• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem deteksi dini dan pencegahan penyakit pada ternak unggas secara online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem deteksi dini dan pencegahan penyakit pada ternak unggas secara online"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA. D24060495. Sistem Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Pada Ternak Unggas Secara Online. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Despal, SPt. MSc.Agr.

Peternakan ungas di Indonesia merupakan salah satu lini peternakan yang penting dan berpengaruh dalam menyumbang porsi protein hewani yang terjangkau oleh masyarakat. Penyakit unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan tingkat pemanenan. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, penyebaran informasi tentang penyakit unggas bisa dilakukan dengan cepat dan mudah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain program simulasi tentang penyakit unggas sehingga peternak bisa mengetahui penyakit yang menjangkiti unggasnya dengan cepat hanya dengan memasukkan gejala yang diketahui dan terlihat pada unggas yang sakit hanya lewat internet.

Sistem ini disusun dengan metode SDLC yaitu dilakukan investigasi sistem, analisis sistem, desain, dan implementasi system. Tahap investigasi sistem meliputi pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya. Tahap analisis sistem meliputi kebutuhan-kebutuhan sistem baik itu dari perangkat lunak, perangkat keras serta kebutuhan data input yang diperlukan dan informasi lainnya. Tahap desain sistem meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem. Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas. Tahap implementasi sistem meliputi kegiatan untuk memproses seluruh tahap desain sehingga menjadi aplikasi yang dapat dijalankan.

Sistem ini cocok untuk penyakit yang memiliki gejala dalam namun tidak dapat digunakan untuk merekomendasikan pengobatan, hanya dapat digunakan untuk merekomendasikan pencegahan agar penyakit yang sama tidak menjangkiti lagi.

Keunggulan dari program ini diantaranya bisa diujicobakan dimanapun selama terdapat koneksi internet. Kekurangan dari program simulasi ini diantaranya, program ini tidak 100% akurat dan tidak bisa menjalankan tes mendalam yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tes penyakit yang lebih akurat.

(2)

ABSTRACT

Early Detection System And Disease Control To Poultry By Online

I. M. K. Hamijaya, I. G. Permana, and Despal

Disease control on poultry farming can be one determining factor to get the economy success. A sick poultry will make the weight gain decreased, and result in economic losses. Poultry disease can be detected faster by the symptom shown by poultry itself. This Online Poultry Early Detection and Illness Prevention Information System (OPEDIPIS) could help farmer to detect the illness before its outbreak. This system diagnoses the desease by enter the symptome of the desease to computer system, and then the system compute the possible illness of the poultry based on the symptom that had been input to the system data base. The OPEDIPIS was developed using System Development Life Cycle Method (SDLC). SDLC consisted of 5 systems, they were investigation, analyze, design, implementation, and maintaining systems.

The system is good for some disease that have symptoms in the vital body but it cant be used to cure the illness, this system can only recommend some prevention method to help stop spreading the disease.

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengendalian penyakit pada peternakan unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam kesuksesan usaha peternakan. Ternak yang sakit akan mengakibatkan konversi pakan turun, dan berakibat pada kerugian peternak. Penyakit ternak tidak bisa lepas dari pengawasan peternak, dan kelalaian dari pengawasan ini akan berakibat pada membengkaknya biaya pengobatan ternak yang sakit.

Penyakit pada unggas dapat dideteksi dengan cepat dari gejala klinis yang tampak pada gejala fisik. Walaupun tingkat keakurasiannya tidak mencapai 100% tetapi diagnosa penyakit unggas secara klinis ini sangat diperlukan, karena dapat dengan segera diambil kesimpulan secara cepat mengenai penyakit yang menyerang unggas tersebut sehingga dapat diambil tindakan yang paling tepat. Akan tetapi, diagnosa penyakit unggas berdasarkan gejala klinis membutuhkan seorang yang benar-benar ahli di bidang ini. Diagnosa yang akurat hanya dapat diperoleh dengan test laboratorium, namun hal ini perlu dipertimbangkan karena tes secara mikroskopis ini membutuhkan waktu yang cukup lama, peralatan mahal dan tenaga ahli.

Sistem informasi penyakit unggas akan sangat membantu peternak untuk mendiagnosa penyakit yang diderita oleh ternak unggas. Sistem ini membantu mendiagnosa penyakit dengan memasukkan ciri-ciri unggas yang sakit serta mengeluarkan hasil penyakit yang diduga menjangkiti ternak. Sistem ini tidak dapat mendiagnosa secara akurat karena diagnosa yang terbaik hanya dapat dilakukan oleh ahli dari kedokteran hewan, namun sistem ini mampu memberikan diagnosa yang cepat dan praktis untuk membantu peternak mendeteksi penyakit yang menjangkiti unggasnya dan mengambil keputusan yang cepat untuk menanggulanginya.

(4)

internet banyak membantu masyarakat saat ini lewat internet dapat dengan mudah diakses informasi dimanapun peternak berada. Pendeteksian melalui internet (online) memiliki keunggulan karena tidak memerlukan instalasi software dan memungkinkan interaktif antara pembuat software dengan pengguna maupun sesama pengguna. Namun hingga saat ini, ketersediaan fasilitas itu masih terbatas.

Tujuan

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Unggas

Pencegahan penyakit pada ternak ayam lebih utama dibandingkan pengobatan, sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan. Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stres), defisiensi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan (Suprijatna et al., 2005)

Mengetahui ciri-ciri ayam normal merupakan hal yang penting untuk mengetahui ayam yang sakit. Menurut Suprijatna et al., (2005) ayam yang sehat mempunyai ciri-ciri: konsumsi pakan dan ternak normal, kotoran normal tidak encer, giat melakukan aktivitas, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur tubuh normal, berkisar 40.5 – 41.6° C, rata-rata 41.1° C, denyut jantung normal, berkisar 200-400 kali per menit, dan bernapas normal, berkisar 15-36 kali per menit.

Menurut Ensminger (1992), studi yang mempelajari penyebab terjadinya penyakit disebut etiologi. Sebuah penyakit terkadang terjadi karena kombinasi dari dua penyebab atau lebih, diantaranya : (1) faktor tidak langsung yang dapat menurunkan ketahanan tubuh unggas, dan (2) faktor langsung yang menyebabkan penyakit menjangkiti unggas.

Cekaman (Stress)

Cekaman (stress) adalah suatu keadaan ketika ayam mengalami ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman mengakibatkan nafsu makan menurun dan kondisi tubuh lemah. Hal ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu, serta produksi telur menurun, dan akhirnya berhenti berproduksi (Suprijatna et al., 2005).

(6)

sesuai, dan unggas terlalu banyak mendapatkan perlakuan yang menggunakan obat-obatan.

Menurut Suprijatna et al. (2005), penyebab stress diantaranya cuaca/iklim (misalnya hujan lebat, angin deras, udara panas, dan udara dingin), suara (misalnya kebisingan, ledakan, suara kendaraan, dan pesawat terbang), kejutan (misalnya orang asing masuk kandang dan hewan liar), mekanis (misalnya potong paruh, vaksinasi, pindah kandang, dan perjalanan), makanan (misalnya pergantian pakan serta pakan dan minuman yang tidak cukup), dan kepadatan kandang(yaitu kandang yang terlalu padat).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh stree yaitu apabila terjadi perubahan cuaca atau setelah perlakuan vaksinasi dan perlakuan lainnya, perlu diberikan antistres.

Defisiensi Zat Makanan

Gejala umum yang tampak pada ayam yang menderita defisiensi zat makanan adalah pertumbuhan anak ayam terhambat, bobot badan menurun drastis (ayam dewasa), bulu kasar dan kusam, jengger kebiruan, berjalan pincang, lumpuh, tidak tenang, dan produksi telur menurun. Penyebabnya adalah defisiensi zat zat makanan karena kandungan zat-zat makanan tertentu kurang dalam pakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena rendahnya kualitas bahan campuran pakan yang digunakan (Suprijatna et al., 2005).

