• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekologi Manggis

Manggis merupakan tanaman tropik. Secara umum, iklim yang baik untuk pertumbuhan mangggis adalah hangat, lembab, dan distribusi curah hujan relatif merata sepanjang tahun dengan musim kering yang pendek (Yaacob and Tindall, 1995; Bin Osman and Milan, 2006). Sentra-sentra penanaman manggis terutama berada pada 10o LU dan 10o LS, tetapi masih potensial sampai 18o garis lintang (Verheij, 1997). Menurut Morton (1987) upaya budidaya manggis pada 20o garis lintang akan mengalami kegagalan. Tanaman manggis masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat sampai 1000 mdpl, tetapi kecepatan tumbuhnya akan lebih tinggi di daerah dataran rendah (Verheij, 1997; Nakasone and Paul 1998).

Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan manggis adalah 25-35o C (Downton and Chacko, 1995). Pada suhu dibawah 20oC pertumbuhan manggis akan lambat (Downton and Chacko, 1995; Verheij, 1997) dan pohon akan mati pada suhu dibawah 5o C (Downton and Chacko, 1995; Bin Osman and Milan, 2006). Batas suhu tertinggi untuk pertumbuhan manggis adalah 38-40o C, pada suhu tersebut baik daun maupun buahnya rentan terhadap sengatan matahari dan dapat menyebabkan kematian tanaman (Verheij, 1997; Nakasone and Paul 1998).

Manggis biasanya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, curah hujan tahunan minimal 1270 mm/tahun, serta musim kering yang relatif pendek (Morton, 1987). Kelembaban optimum untuk pertumbuhan manggis adalah minimal 80% (Downton and Chacko, 1995). Pada musim kering diperlukan irigasi untuk menghindari defisit air. Musim kering selama 15-30 hari sudah mampu menginduksi pembungaan manggis (Bin Osman and Milan, 2006). Menurut Yacob and Tindall (1995) pada wilayah yang memiliki periode kering yang panjang dan tegas manggis tidak tumbuh dengan baik. Sebaliknya, apabila lingkungan pertumbuhan manggis terlalu basah, tanaman manggis mungkin akan gagal berbunga dengan memuaskan dan mempengaruhi hasil.

Deskripsi dan Kualitas Buah Manggis

Buah manggis bertipe buah buni yang berbentuk bulat dan berkulit licin, berdiameter 4-7 cm. Pada saat matang kulit buah berubah menjadi warna ungu, dengan kelopak daun yang tetap menempel serta tetap dihiasi oleh cuping kepala putik. Kulit buah manggis kaya akan pektin, serta mengandung tanin catechin, resin, dan zat warna hitam (Verheij, 1997). Kulit buah (perikarp) tebalnya 6-10 mm, mengandung getah kekuningan yang rasanya pahit serta jus/cairan yang berwarna ungu. Bagian yang dapat dimakan yaitu aril yang berwarna putih, terdiri atas 4-8 ruang/segmen, dengan satu atau lebih segmen mengandung biji apomiktik (Nakasone and Paul, 1998).

Tingkat kematangan buah saat panen sangat berpengaruh terhadap kualitas dan daya simpan manggis. Buah mulai dapat dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen adalah sebagai berikut :

1. Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

2. Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

3. Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

4. Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

5. Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; dia meter 55- 65 mm.

Untuk konsumsi lokal, buah bisa dipetik pada umur 114 hari SBM sedangkan untuk ekspor buah dipetik pada umur 104-108 hari SBM (BPPT, 2000).

Berkaitan dengan standar kualitas buah, Dewan Standardisasi Nasional (Indonesia) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk buah manggis seperti ditampilkan pada Tabel 1.

