situasi pasar
yang semakin cepat, harga dan teknologi tidaklah cukup (Kotler dan Keller,
2009:10).
2.6 Fitur Produk
Fandy Tjiptono (2001:25) mengatakan bahwa fitur adalah karakteristik
produk yang melengkapi produk tersebut. Fitur produk dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pembelian.
Sedangkan menurut Kotler & Armstrong (2008) fitur adalah sarana kompetitif
untuk mendiferensiasikan produk perusahaan dari produk pesaing. Menjadi
produsen pertama yang memperkenalkan fitur baru yang bernilai adalah salah satu
unsur penting karena dapat memberikan keunggulan dan keistimewaan dibanding
produk lain sejenis.
Dalam menciptakan suatu fitur baru ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan daiantaranya adalah berapa banyak konsumen yang membutuhkan
fitur tersebut, berapa lama waktu yang diperlukan untuk memperkenalkan fitur
tersebut, dan apakah fitur yang telah diciptakan akan mudah ditiru oleh pesaing.
Kotler dan Keller (2009:8) menjelaskan bahwa perusahaan harus secara cermat
dan teliti memprioritaskan fitur-fitur yang tercakup dan menemukan cara yang
tepat untuk memberikan informasi kepada konsumen bagaimana menggunakan
dan memanfaatkan fitur tersebut.
2.7 Perilaku Konsumen
Hawkins dan Mothersbaugh (dalam Suryani 2013:6) menyatakan bahwa
perilaku konsumen merupakan suatu studi tentang bagaimana individu, kelompok,
dan organisasi serta proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan,
menggunakan, dan menghentikan produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk
memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.
Schiffman dan Kanuk (2004:6) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan
suatu studi yang terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk
memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia baik itu waktu, uang, dan usaha
guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Sedangkan
menurut Setiadi (2003) perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung
produk atau jasa, dimana di dalamnya termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusuli tindakan ini. Beberapa definisi ini sedikit memberikan
gambaran bahwa perilaku konsumen ternyata memiliki cakupan yang luas dalam
perkembangannya. Menurut Suryani (2013:6), ada beberapa implikasi cakupan
studi perilaku konsumen yang luas ini, yaitu:
1. Pemasar perlu memperhatikan semua proses yang dilakukan konsumen
baik yang sifatnya individu maupun kelompok, faktor internal yang
kompleks yang terlibat di dalamnya, dan faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
2. Keberhasilan strategi pemasaran bersumber dari kemampuan perusahaan
memahami perilaku konsumennya.
3. Perusahaan seharusnya proaktif mencari informasi yang dalam mengenai
perilaku konsumen dari kelompok segmen yang dituju agar dapat
merumuskan strategi pemasaran yang tepat.
4. Perusahaan seharusnya memperhatikan masalah etika terkait dengan
konsumen dan masyarakat. Perhatian terhadap aspek etika ini penting
karena perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang etis dalam
bisnis akan lebih dihargai oleh masyarakat dan ini menjadi sumber
kepercayaan yang akan berdampak pada hubungan jangka panjang dengan
konsumen.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga tidak
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai
berikut:
1. Faktor Budaya
a. Budaya
Budaya (culture) adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan
institusi penting lainnya. Budaya merupakan penyebab keinginan dan
perilaku seseorang yang paling dasar. Pemasar selalu berusaha
menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk baru yang
diinginkan orang.
b. Subbudaya
Masing-masing budaya mengandung subbudaya (subculture) yang
lebih kecil, atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan
pengalaman hidup dan situasi yang umum. Subbudaya meliputi
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar yang penting, dan pemasar
sering merancang produk dan program pemasaran yang dibuat untuk
kebutuhan mereka.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan
berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang
sosial tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang
sama.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok
Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak kelompok (group) kecil.
Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat di mana
seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan.
Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan
atau titik referensi langsung (berhadapan) atau tidak langsung dalam
membentuk sikap atau perilaku seseorang.
b. Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli.
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
di dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar
tertarik pada peran dan pengaruh suami,istri, serta anak-anak dalam
pembelian barang dan jasa yang berbeda.
c. Peran dan Status
Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan
dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan
dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya.
