• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Air Susu Ibu (ASI)

Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui di masa lalu serta mitos-mitos yang berlaku di masyarakat akan mempengaruhi pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, nasihat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap masalah menyusui (Roesli, 2000).

2.2.1. Pengertian ASI

Pengertian harfiah dari Air Susu Ibu (ASI) diartikan sebagai susu yang dihasilkan atau keluar dari payudara seorang wanita (ibu) yang baru melahirkan Secara biologis setiap perempuan mampu menghasilkan ASI untuk kebutuhan bayinya, prosentasenya sebesar 99%, hanya 1% yang tidak mampu menyusui karena kerusakan di kelenjar susu. Tapi itupun separuh masih dapat memberikan ASI setelah kerusakan pada kelenjar itu diobati (Suheimi, 1997).

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. ASI sangat menguntungkan

ditinjau dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosio psikologis (Danuatmaja, 2003).

2.2.2. Cara Pemberian ASI

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan berubah sehingga kurang menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak lecet sewaktu dihisap bayi (Danuatmaja, 2003).

Hal-hal umum yang perlu diketahui dalam pemberian ASI adalah: (a) ASI adalah minuman yang paling sesuai, bersih dan bebas kuman, bergizi dan murah untuk bayi, (b) ASI merupakan hak setiap bayi untuk memperolehnya dan kewajiban setiap ibu untuk memberikannya, (c) ASI mengandung antibodi yang meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit, (d) Produksi ASI akan semakin banyak apabila bayi lebih sering menetek dan setiap kali dikosongkan. Untuk menjaga produksi ASI, apabila tidak memungkinkan untuk menyusui secara langsung, peras

ASI dan kosongkan ASI secara berkala, (e) Proses menyusui sangat baik untuk perkembangan jiwa dan hubungan batin antar ibu dan anak, (f) Bagi ibu yang bekerja dan memberikan ASI selama masa cuti, tidak disarankan untuk melatih bayi minum dari botol terlalu dini (Depkes RI, 1997).

Menurut Roesli (2000), pemberian air susu ibu secara eksklusif (tanpa ada pemberian makanan lain) pada bayi usia antara nol bulan sampai enam bulan, akan mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi dan peningkatan daya kecerdasannya, karena ASI memang mengandung sekitar 2.000 zat makanan dan kolostrum, sehingga membuat anak memiliki daya tahan tubuh tinggi serta tumbuh secara sehat dan cerdas.

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5%, yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.

Jika bayi usia antara 0-6 bulan telah mendapat makanan tambahan, seperti susu formula, maka akan mengurangi zat kekebalan tubuh yang diperoleh dari ASI ibu, sehingga menurunkan daya tahan tubuh dan kecerdasannya (Roesli, 2000).

Ibu harus memberikan ASI secara eksklusif karena ASI mengandung zat antibodi yang aman dan tidak ditemukan dalam makanan lain sehingga mampu

meningkatkan daya tahan tubuh dari tertularnya penyakit dan menumbuhkan sel-sel otak yang merangsang tingkat kecerdasan. Selain itu, penggunaan ASI secara eksklusif mampu menghemat pengeluaran anggaran pembelian susu formula yang saat ini harganya masih cukup mahal, mahalnya susu formula tersebut, di antaranya karena para produsen sekarang semakin berlomba untuk menjadikan produksinya mendekati dan menyamai khasiat ASI. Misalnya dengan penambahan unsur-unsur yang terdapat dalam ASI, seperti DHA yang menambah kecerdasan anak, dan lain- lainnya (Roesli, 2000).

2.2.3. Manfaat ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai mendapatkan makanan padat, tetapi pemberian ASI dapat terus dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun atau lebih.

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan

bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi (Suraatmaja, 2000). ASI yang pertama kali keluar disebut kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare (Roesli, 2000).

Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibanding dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli, 2000).

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan pertumbuhan pertama sangat penting karena pada periode inilah pertumbuhan otak sangat pesat.

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram dan terlindung. Perasaan terlindung dan disayang inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri.

Dokumen terkait