6

Tabel 1 Persyaratan mutu buah manggis

Jenis uji Satuan Persyaratan

Mutu super Mutu 1 Mutu II

Keseragaman Seragam Seragam Seragam

Diameter mm > 65 55 - 65 < 55

Tingkat kesegaran

Segar Segar Segar

Warna kulit Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat Hijau kemerahan Buah cacat / busuk (jml/jml) % 0 0 0 Tangkai dan kelopak

Utuh Utuh Utuh

Kadar kotoran (b/b)

% 0 0 0

Serangga hidup/mati

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Warna daging buah

Putih bersih khas manggis

Putih bersih khas manggis

Putih bersih khas manggis Sumber : Dewan Standardisasi Nasional, 1992.

Menurut Munir (1995) untuk pasar internasional, standar kualitas buah manggis belum ada keseragaman standar permintaan, lebih dipengaruhi daerah/negara pengimpor. Contoh untuk pasar Asia mensyaratkan manggis dalam keadaan segar, kelopak buah masih lengkap dan berwarna hijau, kemasan dalam keranjang plastik dengan berat bersih 15 kg/keranjang. Ukuran buah terbagi atas 3 grade :

1. Grade A : rata-rata 110 g /buah, 6-8 buah per kg. 2. Grade AA : rata-rata 90 g /buah, 10-13 buah per kg. 3. Grade AAA : rata-rata 70 g /buah, 14-15 buah per kg.

Untuk pasar Eropa/Timur Tengah permintaannya adalah buah segar dan bersih, kelopak pada buah masih utuh dan hijau, umumnya dikemas pada karton box dengan berat bervariasi antara 2, 4, dan 5 kg/box. Grade ukuran buah tidak ada ketentuan sepanjang dalam satu box ukurannya relatif seragam.

Fisiologis Getah kuning

Gejala morfologis getah kuning yaitu adanya getah warna kuning yang keluar dari kulit buah mengotori permukaan kulit buah (Morton, 1987), jika getah itu menembus ke dalam segmen daging buah maka rasa daging buah akan menjadi

pahit (Verheij, 1997; Prove et. al. 2005 ), daging buah juga menjadi lengket ke kulit (Departemen Pertanian 2005b). Getah kuning (yellow latex/yellow exudate) juga disebut gamboge atau gummosis (Verheij, 1997; Prove et. al. 2005).

Hasil penelitia n Dorly et. al. (2008) menunjukkan bahwa munculnya getah kuning akibat pecahnya saluran getah kuning yang terdapat pada seluruh bagian tanaman manggis. Saluran getah kuning sudah dijumpai pada kuncup bunga (-1 MSA), bunga mekar/antesis (0 MSA), dan pada bagian ovari buah. Saluran getah kuning juga dijumpai pada buah muda (1-5 MSA), buah sedang (6-10 MSA) dan buah tua (11-15 MSA). Pada ketiga umur tersebut saluran getah kuning dijumpai di ketiga lapisan kulit buah yaitu eksokarp, mesokarp dan endokarp. Saluran getah kuning juga dijumpai pada daging buah (aril). Kerapatan saluran getah kuning pada mesokarp buah menurun seiring dengan perkembangan ukuran buah, tetapi ukuran diameter saluran getah kuning meningkat. Getah kuning mulai mengotori aril pada saat buah berumur 14 MSA. Keadaan ini dapat terlihat dengan kerusakan pada sel-sel epitel penyusun saluran sekretori getah kuning.

Menurut informasi petani, buah manggis yang terkena getah kuning memiliki bobot yang lebih berat daripada buah yang sehat. Salah satu cara seleksi buah adalah dengan merendam buah dalam air. Buah yang sehat akan terapung, sedangkan buah yang terkena getah kuning akan melayang. Namun cara ini tidak disarankan karena perendaman buah dalam air menyebabkan kulit buah mengeras dan sulit dibuka. Penelitian Sornsrivichai et. al. (2000) menunjukkan bahwa buah manggis yang mengalami kelainan getah kuning memiliki gravitasi spesifik yang lebih tinggi dibanding buah normal.