Maing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang
3. Faktor Pribadi
a. Usia dan Tahap Siklus Hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup
mereka. Pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan
tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemsaran
yang sesuai untuk setiap tahap itu.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.
Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang
mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka.
Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang
diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu.
c. Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.
Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati
gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator
ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil
langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga
kembali untuk produk mereka secara seksama.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam
keadaan psikografinya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari
menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di
dunia.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang
menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian dapat digunakan
untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan
merek tertentu.
4. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya
adalah kebutuhan biologis. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan
psikologis. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai
tingkat intensitas yang kuat. Motif adalah kebutuhan dengan tekanan
yang kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia
yang berarti. Orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari
rangsangan yang sama karena tiga proses perseptual (berhubungan
dengan ransangan sensorik): atensi selektif, distorsi selektif, dan
c. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi
dorongan (drives), rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan
(reinforcement).
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang
tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata,
pendapat, atau iman dan bisa membawa muatan emosi atau tidak.
Sikap mnggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif
konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide.
2.8 Proses Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap di mana konsumen memutuskan
untuk membeli salah satu dari beberapa alternatif produk yang telah dievaluasi
atau dipertimbangkan. Untuk melakukan keputusan pembelian, konsumen
mengalami beberapa tahapan mulai dari pengenalan kebutuhan sampai kepada
melakukan keputusan pembelian. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk
melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas
pemenuhan kebutuhan dan keinginan (Sutisna 2002:15). Schiffman & Kanuk
(2004) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dapat dipandang
sebagai tiga tahap yang berbeda namun berhubungan satu sama lain: tahap
masukan (input), tahap proses, dan tahap keluaran (output). Menurut
proses keputusan pembelian yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelas,
proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut
dalam waktu yang lama setelah pembelian.
Sumber: Kotler&Armstrong (2008:179)
Gambar 2.2
Proses Keputusan Pembelian
Tahap pengenalan kebutuhan merupakan tahap ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh
rangsangan internal dan eksternal. Ketika salah satu kebutuhan normal seseorang
timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Selanjutnya
adalah tahap pencarian informasi yang merupakan tahapan dimana konsumen mencari informasi lebih banyak atau konsumen mungkin hanya memperbesar
perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Konsumen yang telah
memperoleh informasi mengenai produk yang diinginkannya selanjutnya akan
melakukan evaluasi alternatif, dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan.
Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan
membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara
menjelaskan 2 faktor tersebut adalah sikap orang lain dan faktor situasional yang
tidak diharapkan. Sikap orang lain merupakan batas dimana sikap seseorang
mengurangi preferensi konsumen unutk sebuah alternatif yang tergantung pada 2
hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai dan (2)
motivasi konsumen untuk mematuhi kehendak orang lain. Sedangkan faktor
situasional yang tidak diantisipasi mungkin muncul untuk mengubah niat
pembelian.
Sumber: Kotler&Keller (2009:189)
Gambar 2.3
Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan
terlibat dalam perilaku pascapembelian yang juga harus diperhatikan oleh pemasar. Perilaku pascapembelian merupakan tahapan dimana konsumen
Keputusan Pembelian
Faktor situasional yang tidak diantisipasi
Sikap Orang Lain
Niat untuk membeli
mengambil tindakan setelah pembelian berdasarkan puas atau tidak puasnya
mereka.
