• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Selada (Lactuca sativa L.)

Selada merupakan sayuran yang termasuk ke dalam famili Compositae dengan nama latin Lactuca sativa L. Asal tanaman ini diperkirakan dari dataran Mediterania Timur, hal ini terbukti dari lukisan di kuburan di Mesir yang menggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak tahun 4500 SM (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Berikut ini adalah klasifikasi selada: Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotylodonae Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae (Compositae) Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa

Selada cocok dibudidayakan pada daerah dengan suhu optimum berkisar antara 20oC pada saing hari dan 10oC pada malam hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari, pada suhu 15oC-25oC (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Selada merupakan tanaman setahun polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat mengghasilkan akar tunggang dalam yang diikuti dengan penebalan dan perkembangan ekstensif akar lateral yang kebanyakan horizontal. Daun selada sering berjumlah banyak dan biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam susunan padat. Bentuk daun yang berbeda-beda sangat beragam warna, raut, tekstur dan sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus, berkeriput (savoy) atau kisut berlipat. Sembir daunnya membundar rata atau terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Daun bagian dalam pada kultivar yang tidak membentuk kepala cenderung

berwarna lebih cerah, sedangkan pada kultivar yang membentuk kepala berwarna pucat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Menurut Nonnecke (1989), pada ada dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu: crisp-head, butterhead, cos, selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Hal senada juga dinyatakan oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tentang tipe-tipe selada yang meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas:

1. L. sativa var. Capitata yang merupakan kelompok varietas dari selada kepala renyah (crisphead) dan kepala mentega (butterhead). Menurut Haryanto et al. (2003) selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau terang, tetapi ada juga yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah.

2. L. sativa var. Longifolia yaitu selada cos (romaine).

Selada jenis ini mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip petsai (Gambar 1C). Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhnannya. 3. L. sativa var. Crispa yaitu selada daun longar (selada keriting dan

lollorossa).

Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri lainnya adalah tipe selada ini tidak membentuk krop (Gambar 1A dan 1B).

4. L. sativa var. Asparagina yaitu selada batang.

Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop.

Gambar 1. Beberapa Varietas Botanis Selada:

(A). Selada Keriting yang termasuk dalam kelompok varietas Crispa, (B). Lollorossa yang termasuk ke dalam kelompok varietas Crispa, (C). Romaine yang termasuk ke dalam kelompok varietas Longofolia.

Budidaya secara Hidroponik

Menurut Lingga (1999) prinsip-prinsip dasar terpenting dari hidroponik sebenarnya sudah dikenal sejak tiga abad yang lampau. Pada tahun 1936 di Inggris, hidroponik telah diuji coba di laboratorium, sampai pada tahun 1969 dimana Dr. W. F. Gericke yang bekerja pada laboratorium Universitas California berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 meter dan menghasilkan buah yang baik dengan menanamnya di dalam bak-bak berisi air bermineral. Berawal dari sini, muncul istilah hydroponics, yaitu istilah baru yang merujuk kepada suatu sistem bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Menurut Karsono (2008), terdapat enam tipe dasar sistem hidroponik, yaitu: sistem wick (sumbu), water culture (kultur air), ebb and flow / flood and drain (pasang surut), drip (tetes) yang terdiri atas sistem recovery dan non-recovery, DFT (deep flow technique) dan aeroponik.

Hidroponik DFT (Deep Flow Technique)

DFT adalah suatu sistem dalam teknik budidaya hidroponik yang menggunakan wadah (bak tanam) dengan posisi yang mendatar dan air sebagai media utama (Gambar 2). Sistem ini mirip dengan NFT (Nutrirent Film Technique), namun berbeda dengan NFT yang menggunakan lapisan tipis air sebagai penyuplai nutrisi pada tanaman, pada sistem DFT larutan nutrisinya

menggenang sehingga apabila listrik mati dan pompa tidak menyala, maka tanaman pada sisitem DFT tidak mengalami gangguan asupan nutrisi karena akar tanaman masih berada dalam larutan nutrisi.

Gambar 2. Sistem Budidaya Deep Flow Technique (DFT)

Aeroponik

Aeroponik merupakan salah satu dari metode bercocok tanam secara hidroponik. Aeroponik tidak sama dengan metode seperti NFT (Nutrient Film Technique) atau DFT (Deep Flow Technique). Sistem aeroponik diteliti pertama kali dan dikembangkan oleh Dr. Franco Massatini dari Universitas Pia, Italia.

