• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolesom (Talinum triangulare)

Kolesom adalah tanaman sukulen yang memiliki lintasan metabolisme

asam crassulaceae (crassulacean acid metabolism = CAM). Tanaman ini

diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa Caryophyllales, suku Portulacaceae, marga Talinum.

Sinonim tanaman ini secara botani adalah Talinum racemosum Rohrbach

(Hutapea 1994).

Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang tumbuh tegak. Batang tanaman ini berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan, sedangkan batang bagian tengah sampai ujung berwarna hijau (Wahyuni & Hadipoentyanti

1999). Daunnya berbentuk oblongus-spatulatus, hijau muda, tebal berdaging,

filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi, daunnya memiliki tipe dorsiventral, stomata parasitik (epidermis atas dan bawah), parenkim daun (jaringan sponsa) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset dan kelenjar minyak atsiri, berkas pembuluh kolateral. Bunganya berwarna merah jambu keunguan. Bentuk tangkai bunga adalah segitiga dan bentuk rangkaian bunganya adalah tandan (racemus). Bunga mekar pada pagi hari pukul 09.00. Buahnya berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau kekuningan, dan berisikan biji hitam mengkilat. Biji dari kolesom berbentuk lonjong pipih dan berdiameter ± 1 mm. Akarnya menebal (membengkak) menyerupai akar ginseng.

Masyarakat sering sukar membedakan antara kolesom (Talinum triangulare) dan

som jawa (Talinum paniculatum). Ciri-ciri anatomi kedua jenis tanaman tersebut sukar dibedakan. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri morfologinya, yaitu filotaksis, tipe infloresensi, bentuk buah, warna, dan waktu bunga mekar. Som jawa memiliki filotaksis berhadapan, tipe infloresensi malai (panicula) dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsula (bulat dan berwarna merah-coklat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa & Prajogo 1999).

Umbi akarnya dimanfaatkan untuk mengobati neurasthenia (kelelahan

tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) setelah sembuh dari penyakit kronik

al. (2001) menunjukkan bahwa akar kolesom mengandung senyawa-senyawa golongan alkaloid dan saponin yang cukup kuat, diikuti oleh glikosida, tanin dan steroid dalam jumlah sedikit. Tanaman yang diremas dapat ditempelkan pada tempat yang sakit sebagai anti inflamasi atau anti tumor. Cairannya dapat digunakan sebagai obat pengurang rasa sakit pada mata dan membantu penyembuhan akibat pukulan atau jatuh. Daun dan tajuk dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Kandungan dari 100 g bagian yang dapat dimakan adalah : 90-92 g air, 1.9-2.4 g protein, 0.4-0.5 g lemak, 3.7-4.0 g karbohidrat, 0.6-1.1 g serat, 2.4 g abu, 90-135 mg kalsium, 4.8-5.0 mg besi, 3 mg beta karoten, 0.08 mg vitamin B1, 0.18 mg vitamin B2, 0.3 mg niacin, 31 mg vitamin C, dan energi 105 kJ (Rifai 1994).

Perbanyakan Tanaman

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Ada tanaman yang hanya dapat diperbanyak dengan satu cara saja dan ada yang dapat diperbanyak dengan keduanya. Keberhasilan dari cara perbanyakan tanaman dapat dilihat dari keberlangsungan pewarisan karakter induk tanaman kepada tanaman turunannya (Hartmann et al. 1981).

Perbanyakan tanaman secara generatif atau seksual menggunakan benih sebagai bahan tanamnya. Penggunaan biji lebih banyak digunakan untuk berbagai spesies dan kultivar dibandingkan dengan cara perbanyakan lainnya. Biji digunakan secara ekstensif pada berbagai nurseri untuk menghasilkan batang bawah tanaman buah atau tanaman hias. Pada usaha pemuliaan tanaman, penanaman biji sangat penting dilakukan untuk mengembangkan kultivar baru. Keberhasilan perbanyakan tanaman secara generatif sangat bergantung kepada kualitas biji atau benih yang digunakan (Hartmann & Kester 1975). Biji dihasilkan oleh bunga yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan generatif. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tanaman yang kita sebut buah, yang di dalamnya terkandung biji sebagai cikal – bakal tanaman baru (Tjitrosoepomo 1999).