Pembahasan pada serangan penyakit yang disebabkan oleh fungi, umumnya sudah dibahas mengenai gejala, penyebab dan perkembangannya dengan cukup jelas. Tidak demikian halnya dengan fisiologis getah kuning, informasi tentang ini relatif terbatas. Walaupun menggunakan sebutan penyakit, getah kuning bukanlah disebabkan oleh fungi, tetapi merupakan masalah fisiologis (Morton, 1987). Beberapa pendapat tentang penyebab fisiologis getah kuning adalah sebagai berikut :

a. Getah kuning terjadi karena pengrusakan secara fisik terhadap pembuluh- pembuluh lateks, pengrusakan itu terjadi karena pemberian air yang

8

berlebihan setelah kekeringan, tusukan oleh serangga penghisap, angin kencang, pemetikan dan penanganan secara kasar (Verheij, 1997).

b. Memar yang disebabkan oleh angin dapat merupakan faktor yang penting dalam abnormalitas getah kuning. Buah yang diekspos dalam cahaya yang kuat juga dapat mengeluarkan getah kuning (Morton, 1987).

c. Sdoodee and Limpun- Udom (2002) melaporkan bahwa peningkatan kadar air tanah yang tiba-tiba setelah mengalami kekeringan dapat menjadi penyebab terjadinya gamboge (getah kuning). Pada penelitiannya, penyiraman sampai kapasitas lapang jika potensial air tanah sudah mencapai nilai -100 kPa mulai umur 9 minggu setelah berbunga, berdampak pada terjadinya gamboge sampai 87.7 %.

d. Kelainan gamboge diinduksi oleh angin (benturan) atau karena kerusakan akibat serangan hama (Prove et. al., 2005).

e. Kelainan gamboge tidak disebabkan oleh hama atau penyakit, cenderung terjadi jika buah matang pada kondisi lingkungan yang sangat basah (Diczbalis, 2009)

f. Getah kuning muncul akibat dinding saluran getah kuning di endokarp pecah (Dorly et. al., 2008). Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan air tanah yang cukup fluktuatif dan ekstrim selama manggis sedang dalam fase berbuah, sehingga terjadi perubahan tekanan turgor. Pada saat itulah dinding sel epitel yang tidak terlalu kuat pecah dan membuka lubang pada saluran getah kuning dan mengeluarkannya (Syah et. al., 2007).

Kandungan Senyawa Kimia Getah Kuning

Penelitian senyawa kimia getah kuning (gamboge) dari tanaman satu genus dengan manggis yaitu Garcinia hanburii telah banyak dilakukan. Gamboge

biasanya mengandung kira-kira 70-80% resin kuning, dan 15-25% gum yang larut dalam air. Sisanya tersusun dari ester, hidrokarbon, lilin dan residu debu. Banyak hasil investigasi produk komersial gamboge menemukan bahwa konstituen utama resin adalah gambogic acid. Hanya terdapat sedikit investigasi tentang komponen gum dari pigmen, namun didasarkan hidrokarbon (Craig and Napier, 1998). Rumus kimia gambogic acid yaitu C38H44O8 dengan bobot molekul 628.7 (Biomol

International L.P., 2004). Tisdale et. al. (2004) melaporkan rumus bangun dari

gambogic acid dan gambogin seperti ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Rumus bangun gambogic acid dan gambogin, salah satu kandungan resin pada getah kuning dari tanaman Garcinia hanburii

Sumber : Tisdale et. al., 2004

Hasil uji kualitatif senyawa fitokimia sampel getah kuning oleh Dorly et. al. (2008) yang dikoleksi dari kulit batang, bagian luar kulit buah, perikarp buah muda, aril dewasa, dan aril buah muda menunjukkan hasil reaksi positif terhadap senyawa terpen (triterpenoid), senyawa fenolik (flavonoid dan tanin). Semua sampel menunjukkan hasil uji negatif terhadap alkaloid, saponin (fenolik), dan senyawa steroid, kecuali pada aril muda menunjukkan hasil uji positif terhadap senyawa steroid. Konsentrasi tertinggi untuk senyawa triterpenoid dijumpai pada sampel getah kuning yang dikoleksi dari bagian luar kulit buah, sedangkan senyawa flavonoid dan tanin paling tinggi konsentrasinya dijumpai pada sampel getah kuning yang dikoleksi dari perikarp buah muda.

