• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yoghurt

Yoghurt merupakan minuman fermentasi susu dengan penambahan kultur mikroba Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus atau yang sering disebut dengan bakteri asam laktat (BAL). Yoghurt memiliki rasa yang khas, karena adanya proses fermentasi tersebut. Selain rasanya yang khas, yoghurt merupakan produk yang mudah dicerna jika dibandingkan dengan susu murni (Prayitno, 2006).

Yoghurt terdiri dari 2 jenis, yaitu yoghurt tanpa rasa (plain yoghurt) dan yoghurt dengan penambahan berbagai rasa. Yoghurt dengan penambahan rasa sangat disukai oleh konsumen, terutama anak-anak karena menghasilkan rasa yang lebih enak (Mahmood, dkk., 2008). Saat ini, yoghurt sering ditambahkan buah, selain menambah cita rasa juga dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan gizi yoghurt seperti vitamin dan mineral(Farinde, dkk., 2010).

Mutu yoghurt sangat dipengaruhi oleh komposisi dan persiapan dari kultur mikroba yang terdiri dari bakteri termofilik dan mesofilik Streptococcus

thermophillus yang hidup pada suhu optimum 42-45 oC (pH = 6,5) dan

Lactobacillus bulgaricus dengan suhu optimum 38-42 oC (pH = 5,5). Perbandingan yang digunakan adalah 1 : 1 yang dalam pertumbuhannya bersifat saling menguntungkan. Aktivitas enzim proteolitik dapat menguraikan protein susu menjadi asam amino dan memberi flavor khas pada yoghurt (Wahyudi, 2006 dalam Prabandari, 2011).Syarat mutu yoghurt menurut SNI 2981:2009 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat mutu yoghurt menurut SNI 2891:2009

Kriteria Uji Persyaratan

Keadaan - Penampakan - Bau - Rasa - Konsistensi Kental/semi padat Normal/khas Khas/asam Homogen Lemak (% b/b) Maks. 3,8

Berat kering tanpa lemak (BKTL) (% b/b) 8,2

Protein (% b/b) Min. 3,5

Kadar abu (% b/b) Maks. 1,0

Jumlah asam (dihitung sebagai laktat) (% b/b) 0,5-2,0 Cemaran logam - Timbal (Pb) (mg/kg) - Tembaga (Cu) (mg/kg) - Timah (Sn) (mg/kg) - Raksa (Hg) (mg/kg) - Arsen (Ar) (mg/kg) Maks. 0,3 Maks. 20,0 Maks. 40,0 Maks. 0,03 Maks. 0,1 Cemaran mikroba

- Bakteri coliform (APM/g) - E. coli (APM/g)

- Salmonella

Maks. 10 ˂ 3 Negatif

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009

Mikroorganisme yang terdapat di dalam yoghurt berfungsi sebagai probiotik yang dapat membantu meningkatkan metabolisme mikroorganisme asli yang hidup di dalam saluran pencernaan. Yoghurt memiliki beberapa manfaat, yaitu dapat mencegah peningkatan kolesterol dalam darah dengan cara mengasimilasi kolesterol kemudian menyimpannya di dalam tubuh sehingga kolesterol tidak dapat diserap oleh serum darah. Selain itu, yoghurt juga berperan dalam mencegah kanker usus besar dengan cara mengurangi senyawa karsinogen pada saluran. Yoghurt juga mampu menguraikan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga residu laktosa pada usus menurun, dan cocok dikonsumsi oleh penderita laktosa intoleran (Sawitri, dkk., 2008).Kandungan gizi yang terdapat dalam yoghurt dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi yoghurt per 100 mg Komponen Kandungan Energi (kkal) 52 Protein (g) 3,30 Karbohidrat (g) 4 Lemak (g) 2,50 Kalsium (mg) 120 Posfor (mg) 90 Vitamin A (IU) 73 Vitamin B1(mg) 0,04

Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010

Berdasarkan penelitian Manurung, dkk., (2014) kadar total padatan pada yoghurt dengan perbandingan sari biji nangka dan sari buah naga merah yaitu sebesar 19,291%. Total padatan adalah bagian padat yang terdiri dari bahan yang dicampurkan dan nutrisi yang terkandung didalamnya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan serat yang larut, sehingga semakin banyak jumlah air maka semakin banyak pula kemampuan untuk melarutkan kandungan nutrisi yang ada pada yoghurt sari buah naga merah.

