• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taksonomi, Ekologi dan Komposisi Rumput Kebar

Tumbuhan rumput kebar yang disebut “banondit” dalam istilah lokal bahasa setempat merupakan tumbuhan perdu yang termasuk dalam kelas Dycotiledoneae, family Oxalidaceae, genus Biophytum, species Biophytum petersianum Klotzsch (Veldkamp 1976) dengan ciri-ciri yaitu gagang bunga (penduncle) berukuran sangat pendek, daun majemuk membulat (obovate) (Gambar 3 dan 4).

Gambar 4. Rumput Kebar dari Papua Barat Sumber: Dokumentasi Syukur Karamang

Rumput kebar tumbuh pada ketinggian 500 – 600 m diatas permukaan laut di padang rumput distrik Kebar yang memiliki luasan hamparan sebesar 743,75 ha

Gambar 3. Rumput Kebar

yang terdiri dari beberapa kampung yaitu Kebaar Timur, Tengah dan Barat. Rumput kebar biasanya tumbuh berasosiasi dan ternaungi oleh Paspalum konyugatum dan Imperata cylindrical (tumbuhan alang-alang) sehingga terlihat adanya perbedaan ukuran tinggi dan rendah akibat terhalangnya cahaya matahari. Imbiri et al. (2003) menyatakan bahwa tanah habitat alami tumbuhan rumput kebar memiliki tekstur tanah pasir dengan permeabilitas sedang sampai tinggi.

Adapun komposisi kimia rumput kebar menurut Sadsoeitoeboen (2005), mengandung senyawa-senyawa antioksidan diantaranya vitamin A dan vitamin E (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi kimia rumput kebar (Sadsoeitoeboen 2005) No Bahan Penyusun Jumlah (%)

1. Bahan kering 89.06 2. Abu 12.76 3. Protein kasar 7.35 4. Serat kasar 35.85 5. Lemak kasar 0.72 6. Beta-N 32.38 7. Calsium (Ca) 1.52 8. Fosfor (P) 0.60 9. NaCl 0.09 10. Vitamin A (IU) 199.30 11. Vitamin E (IU) 13.27

Selain itu pada protein rumput kebar juga mengandung asam-asam amino (Tabel 2) yang sangat dibutuhkan untuk aktivitas reproduksi dan produksi.

Tabel 2. Komposisi asam amino rumput kebar (Sadsoeitoeboen 2005).

No Jenis Asam Amino Jumlah (%)

1. Asam Aspartat 0.255 2. Asam Glutamat 0.230 3. Serin 0.198 4. Glisin 0.123 5. Histidin 0.345 6. Arginin 0.310 7. Treonin 0.220 8. Alanin 0.115 9. Prolin 0.345 10. Tirosin 0.316 11. Valin 0.252 12. Metionin 0.287 13. Sistin 0.254 14. Isoleusin 0.237 15. Leusin 0.298 16. Fenilalanin 0.360 17. Lysin 0.259

Menurut Azlina (2009), hasil uji fitokimia rumput kebar memperlihatkan adanya kandungan Flavonoid yang tinggi (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji kualitatif fitokimia rumput kebar (Azlina 2009).

No Kandungan Bahan Kualitas Keberadaan Bahan

1. Alkaloid ++++

2. Saponin ++ sampai dengan +++

3. Tanin ++++ 4. Fenolik ++ 5. Flavonoid ++++ 6. Triterfenoid ++++ 7. Steroid - 8. Glikosida +++ Keterangan : - : Negatif + : Positif lemah ++ : Positif +++ : Positif kuat ++++ : Positif kuat sekali

Pengaturan Hormon Reproduksi Jantan

Reproduksi meliputi proses perkembangan sistem reproduksi yang dimulai dari perkembangan sel sampai dengan terbentuknya individu baru. Sistem reproduksi melibatkan suatu substansi yang penting yaitu hormon. Selain pengaturan oleh syaraf, keberadaan hormon sangat diperlukan dalam segala aspek pengaturan tubuh. Oleh karena itu pengaturan sistem reproduksi merupakan kerjasama antara sistem syaraf dan hormon (Gambar 5).

Gambar 5. Pengaturan hormon pada sistem reproduksi hewan jantan. (http://klinikandrologi.blogspot.com/2010_12_01_archive.html)

Pada hewan jantan, gonadotrophin releasing hormone (GnRH) disekresikan dari hipothalamus untuk menstimulasi pelepasan lutenising hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) dari hipofisis anterior. LH merangsang sel-sel Leydig untuk memproduksi testosteron. FSH akan menstimulasi sel-sel Sertoli untuk proses pembentukan sel-sel germinal pada spermatogenesis. FSH dan testosteron merangsang sel-sel spermatogenik untuk melakukan meiosis dan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (Ganong 2003).

FSH merangsang sel Sertoli untuk mensekresikan ABP (androgen binding protein) dan inhibin. ABP berfungsi mengangkut testosteron ke dalam lumen tubulus seminiferus. Testosteron tidak dapat memasuki lumen tubulus tanpa ABP. Selain menghasilkan inhibin dan ABP, sel Sertoli juga berfungsi sebagai penyedia makanan bagi sel-sel spermatogenik yang sedang tumbuh, memakan (fagositosis) sel-sel germinal yang abnormal dan sebagai pelindung sel-sel germinal yang sedang berkembang. Inhibidin dan testosteron berfungsi sebagai Feed back negatif terhadap GnRH. Testosteron dalam kadar tertentu dapat menghambat pengeluaran FSH dan LH oleh pituitari anterior (Ganong 2003).

Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari spermatogonia sampai spermatozoa yang terjadi pada tubulus seminiferus di dalam testis. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk spermatozoa fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk spermatozoa. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonium dan sel Sertoli. Sel Sertoli berfungsi sebagai sumber nutrisi spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di dalam jaringan parenkim di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu: LH merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa

pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat seks sekunder.

FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pematangan (maturasi) spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan pada manusia membutuhkan waktu selama 2 hari (Hafez dan Hafez 2000).

Proses spermatogenesis dimulai dari tahapan spermatositogenesis yaitu perkembangan sel primordial menjadi spermatogonia diploid kemudian

spermatogonia mengalami mitosis menjadi spermatosit primer yang mengandung kromososm diploid (2n) selanjutnya spermatosit primer mengalami meiosis dan menghasilkan spermatosit sekunder yang memiliki kromosom haploid (n). Spermatosit sekunder kemudian mengalami miosis menjadi spermatid yang haploid. Tahapan Spermiogenesis merupakan pembentukan spermatid menjadi spermatozoamatang. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Selanjutnya spermatid mulai memanjang dan akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor (Gambar 6).

Gambar 6. Proses spermatogenesis

(http://intanriani.wordpress.com/pembentukan-gamet-jantan-spermatogenesis/)

Apabila proses spermatogenesis telah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH. Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper yang dikenal sebagai semen. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

Gangguan Reproduksi Jantan

Gangguan reproduksi adalah gangguan yang terjadi akibat menurunnya fungsi reproduksi. Penurunan fungsi reproduksi dapat terjadi secara endogen dan

eksogen. Gangguan fungsi reproduksi secara eksogen merupakan gangguan yang terjadi akibat masuknya senyawa-senyawa kimia yang berasal dari obat-obatan, asap kendaraan dan asap rokok. Asap rokok mengandung senyawa-senyawa kimia yang masuk secara inhalasi menyebabkan terjadinya metabolit sekunder yang bertindak sebagai radikal bebas sehingga dapat menurunkan fungsi testis (Ahmadnia et al. 2007). Senyawa kimia asap rokok yang bersifat toksik dapat merusak jaringan testis, menyebabkan gangguan spermatogenesis sehingga terjadi abnormal spermatozoa (Rajpurkar et al. 2000). Gangguan-gangguan spermatozoa yang terjadi yaitu Oligoteratozoospermia merupakan bentuk spermatozoa tidak normal (abnormal) dengan jumlah sel spermatozoa yang dihasilkan hanya sedikit, dysspermia adalah kemampuan gerak (motilitas) spermatozoa yang rendah dan Azoospermia obstruktif merupakan keadaan tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulat karena ada penyumbatan (Tjong dan Rodjani 2012).

Pengaruh Asap Rokok pada Tubuh

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2012 menyatakan bahwa jumlah perokok Indonesia terbanyak ketiga di seluruh dunia setelah Cina dan India, di atas Rusia dan Amerika yaitu sebesar 65 juta perokok atau 28 % per penduduk. Asap rokok mengeluarkan racun karsinogenik yang dapat menyebabkan beraneka macam gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap rokok berupa penyakit kardiovaskuler, arteriosklerosis, tukak lambung dan usus, kanker, chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain (Susanna et al 2003).

Asap rokok mengandung tar. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menempel pada dinding alveolus paru-paru dan dapat mengganggu masuknya oksigen ke seluruh tubuh. Tar juga berpengaruh pada metabolisme di saluran pernafasan dan paru-paru yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanker (Droge 2002). Rokok yang mengandung tar, CO, dan nikotin merupakan kumpulan dari ribuan macam bahan kimia, di antaranya nitrogen oksida, sianida, hidrogen, amonia, asetilen, benzaldehida, benzena, metanol, dan lain-lain yang bisa mengganggu kesehatan tubuh. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh. CO diikat oleh hemoglobin sehingga mengganggu pelepasan oksigen, dan menyebabkan aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Fenomena ini menyebabkan peningkatan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Asap rokok dapat menimbulkan aterosklerosis atau terjadi pengerasan pada pembuluh darah (Droge 2002). Masuknya senyawa-senyawa kimia asap rokok yang mengandung toksik ini dapat menyebabkan gangguan darah. Darah sebagai agen tranportasi akan membawa senyawa toksik tersebut sampai ke seluruh sel dan jaringan termasuk jaringan reproduksi sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi.

Gangguan kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh asap rokok pada wanita dapat menyebabkan kanker leher rahim dan bagi wanita hamil dapat mengganggu perkembangan janin. Pada pria yang mengkonsumsi rokok atau terkena asap rokok terus-menerus akan menyebabkan toksik yang berasal dari

asap rokok terbawa melalui darah ke seluruh jaringan tubuh sampai ke testis dan dapat berpengaruh menurunkan proses spermatogenesis. Asap rokok yang mengandung CO dapat menyebabkan rusaknya membran sel testis. Turunnya fungsi testis dapat menyebabkan penurunan hormon testosteron sehingga terjadi penurunan kualitas spermatozoa (Handayaningsih 2009).

PEMBUATAN HEWAN MODEL PENURUNAN FUNGSI

Dokumen terkait