(7)

Parasit

Parasit adalah organisme yang tinggal di dalam tubuh organisme lain, atau mendapatkan kebutuhannya dari organisme lain (Ensminger, 1992). Menurut Suprijatna et al. (2005) penyakit yang disebabkan oleh parasit dikelompokkan menjadi dua, yaitu ektoparasit dan endoparasit (Suprijatna et al,. 2005).

a. Ektoparasit

Ektoparasit menyebabkan unggas terlihat tidak tenang, mengurangi pertambahan bobot badan dan produksi telur, juga meninggalkan bekas pada kulit unggas (Ensminger, 1992). Ektoparasit adalah parasit yang menempel atau hidup pada tubuh ayam bagian luar, umumnya adalah kutu. Kutu menjadi parasit dengan memamah kulit dan bulu serta mengisap darah dan getah bening (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Suprijatna et al., (2005) gejala unggas yang terserang ektoparasit diantaranya ayam gelisah, tidak tenang sehingga stress, lesu dan kurang darah, pucat, pertumbuhannya terhambat, dan produksinya turun. Hal ini dapat dicegah dengan cara kandang harus selalu dibersihkan, konstruksi kandang harus mudah dibersihkan, dan kandang harus bebas dari sarang-sarang hewan liar. Apabila unggas dijangkiti maka dapat diobati dengan cara: (a) untuk mengatasi gurem yang menempel di sisik-sisik kaki, atau rendam kaki dengan minyak tanah. Selain itu, cat tempat bertengger dan dinding dengan carboleneum atau minyak anthresene, (b) cara tradisional dapat dilakukan dengan air larutan tembakau yang dioleskan pada tempat-tempat kutu atau gurem menempel, (c) olesi bulu atau tempat yang menjadi sarang kutu dengan nicotin sulfa, dan (d) Semprot kandang dengan malaion berdosis 4-5% dan pada ayam dengan dosis 0.5%.

b. Endoparasit

(8)

organ-organ lainnya, pertumbuhan ayam muda terhambat, dan produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun.

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, endoparasit dapat dicegah dengan cara: (a) kandang harus selalu dibersihkan, tidak membiarkan kotoran menumpuk, (b) mencegah perkembangan lalat dan kecoa, (c) pada kandang litter, menjaga agar litter tidak lembab dan basah, litter harus berada dalam kondisi kering, dan (d) pemeliharaan ayam petelur dilakukan di kandang battery. Jika terjadi serangan endoparasit maka dapat dilakukan pengobatan dengan cara memberikan obat cacing secara rutin, terutama pada ayam yang diperlihara di kandang litter, dan memberikan berbagai jenis obat cacing, seperti Vermyzin, Worm X, dan Ascaricid. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan petunjuk pada kemasan.

Protozoa

Protozoa adalah bentuk kehidupan hewan paling primitif dan paling sederhana, mereka hanya terdiri dari sel yang sederhana, penyakit ternak unggas yang disebabkan oleh protozoa yaitu coccidiosis, blackhead, trichimoniasis, hexamintiasis, dan leucocytozoonosis (Ensminger, 1992).

a. Coccidiosis

(9)

Bakteri

Bakteri adalah bentuk organisme kehidupan yang paling sederhana. Tidak semua bakteri berbahaya bagi kesehatan ternak. Kesuksesan kontrol penyakit yang disebabkan oleh bakteri berhubungan dengan bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi spesies yang mengakibatkan penyakit, dan menghindari terjadinya multiplikasi dan penyebaran organisme tersebut diantara ternak unggas (Ensminger, 2004).

Chronical Respiratory Disease (CRD)

Penyakit CRD disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Bakteri menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Mortalitas meningkat berbarengan dengan penyakit lain. Biasanya, penyakit ini diderita bersamaan dengan penyakit tetelo atau NCD (New Castle Disease) dan IB (Infectious Bronchitis). Gejala CRD diantaranya ayam susah bernapas, ngorok dan bersin, keluar cairan dari hidung, nafsu makan menurun, pertumbuhan pada anak ayam terhambat, produksi telur ayam dewasa menurun, dan ayam lemah dan kurus. CRD dapat dicegah dengan cara: (a) menggunakan bibit ayam bebas CRD, (b) sebelum kandang dan peralatan digunakan, perlu dibersihkan dan disemprot dengan antihama, (c) tidak melakukan pemeliharaan ayam yang berbeda umur dalam satu kandang, (d) kurangi kunjungan orang yang tidak berkepentingan, (e) memberikan antistres setiap kali ayam mengalami stres.

Virus

Menurut Ensminger (1992), virus adalah agen penyebab penyakit yang (1) sangat kecil hingga mereka hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron, (2) dapat melewati lubang filter khusus yang akan menyaring bakteri umum, dan (3) hanya menyebar di jaringan hidup. Penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis.

a. Newcastle Disease

1) Gejala

(10)

unggas dapat mati tanpa menunjukkan gejala klinis tertentu. Unggas yang bertahan lebih lama menunjukkan kesulitan bernapas yang berhubungan dengan organ pernapasan, atau otot yang bergetar, torticollis dan bahkan paralisis. Diare berwarna hijau juga biasanya menjadi catatan pada penyakit ini. Tingkat kematian sangat tinggi (Spradbrow, 1987).

Lebih lanjut Spradbrow (1987) menambahkan, pada strain virus dengan patogenitas lebih rendah, perubahan pada pernapasan mendominasi fase klinis awal. Biasanya terjadi kesulitan bernapas, unggas terengah-engah dan terkadang batuk. Produksi telur turun drastis dan pada unggas yang bertahan hidup, tanda-tanda kerusakan saraf mungkin terlihat. Hal ini termasuk tanda-tanda-tanda-tanda terjadi paralisis dan torticollis, tingkat kematian bervariasi.

Pada kasus kronis, juga menunjukkan leher yang memutar, pergerakan kepala yang memutar, dan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tubuh. unggas yang sembuh akan menunjukkan ciri leher yang tetap memutar (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

Program kontrol vaksinasi penyakit Newcastle Disease diikuti dengan manajemen intensif sukses dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. (Spradbrow, 1987).

b. Infectious Bronchitis

1) Gejala

Pada anak ayam, Infectious Bronchitis ditunjukkan dengan ciri-ciri ayam megap-megap, batuk, dan hidung sengau. Pada unggas berusia 2 bulan keatas, tidak terlihat tanda sengau atau sinus. Ayam tampak berkumpul di tempat yang hangat, menunjukkan tanda-tanda kedinginan (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

(11)

3) Pengobatan

Tidak ada perlakuan yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit ini, namun banyak perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi penyakit ini (Hungerford, 1969).

Sistem Informasi

Menurut Steven (1996), sistem informasi adalah suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan, menyimpan, melakukan temu kembali, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang digunakan dalam satu atau lebih proses bisnis.

Menurut O’Brien (1999), sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima sumber data sebagai input kemudian diproses menjadi suatu sistem informasi yang berupa keluaran (output) yang terdiri dari sumber daya perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan prosedur), dan sumber daya manusia (spesialis dan end user). Pengelolaan sumber daya informasi dilakukan melalui proses aktivitas sistem informasi yaitu pemasukan data (input), pengolahan data (processing), penyimpanan (storage), pengeluaran (output), dan pengendalian (control activities).

PHP

(12)

Konsep Kerja PHP

Gambar 1. Skema PHP Sumber : Kadir (2008)

Model kerja HTML(Hyper Text Markup Language) diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Selanjutnya, web server akan mencarikan file yang diminta dan memberikan isinya ke web browser (atau yang biasa disebut browser saja). Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pemakai. Jika yang diminta adalah halaman PHP, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, maka permintaannya akan didapatkan oleh web server, kemudian isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server. Selanjutnya, web server menyampaikan ke klien (Kadir, 2008).

MySQL

(13)
(14)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor mulai Maret 2011 sampai Mei 2012.

Materi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari: komputer dengan spesifikasi Prosesor Intel Pentium 4, HDD 20Gb, DDR 64 Mb, monitor. Perangkat lunak terdiri dari: system operasi Windows XP, software pengolah gambar (Adobe Fireworks), software pengolah data (XAMPP, MySQL, Macromedia Dreamweaver), dan bahasa pemrograman (PHP, JavaScript, HTML). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari buku panduan penyakit dan jurnal.