Selama proses fermentasi yoghurt, maka akan terjadi pembentukan flavor asam yang khas akibat terbentuknya senyawa-senyawa asam laktat, asam asetat, asetaldehid, dan senyawa volatil lainnya oleh bakteri asam laktat (Wahyudi dan Samsundari, 2008). Selain itu, bakteri asam laktat juga dapat memberikan rasa asam yang khas akibat kandungan asam laktat dari proses fermentasi laktosa pada susu (Triyono, 2010).

Bit

Bit adalah tanaman semusim berbentuk seperti rumput, dengan batang yang sangat pendek sehingga hampir tidak terlihat. Bit memiliki akar tunggang yang tumbuh menjadi umbi dengan daun yang tumbuh pada leher akar tunggal (pangkal umbi) dan berwarna kemerahan. Umbi bit berbentuk bulat atau

menyerupai gasing, tetapi ada juga yang berbentuk lonjong. Ujung umbi bit terdapat akar. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak. Tanaman ini sulit berbunga di Indonesia. Bit banyak digemari karena rasanya enak, sedikit manis, dan lunak (Sunarjono, 2007), namun bit memiliki aroma yang dikenal sebagai bau tanah (earthy taste) (Widyaningrum dan Suhartiningsih, 2014).

Bit merah dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami, karena warna ungu kemerahannya yang sangat menarik. Selain itu, bit juga mengandung antioksidan yang terdapat di dalam pigmen betalain. Pigmen betalain ini sangat jarang digunakan dalam produk pangan, jika dibandingkan dengan karoten dan antosianin. Betalain adalah pigmen yang larut dalam air dan mengandung nitrogen, ditemukan dalam jumlah tinggi dalam bit merah. Betalain terbagi atas dua subkelas, yaitu betasianin (merah keunguan) dan betaxanthin (kuning keoranyean) (Singh dan Hathan, 2014). Betalain yang terdapat di dalam bit ada beberapa jenis, yaitu betanin, isobetanin, probetanin, dan neobetanin (warna merah hingga violet ini dikenal sebagai betacyanin). Pigmen-pigmen lain yang terdapat dalam bit yaitu indicaxanthin dan vulgaxanthins (pigmen warna kuning hingga oranye dikenal sebagai betaxanthins) (Mastuti, dkk., 2010). Betalain lebih stabil terhadap pH dan temperatur dibandingkan dengan antosianin, betalain stabil pada makanan dengan asam rendah (Stintzing, dkk., 2003 dalam Anam, dkk., 2013). Struktur kimia betalain dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia betalain (Parkin dan Wettasinghe, 2003)

Umbi bit mengandung 34% asam folat yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak, 14,8% kalium yang berfungsi untuk memperlancar keseimbangan cairan di dalam tubuh, 13,6% serat dan 10,2% vitamin C yang berfungsi untuk menumbuhkan jaringan dan menormalkan saluran darah, 9,8% magnesium yang berfungsi untuk menjaga fungsi otot dan syaraf, 1,4% triptofan dan 7,4% zat besi yang berfungsi untuk metabolisme energi dan sistem kekebalan tubuh, 6,5% tembaga yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah, dan 6,5% fosfor yang berfungsi untuk memperkuat tulang (Handayani, 2011). Kandungan gizi bit merah dapat dilihat pada Tabel 3.

Selain memiliki kandungan nutrisi yang baik, bit juga mengandung pektin sekitar 10-20% (Food Chemical Codex, 1996). Pektin adalah segolongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel tumbuhan darat, baik buah-buahan maupun sayuran yang berfungsi sebagai stabilizer pada jus buah, minuman dari susu, dan sebagainya (Wikipedia, 2014b).