Jika menggunakan biji kolesom sebagai bahan perbanyakan tanaman, maka biji disemaikan terlebih dulu dengan cara disebarkan atau ditumbuhkan dalam bak pasir dengan sistem garis atau disebar rata. Tempat penyemaian harus teduh, sejuk, dan terlindung dari terpaan hujan. Menurut penelitian Wahyuni & Hadipoentyanti (1999), pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur ± 2 bulan, sedangkan umur buah masak adalah 10 – 11 hari setelah bunga mekar. Biji memerlukan waktu yang lebih lama untuk menjadi bibit, karena setelah berkecambah harus melewati fase juvenil, transisi, dan dewasa.

Setek sebagai salah bentuk dari perbanyakan tanaman secara vegetatif atau aseksual merupakan usaha yang penting dilakukan pada kebanyakan tanaman hortikultura, terutama tanaman buah dan tanaman hias. Kultivar-kultivar tanaman hortikultura seringkali kehilangan karakter asli dari tanaman induk bila dilakukan perbanyakan tanaman menggunakan biji. Di samping itu, perbanyakan melalui setek mudah dilakukan dan lebih cepat bila dibandingkan dengan biji, karena setek merupakan bahan tanaman yang telah memasuki fase dewasa (Hartmann & Kester 1975).

Bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai setek pada kolesom adalah

setek dari batang yang sudah tua (Heyne 1987). Penelitian Djumidi et al. (1999)

pada som jawa (Talinum paniculatum) menggunakan setek tanaman yang telah

berumur 10 bulan dan dipilih dari batang yang belum berbunga. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin panjang setek yang digunakan akan menghasilkan rata-rata jumlah dan panjang tunas yang semakin tinggi. Percobaan Hidayat et al. (1994) pada perbanyakan kolesom menggunakan setek batang dari tanaman yang telah tumbuh lebih dari setahun menunjukkan hasil yang baik dengan tingkat keberhasilan tumbuh 98.33 %.

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah dengan menyediakan hara lebih lengkap dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik). Pemberian pupuk kandang dapat memberikan pengaruh terhadap perbaikan lingkungan tumbuh yaitu dapat meningkatkan aerasi, kemampuan

menahan air, meningkatkan aktivitas berbagai mikroba heterotrof dalam tanah, peningkatan kandungan P tersedia dan penurunan retensi P tanah. Hal ini memungkinkan petani menggunakan pupuk kandang yang tersedia untuk pertanian dengan biaya rendah untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman (Balasubramanian & Bell 2005).

Erianto (1995) menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung kadar air yang lebih rendah dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi sehingga kemampuan menahan air lebih tinggi. Pupuk kotoran ayam lebih cepat dalam menyediakan unsur hara dan memiliki nisbah C/N lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, kuda, dan domba. Pemberian pupuk kandang ayam akan meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu daya tumbuh, vigor bibit serta komponen hasil.

Penelitian Manik (2003) menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk kandang ayam dengan dosis 4 ton/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman kedelai yang terbaik dan juga berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang lainnya. Penelitian Eliyani (1999) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam 10 ton/ha dapat memperbaiki sifat kimia tanah yaitu meningkatkan kadar C organik tanah (1.72 %), meningkatkan pH tanah berkisar antara 0.08 hingga 0.17 satuan, dan meningkatkan kadar P-Bray tanah saat panen.

