• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan penyakit pada ternak ayam lebih utama dibandingkan pengobatan, sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan. Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stres), defisiensi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan (Suprijatna et al., 2005)

Mengetahui ciri-ciri ayam normal merupakan hal yang penting untuk mengetahui ayam yang sakit. Menurut Suprijatna et al., (2005) ayam yang sehat mempunyai ciri-ciri: konsumsi pakan dan ternak normal, kotoran normal tidak encer, giat melakukan aktivitas, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur tubuh normal, berkisar 40.5 – 41.6° C, rata-rata 41.1° C, denyut jantung normal, berkisar 200-400 kali per menit, dan bernapas normal, berkisar 15-36 kali per menit.

Menurut Ensminger (1992), studi yang mempelajari penyebab terjadinya penyakit disebut etiologi. Sebuah penyakit terkadang terjadi karena kombinasi dari dua penyebab atau lebih, diantaranya : (1) faktor tidak langsung yang dapat menurunkan ketahanan tubuh unggas, dan (2) faktor langsung yang menyebabkan penyakit menjangkiti unggas.

Cekaman (Stress)

Cekaman (stress) adalah suatu keadaan ketika ayam mengalami ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman mengakibatkan nafsu makan menurun dan kondisi tubuh lemah. Hal ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu, serta produksi telur menurun, dan akhirnya berhenti berproduksi (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Ensminger (1992), faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit secara tidak langsung biasanya disebut sebagai faktor stress, diantaranya kedinginan, ventilasi udara buruk, kandang terlalu padat, pemberian pakan dan tempat minum yang tidak

sesuai, dan unggas terlalu banyak mendapatkan perlakuan yang menggunakan obat- obatan.

Menurut Suprijatna et al. (2005), penyebab stress diantaranya cuaca/iklim (misalnya hujan lebat, angin deras, udara panas, dan udara dingin), suara (misalnya kebisingan, ledakan, suara kendaraan, dan pesawat terbang), kejutan (misalnya orang asing masuk kandang dan hewan liar), mekanis (misalnya potong paruh, vaksinasi, pindah kandang, dan perjalanan), makanan (misalnya pergantian pakan serta pakan dan minuman yang tidak cukup), dan kepadatan kandang(yaitu kandang yang terlalu padat).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh stree yaitu apabila terjadi perubahan cuaca atau setelah perlakuan vaksinasi dan perlakuan lainnya, perlu diberikan antistres.

Defisiensi Zat Makanan

Gejala umum yang tampak pada ayam yang menderita defisiensi zat makanan adalah pertumbuhan anak ayam terhambat, bobot badan menurun drastis (ayam dewasa), bulu kasar dan kusam, jengger kebiruan, berjalan pincang, lumpuh, tidak tenang, dan produksi telur menurun. Penyebabnya adalah defisiensi zat zat makanan karena kandungan zat-zat makanan tertentu kurang dalam pakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena rendahnya kualitas bahan campuran pakan yang digunakan (Suprijatna et al., 2005).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, untuk mencegah defisiensi zat makanan diantaranya dapat dilakukan: teliti menghitung kebutuhan zat-zat makanan sesuai dengan periode pertumbuhan atau produksi, menggunakan bahan pakan yang beragam, jangan hanya satu jenis pakan, dan berikan zat-zat makanan tambahan, seperti premix. Apabila terjadi defisiensi maka pengobatan dilakukan dengan pemberian zat zat makanan yang dianggap kurang atau dengan pemberian premix melalui pakan atau air minum.

Parasit

Parasit adalah organisme yang tinggal di dalam tubuh organisme lain, atau mendapatkan kebutuhannya dari organisme lain (Ensminger, 1992). Menurut Suprijatna et al. (2005) penyakit yang disebabkan oleh parasit dikelompokkan menjadi dua, yaitu ektoparasit dan endoparasit (Suprijatna et al,. 2005).

