• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku seseorang boleh jadi merupakan penyebab utama timbulnya masalah kesehatan, tetapi dapat juga merupakan kunci utama pemecahannya. Dengan mengubah perilaku, maka akan dapat memecahkan dan mencegah timbulnya masalah kesehatan. Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi tersebut mempunyai bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit) (Anonim, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus (rangsangan) yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku Kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Bahkan Notoatmodjo (2005) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, yaitu :

1. Perilaku hidup sehat (healthy behavior), adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

2. Perilaku sakit (illness behavior), adalah perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. 3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), dari segi sosiologi, orang sakit

(pasien) mempunyai peranan, yang mencangkup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, yang diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, teman, buku dan surat kabar dan dapat ditelusuri kebenarannya dengan bertanya atau menggali informasi itu sendiri (WHO, 1988).

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda, dan secara garis besar dibagi menjadi enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagaian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contohnya, seseorang tahu menyebutkan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menejaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari,

c. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dalam kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lainnya.

d. Analisis (Analysis)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masi ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan tertentu.

f. Evaluasi (Evaluation)

Diartikan sebagai dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan Justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari Subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2 Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).

Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat kita. Mereka dapat mengakrabkan kita kepada sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (WHO, 1988). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya yang terdiri dari empat tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding), diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuting), diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang yang paling tinggi. Misalnya seorang ayah harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.

Untuk mengetahui sikap seseorang dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Sedangkan pengukuran tidak langsung dengan pemberian angket (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3 Proses Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005). Menurut WHO (1988) yang diterjemahkan oleh Tjitarsa (1992), ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merubah perilakunya adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

1. Pikiran dan perasaan. Banyak hal yang dapat dirasakan dan kita pikirkan mengenai dunia yang kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai yang kita miliki. Keempat faktor ini akan membantu kita untuk memilih jalan manakah yang akan ditempuh kalau menghadapi persoalan.

2. Orang yang berarti bagi kita. Perilaku dapat ditumbuhkan oleh orang yang amat berarti dalam hidup kita. Bila seseorang amat berarti bagi kita, kita akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha meneladaninya.

3. Sumber daya. Adapun sumber daya meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, ketrampilan dan bahan. Lokasi sumber daya bahan juga amat menentukan. Apabila sumber daya itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali tidak akan dipakai. Melaksanakan banyak perjalanan dalam waktu singkat juga mempengaruhi perilaku manusia.

4. Budaya. Pada umumnya perilaku, kepercayaan, nilai dan pemakaian sumber daya dimasyarakat akan membentuk pola hidup masyarakat itu dikenal sebagai budaya. Budaya berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun karena manusia hidup bersama dan saling bertukar pengalaman didalam lingkungan tertentu.

Menurut Notoatmodjo, (2005) untuk merubah atau memotivasi seseorang agar menerima sikap dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat tetapi tergantung pada:

a. Proses Intra-personal yaitu keuntungan apa yang diperoleh seseorang dengan merubah pendapatannya.

b. Proses Inter-personal yaitu apakah dengan menerima gagasan baru itu, dia tidak tersisih dari kelompok.

Menurut WHO (1988) yang diterjemahkan oleh Tjitarsa (1992), Perubahan Perilaku seseorang dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Perubahan Alamiah (Natural change), adalah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktivitas.

2. Perubahan Terencana (Planned Change) adalah perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (Readdiness to change) adalah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai kesedian untuk berubah yang berbeda-beda.

2.2 Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan Edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik-terencana-terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat. Sesuai dengan pengertian yang diuraikan maka, Penyuluhan Gizi dapat disimpulkan sebagai suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu /masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan /mempertahankan gizi baik (Suhardjo, 2003).

Melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003).

Agar penyuluhan dapat tercapai sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diinginkan maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyuluhan tersebut, yaitu (Anonim, 2008) :

1. Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Bagi keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi sehingga dapat menambah pengetahuan dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (DepKes RI, 2002).