2.9 Kerangka Konseptual
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2012:88) menjelaskan bahwa kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis partautan antar
variabel yang diteliti. Begitu ketatnya persaingan antara perusahaan smartphone
membuat perusahaan harus melakukan inovasi untuk menciptakan keunggulan
daripada perusahaan lain sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk dari
produsen tersebut. Kotler dan Armstrong (2008:272) menjelaskan bahwa manfaat
dari produk dikomunikasikan melalui atribut produk yang terdiri atas kualitas
produk (X1), desain produk (X2), dan fitur produk (X3). Tjiptono (2001:103)
menjelaskan bahwa atribut produk merupakan aspek yang penting dari sebuah
produk karena menjadi dasar pertimbangan konsumen untuk membuat keputusan
pembelian, artinya ketiga variabel tersebut mampu mempengaruhi konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian (Y). Kotler dan Keller (2009:10)
menjelaskan bahwa dengan memperbaiki kualitas produk perusahaan dapat
memperoleh pangsa pasar yang tinggi. Pangsa pasar yang tinggi dapat diperoleh
bila konsumen memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsi produk
perusahaan tersebut. Selain itu dalam Kotler dan Keller (2009:11) dijelaskan
diferensiasi dan keunggulan bersaing maka konsumen akan tertarik untuk
membeli. Kotler dan Armstrong (2008:273) mengatakan bahwa fitur menjadi
sarana konpetitif untuk mendiferensiasikan produk perusahaan dari pesaing. Fitur
yang bernilai baik menjadi cara yang efektif untuk bersaing. Dengan adanya fitur
yang menarik dan bermanfaat bagi konsumen, konsumen akan memilih produk
tersebut. Berdasarkan uraian teori di atas, dapat disusun kerangka berpikir
sebagai berikut:
Sumber: Kotler & Armstrong (2008), Kotler & Keller (2009), Tjiptono (2001)
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
2.10 Hipotesis
Berdasarkan atas rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
hipotesis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah: KUALITAS
PRODUK (X1)
FITUR PRODUK (X3) DESAIN PRODUK
(X2)
1. Kualitas produk, desain produk, dan fitur produk secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
smartphone Samsung.
2. Kualitas produk, desain produk, dan fitur produk secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasi jenis penelitian ini adalah penelitian
eksplanasi asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono 2012:100) Variabel yang dihubungkan
dalam penelitian ini adalah kualitas produk (X1), desain produk (X2), fitur produk
(X3), dan keputusan pembelian (Y).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan kepada staf Wahana Visi Indonesia di Jakarta yang
menggunakan smartphone Samsung.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai dengan selesai.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Variabel bebas (independent variabel), yang terdiri dari kualitas
produk, desain produk, dan fitur produk.
2. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu keputusan pembelian
b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:
Data dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer akan diperoleh melalui survei kepada
konsumen smartphone Samsung yang merupakan staf pada Wahana
Visi Indonesia di Jakarta. Data sekunder yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data dari hasil-hasil penelitian baik yang dilakukan
oleh pihak Samsung maupun pihak di luar Samsung.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel independen atau variabel bebas (X) adalah variabel yang
dapat mempengaruhi variabel dependen dan mempunyai hubungan
yang positif ataupun negatif bagi variabel dependen (Kuncoro,2009).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitas produk yang dilambangkan dengan X1, desain produk yang
dilambangkan dengan X2, dan fitur produk yang dilambangkan dengan
X3.
b. Variabel dependen atau variabel terikat (Y) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lain dan menjadi fokus utama dalam
pengamatan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel 3.1
Operasionalisai Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Desain
Sumber: Kotler & Armstrong (2008), Kotler & Keller (2009)
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah likert scale.
Dengan menggunakan likert scale, responden dapat menyatakan tingkat setuju
atau kejadian (Kuncoro 2009:178). Skala Likert yang diajukan terdiri atas 5 bobot
nilai, yaitu :
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
Pernyataan Skor
Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat setuju 5
Sumber: Kuncoro (2009:178)
3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya terdiri atas
orang, objek, transaksi, atau suatu kejadian di mana kita tertarik untuk meneliti
atau mempelajarinya (Kuncoro 2009:118). Dalam penelitian ini populasinya
adalah staf Wahana Visi Indonesia yang menggunakan produk smartphone
Samsung dimana jumlah populasinya adalah 86 staf.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi (Kuncoro
Adanya kendala sumber daya seperti kendala waktu, dana, tenaga, dan sumber
daya lain membuat peneliti memerlukan sampel untuk diteliti. Dalam
penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel karena jumlah populasi masih
bisa dijangkau dan terdata secara jelas, sehingga jumlah sampelnya adalah 86
responden.