a. Ektoparasit

Ektoparasit menyebabkan unggas terlihat tidak tenang, mengurangi pertambahan bobot badan dan produksi telur, juga meninggalkan bekas pada kulit unggas (Ensminger, 1992). Ektoparasit adalah parasit yang menempel atau hidup pada tubuh ayam bagian luar, umumnya adalah kutu. Kutu menjadi parasit dengan memamah kulit dan bulu serta mengisap darah dan getah bening (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Suprijatna et al., (2005) gejala unggas yang terserang ektoparasit diantaranya ayam gelisah, tidak tenang sehingga stress, lesu dan kurang darah, pucat, pertumbuhannya terhambat, dan produksinya turun. Hal ini dapat dicegah dengan cara kandang harus selalu dibersihkan, konstruksi kandang harus mudah dibersihkan, dan kandang harus bebas dari sarang-sarang hewan liar. Apabila unggas dijangkiti maka dapat diobati dengan cara: (a) untuk mengatasi gurem yang menempel di sisik-sisik kaki, atau rendam kaki dengan minyak tanah. Selain itu, cat tempat bertengger dan dinding dengan carboleneum atau minyak anthresene, (b) cara tradisional dapat dilakukan dengan air larutan tembakau yang dioleskan pada tempat-tempat kutu atau gurem menempel, (c) olesi bulu atau tempat yang menjadi sarang kutu dengan nicotin sulfa, dan (d) Semprot kandang dengan malaion berdosis 4-5% dan pada ayam dengan dosis 0.5%.

b. Endoparasit

Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh ternak, umumnya berupa berbagai jenis cacing dalam saluran pencernaan. Semua jenis umur ayam memungkinkan terserang endoparasit (Suprijatna et al., 2005). Gejala unggas yang terserang endoparasit adalah ayam lesu, pucat, kondisi tubuh menurun, dan dapat mengakibatkan kematian karena komplikasi. Apabila ayam mati dibedah, pada saluran pencernaannya terdapat banyak cacing dan terjadi kerusakan pada organ-

organ lainnya, pertumbuhan ayam muda terhambat, dan produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun.

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, endoparasit dapat dicegah dengan cara: (a) kandang harus selalu dibersihkan, tidak membiarkan kotoran menumpuk, (b) mencegah perkembangan lalat dan kecoa, (c) pada kandang litter, menjaga agar litter tidak lembab dan basah, litter harus berada dalam kondisi kering, dan (d) pemeliharaan ayam petelur dilakukan di kandang battery. Jika terjadi serangan endoparasit maka dapat dilakukan pengobatan dengan cara memberikan obat cacing secara rutin, terutama pada ayam yang diperlihara di kandang litter, dan memberikan berbagai jenis obat cacing, seperti Vermyzin, Worm X, dan Ascaricid. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan petunjuk pada kemasan.

Protozoa

Protozoa adalah bentuk kehidupan hewan paling primitif dan paling sederhana, mereka hanya terdiri dari sel yang sederhana, penyakit ternak unggas yang disebabkan oleh protozoa yaitu coccidiosis, blackhead, trichimoniasis, hexamintiasis, dan leucocytozoonosis (Ensminger, 1992).

a. Coccidiosis

Gejala Coccidiosis yaitu: (a) kurus, bulu kusam, (b) kotoran mencret, berlendir, kemudian berdarah (merah kehitaman), (c) kedinginan, (d) produksi telur turun, (e) apabila dilakukan pembedahan maka usus terluka dan terjadi pendarahan, dan (f) pucat, lesu, mengantuk, dan sayap menggantung. Coccidiosis dapat dicegah dengan cara: (a) lakukan sanitasi yang baik. Upayakan kandang litter tidak lembab atau basah, (b) kandang jangan terlalu padat, (c) penambahan anti coccidiosis atau coccidiostat pada pakan atau air minum (noxal, trisulfa, cocciline, dan nocci). Apabila unggas terjangkit Coccidiosis maka dapat diobati dengan cara memberikan obat sulfa, seperti trisulfa, sulfa mezathine, dan sulfa quinoxalin. Dosis pemberian disesuaikan dengan petunjuk kemasan (Suprijatna et al., 2005).

Bakteri

Bakteri adalah bentuk organisme kehidupan yang paling sederhana. Tidak semua bakteri berbahaya bagi kesehatan ternak. Kesuksesan kontrol penyakit yang disebabkan oleh bakteri berhubungan dengan bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi spesies yang mengakibatkan penyakit, dan menghindari terjadinya multiplikasi dan penyebaran organisme tersebut diantara ternak unggas (Ensminger, 2004).

