• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Dalam dokumen Perkembangan Confucius Institute di Amer (Halaman 28-35)

Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menelaah beberapa literatur dan penelitian-penelitian terkait Diplomasi publik China dan perkembangan Confucius Institute baik dalam level global maupun pada level negara-negara tertentu dalam kurun waktu 2007-2015.Dimulai dari Tulisan Kurlantzick “Charm Offensive: How China’s Soft Power Is Treansfoming the World” yang secara umum menjelaskan bahwa terjadi fenomena pergeseran kekuatan China yang semula mengandalkan politik dan militer selama Perang Dunia II hingga Perang Dingin yang kemudian China mulai menerapkan kebijakan-kebijakansoft power

dan mulai mengurangi segala bentuk kebijakan hard power terutama di daerah regional Asia. Kebijakan soft powerChina dimulai dari kebijakan Peaceful Rise

pada tahun 2003 dari pidato Zheng Bijian pada saat menghadiri konferensi Bo’ao Asia. Inti dari kebijakan tersebut adalah China tidak lagi mengandalkan kekuatan militer sendiri untuk menjaga kepentingan China namun akan secara aktif berkerjasama pada institusi multilateral dan membangun mutual trust dengan negara-negara tetangga serta mengedepankan win-win solution dalam segala konflik yang sedang dan akan terjadi kedepan.17 Pergeseran tersebut bukanlah tanpa alasan, melainkan berhubungan dengan apa yang terjadi pada level domestik dan internasional.

17Kurlantzick, Joshua. 2007. “Charm Offensive: How China Soft Power Is Transforming The World”. Yale University Press. New Haven and London.

Dalam level domestik, pada tahun 1980an hingga Perang Dingin berakhir China mengalami peningkatan secara masif dalam sektor ekonomi dan militer. Dari segi ekonomi China mengalami pertumbuhan yang setiap tahunnya selalu berkisar pada angka dua digit serta berkembangnya bisnis industri yang didorong oleh kebijakan orientasi ekspor. Ditambah pada krisis Asia 1997 hanya China yang kemudian berhasil mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara lain yang terjadi krisis ekonomi. Sedangkan dari segi militer pada tahun 1990an jumlah militer China menempati posisi ke dua terbanyak setelah Amerika Serikat.18 Kondisi ini kemudian menyebabkan China seakan-akan terlihat mengimbangi kekuatan hegemon Amerika Serikat setelah menjadi pemenang dari Perang Dingin. Hal tersebut berimplikasi pada kecurigaan akan ancaman keamanan di negara-negara sekitar China seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, ditambah dengan agresifitas China untuk meletakkan armada angkatan laut di daerah Laut China Selatan dan Laut China Timur yang hingga saat ini masih terlibat isu-isu teritorial. Dari situlah kemudian China merasa perlu untuk menggeser paradigma internasional tentang China. Hal tersebut kemudian menjadi dasar China untuk melakukan berbagai macam diplomasi publik sebagai upaya meningkatkan soft powernya, salah satunya adalah dengan mendirikan Confucius Institute.

Sejalan dengan itu, Falk Hartig melalui tulisannya “Chinese Public Diplomacy: The Rise of Confucius Institute” menjelaskan mengenai perkembangan Confucius Institute yang berkembang dengan pesat dalam skala global, khususnya pada negara-negara di benua Amerika, Eropa dan Australia. Negara Australia sendiri memiliki 13 Confucius Institute dan 35 Confucius

Classrooms yang berlokasi di Universitas dan sekolah-sekolah yang ada di Australia.19 Kehadiran Confucius Institute di Australia menjadi anomali tersendiri jika melihat hubungan antara China dengan Australia yang cenderung labil sejak Australia membuka hubungan diplomatik dengan China tahun 1972. Dalam segi ekonomi, hubungan diantara keduanya berjalan dengan mulus. Pada tahun 2007 China menjadi partner dagang terbesar bagi Australia sekaligus menjadi pasar ekspor terbesar. Namun, dari segi politik hubungan kedua negara tersebut kurang kondusif. Pemerintah Australia melalui Defence White Paper 2009 menilai bahwa kebangkitan China akan berpotensi mengancam keamanan dan pertahanan Australia. Pihak China sendiri juga mengkritik keputusan Australia pada tahun 2011 yang mengijinkan pasukan tentara Amerika Serikat untuk menjaga wilayah perbatasan Australia yang menurut China hal itu sebagai langkah mengalienasi partner dagang Australia.20 Survey dari Lowy Poll tahun 2010 juga menunjukkan bahwa masyarakat Australia juga menyadari akan kebangkitan China, warga Australia menanggapi positif akan perkembangan ekonomi China juga hubungan ekonomi antara Australia dengan China namun tetap memandang negatif tentang sistem politik yang menurut mereka otoriter dan menilai bahwa China memiliki motif-motif strategis dalam hubungan bilateral China-Australia.21