Gambar 3. Sistem Budidaya Aeroponik

Pada dasarnya, kata aeroponik diambil dari kata aero dan phonos. Aero berarti udara dan phonos berarti cara budidaya, aeroponik berarti bercocok tanam di udara. Aeroponik merupakan metode untuk membudidayakan tanaman tanpa media tanah tetapi dengan memberi tanaman nutrisi melalui pengabutan yang mengandung nutrisi/pupuk, dimana akar digantung di udara (Agung, 2009) seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3. Menurut Karsono (2008), pengabutan ini

biasanya dilakukan setiap beberapa menit. Pengaturan pengabutan harus dilakukan secara teliti, sebab akar tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik terekspos di udara, sehingga akar bisa cepat mengering jika pengaturan pengabutan terganggu.

Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam budidaya secara hidroponik, karena tanaman yang dibudidayakan dengan sistem tersebut hanya mendapat asupan nutrisi dari larutan nutrisi yang disediakan. Menurut Resh (2004), formulasi larutan nutrisi berbeda-beda dan sangat bergantung dari beberapa variabel berikut ini: spesies dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang ingin dipanen atau dikonsumsi, musim (panjang hari), dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, dan lama penyinaran).

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan larutan nutrisi untuk budidaya hidroponik harus memiliki sifat larut sempurna di dalam air. Terdapat 12 jenis bahan kimia yang mengandung unsur-unsur yang berguna bagi tanaman. Unsur-unsur tersebut dibagi ke dalam dua kelompok unsur, yaitu unusr makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg), sadangkan unsur mikro terdidri dari Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Molibdenum (Mo) (Untung, 2004).

Larutan nutrisi dibuat dari larutan stok. Larutan stok adalah konsentrat dari larutan nutrisi. Larutan stok biasanya terdiri atas larutan stok A, larutan stok B dan larutan asam (Tabel 1). Masing-masing jenis larutan stok harus dipersiapkan dan disimpan pada tangki tersendiri (tidak dicampur). Pemisahan tersebut harus dilakukan untuk menghindari terjadinya pengendapan antara sulfat dan nitrat apabila dicampur bersama dalam konsentrasi tinggi dari beberapa komposisi kimiawi masing-masing larutan stok. Misalnya saja larutan stok akan mengendap apabila sulfat dari senyawa magnesium sulfat dicampur dengan kalsium dari senyawa kalsium nitrat (Resh, 2004).

Tabel 1. Larutan Stok A, B dan Larutan Asam

Stok A Stok B Asam

Komposisi Solubilitas

(g/100 ml air) Komposisi

Solubilitas

(g/100 ml air) Komposisi KNO3 13.3 KNO3 13.3 HNO3 42% Ca(NO3) 121.2 K2SO4 12.0 H2SO4 66% NH4NO3 118.3 KH2PO4 33.0 H3PO4 75% HNO3 tidak terbatas H3PO4 548 HCl - Chelate Besi sangat mudah larut Mg SO4.7H2O 71.0 Sumber: Resh (2004)

Menurut Untung (2004), cocok atau tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman dapat diketahui melalui pengukuran aliran listrik dalam air. Aliran listrik dalam air di dalam bak tanam tersalurkan sesuai dengan kandungan ion-ion dari beragam bahan kimia terlarut. Ukuran aliran listrik disebut electric conductivity (EC), satuan yang digunakan adalah millimhos (mmho), tetapi dalam praktik budidaya, satuan EC biasa menggunakan satuan millisiemens/centimeter (mS/cm). Nilai EC sangat penting di dalam budidaya hidroponik. Berdasarkan angka EC inilah produktivitas tanaman bisa dipacu. Larutan nutrisi yang digunakan untuk tanaman muda berkisar antara 1-1.5 mS/cm, sedangkan larutan nutrisi untuk tanaman dewasa memiliki nilai EC berkisar antara 2-4 mS/cm. Nilai EC berbeda- beda untuk setiap tanaman, bergantung pada varietas tanaman, umur tanaman dan iklim setempat (Untung, 2004).

Panen dan Pasca Panen

Menurut Simpson dan Straus (2010) panen adalah mengumpulkan bagian tanaman yang ditujukan untuk kepentingan komersial. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri dalam hal panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen adalah keadaan tanaman yang berupa tingkat kematangan dan juga waktu panen.