Pupuk kandang ayam mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium cukup tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Komposisi unsur hara kotoran ayam dan kotoran hewan lain disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi unsur hara kotoran ayam dan kotoran hewan lain

Jenis Hewan N(%) P(%) K(%) Mg(%)

Sapi 2-8 0.2-1 0.7-3 0.6-1.5*

Ayam 5-8 1-2 1-2 0.6-3*

Babi 3-5 0.2-1.1 0.5-1.1* 0.98*

Domba 3-5 0.4-0.8 2-3 0.2

Sumber : Donahue et al. ( 1997). *Kirchmann and Witter (1992).

Beberapa penelitian terdahulu mengenai kolesom atau som jawa hanya menggunakan pupuk kandang sapi, sedangkan penggunaan pupuk kandang ayam belum diteliti. Penelitian Gusmaini & Trisilawati (1999) menunjukkan bahwa tanah yang dicampur dengan pupuk kandang sapi (2:1) meningkatkan hasil bobot

segar akar som jawa (Talinum paniculatum). Sejalan dengan penelitian Darwati et al. (2000), pemberian pupuk kandang sapi (2:1) dapat meningkatkan kapasitas pertumbuhan tanaman dilihat dari jumlah daun, bobot segar dan kering tanaman (batang, daun, dan akar) som jawa.

Media Tanam

Media ta nam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penggunaan media tanam yang tepat akan memberikan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Aurum 2005). Media tanam yang digunakan harus dapat mendukung perakaran, menahan kelembaban, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, bebas dari berbagai benih gulma, serta tidak mempunyai salinitas yang tinggi (Sya’bana 2005).

Media tanam berkaitan erat dengan setiap aktivitas penanaman dalam wadah, maka pemilihan atau formulasi media tanam yang cocok sangatlah penting dalam budidaya tanaman dalam wadah (Susila 2005). Pasir, arang sekam, dan zeolit dapat digunakan sebagai bahan campuran tanah dalam media tanam untuk menciptakan media tanam yang ideal bagi pertumbuhan tanaman budidaya dalam

wadah /polybag (Kusumawati 2002; Aurum 2005).

Pasir

Pasir sangat penting digunakan sebagai campuran media tanam karena pasir memiliki ukuran partikel yang besar sehingga dapat meningkatkan porositas, infiltrasi, dan jumlah udara yang dapat tersedia dalam tanah. Pasir yang dapat memberikan drainase dan aerasi terbaik pada media tanam dalam wadah (polybag) adalah pasir kasar berukuran 0.5 – 1.00 mm dan mengisi 25 % volume wadah (Wolf 1996).

Pasir telah digunakan secara luas sebagai media pe rakaran setek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak memberikan hasil yang baik (Hartmann & Kester 1975).

Penelitian Djumidi et al. (1999) menyatakan bahwa campuran tanah dan

panjang akar tertinggi pada tanaman som jawa (Talinum paniculatum Gaertn. ). Media tanam dengan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang telah dilakukan pada komoditas lain.

Penelitian Pertiwi (2003) menyatakan bahwa komposisi tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1) (v/v) meningkatkan panjang daun dan lebar daun teratai pada fase vegetatif. Komposisi tanah, pasir, dan pupuk kandang (2:1:1) pada penelitian Dewi (2004) merupakan perlakuan terbaik karena telah memberikan pertambahan tinggi tanaman total dan panjang tunas yang lebih besar pada pertumbuhan bibit stum mangga varietas arumanis.

Arang Sekam

Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi (kulit gabah). Arang sekam mengandung unsur N, P, K, dan Ca masing-masing 0.18, 0.08, 0.30, dan 0.14% serta unsur Mg yang tidak terukur, serta pH 6-7 setelah perendaman selama 2 hari (Prabowo 1986-7).

Penggunaan arang sekam sebagai media tanam karena teksturnya remah, ringan, dapat membantu menggemburkan tanah, menambah unsur Si, meningkatkan suhu dan pH tanah, meningkatkan retensi air, dan sirkulasi udara dalam tanah. Keuntungan lain dari penggunaan arang sekam sebagai media campuran tanah adalah dapat menghilangkan dan mencegah pengaruh penyakit khususnya yang disebabkan oleh bakteri dan gulma (Murbandono 1993).