Strategi yang dilakukan Confucius Institute di Australia dapat dilihat dari beberapa hal; Pertama yaitu Funding, Hanban memberikan bantuan dana kepada

Host University yang mendirikan Confucius Institute sebagai dana pendirian, operasional dan event tahunan dengan porsi 1:1. Dengan kata lain, Host

19Hartig, Falk. 2015. “Chinese Public Diplomacy: The Rise of Confucius Institute”. Routledge: Taylor and Francis Group. London and New York.

20Ibid, 119 21Ibid, 120

University hanya perlu meanggarkan dana 50% dari total anggaran untuk Confucius Institute.22 Hanban juga mengurus segala keperluan operasional seperti buku-buku materi dan pengajar native China. Tidak sedikit universitas-universitas Australia yang terlihat tertarik akan sistem tersebut, seperti Universitas Newcastle yang mengalihkan mata kuliah Chinese studies ke Confucius Institute Newcastle; Kedua yaitu arranged marriage, Confucius Institute di Australia berkembang berdasarkan hubungan dekat antara Universitas host country dengan Universitas

home country. Confucius Institute pada dasarnya merupakan bentuk kerjasama antara dua universitas home dan host country yang dipimpin oleh Hanban. Berdasarkan penelitian yang ada, sebelum adanya Confucius Institute di suatu universitas di Australia, pihak universitas China yang bekerjasama dengan universitas Australia mempromosikan mengenai program Confucius Institute kepada pihak Australia dan atas hubungan yang dekat itu pihak universitas Australia menyetujui pendirian Confucius Institute di Universitasnya.23 Ketiga yaitu unique charateristic, yang mana Confucius Institute di Australia mengajar bahasa mandarin dengan program-program yang spesifik seperti Confucius Institute Universitas Melbourne yang memiliki program bahasa mandarin yang berfokus pada bidang bisnis, atau Confucius Institute Universitas Queensland yang menawarkan program bahasa mandarin yang berfokus pada bidang translasi dan interpretasi untuk sains, teknik, dan teknologi.

Lain halnya dengan yang ada di Jerman, Confucius Institute Jerman tidak memiliki tantangan politis dari pihak pemerintah maupun masyarakat Jerman itu sendiri. Hubungan antara China dengan Jerman relatif stabil bahkan lebih dekat

22Ibid, 126 23Ibid, 125

dari hubungan China-Australia baik di segi ekonomi maupun politik.24 Hingga tahun 2015, terdapat 17 Confucius Institute, 2 Confucius Classroom dan 1 Konfuzius-Klassenzimmer.25 Kronologis perkembangan Confucius Institute juga hampir sama dengan yang terjadi di Australia yaitu melalui funding, arranged marriage dan unique characteristic. Namun, Confucius Institute di Jerman bukanlah tanpa kritik, terdapat beberapa kritik mainstream dari para ahli Sinologis yang mengkritik mengenai self-sencorhipyang dilakukan oleh Confucius Institute baik secara global maupun yang ada di Jerman, propaganda-propaganda yang dilakukan China melalui Confucius Institute, serta perdebatan mengenai pelarangan topik-topik diskusi mengenai Taiwan, Tibet, Falun Gong dan Tiananmen di Confucius Institute.

Terdapat beberapa kritik non-mainstream juga yang cukup menonjol dalam perkembangan Confucius Institute di Jerman, yaitu tentang permasalahan dana.26 Confucius Institute di Jerman seringkali mengalami masalah keuangan ketika uang yang diterima dari Hanban tidaklah cukup untuk menutupi pengeluaran yang ada, hal ini terutama dikarenakan masyarakat di Jerman lebih menyukai kegiatan-kegiatan kebudayaan yang diselanggarakan oleh Confucius Institute daripada mengikuti kursus bahasa di sana. Sistem pendidikan Jerman yang terbiasa menggratiskan pendidikannya di level pendidikan formal juga mempersulit eksistensi Confucius Institute Jerman.27 Tidak sedikit masyarakat yang keberatan atau berpikir dua kali sebelum mengikuti kelas bahasa yang ada di Confucius

24Ibid, 140

25Konfuzius-Klassenzimmer adalah unit baru yang berfokus pada pendidikan bahasa mandarin untuk anak-anak balita atau yang anak-anak yang masih di bangku Taman Kanak Kanak yang didirikan oleh institusi lembaga bahasa China lokal yang ada di Jerman atas ijin dari Hanban.