Metode

Metode pengembangan Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup pengembangan system (System Development Life Cycle / SDLC). SDLC terdiri dari lima tahap, yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan pemeliharaan sistem, dengan alur pengembangan seperti Gambar 2 :

Gambar 2. Alur Pengembangan System dengan Pendekatan SDLC Sumber : O’Brien (1999)

Investigasi Sistem

Implementasi Sistem Desain Sistem Analisis Sistem

(15)

Penelitian ini lebih berfokus pada merancang dan membangun sisem informasi, sehingga penelitian ini hanya sampai pada tahap implementasi sistem. Unuk pemeliharaan sistem yang merupakan tindakan modifikasi serta pengawasan tidak dilakukan, karena pemeliharaan sisem membutuhkan kontinuias dan berkala. Uraian dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

1. Investigasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya, gejala terserang penyakit ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ternak serta upaya pencegahannya diantaranya dengan menginformasikan metode yang berguna untuk mencegah penyebaran penyakit dan metode pengobatan penyakit. Tujuan dibangunnya sistem ini untuk mendiagnosa penyakit yang diderita ternak dengan memasukkan data ciri-ciri yang terdapat pada ternak unggas. Pada pengembangan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini Penyakit pada Ternak Unggas ini, dilakukan dengan memasukkan data gejala penyakit yang terdeteksi serta jenis unggas yang terjangkit.

2. Analisis Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan sistem baik dari kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras serta kebutuhan data inputnya. Analisis terhadap fungsi-fungsi yang terdapat pada perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas serta penentuan pengguna sistem.

(16)

ini. Untuk mengelola aplikasi ini, administrator memiliki akses langsung ke sistem Administrasi yang dibuat khusus untuk mempermudah pengelolaan data.

Mahasiswa dan peternak sebagai user/pengguna biasa dapat berinteraksi dengan aplikasi melalui ”Grafis Antarmuka” berbasis web sehingga dapat memanfaatkan sistem dengan mudah, yaitu :

1) Melakukan diagnosa penyakit ternak unggas dengan form yang berisi checklist list gejala, dan mengirimkan datanya dengan menekan tombol ”Diagnosa”, kemudian mendapatkan hasil diagnosa berupa jenis penyakit yang diderita serta saran pencegahan dan pengobatan yang diperlukan.

2) Pengguna yang melakukan registrasi pada sistem dapat menjadi anggota dan melakukan penyimpanan data penyakit untuk diolah menjadi file berformat .PDF yang dapat dicetak untuk kemudian diajukan kepada pihak terkait untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang relevan maka dilakukan analisis terhadap input data yang dibutuhkan, yaitu :

- jenis penyakit unggas

- gejala dari tiap jenis penyakit unggas tersebut, disertai dengan pemberian bobot kemungkinan gejala tersebut menandai jenis penyakit tertentu.

Analisa output sistem dibutuhkan agar sistem dapat menyampaikan penyelesaian penyakit yang relevan. Output yang dibutuhkan yaitu :

- jenis penyakit unggas sesuai dengan hasil perhitungan dalam sistem - metode pencegahan yang berguna untuk jenis penyakit tersebut.

- Metode pengobatan yang mungkin dilakukan pada jenis penyakit tersebut.

Penentuan input dan output yang akan digunakan dalam membangun sistem ini juga dapat dilakukan dengan membuat kuesioner yang diisi oleh pengguna, yaitu mahasiswa dan peternak unggas.

(17)

3. Desain Sistem

Tahap desain ini meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem (O’Brien, 1999). Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas.

Pada desain user interface, dibuat tampilan halaman web yang menarik, mudah dimengerti oleh pengguna dan tidak menimbulkan kesalahan interpretasi, sehingga sistem dapat mencapai sasarannya. Dalam hal ini, dibutuhkan pemahaman secara mendalam tentang user yang akan menggunakan aplikasi, dan administrator yang akan menggunakan sistem admin untuk mengelola data yang terdapat pada sistem. Fitur yang disediakan oleh aplikasi ini diantaranya

• Daftar, edit hapus profil user.

• Analisa penyakit.

o Hasil diagnosa berupa persen jenis penyakit dan jenis penyakit yang kemungkinan besar diderita oleh ternak, dan saran pencegahan dan pengobatan yang dibutuhkan.

o Data yang sudah didapatkan dapat di save untuk melihat riwayat penyakit yang diderita ternak.

• F.A.Q yaitu modul yang berisi pertanyaan umum dan jawaban yang biasanya ditanyakan tentang sistem.

• Modul keluhan dan pertanyaan yang dapat diisi peternak untuk kemudian dijawab oleh admin atau volunter yang terdiri dari dosen, dokter hewan, dan kontributor yang diangkat oleh admin, yang dianggap memiliki kualifikasi untuk menjawab pertanyaan.

(18)

User visitor hanya dapat melakukan diagnosa, dan membaca artikel terbaru seputar kesehatan ternak. User member dapat mengakses profile pribadi, melakukan perubahan terhadap data pribadi dan menghapus data pribadi jika tidak diperlukan lagi, termasuk menghapus data diagnosa, juga menggunakan modul keluhan dan pertanyaan, namun tidak dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada modul pertanyaan. Admin dapat mengakses sistem admin, mengelola sistem admin, dan menjawab modul interaktif keluhan dan pertanyaan seperti tertera pada Gambar 3.

Pada tahap desain basis datanya dibangun suatu struktur basis data yang akan digunakan oleh user untuk menyimpan datanya. Desain proses bertujuan untuk menentukan urutan kejadian mulai dari proses input sampai menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan user, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar aliran data untuk modul diagnosa

Gambar 3. Skema Alir Data Keterangan :

A, B, C : penyakit

1, 2, 3 : gejala

x, y, z : bobot yang diberikan kepada gejala

tergantung pada jenis penyakit yang

diderita.

Berdasarkan hasil pengamatan, satu jenis penyakit memiliki beberapa gejala yang memiliki kemiripan dengan jenis penyakit lain, hal ini membuat diagnosa sulit dilakukan karena hasil tes gejala menunjukkan beberapa jenis penyakit yang persentasenya sama tinggi. Oleh karena itu dicari gejala khusus dari penyakit untuk menjadi indikator penentu yang menunjukkan pada sebuah penyakit yang spesifik, dan menaikkan tingkat akurasi sistem dalam mendeteksi sebuah penyakit. Pada Gambar 4, tabel penyakit, relasi, dan gejala dipisah, karena hubungan penyakit dengan gejala

Jenis Penyakit -A, B, C

Analisa -A, 1, x -B, 2, y -C, 3, z

(19)

merupakan hubungan ”banyak ke banyak” dan dapat mengakibatkan redundansi pada sistem basis data, sehingga dibuat tabel sendiri yang khusus membahas hubungan antara penyakit dengan gejala. Relasi antara penyakit dan gejala relasi dalam bentuk tabel ditunjukkan pada Gambar 5, sedangkan model relasi ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 4. Use Case Umum Sistem

(20)

gejala yang tampak pada unggas), dan menekan tombol hasil untuk mendapatkan kalkulasi test diagnosa. Hasil kalkulasi didapatkan dengan menghitung jumlah gejala umum dan gejala khusus yang dipilih dibagi dengan jumlah total gejala yang tampak pada sebuah penyakit. Karena terbuka kemungkinan untuk muncul lebih dari satu penyakit, maka penyakit yang akan muncul sebagai hasil adalah dua jenis penyakit yang memiliki persentase paling tinggi, seperti tertera pada Gambar 7.

Gambar 5. Tabel Relasi Penyakit dan Gejala

(21)

Gambar 7. Use Case Aktor dan Modul Diagnosa

4. Implementasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan pada proses pembuatan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas ini. Dari segi perangkat lunak yang harus disiapkan adalah sistem operasi, bahasa pemrograman, basis data, pengolah gambar. Sedangkan dari segi perangkat keras adalah hardware yang mendukung Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas. Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan untuk memproses seluruh tahap desain sehingga menjadi aplikasi yang dapat dijalankan.

5. Pemeliharaan Sistem

(22)

Metode Deteksi

Metode deteksi yang dipakai oleh sistem isyarat dini adalah dengan memasukkan input data berupa gejala yang terdeteksi pada ternak. Pada sistem disediakan modul khusus untuk memilih gejala yang terlihat pada ternak unggas, beserta dengan penjelasan dan gambar jika gejala menunjukkan gejala visual yang spesifik, kemudian user dapat mengetahui hasil diagnosa setelah menekan tombol diagnosa. Uji deteksi ini mungkin disertai dengan beberapa uji coba dan akurasinya berdasarkan data-data laporan penyakit dan gejala-gejalanya dapat diperoleh dari peternakan atau dokter hewan.