Penelitian Dewi (2002) menunjukkan bahwa pemberian arang sekam

sebanyak 622 g/m2 pada tanah latosol mampu memperbaiki keadaan fisik tanah

dengan cara menurunkan dry bulk density sehingga dapat menekan terjadinya

proses pemadatan tanah. Gunawan (1990) menyatakan bahwa pemberian arang

sekam dengan dosis 400 g/m2 akan meningkatkan serapan N yang paling tinggi

namun pemberian dosis arang sekam 600 g/m2 akan menurunkan serapan N pada

rumput Brachiaria decumbens STAPF.

Dewi (2004) menyatakan bahwa campuran media tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 pada bibit stum mangga varietas kelapa memberikan rata -rata pertambahan tinggi tanaman total, pertambahan diameter batang atas total, pertambahan diameter batang bawah total, panjang tunas, jumlah daun, dan volume akar yang lebih besar diba nding perlakuan lain.

Suharto & Soegito (1994) menyatakan bahwa komposisi media arang sekam, tanah, dan pupuk kandang (3:2:1) memberikan pertumbuhan bibit batang bawah manggis yang paling baik.

Zeolit

Zeolit adalah mineral kristal alumunosilikat terhidras i dari kation alkali dan alkali tanah, memiliki struktur tiga dimensi yang tidak terbatas. Kisi mineral zeolit merupakan struktur terbuka dengan ruang berhubungan satu sama lain yang dipenuhi air dan kation yang mudah dipertukarkan sehingga zeolit mempunyai

KTK yang tinggi (Prihartini et al. 1989). Kemampuan menahan air dan KTK

yang tinggi yakni sekitar 200-300 me/100 g menyebabkan zeolit sering digunakan sebagai media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Sastiono & Wiradinata 1989).

Zeolit dapat menyerap lebih dari 1 me/100 g ion-ion amonium, kalium, dan ion-ion lain kemudian menahannya, melepaskannya ke tanah, sehingga memperpanjang manfaat dan efek pemupukan. Penambahan zeolit pada tanah yang dipupuk akan mengurangi kemasaman media dan pertumbuhan jamur (Tsitsishvili 1988).

Jika zeolit dicampurkan dalam pupuk yang mengandung nitrogen maka mekanismenya adalah mula -mula pupuk nitrogen yang diberikan ke tanah akan terurai menjadi amonium dan zeolit menghambat perubahan amonium menjadi nitrat, sehingga nitrogen dalam bentuk nitrat yang mudah tercuci bersama air hujan dapat ditekan. Jika kadar nitrogen dalam larutan tanah berkurang karena diserap oleh tanaman, nitrogen yang diadsorpsi akan dilepas secara perlahan untuk keperluan tanaman.

Penelitian Murnita (2001) menyatakan bahwa penambahan zeolit pada tanah gambut akan meningkatkan jumlah K yang cenderung terakumulasi pada kedalaman 0-25 cm, mengurangi kehilangan K yang berasal dari pupuk sekitar 1.92 – 3.62%, meningkatkan pH tanah, KTK bertambah sekitar 10.27 – 12.38 cmol(+) /kg, dan KB meningkat sampai 9.23%.

Yuliana (2005) menyatakan bahwa pemberian zeolit bersama dengan pupuk kandang ayam memberikan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik

dibanding pemberian zeolit bersama pupuk kandang lainnya. Zumar (1998) menyatakan bahwa penambahan zeolit pada kotoran ayam dapat meningkatkan N total kompos sebesar 62% dan K total 128% serta menekan gas amoniak yang menguap sebesar 80%. Penelitian Firdaus (1990) menyatakan bahwa peningkatan produksi tomat tertinggi diperoleh pada komposisi media zeolit : pupuk kandang : tanah (1 : 22 : 5) sebesar 43% dibandingkan tanpa zeolit.

Dokumen terkait