26Hartig. Op.cit, 148. 27Ibid, 157.

Institute Jerman. Oleh karena itu Confucius Institute di Jerman sangat bergantung pada kerjasama sponsor yang mana pada akhirnya institusi lokal Jerman lebih berperan dalam bidang finansial daripada institusi China atau bahkan dari Hanban sendiri.28Hal tersebut berdampak pada Universitas Media Stuttgart Jerman yang sebelumnya berencana untuk mendirikan Confucius Institute akhirnya membatalkan rencananya akibat isu-isu finansial tersebut.29

Terdapat juga asumsi dalam tesis Shryll Whittaker yang menjelaskan perspektif Amerika Serikat dalam perkembangan Confucius Institute di Amerika Serikat. Asumsinya berfokus kepada bagaimana Amerika Serikat, baik di level pemerintah dan masyarakat merespon keberadaan pengaruh China dan Confucius Institute di Amerika Serikat yang memiliki berbagai macam pandangan. Menurutnya hal ini penting untuk mengukur seberapa besar suatu kebijakan luar negeri sukses diterima pada sasaran negara. Pandangan publik terkait suatu kebijakan luar negeri asing juga sejalan dengan pandangan dan kebijakan pemerintah dalam menyikapi kebijakan asing tersebut. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh McCormick:“foreign policy attitudes of the American public are not irrelevant to policy making”.30

Dalam beberapa survei dan wawancara, Whittaker menyimpulkan bahwa masyarakat Amerika Serikat terbagi menjadi dua pihak, yaitu pihak yang mendukung dan pihak yang mencurigai bahkan menolak keberadaan Confucius

28Ibid, 149.

29Inside Higher Ed. 2015. “German University Abandons Plans Confucius

Institute”. [Daring]. Tersedia di:

https://www.insidehighered.com/quicktakes/2015/06/08/german-university-abandons-plans-confucius-institute. Diakses pada 19 Mei 2016.

30Whittaker, Sheryll. 2013. “Chine Rise and The Confucius Institute: Chinese and American Perspective”. Seton Hall University Dissertations and Theses (ETDs). Paper 1922. Hal 87

Institute Amerika Serikat, namun secara umum mereka tidak terlalu berfokus pada asumsi propaganda maupun upaya diplomasi publik China melalui Confucius Institute, kritik yang jelas-jelas menonjol berasal dari pakar akademisi dan politikus-politikus Amerika Serikat yang menaruh kecurigaan besar dan resiko-resiko yang sedang dan akan dihadapi oleh Amerika Serikat terhadap perkembangan Confucius Institute di Amerika Serikat yang sangat pesat tersebut. Dengan kata lain, konteks politik menjadi sumber utama munculnya kritik-kritik tersebut, sejalan dengan meningkatnya kompetisitas hubungan antara China dengan Amerika Serikat dalam berbagai hal. Whittaker juga memprediksi bahwa kedepannya Confucius Institute di Amerika Serikat juga akan memengaruhi sikap dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap China.31

Berdasarkan ulasan-ulasan literatur diatas tentang strategi yang dilakukan dalam menganalisa perkembangan Confucius Institute di beberapa negara, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap negara pola perkembangan Confucius Institute memiliki perbedaan pada konteks operasional dan dualisme respon dalam masyarakat host country tersebut. Dengan kata lain, terdapat upaya-upaya untuk mempertahankan eksistensi Confucius Institute di berbagai macam negara meski terdapat kritik yang menilai tentang asumsi propaganda China melalui Confucius Institute. Terdapat tantangan yang berbeda pula dalam aktifitas Confucius Institut di setiap negara bahkan meskipun hubungan antara China dan host country stabil atau cenderung intens.

Apabila literatur-literatur diatas sebelumnya berfokus pada respon masyarakat dan dinamika aktifitas operasionalisasi Confucius Institute di berbagai negara. Tulisan ini akan berfokus pada penjelasan mengapa Confucius Institute dapat

berkembang dengan pesat di tengah-tengah tantangan dan resiko yang ada dengan fokus di negara Amerika Serikat sebagai negara dengan institusi Confucius Institute terbesar di dunia. Dari situ dapat ditemukan pula mengenai cara yang dilakukan China dan Confucius Institute menciptakan iklim yang kondusif di negara kompetitor terbesarnya sehingga dapat berkembang dengan pesat.

Dalam dokumen Perkembangan Confucius Institute di Amer (Halaman 28-35)

Dokumen terkait