Uji Coba Sistem

Pada tahap ini program simulasi yang sudah jadi, diuji dengan menggunakan data yang dikumpulkan dengan mewawancarai user secara langsung. User yang diwawancara diantaranya pegawai peternakan, teknisi peternakan dan pemilik peternakan. User diminta untuk menyebutkan penyakit yang pernah terjadi di peternakannya dan menyebutkan gejala yang terlihat pada penyakit tersebut jika ada. Responden yang diwawancarai terdiri dari 9 teknisi peternak, 8 orang peternak, 2 orang peternak yang sudah pensiun, 2 orang anak kandang, dan 1 pemotong ternak unggas.

Data yang didapatkan dari user dicatat dalam lembar wawancara, berisi nama, pekerjaan, pengalaman berternak, dan usia, serta list nama penyakit yang pernah terjadi di peternakan user.

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat terjangkitnya penyakit adalah salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah peternakan, terutama peternakan unggas broiler dan layer. Untuk mengetahui penyakit yang menjangkiti unggas, perlu dilihat ciri-ciri yang terlihat pada tubuh unggas, dan bila unggas telah mati, organ dalam unggas harus dilihat untuk melihat tanda-tanda yang menunjukkan pada penyakit tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah penyebaran penyakit, dengan mengetahui penyakit itu sendiri dan kemudian melakukan langkah pencegahan yang tepat.

Pada penelitian ini sistem yang dibuat merupakan sistem dinamis berupa website agar lebih mudah dijangkau oleh semua kalangan, terutama oleh para peternak unggas agar lebih cepat mengetahui penyakit apa yang terjadi pada unggas yang terjangkit, untuk melakukan pengobatan dan pencegahan yang cocok dan tepat guna terhadap unggas dan agar kedepannya tidak terjadi hal serupa.

(24)

Gambar 8. Halaman Beranda

Halaman kedua yaitu diagnosa akan muncul setelah di-klik menú “Diagnosa”, yang terlihat pada Gambar 9. Pada halaman ini pertanyaan langsung diperlihatkan, dan user dapat mengakses jawabannya setelah meng-klik kalimat pertanyaannya. Setelah user selesai memilih gejala dan pertanyaannya, user akan menekan tombol ”Lihat Hasil” untuk mendapatkan hasil dari tes penyakitnya.

(25)

Gambar 9. Halaman Diagnosa

Jika user memilih pilihan pertama maka tidak akan muncul hal apapun. Jika user memilih pilihan kedua maka akan muncul pilihan yang lebih spesifik yang terlihat pada kepala unggas. Hal yang sama juga terlihat pada module lainnya yang terdapat pada pertanyaan berikutnya.

Pada pengujian data hasil wawancara, penguji memilih pilihan yang paling mendekati gejala yang diberikan oleh peternak.

(26)

Gambar 10. Interface Sistem Beta

Level 3 merupakan gejala paling khusus yang hanya akan mucul ketika level 2 dipilih. Pada contoh gambar, level 1 diantaranya yaitu “batuk”, “sinus/ada ingusnya”, “hidung dan mulut ada lendir”, dan sebagainya. Level 2 yaitu “bersin”, “mata berair” hanya bisa terlihat ketika level 1 yaitu “batuk” dipilih, dan level 3 yaitu ”nafas terengah-engah” dan ”ngorok” hanya bisa terlihat ketika ”ayam sulit bernapas” dipilih oleh user. Hal ini dilakukan agar tidak semua gejala muncul pada permulaan, sehingga memperbaiki interface sistem, juga mempermudah user untuk memilih tiap kategorinya.

(27)

Gambar 11. Modul Sistem mode expand

Gambar 12. Modul 2 Sistem

(28)

Gambar 13. Modul 3 Sistem

(29)

Gambar 14. Halaman Konsultasi

Halaman keempat berisi berita yang berhubungan dengan dunia unggas, seperti terlihat pada Gambar 15. Berita dan informasi ini sangat penting untuk menjelaskan penyakit pada unggas secara umum.

Halaman kelima berisi alamat penting yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit unggas, terutama apabila user membutuhkan tes lebih lanjut dari penyakit yang menjangkiti ternak unggas.

(30)
[image:30.612.100.530.84.749.2]

Gambar 15. Halaman Berita

Test sistem dilakukan dengan cara mewawancara narasumber yaitu user target dari program ini, diantaranya para peternak dan teknisi yang bergelut di bidang peternakan unggas. Wawancara narasumber dilakukan dengan mendatangi sumber langsung ke peternakan unggas yang tersebar di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan Leuwipanjang. jumlah responden yaitu sebanyak 24 orang, dan ditanyai langsung tentang jenis penyakit unggas tertentu dan responden diminta untuk menjelaskan ciri-ciri penyakit unggas tersebut berdasarkan pengalaman yang terjadi di lapangan, yaitu dengan cara yang umum dilakukan, yaitu dengan melihat tanda-tanda fisik unggas secara umum dan bila unggas telah mati, dengan membuka bagian dalam tubuhnya.

(31)

dilakukan perombakan pada database, interface dan pertanyaan unggas agar lebih user-valuable dan mudah dimengerti system interface-nya.

Uji Coba Sistem

Setelah test system alpha, system diperbaiki di bagian database dan user interfacenya. Untuk bagian database, penyakit yang terdapat dalam system dikurangi hingga tinggal tersisa 23 penyakit yang terdiri dari 152 gejala. Pada tahap pengujian kedua ini untuk menghindari input yang salah, gejala hasil wawancara hanya dicocokkan dengan gejala penyakit yang sama yang terdapat pada database sistem. Hasil test terdapat 2 jenis, yaitu “Tidak Dapat Dilanjutkan” atau “Cocok”.

Hasil tes sistem ini pada peternak terlihat pada Gambar 16 dan Tabel 1.

1. CRD/Mycoplasma Gallisepticum Infection 2. Marek’s Disease

3. Cholera

4. Infectious Coryza/Snot 5. Ascites

6. Gumboro

7. Newcastle Disease 8. Avian Colibacillosis

9. Berak Kapur (Pullorum Disease atau Fowl Typhoid)

[image:31.612.100.523.24.778.2]

10. Pendulous Crop 11. Avian Influenza Gambar 16. Test Akurasi Sistem Beta

(32)
[image:32.612.87.533.105.537.2]

Tabel 1. Perbandingan Hasil Wawancara dengan Test

No Nama Penyakit Jumlah ditemukan

dalam wawancara

Jumlah yang dihasilkan dalam test

1 Pendulous Crop 5 0

2 Avian Influenza 1 0

3 Berak Kapur 9 0

4 Avian Colibacillosis 16 8

5 Newcastle Disease 8 3

6 Gumboro 17 0

7 Candidiasis 0 2

8 Ascites 1 1

9 Snot 21 1

10 Cholera 5 0

11 Marek's Disease 1 1

12 Chronical Respiratory

Disease(CRD) 11 5

Penyakit yang tidak terdapat dalam database

1 Ngorok 13

2 Coccidiosis 4

3 Mencret 3

4 Sudden Death Syndrome (SDS) 1

5 Mencret Hijau 1

6 Dingin 1

7 Bengek 1

8 Ngorok Kering 1

9 Meriang 1

10 Masuk angin 1

Penyakit ini didapatkan dari banyaknya kemunculan dalam wawancara, berdasarkan pengalaman peternak, tapi tidak akurat mengingat peneliti tidak menanyakan jumlah penyakit tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Untuk penyakit yang tidak terdapat dalam database, penyakit ini tidak diikutsertakan dalam test.