Tabel 3. Kandungan gizi bit merah dalam 100 g bahan Nutrisi Kandungan Air (g) 87,58 Energy (kkal) 43 Protein (g) 1,61 Total lipid/lemak (g) 0,17 Karbohidrat (g) 9,56

Serat, total serat (g) 2,80

Total gula (g) 6,76 Kalsium, Ca(mg) 16 Besi, Fe (mg) 0,80 Magnesium, Mg (mg) 23 Phosphor, P (mg) 40 Potassium, K (mg) 325 Sodium, Na (mg) 78

Vitamin C, total asam askorbat (mg) 0,35

Thiamin (mg) 4,90 Vitamin (mg) 0,031 Riboflavin (mg) 0,040 Niacin (mg) 0,334 Vitamin B6 (mg) 0,067 Vitamin E (mg) 0,04 Vitamin K (mg) 0,20

Asam lemak jenuh 0,027

Sumber: USDA, 2010

Dalam beberapa penelitian, umbi bittermasuk kedalam 10 buah dengan antioksidan tertinggi (Stintzing, dkk., 2003 dalam Anam, dkk., 2013). Stabilitas antioksidan dan pigmen betalain tidak tahan terhadap suhu tinggi. Selain itu, kestabilan pigmen bit merah sangat dipengaruhi oleh pH yaitu cocok pada makanan dengan pH rendah atau asam yaitu kisaran antara pH 4-6 (Widhiana, 2000). Proses pasteurisasi yang dilakukan pada suhu 60 ºC selama 18 menit atau suhu 80 ºC selama 10 menit dan atau suhu 90 ºC selama 5 menit pada pembuatan minuman bit merah mampu mengurangi degradasi berlebih kandungan betalain pada bit merah (Santoso, 2014).

Kuini

Kuini (Mangifera odorata Griff) buah yang tergolong anggota genus

Mangifera. Kuini memiliki warna hijau muda, namun setelah matang memiliki

warna hijau kekuningan pada pangkalnya dengan permukaan kulit yang licin. Buah kuini mempunyai aroma yang khas setelah masak, dan dapat dibedakan dari jenis mangga lainnya dari bentuk dan aromanya. Daging buah kuini lunak berair berwarna kuning cerah serta berserabut kasar sedangkan rasa buahnya manis asam. Komponen senyawa flavor pada mangga kuini terdiri dari 45% monoterpen teroksigenasi dan 33% ester dengan α-terpineol sebagai komponen utamanya (Wong dan Ong, 1993). Klasifikasi tanaman kuini (Wikipedia, 2014a) adalah: Kingdom : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus

Spesies : Mangifera odorata Griff

Buah kuini tersusun atas beberapa kandungan gizi, yaitu air, karbohidrat, asam, protein, lemak, mineral, zat warna, tanin, vitamin, dan zat-zat lain yang mudah menguap yang dapat memberikan bau yang harum. Namun, komponen yang paling banyak adalah air dan karbohidrat. Kandungan karbohidrat dalam kuini terdiri dari gula sederhana, pati, dan selulosa. Gula sederhana dalam kuini inilah yang menyebabkan rasa dari kuini menjadi manis dan tenaga yang dapat

segera digunakan dalam tubuh (Pracaya, 2011). Selain itu, kuini juga memiliki kandungan pigmen β-karoten yang bersifat larut dalam lemak (Nutri-facts, 2016).

Buah kuini mengandung berbagai macam vitamin, diantaranya yaitu vitamin A, B, C, dan B1. Kandungan vitamin tertinggi dalam kuini ini adalah vitamin A dan C (Winarno, dkk., 1980). Kandungan gizi yang terdapat dalam kuini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan gizi kuini dalam 100 g bahan

Komposisi Kadar Kalori (kal) 63 Air (g) 82,20 Karbohidrat (g) 16,70 Lemak (g) 0,20 Protein (g) 0,50 Vitamin C (mg) 30 Vitamin A (SI) 3715 Vitamin B1 (mg) 0,08 Kalsium (mg) 14 Posfor (mg) 10 Besi (mg) 0,70

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1981

Kuini memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh, yaitu melancarkan pencernaan, mencegah kanker, meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh, membantu proses pertumbuhan dan perkembangan sel, sebagai zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga cocok untuk penderita diabetes (Anonim, 2015).

Gum Arab

Gum arab telah dikenal dalam dunia pangan dan farmasi sebagai tambahan yang memiliki banyak kegunaan dan fungsi seperti koloid pelindung, pembentuk film dan zat pelapis, zat enkapsulasi, penghambat oksidasi, zat penstabil, pengemulsi, pembentuk tekstur, zat pengeruh dan penjernih. Sekarang ini,

negara-negara barat menemukan bahwa gum akasia merupakan serat makanan yang memiliki kandungan nutrisi baik (El-Kheir, dkk., 2008).