3.6.3 Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini desain pengambilan sampel yang digunakan adalah
nonprobability sampling. Sedangkan teknik yang digunakan adalah purposive
sampling, dimana sampel diambil berdasarkan beberapa kriteria yang dibuat
oleh peneliti. Pengambilan sampel ini didasarkan pada beberapa kriteria yaitu:
1. Responden merupakan staf yang bekerja pada Wahana Visi Indonesia
Jakarta.
2. Responden memiliki dan menggunakan smartphone Samsung.
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yg diukur dalam suatu skala numerik atau
angka (Kuncoro 2009:145). Selanjutnya berdasarkan sumber datanya, data yang
diperoleh merupakan data primer dan data sekunder yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui survei langsung di
lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data original
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga tertentu dan dipublikasikan kepada masyarakat
(Kuncoro, 2009:145). Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari studi
pustaka dari berbagai jurnal, artikel dari internet, dan penelitian lain yang
berhubungan dengan penelitian ini,
3.8 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang dibuat dan
disusun secara tertulis yang bertujuan untuk memperoleh data dari
jawaban-jawaban responden dalam penelitian ini (Kuncoro 2009:17). Metode dengan
menggunakan kuesioner akan membantu peneliti untuk memperoleh data yang
bisa digunakan untuk mengukur variabel-variabel sehingga bisa diketahui
pengaruh antar variabel yang ingin diteliti. Kuesioner dalam penelitian ini
berisikan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Dalam penelitian ini,
peneliti akan memberikan kuesioner secara langsung kepada sampel yaitu staf
Wahana Visi Indonesia di Jakarta. Selain menggunakan kuesioner, data lainnya
diperoleh dari studi kepustakaan terhadap jurnal, buku, majalah, internet, dan
penelitian-penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.9 Uji Validitas dan Realibilitas 3.9.1 Uji Validitas
Validitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengukur dan
variabel (Usman dan Sobari 2013:10). Suatu skala pengukuran disebut valid
apabila skala tersebut melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan juga
mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuncoro 2009:172). Bila skala
pengukuran yang digunakan tidak valid maka tidak akan bemanfaat bagi
peneliti karena tidak mengukur apa yang seharusnya diukur dan tidak
melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Uji validitas di dalam penelitian ini
dilakukan kepada 30 orang di luar responden. 30 orang responden merupakan
staf Wahana Visi Indonesia yang berada di kantor Wahana Visi Indonesia di
luar Jakarta.
Tingkat validitas dapat diukur dengan membandingkan nilai r hitung dan
nilai r tabel, dengan rumusan sebagai berikut:
Jika: r hitung > r tabel maka dinyatakan valid
r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid
Butir 9 102,90 109,197 ,620 ,908
Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS 19 (2014)
Terlihat pada pernyataan nomor 3, 4, 5, 6, 15, dan 23 data tidak valid
karena r tabel untuk responden 30 orang adalah 0.361, sedangkan nilai r hitung
pertanyaan nomor 3, 4, 5, 6, 15, dan 23 di bawah 0.361. Berarti pertanyaan
yang tidak valid harus dibuang, setelah itu dilakukan pengujian kembali.
Butir 7 80,50 83,017 ,774 ,910
Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS 19 (2014)
Pada Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa ke 22 butir pertanyaan yang telah diuji
untuk kedua kalinya valid semua dengan nilai r hitung > r tabel.
3.9.2 Uji Realibilitas
Realibilitas merupakan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala
pengukuran. Realibilitaas berbeda dengan validitas karena realibilitas
memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedangkan validitas lebih
memperhatikan ketepatan (Kuncoro 2009:175). Salah satu teknik untuk
mengukur realibilitas adalah dengan menggunakan cronbach’s alpha.
korelasi antar atribut. Usman dan Sobari (2013) mengemukakan beberapa
tingkatan reliabilitas berdasarkan nilai cronbach alpha sebagai berikut:
Jika: nilai α = 0,8-1,0 maka keandalan masuk kategori sangat tinggi
nilai α = 0,6-0,8 maka keandalan masuk kategori tinggi
nilai α = 0,4-0,6 maka keandalan masuk kategori cukup
nilai α = 0,2-0,4 maka keandalan masuk kategori rendah
nilai α = 0,1-0,2 maka keandalan masuk kategori sangat rendah
Tabel 3.5 Uji Realibilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,918 22
Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS 19 (2014)
Dari Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach alpha sebesar 0,918 yang
berarti bahwa instrumen tersebut memiliki tingkat keandalan dalam kategori
sangat tinggi dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai
instrumen penelitian.