Metode identifikasi keberadaan gamboge yang paling berhasil adalah “ultraviolet-visible absorption spectroscopy”. Dengan menggunakan metode ini seseorang dapat mengkhususkan gamboge berdasarkan ketinggiannya dalam menyerap spectrum ultraviolet, serta karakteristik spektrumnya, seperti pigmen lain yang serupa warnanya tidak memiliki laju absorpsi yang tinggi. Metode identifikasi gamboge lain yang menarik tapi kurang akurat adalah kromatografi. Resin gamboge memiliki nilai Rf kira-kira 0.64. Pengukuran migrasi ini pada pelat agak khusus untuk resin gamboge. Hasil identifikasi dapat diperiksa ulang

10

baik melalui implementasi pelat yang mengandung material fosfor yang diiluminasi dibawah cahaya fluoresen, atau dengan menyemprotkan pelat asal dengan celupan fluoresen seperti rodamin B. Dibawah radiasi ultraviolet, spot gelap dapat terlihat, dimana resin gamboge telah mengabsorpsi spectra ultraviolet. Gambar butiran (grain) gamboge ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Butir gamboge dengan pembesaran 20 X (kiri) dan 50 X (kanan) Sumber : Craig and Napier, 1998

Ketika gamboge diobservasi melalui sebuah mikroskop, sangat jelas karakteristik inkonsistensinya. Apa yang terlihat berwarna kuning keoranyean ketika dilihat dengan mata telanjang menjadi sebuah warna pelangi virtual ketika diintensifkan di bawah mikroskop. Pigmen gamboge terdapat dalam berbagai bentuk yang tidak teratur. Ukuran dari bentuk-bentuk ini berkisar antara 1.25–7.5 nm. Butiran agak buram dan berwarna kuning kehijauan pada tepi grains, kuning keoranyean di dalamnya.

Pigmen gamboge telah lama diketahui bisa dimanfaatkan untuk pewarnaan. Bukti terbaru pemanfaatan gamboge datang dari abad ke-8 di Asia Timur. Diperkirakan bahwa pewarna organik kuning yang ditemukan pada artifak dari periode ini adalah gamboge. Banyak sumber menunjukkan bahwa gamboge

digunakan untuk membuat pernis kuning transparan untuk mewarnai kayu, logam dan kulit. Pada abad ke 19, gamboge adalah bahan yang umum untuk pernis, terutama pernis logam yang digunakan pada warna instrumen ilmiah. Disamping penggunaannya sebagai pewarna, gamboge seringkali ditetapkan sebagi pencuci perut atau pencahar, suatu laxative kuat yang digunakan untuk membersihkan usus besar. Gamboge juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan sebagai pengintensif pencahar lainnya. Penggunaan gamboge sebagi obat

kehilangan popularitasnya dengan cepat karena efek samping dan toksisitasnya. Bubuknya diketahui menyebabkan muntah, mual dan keluhan. Dosis satu drachm (3,5516 ml) dapat menyebabkan kematian. Dosis yang aman (2-6 grains) sangat sulit untuk diukur, sehingga penggunaannya sebagai obat dibatasi kecuali untuk perlakuan pada cacing pita (Craig and Napier, 1998).

Dampak Getah Kuning pada Kualitas Buah

Kerusakan buah selama pemanenan dan pemasaran bisa lebih dari 20 %, penyebabnya terutama gangguan fisiologis (physiological disorder) yaitu gangguan gamboge (gamboge disorder) (Downton and Chacko 1995). Gangguan getah kuning mempengaruhi kualitas buah manggis pada (jenis kerusakan beragam tergantung tingkat kerusakan) :

1. Penampakan buah, yaitu adanya getah yang mengotori permukaan kulit buah (Morton, 1987; Verheij 1997; Prove et. al., 2005).

