• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pisang Barangan

Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui Samudra Atlantik, Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Mutu buah pisang (Musa paradisiaca) ditentukan dari derajat ketuaan, kebersihan, bentuk, ada tidaknya buah dempet atau buah yang lepas, serta terkena hama atau penyakit. Pisang biasa dipanen apabila pada sisir pertama dari tandan sudah terdapat 1-2 buah yang menguning. Pada saat itu pertumbuhan buah sudah mencapai atau mendekati maksimum. Sisir buah masih berwarna hijau, namun proses pematangan (ripening process) masih akan berlanjut sesudah proses pemetikan karena pisang termasuk kelompok klimakterik. Tingkat kematangan buah pisang ditandai dari warnanya. Hal ini secara umum dibagi ke dalam tujuh tingkatan seperti tertera pada Tabel 1. Walaupun pisang matang umumnya berwarna kuning, beberapa varietas menunjukkan warna yang berbeda. Pisang ambon lumut warnanya tetap hijau pada saat masak dan pisang raja sereh kulitnya berbintik-bintik cokelat tua sampai saat matang.

Tabel 1. Tingkat Kematangan Buah Pisang

Nomor Indeks Warna Kulit Buah 1 Hijau

2 Hijau dengan sedikit warna kuning

3 Bagian hijau lebih banyak daripada kuning 4 Bagian kuning lebih banyak dari pada hijau 5 Kuning dengan ujung hijau

6 Kuning penuh

7 Kuning berbintik kecokelatan Sumber : Sjaifullah, 1996

Buah pisang kebanyakan dimakan segar (raw banana) atau di masak (cooking banana). Kadang-kadang buah pisang juga diolah lebih lanjut, misalnya menjadi ledre atau selai dan sebagai campuran kue tradisional. Sekarang bentuk pisang olahan juga sudah mulai dipasarkan seperti tepung pisang, keripik dan sebagainya (Ashari, 1995).

Pisang barangan banyak terdapat di pasaran, baik di pasar umum maupun disupermarket. Pisang barangan banyak digemari masyarakat karena keistimewaannya. Di Filipina, pisang barangan lebih dikenal dengan nama pisang lakatan dan di Malaysia di kenal dengan nama pisang berangan. Pisang jenis ini sangat popular sebagai pisang meja. Berat rata-rata per tandan berkisar 12 - 20 kg dan terdiri dari 8 – 12 sisir. Setiap sisirnya tersusun atas 12 – 20 buah. Ukuran buahnya 12 – 18 cm dengan di ameter 3 – 4 cm. Kulit buahnya berwarna kuning kemerahan berhiaskan bintik-bintik cokelat, sementara daging buahnya berwarna

agak oranye. Rasanya cukup enak dan memiliki aroma yang harum (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu (pseudostem), tingginya bervariasi antara 1-4 meter, tergantung varietasnya. Daunnya melebar, panjang, tulang daunnya besar, dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang

kompak sehingga mudah robek bila terken angin kencang. Batangnya mempunyai bonggol (umbi) yang besar dan terdapat banyak mata yang dapat tumbuh menjadi tunas anakan. Bunganya tunggal, keluar pada ujung batang dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik) (Sunarjono, 2000).

Komposisi Kimia Pisang Barangan

Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor dan kalsium, mengandung vitamin B, B6 dan C, serta mengandung serotonin yang aktif sebagai neutransmitter untuk kelancaran fungsi otak. Nilai energi pisang cukup tinggi, yakni 136 kalori per 100 gram. Karbohidrat pada pisang mampu menyuplai energi lebih cepat dari pada nasi dan biskuit sehingga para atlet olah raga banyak yang mengonsumsi pisang disaat jeda untuk mengganti energi mereka yang terkuras. Buah pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium dan besi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir 100 % dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang mencapai 2 mg per 100 gram dan seng 0,8 mg per 100 gram. Kandungan vitamin buah pisang pun sangat tinggi, terutama provitamin A berupa betakaroten (45 mg per 100 gram berat kering). Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin dan vitamin B6

(piridoksin). Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam proses sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmitter

dalam kelancaran fungsi otak. Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung

ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Kandungan energi pisang merupakan energi instan yang mudah tersedia dalam waktu singkat sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik bagi tubuh (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Gula pisang merupakan gula buah yang terdiri dari gula fruktosa berindeks glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena metabolismenya sedikit lebih lambat. Oleh karena itu, pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi disaat-saat istirahat atau jeda, terutama pada saat otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis. Bagi orang yang bertubuh gemuk atau takut gemuk, pisang merupakan buah yang sangat baik untuk di konsumsi sekalipun dalam jumlah banyak karena kandungan lemaknya lebih rendah, yaitu hanya 0,13 % (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Sementara itu, kandungan mineral yang menonjol pada pisang adalah kalium yang diperkirakan menyumbang sekitar 440 mg. Kalium berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung, tekanan darah dan membantu pengiriman oksigen keotak. Oleh karena kaya akan vitamin dan kalori, buah pisang kerap digunakan sebagai makanan pemula yang diberikan pada bayi

