• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI BIOMASSA DAN BAHAN BIOAKTIF

KOLESOM (

Talinum triangulare

) PADA BERBAGAI

ASAL BIBIT, DOSIS PUPUK KANDANG AYAM, DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM

HILDA SUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produksi Biomassa dan Bahan

Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk

Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2006

(3)

ABSTRAK

Hilda Susanti. Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum

triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan MAYA MELATI FARIED.

Percobaan lapang untuk mempelajari produksi biomassa dan bahan bioaktif kolesom pada berbagai asal bibit, dosis pupuk kandang ayam, dan komposisi media tanam telah dilakukan di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian terdiri atas dua tahap percobaan.

Percobaan pertama dilaksanakan pada bulan September sampai November 2005 dengan menggunakan rancangan petak terpisah 3 ulanga n. Petak utama adalah asal bibit (benih, setek) dan anak petak adalah dosis pupuk kandang ayam (0, 5, 10, dan 15 ton/ha). Kandungan bahan bioaktif ditentukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setek merupakan asal bibit yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi yaitu 7.78 g bobot kering daun dan 4.99 g bobot kering umbi per tanaman. Kandungan bahan bioaktif daun (alkaloid, steroid, dan flavonoid) dan umbi (alkaloid, steroid, saponin, dan tanin) tidak dipengaruhi oleh asal bibit. Pupuk kandang ayam 15 ton/ha merupakan dosis terbaik yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi yaitu 10.73 g bobot kering daun dan 6.36 bobot kering umbi per tanaman. Kandungan bahan bioaktif daun dan umbi menurun oleh peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Interaksi antara setek dan 15 ton/ha pupuk kandang ayam merupakan interaksi terbaik yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi berupa bobot kering daun yaitu 12.43 g per tanaman. Interaksi antara setek dan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap kandungan bahan bioaktif dan bobot kering umbi. Pupuk kandang ayam 15 ton/ha merupakan dosis yang memberikan produksi biomassa terbaik, tetapi diduga terlalu basah, sehingga menyebabkan adanya penyakit busuk batang dan akar. Berdasarkan kejadia n ini, maka dosis rekomendasi sebagai pupuk dasar dalam percobaan II yang diharapkan dapat memperbaiki drainase adalah pupuk kandang ayam 5 ton/ha.

Percobaan kedua dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2006 dengan menggunakan rancangan acak kelompok 3 ulangan dan 7 perlakuan. Perlakuan tersebut adalah tanah (kontrol), tanah:pasir (3:1/v:v), tanah:arang sekam (3:1/v:v), tanah:zeolit (3:1/v:v), tanah:pasir (3:2/v:v), tanah:arang sekam (3:2/v:v), dan tanah:zeolit (3:2/v:v). Kandungan bahan bioaktif ditentukan secara kualitatif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanah:arang sekam (3:2/v:v) adalah media yang memberikan bobot kering daun tertinggi yaitu 8.14 g per tanaman. Tanah dan tanah:pasir (3:2/v:v) memberikan kandungan bahan bioaktif tertinggi pada daun. Tanah:arang sekam (3:2/v:v) dan tanah:arang sekam (3:1/v:v) adalah media yang memberikan bobot kering umbi tertinggi masing-masing adalah 4.18 dan 3.96 g per tanaman. Kandungan bahan bioaktif tertinggi pada umbi terdapat pada media tanah.

(4)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(5)

PRODUKSI BIOMASSA DAN BAHAN BIOAKTIF

KOLESOM (

Talinum triangulare

) PADA BERBAGAI

ASAL BIBIT, DOSIS PUPUK KANDANG AYAM, DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM

HILDA SUSANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tesis : Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam

Nama : Hilda Susanti

NRP : A351040031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S Dr. Ir. Maya Melati Faried, M.S, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Agronomi

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2005 ini adalah budi daya tanaman

obat, dengan judul Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum

triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

• Ibu Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S dan Ibu Dr. Ir. Maya Melati Faried,

M.S, M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan berupa pengalaman, saran, dan kritik, serta membukakan cakrawala pemikiran dan ide baru.

• Bapak Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc selaku penguji yang telah memberikan

saran dan kritik untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

• Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) atas beasiswa yang telah diberikan

selama penulis menjalankan pendidikan dan Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan kesempatan mendapatkan pendidikan pascasarjana di IPB.

