• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledoneae Keluarga : Arecaceae

Sub keluarga : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak bercabang dan tidak mempunyai cambium, tingginya dapat mencapai 15 - 20 m. Tanaman ini berumah satu atau monocious, bunga jantan dan bunga betina berada pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatifnya yakni bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Akar

Calon akar muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan. Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan jumlahnya, diamternya berkisar antara 8 dan 10 mm. Panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar sekunder

tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm (Pahan, 2010).

Batang

Batang membengkak pada pangkal (bongkol), bongkol ini dapat memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan ke atas dapat mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm. Pertumbuhan meninggi ini berbeda-beda untuk setiap varietas (Sastrosayono, 2008).

Daun

Tanaman dewasa dapat menghasilkan 40 – 60 daun dengan laju dua daun /bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua tahun. Panjang daun bisa mencapai 5 - 7 m terdiri dari : satu tulang daun (rachis), 100 - 160 pasang anak daun linear dan satu tangkai daun (petiole) yang berduri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Bunga

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk di panen pada umur 2.5 tahun. Bunga kelapa sawit merupakan monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu inflor dibentuk dari ketiak setiap daun setelah diferensisasi dari pucuk batang. Jenis kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24 bulan baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu inflor membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3 - 4 hari, sedangkan bunga-bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari. Penyerbukan yang umum terjadi biasanya penyerbukan silang namun kadang juga sendiri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Buah

Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 1600 buah, berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2 - 3 cm, beratnya 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah) dan mesokarp (sabut dan biji). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel), sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan embrio (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Biji

Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak berwarna kuning. Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada perkecambahan embrio berkembang dan akan keluar melalui lubang cangkang. Bagian pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul plumula (batang) (Sastrosayono, 2008).

Pembibitan

Bibit merupakan bahan tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan. Bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) atau hasil perbanyakan vegetatif (ramet) (PPKS, 2003). Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dimulai. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Sedangkan menurut PPKS (2003) sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah

menyediakan bibit yang asli dan jagur. Bibit kelapa sawit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi.

Tujuan Pembibitan

Bibit merupakan bahan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam mengahadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting atau penanaman di lapangan (PPKS, 2003).

Bibit yang dihasilkan adalah bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) juga menyatakan bahwa pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi.

Persiapan Pembibitan

Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai meliputi keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan akan membawa dampak pada vigor bibit yang akan dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan. Kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembibitan seperti menurut Pahan (2010) :

1. Pemilihan lokasi

2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan 3. Penyediaan bahan tanaman

4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre nursery dan main nursery) 5. Penyediaan media dan wadah tanam (polibag)

6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan

Menurut Pahan (2010), lokasi pembibitan kelapa sawit harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun 2. Dekat dengan sumber air

3. Drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang

4. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan 5. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan manusia

6. Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih intensif.

Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga kualitasnya terjamin (PPKS, 2003).

Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 143 pohon di lapangan diperlukan 200 kecambah/ha. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3 - 6 bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan jadwal kedatangan kecambah (Pahan, 2010).

Sistem Pembibitan

Teknologi pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat berarti. Tahun 1963 pembibitan masih menggunakan bibit tanam (field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan kemudian ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien. Kemudian sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu atau pelepah kelapa sawit. Namun, kesukaran memperoleh bambu dan pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru, sehingga sejak tahun 1965 keranjang diganti dengan kantong plastik hitam (black polythene). Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem pembibitan kelapa sawit yakni sistem pembibitan langsung di lapangan dan sistem tidak langsung, yaitu pre nursery dan main nursery (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Pre nursery

Pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada bedengan-bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit di tanam dalam polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan (Sastrosayono, 2008). Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan menjadi banyak. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak miring), berdrainase lancar, dekat dengan sumber air, tetapi tidak rawan banjir (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Pada pre nursery bibit ditanam dan disusun rapat sampai berumur 3 - 4 bulan. Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit sekitar 40% (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Bibit ditanam pada kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Tanah yang diisikan adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah yang ditanam dengan plumula menghadap keatas dan radikula ke bawah sedalam 2 - 3 cm. Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan keberhasilan dalam

pengelolaan bahan tanaman selanjutnya (PPKS, 2003). Pemeliharaan bibit di pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit (Pahan, 2010). Setelah pembibitan awal bibit dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery).