3.10 Teknik Analisis Data
1. Metode Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah kegiatan mengelompokkan, memisahkan,
sehingga hasilnya dapat ditafsirkan dan memberikan informasi
deskriptif untuk menjawab pertanyaan dari defenisi masalah.
2. Metode Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis seberapa
besar pengaruh dan hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Analisis regresi berganda digunakan karena jumlah variabel
bebas yang akan diteliti berjumlah lebih dari satu variabel. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan aplikasi SPSS for Windows untuk
menghitung model regresi berganda ini. Rumus matematisnya adalah:
Y = a + b
1X
1+ b
2X
2+ b
3X
3+ e
Dimana:
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstanta
b1-b4 =Koefisien regresi
X1 = Kualitas Produk
X2 = Desain Produk
X3 = Fitur Produk
e = Standar error
Sebelum data dianalisis, maka model regresi berganda harus memenuhi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya telah
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) dari
sumbu diagonal dari grafik atau melihat histogram dari residualnya.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji model asumsi klasik yang kedua adalah uji heteroskedastisitas.
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah varians variabel dalam model
tidak sama (konstan). Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam
model regresi adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien,
baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar, walaupun penaksir
yang digunakan menggambarkan populasi (tidak bias) dan
bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai
sebenarnya (konsisten) ini disebabkan oleh variansnya yang tidak
minimum (Algifari, 2000:85).
Model regresi yang baik adalah bila tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas adalah melihat grafik scatterplot antara nilai
prediksi (*ZPRED) dengan nilai residualnya (*ZRESID). *ZPRED
dan *ZRESID merupakan nilai prediksi dan residual yang telah
sehingga tetap mencerminkan data sesungguhnya (Usman dan Sobari,
2013:78). Indikasi terjadinya heterosdekastisitas dapat dilihat bila
terjadi pola sistematik tertentu pada plot seperti titik-titik yang
membentuk pola yang teratur, namun bila tidak terdapat pola yang
jelas serta titik-titik nya menyebar maka bisa diindikasikan model
regresi bebas dari heterosdekastisitas.
3. Uji Multikoliniearitas
Uji model asumsi klasik selanjutnya adalah uji multikoliniearitas.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara variabel
independennya (Usman dan Sobari, 2013:75). Konsekuensi penting
bagi model regresi yang mengandung multikolinieritas adalah kesalah
standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya
variabel independen, tingkat signifikansi untuk menolak hipotesis nol
akan semakin besar, dan probabilitas menerima hipotesis yang salah
juga akan semakin besar (Algafari, 2000:83). Pengujian
multikolniearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerancenya. Jika nilai
VIF < 5 dan nilai Tolerancenya > 0,1 maka tidak terjadi
multikoliniearitas.
Selanjutnya untuk melakukan uji terhadap hipotesis penelitian ini,
digunakan beberapa metode pengujian yang terdiri atas:
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Kuncoro, 2009:238). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah suatu parameter (b1) sama dengan nol, artinya apakah
suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter
suatu variabel tidak sama dengan nol, artinya variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk melakukan uji t adalah dengan cara berikut:
a. Bila dilakukan secara penghitungan manual, uji t dilakukan dengan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t
hitung > nilai t tabel, maka Ha diterima. Sebaliknya, bila nilai t
hitung < nilai t tabel, maka Ho diterima.
b. Bila dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS for Windows, uji t
dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat peluang
signifikan (sig) dengan nilai taraf nyata (α). Apabila sig < α maka,
Ha diterima. Sebaliknya, bilai nilai sig > α, maka Ho diterima.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F secara mendasar menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2009:239).
Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
independen secara simultan bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, artinya semua variabel
independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Untuk melakukan uji F adalah dengan
cara berikut:
a. Bila dilakukan secara penghitungan manual, uji F dilakukan
dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.