• Bapak, mama, suami, serta seluruh keluarga, atas segala pengorbanan

yang tak terhingga, doa, dan kasih sayangnya.

• Bapak Sardju, Bapak Maman (Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi

Benih IPB Leuwikopo), Bapak Joko (Laboratorium Ekofisiologi Faperta IPB), Bapak Yudi dan Bapak Bambang (Laboratorium RGCI Faperta IPB) yang sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

• Yurnalis, Tarikh, Yusuf, Tita, Fitri, Windu, Nurbaiti, Weni, Branco,

Syafrizal, Yuanita, Linda, Dini, dan Khairul serta anak-anak Pondok Ratna atas segala bantuan, fasilitas, dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua

Bogor, Juli 2006

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pelaihari (Kalimantan Selatan) pada tanggal 31 Januari 1980 dari Bapak Syakhril Syukur, B.Sc dan Ibu Tuti Hariyati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMUN Pelaihari dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Lambung Mangkurat melalui jalur PMDK pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Gelar sarjana diperoleh pada tahun 2002.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat sejak tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2004. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Dirjen Pendidikan Tinggi.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kolesom (Talinum triangulare) ... 5

Perbanyakan Tanaman ... 6

Pupuk Kandang Ayam ... 7

Media Tanam ... 9

PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF KOLESOM (Talinum triangulare) PADA BERBAGAI ASAL BIBIT DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM Abstrak ... 13

Abstract ... 13

Pendahuluan ... 14

Bahan dan Metode ... 15

Hasil dan Pembahasan ... 21

Simpulan ... 44

Daftar Pustaka ... 45

PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF KOLESOM (Talinum triangulare) PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM Abstrak ... 47

Abstract ... 47

Pendahuluan ... 48

Bahan dan Metode ... 48

Hasil dan Pembahasan ... 54

Simpulan ... 71

Daftar Pustaka ... 71

PEMBAHASAN ... 74

SIMPULAN DAN SARAN ... 77

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi unsur hara kotoran ayam dan kotoran hewan lain ... 8

2. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi

kolesom ... 24

3. Tinggi kolesom pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk

kandang ayam ... 25

4. Tinggi kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis

pupuk kandang ayam ... 28

5. Jumlah cabang kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 29

6. Jumlah daun kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 31

7. Pertambahan diameter batang pada berbagai perlakuan asal bibit dan

dosis pupuk kandang ayam ... 32

8. Pertambahan diameter batang pada berbagai interaksi perlakuan asal

bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 33

9. Nilai rata-rata LTR kolesom pada periode umur 4-6 MST pada

berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 34

10. Nilai rata-rata LAB kolesom pada periode umur 4-6 MST pada

berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 35

11. Produksi tajuk (6 MST) pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 36

12. Produksi umbi (6 MST) pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis

pupuk kandang ayam ... 38

13. Kandungan bahan bioaktif daun dan umbi koles om asal setek pada

berbagai dosis pupuk kandang ayam ... 40

14. Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi kolesom

pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 43

15. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuha n dan produksi

kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media tanam ... 55

16. Tinggi kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media tanam... 56

17. Jumlah cabang kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media

tanam ... 58

18. Jumlah daun kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media

tanam ... 59

(11)

PRODUKSI BIOMASSA DAN BAHAN BIOAKTIF

KOLESOM (

Talinum triangulare

) PADA BERBAGAI

ASAL BIBIT, DOSIS PUPUK KANDANG AYAM, DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM

HILDA SUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produksi Biomassa dan Bahan

Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk

Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2006

(13)

ABSTRAK

Hilda Susanti. Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum

triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan MAYA MELATI FARIED.

Percobaan lapang untuk mempelajari produksi biomassa dan bahan bioaktif kolesom pada berbagai asal bibit, dosis pupuk kandang ayam, dan komposisi media tanam telah dilakukan di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian terdiri atas dua tahap percobaan.