2. Tingkat Sosial Ekonomi. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru

3. Adat Istiadat. Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganngap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4. Kepercayaan Masyarakat. Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat. Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

2.2.1 Tujuan Penyuluhan

Menurut Suhardjo (2003), setiap melakukan penyuluhan pasti memiliki tujuan yang akan dicapai untuk mencapai suatu tujuan, adapun tujuan dari penyuluhan dijabarkan sebagai berikut :

1. Tujuan sikap positif terhadap gizi

2. Terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan

3. Timbulnya kebiasaan makan yang baik

4. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang bertalian Pada tingkat individu/masyarakat sasaran, perilaku tersebut akan berguna bagi dirinya, keluarganya atau kelompoknya, sedangkan pada tingkat provider, perilaku tersebut akan berguna bagi masyarakat sasaran disamping bagi dirinya. Pada pembuat kebijakan, prilaku tersebut akan mempunyai kegunaan bagi masyarakat yang lebih luas (Suhardjo, 2003).

2.2.2 Metode dan Media Penyuluhan 2.2.2.1 Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmojo (2003), menguraikan ada beberapa metode pendidikan yang bisa digunakan untuk penyuluhan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Ceramah

Cara ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi. Cara ini menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2. Metode Diskusi Kelompok

Cara yang dipersiapkan untuk 5-20 peserta (sasaran) yang akan membahas suatu topik yang telah disiapkan dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat

Cara yang memungkinkan setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan dalam pemecahan masalah yang terpikir oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang telah dikemukakan.

4. Metode Panel

Cara yangdirencanakan didepan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5. Metode Bermain Peran

Cara yang dilakukan dengan memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi

Cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. 7. Metode Simposium

Cara yang dilakukan dengan ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8. Metode Seminar

Cara ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas dengan suatu penyajian (persentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dimasyarakat.

2.2.2.2 Media /Alat Bantu Penyuluhan

Yang dimaksud dengan alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran, berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam peroses pendidikan/ pengajaran (Notoatmodjo 2003). Media sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar lebih mudah untuk diterima atau dipahami oleh masyarakat, untuk itu media yang bisa digunakan sangat bervariasi antara lain (Luice, 2005) :

1. Leaflet

Adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembar yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis. Kelemahan dari leafleat adalah : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, dan akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik.

2. Flift Chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana setiap lembar berisi gambar peragaan dan lembar baliknya berisikan kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

Keunggulan dari penyuluhan dengan menggunakan media ini antara lain mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efesien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.

Kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar serta mudah sobek dan tercabik.

3. Film dan Video

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita yang memungkinkan sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, dan dapat merepleksikan kepada diri mereka tentang keadaan yang benar-benar terjadi.

Kelemahan media ini antara lain, memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, dan perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya karena menggunkan alat-alat yang canggih.

4. Slide

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan.

Kelemahan media ini antara lain memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, serta memerlukan sumber daya manusia yang terampil dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.

5. Transparan OHP

Keunggulan media ini antara lain dapat dipakai untuk mencatat point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan efesien karena alatnya mudah didapat dan digunakan untuk sasaran yang relatif kecil maupun besar, peralatannya mudah digunakan dan dipelihara.

Kelemahan media ini antara lain memerlukan aliran listrik, sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual, lensa OHP dapat menghalangi pandangan kelompok sasaran apabila pengaturan tempat duduk komunikan yang tidak baik.

6. Papan Tulis

Keunggulan media ini antara lain murah dan efesien, baik untuk menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali.

Kelemahan media ini antara lain terlalu kecil untuk sasaran dalam jumlah relatif besar, tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi kelompok sasaran saat sedang menulis sesuatu, terkesan kotor apabila tidak dibersihkan dengan baik.

2.2.3 Pengelolahan Penyuluhan 2.2.3.1 Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dituangkan kedalam bentuk tindakan-tindakan. Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu

kegiatan. Tahap perencanaan itu ditata secara sistimatis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Luice, 2005).

Perencanaan berarti pula bagaimana dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efesien dengan memperlihatkan keadaan sosial budaya, psikis dan biologi dari sasaran penyuluhan (Luice, 2005).

Menurut Lucie (2005) ada pun langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan, adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data keadaan

b. Analisis data dan evaluasi fakta-fakta atau keadaan c. Identifikasi masalah

d. Pemilihan masalah yang ingin dipecahkan

e. Perumusan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai f. Perumusan alternatif pemecahan masalah

g. Penetapan cara menyampaikan tujuan atau rencana kegiatan h. Pengesahan program penyuluhan

i. Pelaksanaan kegiatan j. Perumusan rencana evaluasi k. Rekosiderasi

2.2.3.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan minat untuk mengadopsi suatu informasi atau pengetahuan sehingga dapat merubah perilaku seseorang menjadi kearah yang lebih baik.

Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan oleh peneliti (Luice, 2005).

2.2.3.3 Evaluasi Penyuluhan

Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan. Pelaksanaan evaluasi harus dipersiapkan pedoman evaluasi yang jelas, dan terukur, dilengkapi dengan indikator keberhasilannya. Sebaiknya, pada saat perencanaan program, sudah ada suatu gambaran tentang rencana evaluasi yang akan dilakukan, sehingga antara keinginan perencanaan program dengan target sasaran yang telah dicapai dapat diukur dengan indikator yang jelas (Luice, 2005).

2.2.5 Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Prilaku

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan dan continue. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Luice, 2005).

Penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Ia tidak dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis. Masing-masing pesan penyuluhan diarahkan kepada pembentukan perilaku yang mudah diamati dan diukur. Penyuluhan sebagai pendekatan edukatif dijalankan secara tatap muka, baik

perorang maupun kelompok. Ini akan lebih berhasil lagi, apabila disamping itu ditunjang dengan penyuluhan lewat media masa (Suhardjo, 2003).

Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Proses perubahan prilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai malalui pembangunan kesehatan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambunngan (Lucie, 2005).

2.3 Buah

Buah dan sayur yang tumbuh diatas tanah yang kaya mineral mengandung berbagai macam vitamin, mineral, enzim, bioflavonoid, fitokemikal dan kerotenoid. Dewasa ini banyak para ahli kesehatan membuat buah dan sayur sebagai pengobatan/terapi alami dalam bentuk jus. Kita mengetahui bahwa zat gizi yang dapat larut dalam jus paling mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Bila kita sakit banyak vitamin (misalnya vitamin B-kompleks dan vitamin C) dan mineral (misalnya seng, tembaga, selenium dan besi) lebih cepat habis dari pada bila kita tidak sakit. Itulah sebabnya mengapa orang sakit tidak memiliki vitalitas, tidak

memiliki energi, tidak lincah dan bersemangat. Orang sakit juga tidak dapat mencerna dan menyerap makanan dengan baik. Tubuh yang lelah dan letih tidak bisa memperoleh banyak nilai dari makanan padat yang ia makan (Jensen, 2003).

2.3.1 Buah dalam Kehidupan

Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan (Anonim, 2010)

Kandungan serat pada buah sangat berpengaruh dalam pencernaan, dari mulut pengeluaran saliva dimulut, penelanan, pengosongan dan pengeluaran asam lambung, pencernaan dan penyerapan diusus halus, sampai usus besar. Serat juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena sifat fisik dan sifat fisiologisnya. Sifat-sifat fisik yang penting adalah volume dan massa, kemampuan mengikat air dan ketahanan terhadap fermentasi oleh bakteri sehingga serat sangat dibutuhkan oleh tubuh (Jahari dan Sumarno, 2001).

Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karoten atau provitamin A dan mineral (seperti zat kalsium, pospor, kalium, natrium, zat besi, dan zat mineral lainnya) dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah-buahan dibagian kulitnya. Jadi, bila buah yang dapat dimakan dengan kulitnya, dinjurkan tidak perlu dikupas, hanya dicuci sampai bersih. Hal ini karena dalam daging buah dan dalam kulit buah sering terdapat komponen atau zat yang saling melengkapi (saling suplementasi), sehingga buah yang dimakan lengkap tanpa

terlebih dahulu membuang kulitnya, akan memberikan zat gizi yang lebih lengkap, suatu hal yang menguntungkan bagi kesehatan badan (Anonim, 2010).

2.3.2 Pentingnya mengonsumsi buah-buahan untuk Anak sekolah

Ir. Marzuki Iskandar, STP MTP, Ahli Gizi dan anggota Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) berkata, "Dewasa ini ada banyak anak-anak, terutama yang tinggal di kota- kota besar, lebih akrab dengan makanan cepat saji yang mengandung lemak tinggi dan kurang sehat, mereka sering menderita masalah pencernaan dan metabolisme, ditambah dengan obesitas. Sosialisasi untuk mengkonsumsi buah-buahan harus dilakukan secara teratur, terutama untuk anak-anak di usia dini mereka, untuk pertumbuhan dan kesehatan mereka yang lebih baik (Anonim, 2010).

Gizi seimbang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang memainkan peranan penting dalam dan memberikan berbagai manfaat bagi tubuh kita. Vitamin,mineral dan serat yang berasal dari buah-buahan mengendalikan metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Dokumen terkait