Tanaman selada merupakan sayuran yang dikonsumsi karena kelembutan, kerenyahan dann karakteristiknya yang berair (Denisen, 1979), oleh sebab itu pemanenan selada harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak terlalu awal

karena akan menghasilkan hasil yang rendah, dan apabila dipanen terlambat dapat mengakibatkan kualitas hasil panen menurun. Namun demikian, penentuan waktu panen untuk tanaman selada sangat bergantung pada kultivarnya. Masing-maasing varietas memiliki waktu panen dan tingkat kemasakan yang berbeda, sehingga pemanenan selada kadang-kadang sangat subyektif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa pada penanaman selada secara konvensional, selada biasanya dipanen pada umur 30-50 hari setelah semai dan menghasilkan hasil 3-8 ton/ha, sedangkan menurut Resh (2004), potensi hasil untuk selada yang dibudidayakan dengan media tanpa tanah (soiless) sebesar 9 000 lb (4 082 kg) per acre, atau sekitar 10 ton/ha. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa kriteria panen untuk selada adalah ukuran sudah cukup besar namun sebelum berbunga, kecuali jika memang diinginkan untuk berbunga. Menurut Pantastico et al. (1986) pemanenan selada dimulai segera setelah tanaman mencapai ukuran dan ketegaran yang diinginkan. Pemanenan harus sudah dilakukan sebelum daun menjadi kaku dan terasa pahit.

Penanganan pasca panen adalah tahap dari produksi tanaman yang dilakukan sesaat setelah panen. Kegiatan pasca panen meliiputi kegiatan pendinginan, pembersihan, sortasi dan grading (Simpson dan Straus, 2010). Sebuah survey yang dilakukan oleh Bautista dan Cadiz pada tahun 1986 menunjukkan bahwa terjadi kehilangan hasil 22% sampai 70% sayuran akibat penanganan yang tidak baik, ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti: busuk, lewat matang, kerusakan mekanik, susut bobot, pemotongan, bertunas dan pencoklatan. Preece dan Read (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan kualitas selada dapat dilihat dari turgiditas, warna, kemasakan (firmness), perlakuan perompesan (jumlah daun terluar), bebas dari tip burn dan kerusakan fisiologis, bebas dari kerusakan mekanis, cacat dan juga busuk. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa dalam praktik pasca panen, tidak ditemukan adanya perlakuan yang dapat meningkatkan kualitas pasca panen suatu produk, yang dapat dilakukan adalah hanya menjaga kualitas produk tersebut.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di Amazing Farm, Kebun Cikahuripan, Kampung Pojok, Desa Cikahuripan RT 5 RW 1, Kecamatan Lembang, Bandung - Jawa Barat, mulai bulan Maret 2011 sampai bulan Juli 2011.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang dilakukan meliputi kegiatan lapang yang terdiri atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Amazing Farm yang berhubungan dengan aspek budidaya tiga jenis selada yaitu: selada keriting, lollorossa, dan romaine, yaitu mulai dari persiapan media, penyemaian, penanaman, perawatan, panen, pasca panen dan pemasaran. Kegiatan lain yang dilaksanakan selama magang adalah melakukan pengamatan yang terdiri atas: pengamatan daya berkecambah benih, pengamatan pertumbuhan tanaman, pegamatan pasca panen dan juga mengumpulkan data dan informasi dari arsip perusahaan, studi pustaka, dan wawancara dengan karyawan dan juga mengamati saluran pemasaran sayuran. Hal lain yang dilaksanakan adalah melakukan analisis informasi yang diperoleh. Bentuk kegiatan yang dilakukan pada saat magang adalah sebagai berikut:

1. Orientasi Lapangan

Kegiatan orientasi lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan umum perusahaan seperti profil perusahaan, tata areal dan sistem kerja yang diterapkan dan juga sebagai ajang perkenalan dengan para staf dan juga untuk mengetahui permasalahan yang ada di perusahaan. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mengetahui tentang semua aktivitas yang dilakukan selama magang.

2. Bekerja sebagai Karyawan Harian

Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai karyawan harian adalah melaksanakan praktik budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik

DFT, mulai dari persiapan media, persemaian, perawatan di nursery, kegiatan tanam, perawatan hingga proses panen, pasca panen dan distribusi produk.

3. Pendamping Supervisor

Pendamping supervisor memiliki tugas membantu supervisor dalam hal pengawasan produksi, pengawasan panen, membantu taksasi, dan membantu memperhitungkan jumlah sayuran yang dipanen.