Tabel 2. Kandungan Gizi Buah Pisang/100 gram Kandungan Gizi Jumlah

Kalori 90 kkal Karbohidrat 22,84 gram Gula 12,23 gram Serat 2,26 gram Lemak 0,33 gram Protein 1,09 gram Vitamin A 3 µg Tiamin (vitamin B1) 0,031 mg Riboflavin (vitamin B2) 0,073 gram Niasin (vitamin B3) 0,665 mg Asam Fantothanik (vitamin B5) 0,334 mg Vitamin (vitamin B6) 0,367 mg Folat (vitamin B9) 20 µg Kalsium 8,7 mg Besi 5 mg Vitamin C 0,26 mg Magnesium 27 mg Fosfor 22 mg Potassium 358 mg Seng 0,15 mg

Sumber : USDA Nutrient data base, 2007

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi

Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti gula dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbondioksida dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa (Wills et al., 1981).

Proses metabolik yang terpenting sesudah panen adalah respirasi yang meliputi perombakan substrat yang lebih besar. Namun demikian, tidak selalu aktivitas metabolik ini bersifat katabolik yang merugikan, melainkan bisa menguntungkan seperti sintesa pigmen, enzim dan senyawa lain khususnya perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan (Winarno, 1993).

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ; 1. Faktor internal

Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2

yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin cepat. Produk yang lebih kecil ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif dari pada jaringan lebih tua (Pantastico, 1993).

2. Faktor eksternal

Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10°C. Pemberian etilen pada tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya. Kerusakan atau luka pada

produk sebaiknya dihindari, karena dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek (Pantastico, 1993).

Pengaruh Oksigen Pada Kerusakan Buah

Kerusakan akan terjadi pada hasil pertanian selama penyimpanan apabila terdapat oksigen, terutama apabila proses anaerobik masih berjalan. Pada umumnya kerusakan tersebut merupakan perubahan bau dan rasa. Tiap-tiap hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri-sendiri terhadap oksigen. Kebanyakan buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara lebih dari 5%, sedangkan buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada kadar oksigen dibawah 1% (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).

Untuk mendukung agar respirasi berlangsung wajar selama proses

senescence diperlukan suatu minimal (dalam batas tertentu) pemusatan oksigen,

di bawah batas minimal akan terjadi respirasi anaerob dan dihasilkan alkohol, sehingga dapat menyebabkan hilangnya aroma dan terjadinya kerusakan jika peristiwa berlangsung lama serta alkohol yang dihasilkan itu mencapai ± 100 mg. Proses aerasi menyebabkan sejumlah kecil alkohol tadi akan hilang dan dengan demikian pergantian/perubahan-perubahan zat-zat akan berlangsung kembali secara wajar (Kartasapoetra, 1994).

Menurut Pantastico (1993), konsentrasi O2 yang rendah dapat mempunyai pengaruh :

a. Laju respirasi dan oksidasi substrat menurun

b. Pematangan tertunda dan sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih panjang

d. Produksi C2H4 rendah

e. Laju pembentukan asam askorbat berkurang f. Perbandingan asam-asam lemak tak jenuh berubah

g. Laju degaradasi senyawa pektin tidak secepat seperti dalam udara

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih kecil dari oksigen yang tersedia di udara (Pradana, 2008).

Manfaat Pisang Barangan

Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah pisang mentah dapat digunakan untuk gurah yaitu menghilangkan dahak dan menyaringkan suara. Buah pisang juga sangat berkhasiat untuk penyembuhkan penderita anemia karena dengan mengonsumsi buah pisang, kadar hemoglobin dalam darah meningkat. Kandungan kalium pada buah pisang dapat mengurangi tekanan stress, menurunkan tekanan darah, menghindari penyumbatan pada pembuluh darah, mencegah stroke, memberikan tenaga untuk berfikir dan menghindari kepikunan atau mudah lupa. Sementara serat pisang bermanfaat dalam membantu orang yang sedang diet, perokok yang ingin menghilangkan pengaruh nikotin, mengontrol suhu badan (khususnya ibu hamil), menetralkan asam lambung dan berbagai manfaat lainnya (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Tanaman pisang memang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia dan dikenal sebagai tanaman yang multiguna karena selain

buahnya, bagian tanaman lain pun bisa dimanfaatkan, mulai dari bonggol hingga daunnya. Buah pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang paling di kenal dan merupakan bagian utama dari produksi tanaman pisang. Buah pisang kerap dijadikan sebagai sumber vitamin dan mineral, sebagai buah meja atau sebagai produk olahan seperti sale pisang, tepung pisang, selai/jam, sari buah, sirup keripik dan berbagai jenis olahan kue (cake, nagasari, srikaya, kolak, pisang goreng atau pisang bakar) (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Penyimpanan dengan Kemasan Atmosfir