(33)
[image:33.612.80.523.97.585.2]

Tabel 2. Penyakit yang Tidak Muncul Pada Wawancara

Abscesses Avian Viral Tumor Cestodosis

Acute Septicemia Bedbugs Collyriclum Faba

Aflatoxicosis Internal Laying Eggs Cropworms Airsacculitis Bloody Gut Cryptosporodiosis Alpha Virus Breast Blister Dactylariosis

Arizona Infection Bumblefoot Defisiensi Vitamin E Atrhtitis / Synovitis

Cacing Menyerang Usus Buntu

Syndrom

Encephalomalacia

Askariosis

Cacing Yang Menyerang

Daerah Proventikulus Exudate Diathesis Aspergillosis Capillariosus Muscular Dystrophy Avian Tuberculossis Cellulitis Discopondylitis Perosis Pneumovirus Infection Reticuloendotheliosis Roundworms Ruptured Gastrocnemius Tendon

Tibial

Dischondroplasia

Trichothecene

Mycotoxicosis Rtungau

Pratyphoid Infection Perosis Pneumovirus Infection Mycoplasma Synoviae

Infection Inclusion Body Hepatitis Gizzardwormd

Round Heart Disease

Infectious

Laryngotracheitis Hemorrhagic Syndrome

Staphylococcis Kanibalisme Rickets

Xanthomatosis Kutu Salpingitis

Zearalenone

Mycotoxicosis Blackflies Viral Arthritis Fowl Pox Leucocytozoonosis Pododermatitis

Gapeworms Limberneck Eggs Drop Syndrome 1976

Eyeworms Lymphoid Endocarditis

Favus Leukosis Enteritis

Ergotism

(34)

test alpha tidak mendapatkan result sedangkan pada test beta mendapatkan result masing masing 1, 1, dan 8 kasus yang cocok.

Pada kasus CRD/Mycoplasma Gallisepticum Infection, terdapat 21 gejala yang tidak cocok dengan database dari 44 gejala yang dideskripsikan oleh user. Gejala yang paling banyak muncul yaitu berat badan turun (P005) dan kantung udara tampak mengeruh seperti awan dan berisi lendir (G018).

Untuk penyakit yang tidak kunjung mengalami perbaikan akurasi, misalnya Gumboro, hal ini dikarenakan menurut peternak, Gumboro terjadi ketika kondisi tubuh ternak ayam sudah turun dan ayam sudah dijangkiti oleh penyakit lain selain Gumboro, bisa dikatakan Gumboro adalah kumpulan dari berbagai penyakit yang terjadi pada ayam dan Gumboro merupakan tahap paling parah yang terlihat pada ayam. Selain it terdapat gejala yang tidak disebutkan yaitu pembengkakan bursa of fabricious dan masa inkubasi selama 3 hari. Hal ini sangat penting mengingat gumboro biasanya hanya menyerang unggas dalam masa pertumbuhan yang masih memiliki bursa of fabricious.

Untuk Avian Influenza, penyebab ketidak-akuratannya pada test beta adalah karena terlalu sedikit input gejala yang bisa dimasukkan sehingga tidak dapat melewati tahap gejala khusus. Untuk Pendulous Crop, penyebab ketidak-akuratannya yaitu dikarenakan penyakit ini kekurangan input bagian dalam tubuh yang cocok dengan gejala yang terdapat dalam database, sehingga database harus diperbaiki untuk mendapatkan result yang benar. Untuk Berak Kapur (Fowl Typhoid dan Pullorum Disease) hal yang menyebabkan ketidak-akurat-annya sistem ini yaitu dikarenakan gejala utama penyakit ini juga muncul dalam gejala penyakit lain, sedangkan untuk gejala bagian dalam tubuh unggasnya biasanya sudah komplikasi dengan gejala penyakit lain, sehingga keakuratannya sangat rendah.

(35)

Untuk penyakit Snot, penyebab ketidak-akuratannya yang drastis adalah karena snot merupakan penyakit dasar yang hanya menunjukkan gejala luar dan tidak terlalu banyak menunjukkan gejala penyakit dari dalam tubuh unggas dan masih bisa diobati dalam keadaan hidup (tidak perlu dibuka) sehingga kekurangan input gejala bagian dalam tubuh unggas. Untuk penyakit Cholera, penyebab ketidak-akuratannya yaitu karena gejala diare hijau dan putih juga merupakan gejala dari penyakit lain. Pada penyakit CRD, penyebab ketidak-akuratannya yaitu karena kekurangan input gejala untuk dimasukkan ke dalam sistem.

[image:35.612.116.388.371.645.2]

Setelah dilakukan test, database diperbaiki untuk meningkatkan efektivias dan mengurangi redudansi. Perbaikan ini mengubah struktur gejala umum pada module 1 dan gejala khusus pada module 2. Pada module 1, gejala digolongkan menjadi 5 bagian besar yaiu ‘Pernapasan’, ‘Pencernaan’, ‘Umum’, ‘Luar’, dan ‘Dalam’. Deskripsi gejala dipersimpel agar mudah dimengerti. Gejala yang hanya terlihat secara pos-mortem digabungkan dalam gejala umum seperti terlihat pada Gambar 17.

(36)
[image:36.612.109.464.143.248.2]

Pada module 2, gejala khusus yang diberikan tidak hanya gejala yang tampak jika ayam sudah mati, namun juga gejala khusus yang terlihat ketika unggas masih hidup. Hal ini terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Perubahan Module 2

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Software Sistem Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Pada Unggas Sistem Alpha memiliki kekurangan bug error yang harus diperbaiki dan tidak akurat dalam mendeteksi penyakit dalam seperti Colibacillosis, CRD, dan Newcastle Disease. Software Test ini cocok untuk mendeteksi penyakit dalam seperti CRD, Colibacillosis, Ascites, Marek’s Disease, dan Newcastle Disease karena memiliki gejala yang bisa dilihat dalam tubuh unggas, namun hanya dapat digunakan untuk pencegahan penyakit saja, bukan untuk merekomendasikan pengobatan unggas.

Saran

(38)

SISTEM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA TERNAK UNGGAS SECARA ONLINE.

SKRIPSI

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(39)

SISTEM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA TERNAK UNGGAS SECARA ONLINE.

SKRIPSI

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(40)

SISTEM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA TERNAK UNGGAS SECARA ONLINE.

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA

D24060495

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(41)

RINGKASAN

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA. D24060495. Sistem Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Pada Ternak Unggas Secara Online. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Despal, SPt. MSc.Agr.

Peternakan ungas di Indonesia merupakan salah satu lini peternakan yang penting dan berpengaruh dalam menyumbang porsi protein hewani yang terjangkau oleh masyarakat. Penyakit unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan tingkat pemanenan. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, penyebaran informasi tentang penyakit unggas bisa dilakukan dengan cepat dan mudah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain program simulasi tentang penyakit unggas sehingga peternak bisa mengetahui penyakit yang menjangkiti unggasnya dengan cepat hanya dengan memasukkan gejala yang diketahui dan terlihat pada unggas yang sakit hanya lewat internet.

Sistem ini disusun dengan metode SDLC yaitu dilakukan investigasi sistem, analisis sistem, desain, dan implementasi system. Tahap investigasi sistem meliputi pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya. Tahap analisis sistem meliputi kebutuhan-kebutuhan sistem baik itu dari perangkat lunak, perangkat keras serta kebutuhan data input yang diperlukan dan informasi lainnya. Tahap desain sistem meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem. Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas. Tahap implementasi sistem meliputi kegiatan untuk memproses seluruh tahap desain sehingga menjadi aplikasi yang dapat dijalankan.

Sistem ini cocok untuk penyakit yang memiliki gejala dalam namun tidak dapat digunakan untuk merekomendasikan pengobatan, hanya dapat digunakan untuk merekomendasikan pencegahan agar penyakit yang sama tidak menjangkiti lagi.

Keunggulan dari program ini diantaranya bisa diujicobakan dimanapun selama terdapat koneksi internet. Kekurangan dari program simulasi ini diantaranya, program ini tidak 100% akurat dan tidak bisa menjalankan tes mendalam yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tes penyakit yang lebih akurat.

(42)

ABSTRACT

Early Detection System And Disease Control To Poultry By Online

I. M. K. Hamijaya, I. G. Permana, and Despal

Disease control on poultry farming can be one determining factor to get the economy success. A sick poultry will make the weight gain decreased, and result in economic losses. Poultry disease can be detected faster by the symptom shown by poultry itself. This Online Poultry Early Detection and Illness Prevention Information System (OPEDIPIS) could help farmer to detect the illness before its outbreak. This system diagnoses the desease by enter the symptome of the desease to computer system, and then the system compute the possible illness of the poultry based on the symptom that had been input to the system data base. The OPEDIPIS was developed using System Development Life Cycle Method (SDLC). SDLC consisted of 5 systems, they were investigation, analyze, design, implementation, and maintaining systems.