Chronical Respiratory Disease (CRD)

Penyakit CRD disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Bakteri menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Mortalitas meningkat berbarengan dengan penyakit lain. Biasanya, penyakit ini diderita bersamaan dengan penyakit tetelo atau NCD (New Castle Disease) dan IB (Infectious Bronchitis). Gejala CRD diantaranya ayam susah bernapas, ngorok dan bersin, keluar cairan dari hidung, nafsu makan menurun, pertumbuhan pada anak ayam terhambat, produksi telur ayam dewasa menurun, dan ayam lemah dan kurus. CRD dapat dicegah dengan cara: (a) menggunakan bibit ayam bebas CRD, (b) sebelum kandang dan peralatan digunakan, perlu dibersihkan dan disemprot dengan antihama, (c) tidak melakukan pemeliharaan ayam yang berbeda umur dalam satu kandang, (d) kurangi kunjungan orang yang tidak berkepentingan, (e) memberikan antistres setiap kali ayam mengalami stres.

Virus

Menurut Ensminger (1992), virus adalah agen penyebab penyakit yang (1) sangat kecil hingga mereka hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron, (2) dapat melewati lubang filter khusus yang akan menyaring bakteri umum, dan (3) hanya menyebar di jaringan hidup. Penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis.

a. Newcastle Disease 1) Gejala

Waktu inkubasi pada penyakit Newcastle Disease, biasanya kurang dari satu minggu. Strain velogenik terkadang membuat unggas melemah dengan cepat dan

unggas dapat mati tanpa menunjukkan gejala klinis tertentu. Unggas yang bertahan lebih lama menunjukkan kesulitan bernapas yang berhubungan dengan organ pernapasan, atau otot yang bergetar, torticollis dan bahkan paralisis. Diare berwarna hijau juga biasanya menjadi catatan pada penyakit ini. Tingkat kematian sangat tinggi (Spradbrow, 1987).

Lebih lanjut Spradbrow (1987) menambahkan, pada strain virus dengan patogenitas lebih rendah, perubahan pada pernapasan mendominasi fase klinis awal. Biasanya terjadi kesulitan bernapas, unggas terengah-engah dan terkadang batuk. Produksi telur turun drastis dan pada unggas yang bertahan hidup, tanda- tanda kerusakan saraf mungkin terlihat. Hal ini termasuk tanda-tanda terjadi paralisis dan torticollis, tingkat kematian bervariasi.

Pada kasus kronis, juga menunjukkan leher yang memutar, pergerakan kepala yang memutar, dan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tubuh. unggas yang sembuh akan menunjukkan ciri leher yang tetap memutar (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

Program kontrol vaksinasi penyakit Newcastle Disease diikuti dengan manajemen intensif sukses dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. (Spradbrow, 1987).

b. Infectious Bronchitis 1) Gejala

Pada anak ayam, Infectious Bronchitis ditunjukkan dengan ciri-ciri ayam megap- megap, batuk, dan hidung sengau. Pada unggas berusia 2 bulan keatas, tidak terlihat tanda sengau atau sinus. Ayam tampak berkumpul di tempat yang hangat, menunjukkan tanda-tanda kedinginan (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

Telah banyak dilakukan penelitian untuk menghasilkan vaksin strain virus yang polivalent (Hungerford, 1969).

3) Pengobatan

Tidak ada perlakuan yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit ini, namun banyak perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi penyakit ini (Hungerford, 1969).

Sistem Informasi

Menurut Steven (1996), sistem informasi adalah suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan, menyimpan, melakukan temu kembali, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang digunakan dalam satu atau lebih proses bisnis.

Menurut O’Brien (1999), sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima sumber data sebagai input kemudian diproses menjadi suatu sistem informasi yang berupa keluaran (output) yang terdiri dari sumber daya perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan prosedur), dan sumber daya manusia (spesialis dan end user). Pengelolaan sumber daya informasi dilakukan melalui proses aktivitas sistem informasi yaitu pemasukan data (input), pengolahan data (processing), penyimpanan (storage), pengeluaran (output), dan pengendalian (control activities).

PHP

PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP bisa dipakai secara command line. Skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser (Kadir, 2008). Konsep kerja PHP ditunjukkan oleh Gambar 1.

Konsep Kerja PHP

Gambar 1. Skema PHP Sumber : Kadir (2008)

Model kerja HTML(Hyper Text Markup Language) diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Selanjutnya, web server akan mencarikan file yang diminta dan memberikan isinya ke web browser (atau yang biasa disebut browser saja). Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pemakai. Jika yang diminta adalah halaman PHP, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, maka permintaannya akan didapatkan oleh web server, kemudian isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server. Selanjutnya, web server menyampaikan ke klien (Kadir, 2008).

MySQL

MySQL adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis di bawah lisensi GPL (General Public License). Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh dijadikan produk

turunan yang bersifat closed source atau komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan/seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis (Prasetyo, 2003).

Dokumen terkait