Menurut Abbas dan Al (2006), dalam produk pangan gum arab berfungsi sebagai perekat, pengikat dan pelapis. Akan tetapi fungsi umum dari gum arab adalah sebagai pengental dan penstabil. Selain pengental dan penstabil, gum arab memiliki kemampuan untuk menghambat oksidasi serta melindungi koloid pada bahan sehingga mampu melindungi komponen-komponen asam organik (Ngara, 2005 dalam Silalahi, 2014).

Menurut Imeson (1999) dalam Safitri (2012), gum arab stabil dalam larutan asam. pH alami gum dari Akasia Senegal ini berkisar 3,9-4,9 yang berasal dari residu asam glukoronik. Emulsifikasi dari gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya (protein). Adapun kandungan protein dalam gum arab sekitar 2,24 ± 0,15% (Glicksman, 1992).

Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat. Struktur kimia dari gum arab

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gum arab adalah salah satu jenis pengental yang bersifat tahan terhadap proses pemanasan. Akan tetapi suhu dan waktu pemanasannya harus dikontrol, karena secara perlahan-lahan gum arab dapat terdegradasi sehingga emulsifikasi dan viskositasnya dapat berkurang (Imeson, 1999 dalam Safitri, 2012).

Gum arab memiliki gugus arabino galactan protein (AGP) dan gliko protein (GP) yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pengental. Gum arab akan membentuk larutan yang tidak begitu kental dan tidak membentuk gel pada jumlah kepekaan yang biasa digunakan (paling tinggi 50%). Semakin tinggi jumlah gum arab yang digunakan, viskositasnya juga semakin tinggi (Gaonkar, 1995 dalam Safitri, 2012).

Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri gram positif, katalase positif, tidak membentuk spora, anaerobik hingga mikrofilik. Kemampuan biosintesanya sangat terbatas sehingga non motil dan perolehan energinya semata-mata hanya bergantung pada metabolisme secara fermentatif. Bakteri asam laktat dikelompokkan menjadi homofermentatif apabila produk akhirnya terutama adalah asam laktat dan heterofermentatif apabila asam laktat yang dihasilkannya bersama-sama dengan asam asetat, karbon dioksida dan senyawa diasetil (Tamime, 2002).

Pada produk probiotik seperti susu fermentasi (yoghurt, kefir, dan dadih), beberapa BAL dimanfaatkan sebagai bakteri probiotik yang dapat memfermentasi komponen susu membentuk asam laktat, bakteriosin dan komponen flavor lainnya (Tamime, 2002).Selama proses fermentasi, bakteri akan menggunakan

karbohidrat sebagai sumber energi dan karbon untuk memproduksi asam laktat (Purba, dkk., 2012).

Bahan-Bahan Pembuatan Yoghurt Susu Bubuk

Susu adalah bahan baku yang sangat penting untuk menghasilkan produk-produk yang menggunakan mikroba, karena susu merupakan media pertumbuhan mikroba yang sangat baik. Secara umum, susu mengandung berbagai komponen zat gizi yang cukup penting, seperti air, bahan kering, lemak, protein, kasein, laktosa mineral, vitamin, dan asam-asam lemak serta senyawa organik lainnya. Susu mengandung karbohidrat berupa laktosa yang dapat difermentasi oleh bakteri homofermentif menjadi asam laktat (Hidayat, dkk., 2006).

Susu murni (full cream) mengandung kadar lemak tinggi sekitar 3,5% segelas susu murni (250 ml) memenuhi 40% kebutuhan vitamin D dan 20% kalsium. Sedangkan susu skim kandungan lemaknya 0,3% dengan kadar kalsium yang lebih tinggi dari susu full cream. Dalam setiap 250 ml susu skim terdapat 301 mg kalsium dan dalam susu full cream hanya 276 mg kalsium (Herawati, 2011). Komposisi susu bubuk full cream dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi susu bubuk full cream per 100 g bahan

Komposisi kimia Jumlah (%)

Air 4 Protein 27,2 Lemak 26 Laktosa 36,8 Abu 6 Sumber : Buckle, dkk., 1987 Gula

Sukrosa atau sakarosa disebut juga gula bit atau gula tebu. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam

bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Apabila dicerna atau dihidrolisis maka sukrosa akan pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier, 2004). Buckle, dkk (1987) mengatakan bahwa daya larut yang tinggi dari gula dan daya mengikat air merupakan sifat-sifat yang menyebabkan gula sering digunakan dalam pengawetan bahan pangan. Jumlah gula yang cukup tinggi dalam pengolahan bahan pangan dapat mencegah pertumbuhan mikroba, sehingga dapat berperan sebagai pengawet. Komposisi kimia gula putih dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi kimia gula putih dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah Kalori Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Posfor (mg) Besi (mg) 364 94 5 1 0,1 Sumber : Goda, (2012)