The system is good for some disease that have symptoms in the vital body but it cant be used to cure the illness, this system can only recommend some prevention method to help stop spreading the disease.

(43)

Judul : Sistem Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Pada Ternak Unggas Secara Online

Nama : Ineu Maulina Karyana Hamijaya NIM : D24060495

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) (Dr. Despal, SPt. MSc.Agr.)

NIM : NIM :

Mengetahui, Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) NIM :

(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1988 di Bandar Lampung, Lampung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Iwan Karyana dan Ibu Euis Fatimah.

Pendidikan dasar diselesaikan di SDN Inpres 080882, Medan, Sumatera Utara pada tahun 2000. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SLTPN 2 Bandar Lampung pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di SMUN 2 Bandar Lampung pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006.

(45)

KATA PENGANTAR

Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan pada Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Skripsi ini dilakukan di daerah Bogor, dengan mengumpulkan data untuk database dari sumber, kemudian melakukan wawancara terhadap user (peternak) di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, diantaranya Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan Leuwiliang.

Sebagai penutup kalimat, penulis sangat mengharapkan masukan-masukan untuk memperbaiki tulisan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Bapak Dosen di IPB, karena banyak memberi dorongan dan nasehat yang sangat berarti untuk kemajuan penulis.

Bogor, 7 Februari 2013

(46)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... ii LEMBAR PENGESAHAN ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Penyakit Unggas ... 3 Cekaman (Stress) ... 3 Defisiensi Zat Makanan ... 4 Parasit ... 5 Protozoa ... 6 Bakteri ... 7

Chronical Respiratory Disease (CRD) ... 7

(47)
(48)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(49)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(51)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengendalian penyakit pada peternakan unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam kesuksesan usaha peternakan. Ternak yang sakit akan mengakibatkan konversi pakan turun, dan berakibat pada kerugian peternak. Penyakit ternak tidak bisa lepas dari pengawasan peternak, dan kelalaian dari pengawasan ini akan berakibat pada membengkaknya biaya pengobatan ternak yang sakit.

Penyakit pada unggas dapat dideteksi dengan cepat dari gejala klinis yang tampak pada gejala fisik. Walaupun tingkat keakurasiannya tidak mencapai 100% tetapi diagnosa penyakit unggas secara klinis ini sangat diperlukan, karena dapat dengan segera diambil kesimpulan secara cepat mengenai penyakit yang menyerang unggas tersebut sehingga dapat diambil tindakan yang paling tepat. Akan tetapi, diagnosa penyakit unggas berdasarkan gejala klinis membutuhkan seorang yang benar-benar ahli di bidang ini. Diagnosa yang akurat hanya dapat diperoleh dengan test laboratorium, namun hal ini perlu dipertimbangkan karena tes secara mikroskopis ini membutuhkan waktu yang cukup lama, peralatan mahal dan tenaga ahli.

Sistem informasi penyakit unggas akan sangat membantu peternak untuk mendiagnosa penyakit yang diderita oleh ternak unggas. Sistem ini membantu mendiagnosa penyakit dengan memasukkan ciri-ciri unggas yang sakit serta mengeluarkan hasil penyakit yang diduga menjangkiti ternak. Sistem ini tidak dapat mendiagnosa secara akurat karena diagnosa yang terbaik hanya dapat dilakukan oleh ahli dari kedokteran hewan, namun sistem ini mampu memberikan diagnosa yang cepat dan praktis untuk membantu peternak mendeteksi penyakit yang menjangkiti unggasnya dan mengambil keputusan yang cepat untuk menanggulanginya.

(52)

internet banyak membantu masyarakat saat ini lewat internet dapat dengan mudah diakses informasi dimanapun peternak berada. Pendeteksian melalui internet (online) memiliki keunggulan karena tidak memerlukan instalasi software dan memungkinkan interaktif antara pembuat software dengan pengguna maupun sesama pengguna. Namun hingga saat ini, ketersediaan fasilitas itu masih terbatas.

Tujuan

(53)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Unggas

Pencegahan penyakit pada ternak ayam lebih utama dibandingkan pengobatan, sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan. Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stres), defisiensi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan (Suprijatna et al., 2005)

Mengetahui ciri-ciri ayam normal merupakan hal yang penting untuk mengetahui ayam yang sakit. Menurut Suprijatna et al., (2005) ayam yang sehat mempunyai ciri-ciri: konsumsi pakan dan ternak normal, kotoran normal tidak encer, giat melakukan aktivitas, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur tubuh normal, berkisar 40.5 – 41.6° C, rata-rata 41.1° C, denyut jantung normal, berkisar 200-400 kali per menit, dan bernapas normal, berkisar 15-36 kali per menit.

Menurut Ensminger (1992), studi yang mempelajari penyebab terjadinya penyakit disebut etiologi. Sebuah penyakit terkadang terjadi karena kombinasi dari dua penyebab atau lebih, diantaranya : (1) faktor tidak langsung yang dapat menurunkan ketahanan tubuh unggas, dan (2) faktor langsung yang menyebabkan penyakit menjangkiti unggas.

Cekaman (Stress)

Cekaman (stress) adalah suatu keadaan ketika ayam mengalami ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman mengakibatkan nafsu makan menurun dan kondisi tubuh lemah. Hal ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu, serta produksi telur menurun, dan akhirnya berhenti berproduksi (Suprijatna et al., 2005).

(54)

sesuai, dan unggas terlalu banyak mendapatkan perlakuan yang menggunakan obat-obatan.

Menurut Suprijatna et al. (2005), penyebab stress diantaranya cuaca/iklim (misalnya hujan lebat, angin deras, udara panas, dan udara dingin), suara (misalnya kebisingan, ledakan, suara kendaraan, dan pesawat terbang), kejutan (misalnya orang asing masuk kandang dan hewan liar), mekanis (misalnya potong paruh, vaksinasi, pindah kandang, dan perjalanan), makanan (misalnya pergantian pakan serta pakan dan minuman yang tidak cukup), dan kepadatan kandang(yaitu kandang yang terlalu padat).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh stree yaitu apabila terjadi perubahan cuaca atau setelah perlakuan vaksinasi dan perlakuan lainnya, perlu diberikan antistres.

Defisiensi Zat Makanan

Gejala umum yang tampak pada ayam yang menderita defisiensi zat makanan adalah pertumbuhan anak ayam terhambat, bobot badan menurun drastis (ayam dewasa), bulu kasar dan kusam, jengger kebiruan, berjalan pincang, lumpuh, tidak tenang, dan produksi telur menurun. Penyebabnya adalah defisiensi zat zat makanan karena kandungan zat-zat makanan tertentu kurang dalam pakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena rendahnya kualitas bahan campuran pakan yang digunakan (Suprijatna et al., 2005).

(55)

Parasit

Parasit adalah organisme yang tinggal di dalam tubuh organisme lain, atau mendapatkan kebutuhannya dari organisme lain (Ensminger, 1992). Menurut Suprijatna et al. (2005) penyakit yang disebabkan oleh parasit dikelompokkan menjadi dua, yaitu ektoparasit dan endoparasit (Suprijatna et al,. 2005).

a. Ektoparasit

Ektoparasit menyebabkan unggas terlihat tidak tenang, mengurangi pertambahan bobot badan dan produksi telur, juga meninggalkan bekas pada kulit unggas (Ensminger, 1992). Ektoparasit adalah parasit yang menempel atau hidup pada tubuh ayam bagian luar, umumnya adalah kutu. Kutu menjadi parasit dengan memamah kulit dan bulu serta mengisap darah dan getah bening (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Suprijatna et al., (2005) gejala unggas yang terserang ektoparasit diantaranya ayam gelisah, tidak tenang sehingga stress, lesu dan kurang darah, pucat, pertumbuhannya terhambat, dan produksinya turun. Hal ini dapat dicegah dengan cara kandang harus selalu dibersihkan, konstruksi kandang harus mudah dibersihkan, dan kandang harus bebas dari sarang-sarang hewan liar. Apabila unggas dijangkiti maka dapat diobati dengan cara: (a) untuk mengatasi gurem yang menempel di sisik-sisik kaki, atau rendam kaki dengan minyak tanah. Selain itu, cat tempat bertengger dan dinding dengan carboleneum atau minyak anthresene, (b) cara tradisional dapat dilakukan dengan air larutan tembakau yang dioleskan pada tempat-tempat kutu atau gurem menempel, (c) olesi bulu atau tempat yang menjadi sarang kutu dengan nicotin sulfa, dan (d) Semprot kandang dengan malaion berdosis 4-5% dan pada ayam dengan dosis 0.5%.

b. Endoparasit

(56)

organ-organ lainnya, pertumbuhan ayam muda terhambat, dan produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun.