2. Rasa daging buah, yaitu menjadi pahit (Downton and Chacko 1995; Verheij, 1997; Prove et. al., 2005).

3. Daging buah, menjadi sulit untuk dilepas dari perikarp/kulit (Gunadnya et. al., 2001).

4. Kulit buah/perikarp, menjadi keras dan sulit dibuka (Tongdee and Suwanagul, 1989; Gunadnya et. al. 2001).

Kerusakan-kerusakan tersebut bisa menyulitkan dalam menembus pasar serta beresiko biaya tinggi.

Terkait dengan kualitas buah manggis, Gunadnya et. al. (2001) melaporkan hasil penelitia n pengaruh tinggi jatuhan (benturan) buah terhadap permukaan kulit buah, kondisi daging buah, rasa daging buah, serta padatan terlarut total. Pada indeks panen 5 (114 HSA), ketinggian jatuh buah 50 cm sudah cukup untuk memacu munculnya getah, sedangkan pada indeks panen 4 (110 HSA) mulai muncul getah pada ketinggian jatuh buah 75 cm. Dampaknya pada daging buah adalah munculnya noda coklat, daging buah menjadi bening, rasanya hambar dan masam. Hasil pengukuran padatan terlarut total juga menunjukkan bahwa buah yang terkena getah kuning (karena jatuhan 50 atau 75 cm) memiliki nilai padatan terlarut total (oBrix) yang lebih kecil dibanding control. Terhadap

12

kulit buah, getah kuning menyebabkan pengerasan kulit, walaupun baru disimpan 2 hari, mencapai nila i yang melebihi ambang batas pengukuran alat (5.5 kg).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilaporkan Tongdee dan Suwanagul (1989) bahwa pada bagian buah yang mengalami benturan secara fisik akan mengalami dehidrasi tinggi. Dehidrasi yang terjadi kemungkinan menyebabkan jaringan kulit yang rusak mengering dan menjadi keras. Juga dilaporkan bahwa benturan memicu munculnya getah di sela-sela daging buah yang menyebabkan rasa pahit.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dar i bulan September 2006 sampai dengan Maret 2007. Tanaman manggis mulai berbunga pada minggu pertama September 2006. Panen buah manggis dilaksanakan mulai minggu keempat Desember 2006 dan selesai pada minggu pertama Maret 2007. Pada tahun 2005 tanaman manggis di lokasi penelitian tidak berbuah.

Pengamatan manggis dilaksanakan di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan, yaitu di kampung Cengal dan kampung Jamblang, desa Karacak, kecamatan Leuwiliang, kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat. Walaupun berada dalam satu desa, kedua kampung tersebut berjarak cukup jauh, lebih dari 3 Km, dengan kondisi alam berbukit-bukit (Gambar 3). Kampung Cengal berada pada titik ordinat 6o36’55.37” LS dan 106o37’47.90” BT dengan ketinggian sekitar 400 mdpl. Kampung Jamblang berada pada titik ordinat 6o37’19.23” LS dan 106o37’00.26” BT dengan ketinggian sekitar 500 mdpl. Desa Karacak adalah satu sentra produksi manggis di kabupaten Bogor. Kondisi pertanaman manggis bergerombol dan tersebar, tidak dalam satu pengelolaan kebun manggis yang tertata rapih. Kebun manggis menyatu dengan perumahan penduduk. Pengamatan kualitas buah dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor.

Bahan Tanaman dan Penentuan Contoh

Buah manggis yang akan diamati berasal dari tanaman-tanaman manggis yang sudah dewasa, sehat dan pernah beberapa kali berbuah, dengan demikian diharapkan tanaman menghasilkan produksi yang relatif tinggi. Pada tanaman- tanaman manggis yang telah terpilih diberi label. Diagram alur penelitian pengaruh iklim mikro terhadap kejadian getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana L.) ditampilkan pada Gambar 4.