Sukrosa (gula pasir) merupakan suatu disakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan minuman yang banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa kopyor. Menurut Hutagalung (2004), bit dan gula nira mengandung 50% sukrosa, sedangkan tebu mengandung 100% sukrosa. Pada industri makanan biasanya menggunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan bentuk cairan sukrosa (sirup). Jika sukrosa (gula pasir) dilarutkan dalam air dan dipanaskan, maka sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula invert. Inversi sukrosa terjadi dalam suasana asam. Gula invert ini tidak dapat berbentuk kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa sangat besar. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi juga persentase gula invert yang dibentuk (Winarno dan Kartawidjajaputra, 2007).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin, dan mineral (Widodo, 2003). Namun, tidak sedikit orang yang alergi terhadap gula susu (laktosa) atau sering disebut dengan lactose intolerance.

Lactose intolerance yaitu keadaan dimana usus tidak dapat mencerna dan

menyerap laktosa secara sempurna, salah satu penyebab masalah tersebut adalah kurangnya sekresi enzim galaktosidase yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi pemecah laktosa dalam saluran pencernaan. Laktosa dapat diuraikan menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim galaktosidase. Pada penderita lactose intolerance, maka laktosa tidak dapat diuraikan sehingga akan tertinggal dipermukaan usus halus dan menyerap banyak air yang akan menimbulkan diare. Laktosa tertahan dikolon dan diurai oleh bakteri akan menghasilkan gas menjadi CH4, CO2, H2yang dapat menimbulkan perut kembung (Prasetyo, 2010).

Pengolahan susu menjadi yoghurt melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat akan dapat menguraikan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga cocok untuk penderita laktosa intoleran. Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari hasil fermentasi susu dengan menggunakan biakan campuran Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophillus atau yang sering disebut dengan

bakteri asam laktat (BAL) (Prayitno, 2006).

Yoghurt mempunyai beberapa keistimewaan lain yang apabila dikonsumsi dapat memberikan manfaat yang baik bagi tubuh, diantaranya mudah dicerna dan

dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen dalam usus oleh hasil metabolisme starter bakteri yang terkandung di dalam yoghurt. Saat ini yoghurt telah dikenal masyarakat sebagai minuman probiotik yang memiliki banyak manfaat. Namun, untuk lebih meningkatkan rasa dan nilai gizi dari yoghurt, biasanya dalam yoghurt ditambahkan sari buah. Menurut Mahmood, dkk., (2008) yoghurt dengan penambahan rasa seperti buah-buahan alami akan meningkatkan cita rasa dan penerimaan konsumen. Salah satu sari buah yang ditambahkan adalah sari bit dan sari kuini.

Bit (Beta Vulgaris L.) adalah tanaman jenis umbi-umbian atau sering disebut juga dengan akar bit. Bit terdiri atas dua varietas, yaitu bit merah dan bit putih. Bit merah adalah salah satu jenis umbi yang paling populer di Indonesia, karena varietas bit inilah yang banyak ditanam di dataran tinggi Indonesia. Selain itu, bit merah ini mempunyai warna keunguan atau merah keunguan yang sangat baik sebagai pewarna alami dalam pembuatan berbagai makanan/minuman, terutama yoghurt sehingga warna yoghurt menjadi lebih menarik.

Pewarna alami yang didapat dari bit merah tersebut berasal dari pigmen ungu betasianin dan kuning betaxanthin yaitu suatu senyawa yang mengandung nitrogen. Betalain adalah salah satu pewarna alami yang banyak digunakan dalam industri pangan. Selain sebagai pigmen, betalain juga memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Mastuti, dkk., 2010). Bit merah juga banyak mengandung zat gizi lain, seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B1, B2, B6, sodium, kalsium, klorin, tembaga, magnesium, mangan, kalium, yodium, fosfor, sulfur dan bioflavonoid, asam folat, biotin, niacin dan kaya serat (Handayani, 2011).