Tujuan penyimpanan adalah untuk mengontrol permintaan pasar tanpa menimbulkan banyak kerusakan atau penurunan mutu. Fasilitas penyimpanan diperlukan bila produksi buah meningkat. Penyimpanan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyimpanan buah secara alami dan penyimpanan yang menggunakan sarana-sarana tertentu.

a. Penyimpanan secara alami dilakukan apa adanya tanpa menggunakan sarana- sarana atau perlakuan tertentu. Penyimpanan buah secara alami ini masih dilaksanakan di India. Buah pisang yang sedang berbuah dan cukup

tua tidak dipanen, tetapi pohonnya dipindahkan dan ditanam lagi ditempat lain dengan cara akar-akarnya dipotong terlebih dahulu sehingga keperluan air

dan zat hara berkurang. Cara penyimpanan ini sangat ekonomis dan hasilnya dapat matang sempurna.

b. Penyimpanan menggunakan sarana-sarana tertentu

Jenis penyimpanan di bagi menjadi 5 macam yaitu penyimpanan pada suhu rendah, pelapisan lilin, KMnO4, CaCl2 dan penyimpanan pada plastik bertekanan rendah

(Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah kemasan yang ramah lingkungan, dan alami. Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin

meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan Nurminah, 2006).

Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah pengemasan produk

dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas didalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa simpan. Dalam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya untuk dapat memperpanjang masa simpan produk hortikultura (Kader dan Watkins, 2000).

Udara termodifikasi (UT) sering digunakan bergantian dengan udara terkendali. Yang dimaksud dengan cara penyimpanan dalam UT adalah penambahan CO2, penurunan O2, dan kandungan N2 tinggi dibandingkan dengan udara biasa. Cara ini tidak hanya mengurangi konsentrasi O2 tetapi juga mempercepat difusi etilen keluar dari jaringan buah, dan dengan demikian memperpanjang umur simpannya (Pantastico, 1993).

Prinsip pengawetan dengan cara penyimpanan atmosfir terkendali adalah pengaturan jumlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruang

penyimpanan yang tertutup rapat sehingga kadar gas oksigen dikurangi dan gas karbondioksida dinaikkan. Dengan keadaan ini maka proses pernafasan sayuran/buah-buahan menjadi terhambat. Pengaturan gas dilakukan dengan cara menyedot udara didalam ruangan dan menggantikannya dengan campuran gas oksigen dan karbondioksida dengan perbandingan tertentu. Untuk menyeimbangkan tekanan gas di dalam ruangan dimasukkan gas nitrogen (Muchtadi, 2008).

Penyimpanan dalam ruangan dengan sistem atmosfir termodifikasi merupakan suatu cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2) dalam ruang penyimpanan sehingga dapat memperlambat proses pernafasan, penguapan dan aktivitas biologis lainnya. Proses-proses tersebut dapat diperlambat dengan menurunkan konsentrasi oksigen hingga di bawah 8% dan meningkatkan kandungan karbondioksida diatas 2%. Dalam kondisi udara bebas, kandungan oksigen adalah 20,99%, karbondioksida 0,03% dan nitrogen 78,03%. Rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida dalam ruang penyimpanan akan memperlambat respirasi, pematangan (rippening) dan pelayuan, menurunkan laju produksi etilen dan memperlambat pembusukan (Booksgoogle, 2009).

Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah cara penyimpanan dengan

konsentrasi O2 lebih rendah dan konsentrasi CO2 lebih tinggi dibanding normal yang dicapai melalui kemasan. Ada dua tipe MAP yaitu :

a. MA aktif yaitu penyimpanan dengan modifikasi atmosfir dimana udara di dalam kemasan awalnya dikontrol dengan menarik semua udara dalam

kemasan kemudian diisi kembali dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai

b. MA pasif yaitu keseimbangan antara O2 dan CO2 diperoleh melalui pertukaran udara dalam kemasan (mengandalkan permeabilitas kemasan) (Zagory dan Kader, 1988).