Penentuan contoh pengamatan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan contoh menurut pertimbangan atau dengan menentukan kategori/karakteristik tertentu. Purposive sampling termasuk salah

Gambar 3 Lokasi pengamatan manggis di kampung Cengal dan Jamblang, desa Karacak, kecamatan Leuwiliang, kabupaten Bogor

Desa Karacak

Peta Kabupaten Bogor

Ds Karacak

satu dari teknik pengambilan contoh nonpeluang (Sudjana, 2002). Dari masing- masing lokasi pengamatan manggis, dipilih 16 pohon contoh yang memenuhi kategori pertumbuhan sehat, pernah berbuah serta berdasarkan informasi tahun- tahun sebelumnya berbuah lebat. Pemilihan tanaman juga memperhatikan pengelompokan tanaman berdasarkan pertimbangan :

a. Letak pohon yang memenuhi kategori terhalang dan terbuka dari angin. Pohon yang terbuka dari angin diwakili oleh pohon yang terletak relatif di luar kebun (L). Pohon yang terhalang dari angin diwakili oleh pohon yang terletak relatif di dalam kebun (D). Dari masing-masing kategori dipilih 8 pohon sampel (ulangan).

b. Umur tanaman muda (M, berumur kurang dari 30 tahun) dan tanaman tua (T, berumur lebih dari 40 tahun). Dari masing-masing kategori dipilih 8 pohon sampel (ulangan).

Berdasarkan penetapan 2 kategori diatas, ada 16 kombinasi pohon sampel yaitu : No. Kombinasi Penjelasan

1 D1M1 Pohon di dalam kebun ulangan 1, umur muda ulangan 1 2 D2M2 Pohon di dalam kebun ulangan 2, umur muda ulangan 2 3 D3M3 Pohon di dalam kebun ulangan 3, umur muda ulangan 3 4 D4M4 Pohon di dalam kebun ulangan 4, umur muda ulangan 4 5 D5T1 Pohon di dalam kebun ulangan 5, umur tua ulangan 1 6 D6T2 Pohon di dalam kebun ulangan 6, umur tua ulangan 2 7 D7T3 Pohon di dalam kebun ulangan 7, umur tua ulangan 3 8 D8T4 Pohon di dalam kebun ulangan 8, umur tua ulangan 4 9 L1M5 Pohon di luar kebun ulangan 1, umur muda ulangan 5 10 L2M6 Pohon di luar kebun ulangan 2, umur muda ulangan 6 11 L3M7 Pohon di luar kebun ulangan 3, umur muda ulangan 7 12 L4M8 Pohon di luar kebun ulangan 4, umur muda ulangan 8 13 L5T5 Pohon di luar kebun ulangan 5, umur tua ulangan 5 14 L6T6 Pohon di luar kebun ulangan 6, umur tua ulangan 6 15 L7T7 Pohon di luar kebun ulangan 7, umur tua ulangan 7 16 L8T8 Pohon di luar kebun ulangan 8, umur tua ulangan 8

17

Gambar 5 Ilustrasi penentuan tanaman untuk contoh pengamatan.

Tanaman dilambangkan dengan huruf X. Huruf l (luar) , d (dalam), m (muda), dan t (tua) menunjukkan kategori tanaman.

Pada satu pohon, buah-buah yang akan diamati berasal dari tajuk bagian tengah. Dari setiap pohon sampel dipanen 18 buah manggis. Panen buah manggis dilakukan sebanyak 9 kali (selama panen raya), setiap panen terdiri atas 2 buah, satu buah dari sisi luar tajuk dan satu buah lagi dari bagian dalam tajuk (Gambar 6). Sampel buah manggis dari kampung Cengal dan Jamblang masing-masing berjumlah 288 buah, sehingga dari dua lokasi pengamatan ada 576 sampel (2 buah/pengamatan x 9 pengamatan x 16 pohon/lokasi x 2 lokasi pengamatan). Ciri fisik buah yang dipanen adalah pada saat warna kulit buah ungu merah 25-75 % dengan umur panen sekitar 106-110 hari setelah bunga mekar/antesis atau sekitar 15-16 minggu setelah antesis.