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, endoparasit dapat dicegah dengan cara: (a) kandang harus selalu dibersihkan, tidak membiarkan kotoran menumpuk, (b) mencegah perkembangan lalat dan kecoa, (c) pada kandang litter, menjaga agar litter tidak lembab dan basah, litter harus berada dalam kondisi kering, dan (d) pemeliharaan ayam petelur dilakukan di kandang battery. Jika terjadi serangan endoparasit maka dapat dilakukan pengobatan dengan cara memberikan obat cacing secara rutin, terutama pada ayam yang diperlihara di kandang litter, dan memberikan berbagai jenis obat cacing, seperti Vermyzin, Worm X, dan Ascaricid. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan petunjuk pada kemasan.

Protozoa

Protozoa adalah bentuk kehidupan hewan paling primitif dan paling sederhana, mereka hanya terdiri dari sel yang sederhana, penyakit ternak unggas yang disebabkan oleh protozoa yaitu coccidiosis, blackhead, trichimoniasis, hexamintiasis, dan leucocytozoonosis (Ensminger, 1992).

a. Coccidiosis

(57)

Bakteri

Bakteri adalah bentuk organisme kehidupan yang paling sederhana. Tidak semua bakteri berbahaya bagi kesehatan ternak. Kesuksesan kontrol penyakit yang disebabkan oleh bakteri berhubungan dengan bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi spesies yang mengakibatkan penyakit, dan menghindari terjadinya multiplikasi dan penyebaran organisme tersebut diantara ternak unggas (Ensminger, 2004).

Chronical Respiratory Disease (CRD)

Penyakit CRD disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Bakteri menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Mortalitas meningkat berbarengan dengan penyakit lain. Biasanya, penyakit ini diderita bersamaan dengan penyakit tetelo atau NCD (New Castle Disease) dan IB (Infectious Bronchitis). Gejala CRD diantaranya ayam susah bernapas, ngorok dan bersin, keluar cairan dari hidung, nafsu makan menurun, pertumbuhan pada anak ayam terhambat, produksi telur ayam dewasa menurun, dan ayam lemah dan kurus. CRD dapat dicegah dengan cara: (a) menggunakan bibit ayam bebas CRD, (b) sebelum kandang dan peralatan digunakan, perlu dibersihkan dan disemprot dengan antihama, (c) tidak melakukan pemeliharaan ayam yang berbeda umur dalam satu kandang, (d) kurangi kunjungan orang yang tidak berkepentingan, (e) memberikan antistres setiap kali ayam mengalami stres.

Virus

Menurut Ensminger (1992), virus adalah agen penyebab penyakit yang (1) sangat kecil hingga mereka hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron, (2) dapat melewati lubang filter khusus yang akan menyaring bakteri umum, dan (3) hanya menyebar di jaringan hidup. Penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis.

a. Newcastle Disease

1) Gejala

(58)

unggas dapat mati tanpa menunjukkan gejala klinis tertentu. Unggas yang bertahan lebih lama menunjukkan kesulitan bernapas yang berhubungan dengan organ pernapasan, atau otot yang bergetar, torticollis dan bahkan paralisis. Diare berwarna hijau juga biasanya menjadi catatan pada penyakit ini. Tingkat kematian sangat tinggi (Spradbrow, 1987).

Lebih lanjut Spradbrow (1987) menambahkan, pada strain virus dengan patogenitas lebih rendah, perubahan pada pernapasan mendominasi fase klinis awal. Biasanya terjadi kesulitan bernapas, unggas terengah-engah dan terkadang batuk. Produksi telur turun drastis dan pada unggas yang bertahan hidup, tanda-tanda kerusakan saraf mungkin terlihat. Hal ini termasuk tanda-tanda-tanda-tanda terjadi paralisis dan torticollis, tingkat kematian bervariasi.

Pada kasus kronis, juga menunjukkan leher yang memutar, pergerakan kepala yang memutar, dan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tubuh. unggas yang sembuh akan menunjukkan ciri leher yang tetap memutar (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

Program kontrol vaksinasi penyakit Newcastle Disease diikuti dengan manajemen intensif sukses dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. (Spradbrow, 1987).

b. Infectious Bronchitis

1) Gejala

Pada anak ayam, Infectious Bronchitis ditunjukkan dengan ciri-ciri ayam megap-megap, batuk, dan hidung sengau. Pada unggas berusia 2 bulan keatas, tidak terlihat tanda sengau atau sinus. Ayam tampak berkumpul di tempat yang hangat, menunjukkan tanda-tanda kedinginan (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

(59)

3) Pengobatan

Tidak ada perlakuan yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit ini, namun banyak perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi penyakit ini (Hungerford, 1969).

Sistem Informasi

Menurut Steven (1996), sistem informasi adalah suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan, menyimpan, melakukan temu kembali, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang digunakan dalam satu atau lebih proses bisnis.

Menurut O’Brien (1999), sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima sumber data sebagai input kemudian diproses menjadi suatu sistem informasi yang berupa keluaran (output) yang terdiri dari sumber daya perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan prosedur), dan sumber daya manusia (spesialis dan end user). Pengelolaan sumber daya informasi dilakukan melalui proses aktivitas sistem informasi yaitu pemasukan data (input), pengolahan data (processing), penyimpanan (storage), pengeluaran (output), dan pengendalian (control activities).

PHP

(60)
[image:60.612.147.476.87.339.2]

Konsep Kerja PHP

Gambar 1. Skema PHP Sumber : Kadir (2008)

Model kerja HTML(Hyper Text Markup Language) diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Selanjutnya, web server akan mencarikan file yang diminta dan memberikan isinya ke web browser (atau yang biasa disebut browser saja). Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pemakai. Jika yang diminta adalah halaman PHP, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, maka permintaannya akan didapatkan oleh web server, kemudian isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server. Selanjutnya, web server menyampaikan ke klien (Kadir, 2008).

MySQL

(61)
(62)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor mulai Maret 2011 sampai Mei 2012.

Materi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari: komputer dengan spesifikasi Prosesor Intel Pentium 4, HDD 20Gb, DDR 64 Mb, monitor. Perangkat lunak terdiri dari: system operasi Windows XP, software pengolah gambar (Adobe Fireworks), software pengolah data (XAMPP, MySQL, Macromedia Dreamweaver), dan bahasa pemrograman (PHP, JavaScript, HTML). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari buku panduan penyakit dan jurnal.

Metode

Metode pengembangan Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup pengembangan system (System Development Life Cycle / SDLC). SDLC terdiri dari lima tahap, yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan pemeliharaan sistem, dengan alur pengembangan seperti Gambar 2 :

Gambar 2. Alur Pengembangan System dengan Pendekatan SDLC Sumber : O’Brien (1999)

Investigasi Sistem

Implementasi Sistem Desain Sistem Analisis Sistem

(63)

Penelitian ini lebih berfokus pada merancang dan membangun sisem informasi, sehingga penelitian ini hanya sampai pada tahap implementasi sistem. Unuk pemeliharaan sistem yang merupakan tindakan modifikasi serta pengawasan tidak dilakukan, karena pemeliharaan sisem membutuhkan kontinuias dan berkala. Uraian dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

1. Investigasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya, gejala terserang penyakit ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ternak serta upaya pencegahannya diantaranya dengan menginformasikan metode yang berguna untuk mencegah penyebaran penyakit dan metode pengobatan penyakit. Tujuan dibangunnya sistem ini untuk mendiagnosa penyakit yang diderita ternak dengan memasukkan data ciri-ciri yang terdapat pada ternak unggas. Pada pengembangan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini Penyakit pada Ternak Unggas ini, dilakukan dengan memasukkan data gejala penyakit yang terdeteksi serta jenis unggas yang terjangkit.