4. Pendamping Manajer Kebun

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendampig manajer kebun antara lain membantu setiap kegiatan di lapangan, membuat jurnal kegiatan harian di lapangan, serta mempelajari manajerial tingkat lapang.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dan informasi yang dilakukan berupa pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkaitan dengan aspek budidaya, yang terdiri atas: data pertumbuhan tanaman, pembibitan, pemeliharaan dan produksi tanaman, panen dan pasca panen hingga pemasaran hasil dan juga kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan. Data sekunder didapat dari arsip dan juga studi literatur perusahaan berupa produktivitas, kondisi perusahaan, bangunan tanam, tenaga kerja dan data-data lain yang mendukung.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data baik primer maupun data sekunder antara lain:

1. Mengikuti secara langsung kegiatan persiapan, produksi, dan pasca panen hingga pemasaran sayuran daun,

2. Wawancara dengan staf dan pekerja Amazing Farm selama magang berlangsung,

3. Mengumpulkan data mengenai produksi, baik data dari pengamatan yang dilakukan maupun data dari perusahaan,

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT.

Beberapa pengamatan yang dilakukan berkenaan dengan aspek produksi dan pasca panen sayuran daun adalah sebagai berikut:

1. Produksi

Pengamatan pada bagian produksi terdiri atas semua kegiatan produksi, mulai dari persiapan bahan tanam, persemaian, penanaman dan perawatan. Komoditas yang menjadi objek pengamatan terdiri atas tiga jenis selada yaitu selada keriting, lollorossa, dan juga romaine secara aeroponik maupun hidroponik DFT. Parameter yang diamati untuk pengamatan persemaian adalah daya berkecambah, sedangkan parameter untuk pengamatan pertumbuhan tanaman adalah tinggi tanaman, lebar daun tanaman, jumlah daun tanaman, panjang akar tanaman dan bobot per tanaman saat panen.

a. Tinggi tanaman diukur dengan cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan atas styrofoam hingga daun tertinggi.

b. Lebar daun tanaman diukur dengan cara mengukur lebar daun yang memiliki ukuran paling lebar, dan bukan merupakan daun tua (daun terluar).

c. Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka (tidak termasuk daun yang masih menguncup dan plumula saat masih bibit).

d. Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar dari permukaan bawah styrofoam hingga ujung akar.

2. Panen

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan kegiatan panen yang dilakukan oleh perusahaan, pengumpulan data tentang persentase tanaman yang tidak dipanen, dan juga produktivitas. Presentase tanaman yang tidak dipanen dihitung dengan cara mengambil sampel secara acak sebanyak lima kali panen. Tanaman yang tidak dipanen dikumpulkan kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan bobot tanaman yang dipanen lalu disajikan dalam bentuk persentase.

3. Pasca Panen

Pengamatan pasca panen meliputi pengamatan presentase rompesan daun, presentase tanaman yang tidak masuk standar kualitas (sortasi), pengamatan pengemasan, dan juga kehilangan hasil.

a. Pengamatan sayuran yang tidak masuk standar kualitas (persentase sortasi) dilakukan dengan cara menimbang bobot sayuran hasil sortasi yang dilakukan oleh karyawan packing, kemudian membandingkannya dengan bobot kotor sayuran. Hasil pengamatan ini disajikan dalam bentuk presentase.

b. Pengamatan rompesan daun (persentase rompesan) diambil dari lima sampel pada masing-masing komoditas pada setiap sistem budidaya. Hasil penimbangan bobot rompesan kemudian dibandingkan dengan bobot kotor panen dan disajikan dalam bentuk presentase. Hasil penimbangan rompesan tersebut kemudian diambil sampel lagi sebanyak 10% dari total bobot rompesan, kemudian memilahnya menjadi tiga kategori rompesan, yaitu rompesan akibat penyakit, rompesan akibat hama, dan rompesan akibat daun tua /kerusakan mekanik. Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk prsentase.

c. Presentase kehilangan hasil dilakukan dengan cara menjumlahkan persentase sayuran yang tidak masuk standar kualitas dan presentase rompesan daun. Rumusnya adalah sebagai berikut:

% Kehilangan Hasil= % Sortasi + % Rompesan 4. Pemasaran

Pengamatan pemasaran yaitu mengamati saluran pemasaran sayuran daun yang diproduksi ke outlet penjualan di sekitar Bandung.

5. Analisis Usaha Tani

Melakukan analisis usaha tani terhadap produksi selada secara aeroponik dan hidroponik DFT.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari kegiatan magang berupa data primer dan sekunder, diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis

deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan pada data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan persentase dan juga uji-t student, sedangkan data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah, Letak Wilayah Administratif dan Letak Geografis

PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya di bidang sayuran aeroponik dan hidroponik DFT berdiri pada tahun 1998 dengan Dani Rusli sebagai pemilik. Bentuk perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Pada awalnya perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang finansial dan pembiayaan, namun dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 perusahaan finansial ini mulai melakukan kegiatan budidaya sayuran secara aeroponik dan hidroponik DFT agar tetap berjalan.

PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) tidak langsung melakukan budidaya sayuran melainkan melakukan riset terlebih dahulu. Riset ini bertujuan untuk menemukan jenis sayuran yang cocok dan formulasi nutrisi yang tepat agar pertumbuhan sayuran baik dan berkualitas, kemudian pada tahun 2000, perusahaan memfokuskan diri untuk membudidayakan sayuran dengan sistem aeroponik dan hidroponik DFT.

PT Momenta Agrikultura memiliki kebun di beberapa lokasi antara lain kebun di Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat yang memproduksi berbagai macam sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT yang diantaranya adalah selada keriting, lollorossa, dan romaine. Kebun di Sentul, Bogor, Jawa Barat yang dikhususkan untuk budidaya kangkung, caisim, bayam hijau, bayam merah dan pakcoy secara aeroponik. Kebun Cisaroni, Lembang yang dikhususkan untuk budidaya paprika, tomat dan tanaman hias jenis mawar potong, gerbera dan ruskus. Kebun Kayuambon, Lembang yang dikhususkan untuk budidaya timun mini, paprika dan sayuran organik.

PT Momenta Agrikultura merupakan pelopor perkebunan sayuran komersial di Indonesia yang menggunakan sistem budidaya tanaman dengan teknologi aeroponik dan hidroponik DFT. Kebun yang terletak di dataran tinggi di daerah Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat memiliki curah hujan 3 000 mm per tahun dan memilki suhu udara rata-rata antara 19-23° C dan ketinggiannya

1 312 hingga 2 084 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang sangat ideal yaitu untuk membudidayakan sayuran jenis sayuran daun seperti selada.

Tata Areal dan Fasilitas Produksi

Amazing Farm kebun Cikahuripan memiliki lahan seluas 2.5 ha dengan luas produktif 1.8 ha. Sebagian besar lahan digunakan untuk greenhouse budidaya, sisanya digunakan fasilitas pendukung lainnya. Layout dan tata guna lahan dapat dilihat pada Lampiran 2. Luas produksi Amazing Farm kebun Cikahuripan dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Greenhouse

Kegiatan produksi sayuran daun di Amazing Farm dilakukan di dalam greenhouse. Bentuk greenhouse di Amazing farm dibangun dengan struktur Gutter-Connected greenhouse yaitu greenhouse yang dibangun secara bersambung dengan dinding yang disatukan. Penggunaan Gutter-Connected greenhouse sangat efisien dalam penggunaan lahan dan bangunan yang berada di tengah susunan terlindung oleh greenhouse lainnya. Atap greenhouse terbuat dari plastik polyethylene dan dinding greenhouse menggunakan kasa plastik yang mengandung polyethylene dan dibentuk menyerupai jaring. Bentuk greenhouse piggy-back system adalah suatu bentuk greenhouse yang memakai bentuk konvesional yang dimodifikasi dengan menambahkan atap kecil di bagian atasnya untuk ventilasi (Gambar 4). Rangka yang digunakan untuk jenis greenhouse ini terbuat dari kayu.

Gambar 4. Tipe Greenhosue Piggy-back System ventilasi atap

Bentuk greenhouse lain yang digunakan di Amazing Farm Kebun Cikahuripan adalah tipe Bulbo, yaitu suatu model greenhouse dengan atap melengkung dan saling menyilang, sehingga sirkulasi udara dapat masuk dari persilangan rangka atap. Greenhouse tipe Bulbo disajikan pada Gambar 5. Rangka yang digunakan untuk greenhouse tipe bulbo berupa rangka alumunium dengan atap berupa plastic UV 14% yang terbuat dari polyethylene dan dinding yang terbuat dari kassa.

Gambar 5. Tipe Greenhouse Bulbo

Jenis greenhouse lain yang digunakan Amazing Farm adalah greenhouse yang terbuat dari rangka bambu dan kayu. Bentuk bangunan greenhouse rangka kayu dan bambu menggunakan bentuk greenhouse tipe piggy-back system. Atap greenhouse ini terbuat dari plastic UV yang berbahan dasar polyethylene. Bahan yang digunakan untuk dinding adalah kassa dan juga plastik polyethilen pada bagian bawahnya.

Dalam satu greenhouse terdapat bak penanaman sebanyak 52-90 bak tanam untuk budidaya aeroponik, dan 36-92 bak tanam untuk budidaya hidroponik DFT. Jumlah bak tanam yang digunakan berbeda-beda, karena luas masing-masing greenhouse memang tidak sama (Lampiran 3). Bak tanam yang digunakan untuk teknik budidaya secara aeroponik semuanya menggunakan bak

Dokumen terkait