Apabila nilai F hitung > nilai F tabel, maka Ha diterima.
Sebaliknya, bila nilai F hitung < nilai F tabel, maka Ho diterima.
b. Bila dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS for Windows, uji t
dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat peluang
signifikan (sig) dengan nilai taraf nyata (α). Apabila sig < α maka,
Ha diterima. Sebaliknya, bilai nilai sig > α, maka Ho diterima
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model dalam menerangkan variase variabel terikat.
Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil memberi arti bahwa kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Sedangkan bila nilai
R2 besar (mendekati 1) berarti variabel bebas memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
Kelemahan mendasar koefesien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen maka R2 pasti meningkat tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan
Adjusted R2 saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan. Hasil penghitungan Adjusted R2 dapat dilihat pada
output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui
berapa persentase yang dapat dijelaskan variabel independen terhadap
variabel dependen dan sisanya dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1938 Byung-Chull Lee mendirikan Samsung Group. Awalnya
perusahaan ini adalah perusahaan perdagangan ekspor di Korea yang menjual
ikan, sayuran dan buah ke China. Pemberian nama perusahaan start-up ini
berasal dari kata Korea yang diterjemahkan menjadi 'bintang tiga' dalam
bahasa Inggris. Dalam satu dekade, Samsung memiliki pabrik tepung dan
mesin gula dan kemudian menjadi perusahaan bersama pada tahun 1951. Dari
tahun 1958 dan seterusnya Samsung mulai ekspansi ke industri lain seperti
keuangan, media, bahan kimia dan pembangunan kapal. Baru kemudian pada
tahun 1969, induk perusahaan Samsung Mobile Phone, Samsung Electronic
didirikan dan memproduksi produk-produk Samsung yang paling terkenal,
seperti televisi, ponsel, radio, komponen komputer dan perangkat elektronik
lainnya.
Pada tahun 1993, Samsung Mobile Phone merilis seri SH-700, yang lebih
membanggakan lagi desain nya dirancang dengan ukuran yang lebih kecil dan
lebih ramping serta kualitas suara yang lebih baik. Dengan produk yang lebih
baik dan kampanye pemasaran yang lebih agresif, Samsung berhasil
mengambil setengah pangsa pasar ponsel di Korea dari Motorola. Namun
pada tahun 1997 hampir semua bisnis di Korea menyusut dan tidak terkecuali
mengurangi karyawan menjadi 50.000. Namun berkat industri elektronik
mereka ,akhirnya bisa berhasil untuk terus tumbuh hingga sekarang. Setelah
itu, mereka mengembangkan gabungan dari ponsel
pintar (smartphone) dengan ponsel pemutar mp3 menjelang akhir abad ke-20.
Samsung hadir di Indonesia pada bulan Agustus 1991 ditandai dengan
keluarnya ijin investasi dari pemerintah (BKPM) dengan nama perusahaan PT.
Samsung Metrodata Electronics. Pada saat bersamaan, Samsung mulai
membangun pabrik yang terletak di kawasan indsutri Jababeka dan selesai
pada bulan Juni 1992. Selanjutnya pada bulan Agustus 1992 PT. Samsung
Metrodata Electronics berubah nama menjadi PT. Samsung Electronics
Indonesia. Adapun visi dan misi Samsung Electronics Indonesia ialah:
Visi : “ Mengilhami Dunia, Menciptakan Masa Depan”
Misi : “Untuk mengilhami dunia dengan teknologi, produk, dan desain
inovatif yang melengkapi kehidupan Manusia dan berperan terhadap masa
depan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan secara sosial.”
4.1.2 Strategi Perusahan Samsung Electronics Indonesia
Keberadaan Samsung saat ini yang merajai pasar ponsel pintar
(smartphone) baik di Indonesia maupun di dunia tidak lepas dari strategi
bisnis yang baik. Ada beberapa strategi utama yang menjadi dasar Samsung
menjalankan bisnisnya di Indonesia. Pertama, Samsung mempertahankan
basis riset yang didasarkan pada kebutuhan konsumen. Kedua, Samsung
menjaga dan mengembangkan ekosistem bisnis lain yang terkait, seperti