Gambar 6 Ilustrasi letak buah yang dipanen dari setiap pohon manggis.

Xlm X X Xlm X X Xlt X X X X X X X X Xdm X Xdm Xdm X Xlm Xlt X Xdt X X X X X Xdt X Xdt Xdt X X X X X X X Xdm X Xlm X Xlt X X X Xlt Tajuk bagian tengah

Pengamatan

Pengamatan ekologis meliputi peubah-peubah lingkungan, dilakukan seminggu sebelum panen pertama sampai dengan hari terakhir panen buah manggis. Peubah-peubah lingkungan/cuaca yang diamati :

1. Curah hujan, hasil pengukurannya adalah rata-rata curah hujan harian. Penakaran curah hujan dari wadah penampungan dilakukan segera setelah terjadi hujan. Alat penakar yang digunakan adalah gelas ukur.

2. Intensitas cahaya matahari, hasil pengukurannya adalah intensitas cahaya matahari rata-rata harian. Pengukuran intensitas cahaya dengan solarimeter dilakukan diluar tajuk tanaman setiap hari pada waktu pagi, siang dan sore. 3. Kecepatan angin, hasil pengukurannya adalah kecepatan angin rata-rata

harian. Alat yang digunakan adalah anemometer sederhana, dipasang diatas atap rumah setiap hari selama 24 jam.

4. Kelembaban udara, hasil pengukurannya adalah kelembaban udara rata-rata harian. Kelembaban udara diukur dengan RH meter digital, sensor dipasang diluar rumah. Pencatatan angka kelembaban udara dilakukan setiap hari pada waktu pagi, siang dan sore.

5. Suhu udara, hasil pengukurannya adalah suhu udara rata-rata harian. Suhu udara diukur dengan termometer digital, sensor dipasang diluar rumah. Pencatatan angka suhu udara dilakukan setiap hari pada waktu pagi, siang dan sore.

6. Kelembaban tanah, hasil pengukurannya adalah kadar air tanah (KAT) rata- rata harian. Pengukuran kelembaban tanah menggunakan alat tensiometer, dilaksanakan setiap hari dari lahan yang berada di dalam dan di luar kebun. 7. Jumlah hari hujan, yaitu total hari hujan selama pengamatan cuaca dari

tanggal 30 Desember 2006 sampai dengan 2 Maret 2007.

Pengamatan kualitas buah, dilakukan seminggu sekali yang terdiri atas :

1. Pengamatan getah kuning di permukaan kulit buah (kulit_GK), dihitung jumlah spot getah kuningnya dan setiap ukuran spot getah diboboti. Nilai getah kuning pada kulit buah manggis adalah hasil perkalian jumlah spot getah dengan nilai pembobotannya.

19

2. Pengamatan getah kuning di bagian dalam buah (Aril_GK), dihitung jumlah aril yang terkena getah kuning dan aril yang sehat. Nilai getah kuning pada aril manggis adalah prosentase jumlah aril yang terkena getah kuning.

3. Pengamatan aril manggis yang translucent/aril manggis bening (Aril_Tr), dihitung jumlah aril yang mengalami translucent dan aril yang sehat. Nilai Aril_Tr pada aril manggis adalah prosentase jumlah aril yang mengalami

translucent.

4. Burik pada kulit manggis (Kulit burik), dihitung dengan memperkirakan prosentase penutupan burik pada kulit manggis dengan kelipatan angka sepuluh.

Contoh gambar dari getah kuning pada aril, aril translucent, getah kuning pada kulit buah dan burik pada kulit buah manggis ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Macam-macam kelainan pada buah manggis. A. Getah kuning pada aril manggis. B. Aril manggis translucent. C. Getah kuning pada kulit manggis. D. Burik pada kulit manggis.

Pengamatan sifat fisik dan kimia buah, peubah-peubah yang diamati adalah : 1. Jumlah aril manggis pada setiap buah.

A

B

C

D

2. Bobot buah, diukur dengan timbangan Ohaus (digital) dengan tingkat

Dokumen terkait