Main nursery

Pada pembibitan utama (main nursery) bibit dari pembibitan awal dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar berukuran 40 x 50 cm pada umur sekitar empat bulan (Sastrosayono, 2008). Pelaksanaan transplanting dari pembibitan awal ke pembibitan utama merupakan tahap krusial dan memerlukan perhatian yang lebih (PPKS, 2003). Pada main nursery bibit diletakkan dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm atau dalam 1 ha berisi sebanyak 12 000 bibit. Pemeliharaan bibit di pembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit (Pahan, 2010).

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Metode yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan dengan turut bekerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan atas izin perusahaan seperti menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, kemudian bertindak sebagai pendamping mandor pada tiga minggu berikutnya dan sebagai pendamping asisten pada enam minggu berikutnya, serta melakukan pengamatan dan diskusi. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan data-data di perkebunan berupa laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip-arsip kebun lainnya.

Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Kegiatan yang berlangsung tiap harinya dituliskan dalam jurnal harian selaku KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten. Data pengamatan lapangan difokuskan pada kegiatan pengelolaan pembibitan yaitu pada kegiatan pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Beberapa pengamatan langsung yang dikumpulkan penulis sebagai data primer seperti :

1. Pengamatan terhadap jumlah bibit yang mati (Daya tumbuh bibit).

Data ini akan digunakan untuk mengetahui daya tumbuh varietas dari kecambah yang digunakan. Dengan demikian, dapat diketahui kualitas

dari kecambah itu sendiri serta upaya-upaya perbaikan dalam menekan angka kematian kecambah tersebut.

2. Pengamatan tinggi, diameter batang dan jumlah pelepah daun untuk bibit di pre nursery.

Data tersebut akan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit pada umur bibit tanaman yang berbeda. tiap pembibit itu diamati 20 tanaman contoh untuk setiap bedeng.

Tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah pelepah diukur setelah tanaman berumur 1 minggu dan dilakukan setiap 1 minggu sekali. Tinggi tanaman dengan menggunakan mistar dari pangkal batang hingga ujung daun yang tertinggi dan telah diluruskan. Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong sekitar 1 cm dari permukaan tanah dengan cara mengukur dua sisi batang yang berlawanan, nilainya dijumlahkan lalu dirata-ratakan. Pelepah daun yang dihitung hanya daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna. Tanaman yang diukur adalah tanaman sampel. Pengukuran dilakukan dari 2 MST hingga tanaman berumur 10 MST.

3. Pengamatan terhadap seluruh kegiatan teknis di lapangan.

Pengamatan ini akan dilakukan secara langsung untuk mengetahui kegiatan teknis di lapangan dan dibandingkan dengan standar dan literatur yang ada, kemudian akan dianalisis secara deskriptif.

Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data di perkebunan seperti laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan, serta arsip kebun. Kondisi dan kegiatan umum di perkebunan memerlukan data seperti : peta kebun, curah hujan, kondisi lahan dan tanaman, produksi dan produktivitas kebun, struktur organisasi dan lain-lain. Sementara untuk yang berhubungan dengan aspek khusus pengelolaan pembibitan diperlukan data sekunder seperti : kondisi lahan pembibitan, kondisi bibit, umur bibit tanaman pada setiap blok areal pembibitan, hasil pekerjaan, serta data atau informasi lain yang diperlukan. Data tersebut dibutuhkan untuk menganalisis beberapa kegiatan di pembibitan, secara deskriptif dan dibandingkan dengan sumber pustaka yang baku.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Pada awal lahirnya PT. Socfin Indonesia bernama PT. Socfin Medan S. A. (Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe’ Anonyme) yang didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akta notaris William Leo No. 45 tanggal 7 Desember 1930. Berdasarkan akta notaris tersebut. PT. Socfin S. A adalah perusahaan yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerah Sumatera Utara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.

PT. Socfin Indonesia berdasarkan akta pendiriannya disebutkan bahwa perusahaan tersebut berkedudukan di Sumatera Utara, bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet.