Penggunaan Kemasan Film

Polietilen densitas rendah (LDPE= Low Density Polyethylene) dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah dikelim dan harganya murah. Plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus yang tinggi. Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Sifat-sifat plastik polietilen adalah :

- Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih - Tahan terhadap suhu tinggi (300 °C)

- Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah

- Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah

(Julianti dan Nurminah, 2006).

Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan. Dalam beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan, misalnya pada produk-produk yang berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya respirasi anaerob (Julianti dan Nurminah, 2006).

Pemanfaatan Bahan Penjerap Oksigen dan Karbondioksida

Penjerap oksigen (oxygen scavenger) digunakan untuk menjerap oksigen yang terlibat langsung dalam respirasi. Penurunan konsentrasi O2 (atau sebaliknya, peningkatan konsentrasi CO2) hingga konsentrasi yang belum memicu terjadinya fermentasi menjadi salah satu parameter utama teknologi pengemasan buah. Pada umumnya, penurunan O2 akan menurunkan laju respirasi, yang selanjutnya akan menghambat pemasakan buah, sehingga mampu memperpanjang masa simpannya. Walaupun bahan pangan dapat dikemas dengan teknologi MAP atau bahkan dalam kemasan vakum, cara–cara tersebut tidak menjamin dapat menghilangkan O2 secara sempurna. Selain itu, O2 yang mampu menembus plastik kemasan tidak mampu dihilangkan dengan teknologi kemasan tersebut. Untuk itu diperlukan penjerap oksigen yang mampu menyerap O2 pascakemas didalam kemasan

Asam askorbat (C6H8O6)

Vitamin C adalah untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai (Wikipedia, 2009).

Pada umumnya teknologi penjerapan oksigen menggunakan satu atau lebih konsep berikut ini: oksidasi asam askorbat, oksidasi serbuk Fe, oksidasi pewarna peka-cahaya, oksidasi enzimatik (misalnya enzim glukosaoksidase dan alkoholoksidase), asam lemak tak jenuh (misalnya asam oleat atau linolenat, dan

ragi (yeast). Diantara bahan tambahan tersebut, asam askorbat (vitamin C) di anggap yang paling luas penerimaannya oleh konsumen. Adapun reaksi yang terjadi dengan asam L-askorbat adalah :

Asam L-askorbat + O2 asam dehidro L-askorbat + H2O

dengan bantuan enzim (oksidasi atau peroksidase). Artinya, keberadaan asam L-askorbat aktif, O2 di dalam akan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat. Akibatnya respirasi buah menurun, dan masa simpan dapat diperpanjang (Muchtadi, 2008).

Di dalam perkembangan penelitian pada buah duku, bahan aditif asam L-askorbat ternyata terbukti lebih efektif dibandingkan KMnO4. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa baik bahan aditif asam L-askorbat maupun KMnO4 sama efektifnya dalam memperpanjang masa simpan duku dan mempertahankan kandungan asam L-askorbat dalam buah. Namun tingkat kemanisan buah duku dengan bahan aditif asam L-askorbat terbukti lebih tinggi daripada yang berbahan aditif KMnO4. Selain itu, dibandingkan dengan KMnO4, bahan aditif asam L-askorbat tampaknya lebih aman, baik dari segi kesehatan maupun lingkunga

Serbuk besi

Adsorben oksigen dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa besi yang dimasukkan ke dalam kantung (sachet). Sejak itu desain dan aplikasi dari adsorber oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara produsen terbesar di dunia. Adsorber oksigen yang tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder), di mana 1 gram besi akan bereaksi dengan 300 ml O2. Kelemahan dari besi sebagai adsorber oksigen adalah tidak

dapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur pengemasan (Julianti dan Nurminah, 2006).

Ba(OH)2

Barium tidak pernah ditemukan di alam dalam bentuk murni karena sifatnya yang reaktif denga dengan efektif dan tidak ditemukan sebagai mineral. Pada dosis rendah, barium bertindak sebagai stimulan otot, sedangkan dosis yang lebih tinggi mempengaruhi

Ca(OH)2

Untuk mempertahankan mutu tomat dalam jangka waktu yang relatif lama, cara paling mudah, murah dan aman bagi tomat-tomat dalam negeri adalah menyimpannya dalam kotak kayu. Kotak tersebut higroskopis sehingga dapat menyerap H2O dan di bagian bawahnya diberi kapur tohor atau Ca(OH)2 untuk mengikat CO2. Kemasan ini harus disimpan di tempat yang kering dan teduh sehingga penimbunan etilen dapat ditekan . Bila buah tomat yang disimpan masih berwarna kehijau-hijauan, penyimpanan dengan cara ini dapat menahan kesegaran buah tomat sampai seminggu (Kanara, 2009).

Dokumen terkait