2. Analisis Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan sistem baik dari kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras serta kebutuhan data inputnya. Analisis terhadap fungsi-fungsi yang terdapat pada perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas serta penentuan pengguna sistem.

(64)

ini. Untuk mengelola aplikasi ini, administrator memiliki akses langsung ke sistem Administrasi yang dibuat khusus untuk mempermudah pengelolaan data.

Mahasiswa dan peternak sebagai user/pengguna biasa dapat berinteraksi dengan aplikasi melalui ”Grafis Antarmuka” berbasis web sehingga dapat memanfaatkan sistem dengan mudah, yaitu :

1) Melakukan diagnosa penyakit ternak unggas dengan form yang berisi checklist list gejala, dan mengirimkan datanya dengan menekan tombol ”Diagnosa”, kemudian mendapatkan hasil diagnosa berupa jenis penyakit yang diderita serta saran pencegahan dan pengobatan yang diperlukan.

2) Pengguna yang melakukan registrasi pada sistem dapat menjadi anggota dan melakukan penyimpanan data penyakit untuk diolah menjadi file berformat .PDF yang dapat dicetak untuk kemudian diajukan kepada pihak terkait untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang relevan maka dilakukan analisis terhadap input data yang dibutuhkan, yaitu :

- jenis penyakit unggas

- gejala dari tiap jenis penyakit unggas tersebut, disertai dengan pemberian bobot kemungkinan gejala tersebut menandai jenis penyakit tertentu.

Analisa output sistem dibutuhkan agar sistem dapat menyampaikan penyelesaian penyakit yang relevan. Output yang dibutuhkan yaitu :

- jenis penyakit unggas sesuai dengan hasil perhitungan dalam sistem - metode pencegahan yang berguna untuk jenis penyakit tersebut.

- Metode pengobatan yang mungkin dilakukan pada jenis penyakit tersebut.

Penentuan input dan output yang akan digunakan dalam membangun sistem ini juga dapat dilakukan dengan membuat kuesioner yang diisi oleh pengguna, yaitu mahasiswa dan peternak unggas.

(65)

3. Desain Sistem

Tahap desain ini meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem (O’Brien, 1999). Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas.

Pada desain user interface, dibuat tampilan halaman web yang menarik, mudah dimengerti oleh pengguna dan tidak menimbulkan kesalahan interpretasi, sehingga sistem dapat mencapai sasarannya. Dalam hal ini, dibutuhkan pemahaman secara mendalam tentang user yang akan menggunakan aplikasi, dan administrator yang akan menggunakan sistem admin untuk mengelola data yang terdapat pada sistem. Fitur yang disediakan oleh aplikasi ini diantaranya

• Daftar, edit hapus profil user.

• Analisa penyakit.

o Hasil diagnosa berupa persen jenis penyakit dan jenis penyakit yang kemungkinan besar diderita oleh ternak, dan saran pencegahan dan pengobatan yang dibutuhkan.

o Data yang sudah didapatkan dapat di save untuk melihat riwayat penyakit yang diderita ternak.

• F.A.Q yaitu modul yang berisi pertanyaan umum dan jawaban yang biasanya ditanyakan tentang sistem.

• Modul keluhan dan pertanyaan yang dapat diisi peternak untuk kemudian dijawab oleh admin atau volunter yang terdiri dari dosen, dokter hewan, dan kontributor yang diangkat oleh admin, yang dianggap memiliki kualifikasi untuk menjawab pertanyaan.

(66)

User visitor hanya dapat melakukan diagnosa, dan membaca artikel terbaru seputar kesehatan ternak. User member dapat mengakses profile pribadi, melakukan perubahan terhadap data pribadi dan menghapus data pribadi jika tidak diperlukan lagi, termasuk menghapus data diagnosa, juga menggunakan modul keluhan dan pertanyaan, namun tidak dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada modul pertanyaan. Admin dapat mengakses sistem admin, mengelola sistem admin, dan menjawab modul interaktif keluhan dan pertanyaan seperti tertera pada Gambar 3.

[image:66.612.99.524.33.646.2]

Pada tahap desain basis datanya dibangun suatu struktur basis data yang akan digunakan oleh user untuk menyimpan datanya. Desain proses bertujuan untuk menentukan urutan kejadian mulai dari proses input sampai menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan user, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar aliran data untuk modul diagnosa

Gambar 3. Skema Alir Data Keterangan :

A, B, C : penyakit

1, 2, 3 : gejala

x, y, z : bobot yang diberikan kepada gejala

tergantung pada jenis penyakit yang

diderita.

Berdasarkan hasil pengamatan, satu jenis penyakit memiliki beberapa gejala yang memiliki kemiripan dengan jenis penyakit lain, hal ini membuat diagnosa sulit dilakukan karena hasil tes gejala menunjukkan beberapa jenis penyakit yang persentasenya sama tinggi. Oleh karena itu dicari gejala khusus dari penyakit untuk menjadi indikator penentu yang menunjukkan pada sebuah penyakit yang spesifik, dan menaikkan tingkat akurasi sistem dalam mendeteksi sebuah penyakit. Pada Gambar 4, tabel penyakit, relasi, dan gejala dipisah, karena hubungan penyakit dengan gejala

Jenis Penyakit -A, B, C

Analisa -A, 1, x -B, 2, y -C, 3, z

(67)
[image:67.612.107.509.184.575.2]

merupakan hubungan ”banyak ke banyak” dan dapat mengakibatkan redundansi pada sistem basis data, sehingga dibuat tabel sendiri yang khusus membahas hubungan antara penyakit dengan gejala. Relasi antara penyakit dan gejala relasi dalam bentuk tabel ditunjukkan pada Gambar 5, sedangkan model relasi ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 4. Use Case Umum Sistem

(68)
[image:68.612.94.503.3.723.2]

gejala yang tampak pada unggas), dan menekan tombol hasil untuk mendapatkan kalkulasi test diagnosa. Hasil kalkulasi didapatkan dengan menghitung jumlah gejala umum dan gejala khusus yang dipilih dibagi dengan jumlah total gejala yang tampak pada sebuah penyakit. Karena terbuka kemungkinan untuk muncul lebih dari satu penyakit, maka penyakit yang akan muncul sebagai hasil adalah dua jenis penyakit yang memiliki persentase paling tinggi, seperti tertera pada Gambar 7.

Gambar 5. Tabel Relasi Penyakit dan Gejala

(69)
[image:69.612.105.509.74.403.2]

Gambar 7. Use Case Aktor dan Modul Diagnosa

4. Implementasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan pada proses pembuatan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas ini. Dari segi perangkat lunak yang harus disiapkan ad

Gambar

Gambar 1. Skema PHP
Gambar aliran data untuk modul diagnosa
Gambar 4. Use Case Umum Sistem
Gambar 5. Tabel Relasi Penyakit dan Gejala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akurasi sistem pada penelitian ini adalah 95% dengan rata-rata waktu proses sebesar 0,11 detik dengan parameter terbaik terdiri dari ukuran frame 1 detik, jenis window

Kalimat-kalimat asertif sebagai bagian dalam intervensi mandiri dalam keperawatan kesehatan mental belum pernah dilakukan dalam mengatasi masalah putus obat pada

(1) Pemohon yang telah memperoleh persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), wajib memenuhi persyaratan lain untuk mendapatkan KP

Diri sendiri Keluarga Lingkungan Kege- maran Penga- laman Kebersihan & Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3.1 Mempraktikkan gerak keseim- bangan statis tanpa

puncak sebelum dan setelah diadisi, dihitung konsentrasi Mo(VI) dalam cuplikan. Polarogram Mo dalam beberapa elektrolit pendukung diperoleh hasil ditunjukkan pada tabel 1... Tabel

Sehingga orang yang menggunakan mekanisme koping adaptif tidak mudah mengalami stres dalam menghadapi stresor yang datang pada dirinya, karena individu yang memiliki

Selain itu juga bila dikaitkan dengan sistem hukum pada negara asal apakah akan memengaruhi manajemen laba yang dilakukan meskipun perusahaan tersebut terdaftar di pasar