Letak Geografis Kebun

Kebun Bangun Bandar terletak di kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara. Topografi lahan datar hingga bergelombang dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut. Peta letak administrasi kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebelah utara lokasi kebun Bangun Bandar berbatasan dengan kota Dolok Masihul, di sebelah selatan berbatasan dengan kampung Bukit Cermin, sebelah timur berbatasan dengan Kampung Bantan dan sebelah barat berbatasan dengan kebun Silau Dunia.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Bangun Bandar mempunyai lahan 4 649.00 ha dengan luas areal hak guna usaha (HGU) 4 560.62 ha dan non HGU 88.38 ha. Dari areal HGU tersebut, lahan yang telah ditanami kelapa sawit hanya sekitar 3 335.64 ha dan tanaman karet sekitar 1 224.98 ha. Hal ini disebabkan karena adanya areal yang dijadikan sebagai sarana dan prasarana seluas 88.38 ha. Luas areal terdiri dari TM 2 160.4 ha, TBM 897.49 ha, TB 277.75 ha dan sarana 88.38 ha (Kantor Bangun Bandar, 2012).

Jenis Tanaman dan Lokasi Kebun

PT. Socfindo memiliki 16 kebun yang terdiri atas 11 perkebunan kelapa sawit dan 5 (lima) perkebunan karet. Perkebunan-perkebunan ini terletak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak 4 kebun dan di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12 kebun. Jenis tanaman dan lokasi kebun yang diusahakan PT. Socfindo dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis tanaman dan lokasi kebun yang diusahakan PT. Socfindo

Komoditi Grup Provinsi Kabupaten Kebun

Kelapa Sawit 1. NAD Aceh Barat Seunagan Aceh Barat Seumanyam Aceh Singkil Lae Butar Aceh Timur Sei Liput Kelapa Sawit 2. Sumatera Utara Batubara Tanah gambus

Serdang Bedagai B. Bandar Serdang bedagai PSBB Serdang Bedagai Mata Pao Kelapa Sawit 3. Sumatera Utara Asahan Aek Loba

Labuhan Batu Negeri Lama

Asahan Padang pulo Karet Sumatera Utara Batu Bara Lima Puluh

Serdang Bedagai Tanah Besih Serdang Bedagai T. Maria Labuhan Batu Aek Pamienke Labuhan batu Halimbe

Sumber : Bagian Tanaman PT. Socfindo,2012

Kebun Bangun Bandar dibagi menjadi divisi areal pertanaman dengan variasi tahun tanam 1984 sampai tahun 2012 rincian Divisi I, Divisi II, Divisi III dan Divisi IV dengan rata-rata umur tanaman 8.24 tahun, 10.86 tahun, 9.91 tahun dan 4.46 tahun. Total luas areal Divisi I, II, III dan IV berdasarkan data dari Bagian Tanaman per Januari 2012 berturut-turut adalah 1 068.94 ha, 922.44 ha, 835.33 ha, 508.93 ha dan 1224.98 ha karet. Total luas areal tanaman yang belum menghasilkan (immature planting) 897.49 ha dan tanaman menghasilkan (mature planting) 2 160.4 ha dan luas tanaman baru 277.75 ha. Pada Divisi I terdapat kebun pembibitan dengan luas total 3.90 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Bangun Bandar PT. Socfindo adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang seluruhnya berasal dari Tenera Socfindo. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di Bangun Bandar adalah pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam yang digunakan adalah 9.0 m x 9.0 m x 9.0 m dengan jarak antar barisan 7.8 m sehingga populasi per hektarnya 143 pokok. Produksi kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 2.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi tanah yang ada di kebun kelapa sawit Bangun Bandar didominasi oleh tanah aluvial dan podzolik merah kuning (PMK) 60%-70% dan sebagian kecil tanah gambut. Ciri-ciri tanah aluvial mempunyai tekstur pasir dan debu kurang dari 40 %. Tanah PMK berasal dari tanah podzolik coklat yang mengalami sedikit perubahan pengaruh podzolosasi. Warna dominan merah dan kuning disebabkan oleh besi yang dioksidasi dan dihidrasikan.