Dari beberapa kandungan gizi tersebut, bit memiliki banyak sekali manfaat terhadap kesehatan tubuh,diantaranya yaitu untuk menumbuhkan danmengganti sel-sel yang rusak, memperlancar keseimbangan cairan di dalam tubuh, menumbuhkanjaringan dan menormalkan saluran darahmenjaga fungsi otot dan syaraf,untuk metabolisme energi dan sistem kekebalan tubuh, membentuk sel darah merah, danuntuk memperkuat tulang (Handayani, 2011).

Rasa dan bau dari bit kurang disukai oleh konsumen. Oleh karena itu, biasanya bit dikombinasi dengan buah lain untuk mengurangi aroma dan rasa yang kurang enak. Pada penelitian ini, bit dikombinasikan dengan kuini yang sangat diminati dan disukai oleh semua kalangan masyarakat baik aroma maupun rasanya. Kuini (Mangifera odorata Griff) buah yang tergolong anggota genus

Mangifera. Kuini memiliki komponen senyawa flavor yang terdiri dari 45%

monoterpen teroksigenasi dan 33% ester dengan α-terpineol sebagai komponen

utamanya (Wong dan Ong, 1993).

Kuini memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh, yaitu melancarkan pencernaan, mencegah kanker, meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh, membantu proses pertumbuhan dan perkembangan sel, sebagai zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga cocok untuk penderita diabetes (Anonim, 2015).

Masalah yang sering terjadi pada yoghurt adalah proses sineresis selama proses penyimpanan. Sineresis tersebut disebabkan karena terlepasnya whey dari

body yoghurt (Wandi, 2009 dalam Wijaya, 2009). Penambahan bakteri probiotik

pada yoghurt menyebabkan kondisi susu menjadi lebih asam karena produksi asam laktat oleh bakteri tersebut lebih banyak dibandingkan dengan bakteri utama

dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophillus. Pada pH yang semakin rendah, kemungkinan terjadinya sineresis

lebih tinggi sehingga kelembutan tekstur yoghurt dapat berkurang (Susanti, dkk., 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya sineresis pada yoghurt yang mengandung bakteri probiotik Lactobacillus

acidophilus, yaitu dengan melakukan penambahan gum arab sebagai zat penstabil.

Gum arab termasuk dalam kelompok gum eksudat yang didapat dari pohon Akasia. Gum arab bekerja efektif pada kondisi yang asam dengan kisaran pH 4,5-5,0. Sifat ini sesuai dengan kondisi keasaman yoghurt, yaitu pada kisaran pH 4,0-4,5 sehingga gum arab dapat bekerja optimal sebagai penstabil untuk mencegah terjadinya sineresis pada yoghurt (Wijaya, 2009).

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Perbandingan Sari Bit (Beta vulgaris L.) dengan Sari Kuini (Mangifera odorata Griff) dan Jumlah Gum Arab Terhadap Mutu Yoghurt”dengan harapan akan diperoleh minuman yoghurt dengan warna dan

rasa yang disukai serta memenuhi standar gizi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara perbandingan sari bit merah dengan kuini dan jumlah gum arab untuk menghasilkan produk yoghurt dengan karakteristik mutu terbaik serta dapat diterima oleh konsumen.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknologi pangan di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai sumber informasi dalam pembuatan yoghurt campuran sari bit merah dan sari kuini dengan mutu yang baik, serta sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

Hipotesis Penelitian

Perbandingan sari bit dengan sari kuini dan jumlah gum arab serta interaksi antara keduanya berpengaruh terhadap mutu yoghurt.

kuini (Mangifera odorata Griff) dan jumlah gum arab terhadap mutu yoghurt, dibimbing oleh RONA J. NAINGGOLAN dan ELISA JULIANTI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari bit dengan sari kuini dan jumlah gum arab terhadap mutu yoghurt. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu perbandingan sari bit dengan sari kuini (B) : (10%:90% ; 20%:80% ; 30%:70% ; 40%:60%) dan jumlah gum arab (G) : (0,2% ; 0,4% ; 0,6%). Parameter yang dianalisa adalah total padatan, kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, total bakteri asam laktat, nilai warna, viskositas, dan uji organoleptik warna, aroma, rasa, dan viskositas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari bit dengan sari kuini memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai warna, viskositas, total padatan, kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, nilai hedonik warna, rasa, dan viskositas, serta memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap total bakteri asam

Dokumen terkait