Daerah ini termasuk beriklim sangat basah dan mempunyai kisaran suhu 24oC- 28oC. Rata-rata curah hujan dan rata-rata hari hujan selama sepuluh tahun (2001 - 2011), yaitu 2 285.6 mm dan 139.1 hari hujan dengan 60.3% nilai Q. Daerah ini mempunyai tipe iklim A menurut Schmidth dan Ferguson (Anonim, 2011). Data curah hujan tahun 2001-2011 dapat dilihat pada Lampiran 3.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Bangun Bandar dipimpin oleh pengurus yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perkebunan yaitu pengelolaan dan perkembangan kebun secara efektif dan profesional sesuai ketentuan PT. Socfin Indonesia. Saat menjalankan tugasnya, pengurus dibantu oleh seorang senior asisten (asisten kepala) yang membawahi lima orang asisten. Dalam bidang administrasi pengurus dibantu oleh kepala tata usaha (KTU) dan beberapa karyawan bulanan. Dalam

bidang pengelolaan pabrik, pengurus dibantu oleh dua orang tekniker yang bertugas mengawasi kegiatan yang ada di pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengurus juga di bantu oleh mantri recolte dan mantri tanaman yang masing-masing bertugas mengawasi kegiatan kualitas potong buah di setiap divisi dan mengkoordinir kegiatan mantri bibitan, mantri hama dan penyakit dan mantri sensus. Setiap asisten mengelola satu divisi dan bertanggung jawab mengelola seluruh aset perusahaan tingkat divisi. Saat kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh dua orang mandor yaitu mandor panen dan mandor perawatan. Di bidang administrasi asisten dibantu oleh krani divisi.

Kebun Bangun Bandar memiliki tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang bervariasi mulai dari lulusan sekolah dasar sampai lulusan perguruan tinggi. Jumlah staf di kebun Bangun Bandar 1 April 2012 sebanyak 711 orang. Berdasarkan data dari kantor pengurus kebun Bangun Bandar, baik pria maupun wanita dari seluruh divisi, pabrik dan kantor pengurus di kebun Bangun Bandar dengan perincian jumlah tenaga kerja Divisi I sebanyak 203 orang. Divisi II sebanyak 138 orang, Divisi III sebanyak 136 orang dan Divisi IV sebanyak 70 orang. Upah yang diberikan kepada setiap karyawan di kebun Bangun Bandar diatur oleh bagian keuangan berdasarkan besarnya upah minimal rata-rata regional (UMR) yang telah ditentukan oleh bagian keuangan di kantor besar PT. Socfindo atas dasar Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara badan kerja sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) dengan Pengurus Pusat Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia(PP. SP. PP-SPSI) sesuai dengan undang-undang No. 21 Tahun 1954. Upah yang diberikan terdiri atas upah tetap, premi, tunjangan kesehatan, dan beras. Sedangkan gaji untuk para staf sepenuhnya diatur oleh Bagian Keuangan di Kantor Besar PT. Socfindo. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor serta sebagai pendamping asisten adalah mengikuti dan melakukan beberapa kegiatan di divisi dan di kebun pembibitan. Kegiatan yang dilakukan di divisi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan pemeliharaan seperti : Pemupukan, Penunasan (Pruning), pengendalian gulma, sensus hama (ulat), pengendalian hama, sensus buah dan pemanenan. Selama di kebun pembibitan, penulis melakukan kegiatan seperti penanaman kecambah, pemeliharaan, pengangkutan pembibitan awal atau pre nursery (PN) yang secara khusus dijual dan kegiatan pemindahan pembibitan utama ke lahan.

Pembibitan

Kegiatan yang ada di pembibitan awal seperti : penanaman kecambah, konsolidasi, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta seleksi bibit, sedangkan kegiatan yang ada di pembibitan utama seperti : persiapan dan pengolahan tanah, pembuatan instalasi penyiraman, pemancangan (pengajiran), pengisian tanah ke polibag, pelangsiran polibag, pembuatan lubang tanam pada polibag, penanaman bibit, penyiraman, pengendalian gulma (penyiangan), pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta persiapan bibit untuk transplanting ke lapangan.

Pada umumnya, kondisi dan kegiatan teknis yang diterapkan pada kebun pembibitan PT. Socfindo ini dilaksanakan sesuai dengan standar atau norma-norma yang berlaku. Akan tetapi, masih terdapat beberapa perbedaan dan penyimpangan dalam pelaksanaannya guna untuk mengejar target dalam melaksanakan pekerjaan. Perbedaan dan penyimpangan yang terjadi dapat mengakibatkan permasalahan dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut.

Pemilihan lokasi kebun. Areal kebun pembibitan pre nursery dan main

Dokumen terkait