Percobaan pertama dilaksanakan pada bulan September sampai November 2005 dengan menggunakan rancangan petak terpisah 3 ulanga n. Petak utama adalah asal bibit (benih, setek) dan anak petak adalah dosis pupuk kandang ayam (0, 5, 10, dan 15 ton/ha). Kandungan bahan bioaktif ditentukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setek merupakan asal bibit yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi yaitu 7.78 g bobot kering daun dan 4.99 g bobot kering umbi per tanaman. Kandungan bahan bioaktif daun (alkaloid, steroid, dan flavonoid) dan umbi (alkaloid, steroid, saponin, dan tanin) tidak dipengaruhi oleh asal bibit. Pupuk kandang ayam 15 ton/ha merupakan dosis terbaik yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi yaitu 10.73 g bobot kering daun dan 6.36 bobot kering umbi per tanaman. Kandungan bahan bioaktif daun dan umbi menurun oleh peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Interaksi antara setek dan 15 ton/ha pupuk kandang ayam merupakan interaksi terbaik yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi berupa bobot kering daun yaitu 12.43 g per tanaman. Interaksi antara setek dan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap kandungan bahan bioaktif dan bobot kering umbi. Pupuk kandang ayam 15 ton/ha merupakan dosis yang memberikan produksi biomassa terbaik, tetapi diduga terlalu basah, sehingga menyebabkan adanya penyakit busuk batang dan akar. Berdasarkan kejadia n ini, maka dosis rekomendasi sebagai pupuk dasar dalam percobaan II yang diharapkan dapat memperbaiki drainase adalah pupuk kandang ayam 5 ton/ha.

Percobaan kedua dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2006 dengan menggunakan rancangan acak kelompok 3 ulangan dan 7 perlakuan. Perlakuan tersebut adalah tanah (kontrol), tanah:pasir (3:1/v:v), tanah:arang sekam (3:1/v:v), tanah:zeolit (3:1/v:v), tanah:pasir (3:2/v:v), tanah:arang sekam (3:2/v:v), dan tanah:zeolit (3:2/v:v). Kandungan bahan bioaktif ditentukan secara kualitatif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanah:arang sekam (3:2/v:v) adalah media yang memberikan bobot kering daun tertinggi yaitu 8.14 g per tanaman. Tanah dan tanah:pasir (3:2/v:v) memberikan kandungan bahan bioaktif tertinggi pada daun. Tanah:arang sekam (3:2/v:v) dan tanah:arang sekam (3:1/v:v) adalah media yang memberikan bobot kering umbi tertinggi masing-masing adalah 4.18 dan 3.96 g per tanaman. Kandungan bahan bioaktif tertinggi pada umbi terdapat pada media tanah.

(14)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(15)

PRODUKSI BIOMASSA DAN BAHAN BIOAKTIF

KOLESOM (

Talinum triangulare

) PADA BERBAGAI

ASAL BIBIT, DOSIS PUPUK KANDANG AYAM, DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM

HILDA SUSANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Tesis : Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam

Nama : Hilda Susanti

NRP : A351040031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S Dr. Ir. Maya Melati Faried, M.S, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Agronomi

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2005 ini adalah budi daya tanaman

obat, dengan judul Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum

triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

• Ibu Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S dan Ibu Dr. Ir. Maya Melati Faried,

M.S, M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan berupa pengalaman, saran, dan kritik, serta membukakan cakrawala pemikiran dan ide baru.

• Bapak Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc selaku penguji yang telah memberikan

saran dan kritik untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

• Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) atas beasiswa yang telah diberikan

selama penulis menjalankan pendidikan dan Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan kesempatan mendapatkan pendidikan pascasarjana di IPB.

• Bapak, mama, suami, serta seluruh keluarga, atas segala pengorbanan

yang tak terhingga, doa, dan kasih sayangnya.

• Bapak Sardju, Bapak Maman (Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi

Benih IPB Leuwikopo), Bapak Joko (Laboratorium Ekofisiologi Faperta IPB), Bapak Yudi dan Bapak Bambang (Laboratorium RGCI Faperta IPB) yang sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

• Yurnalis, Tarikh, Yusuf, Tita, Fitri, Windu, Nurbaiti, Weni, Branco,

Syafrizal, Yuanita, Linda, Dini, dan Khairul serta anak-anak Pondok Ratna atas segala bantuan, fasilitas, dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua

Bogor, Juli 2006

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pelaihari (Kalimantan Selatan) pada tanggal 31 Januari 1980 dari Bapak Syakhril Syukur, B.Sc dan Ibu Tuti Hariyati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMUN Pelaihari dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Lambung Mangkurat melalui jalur PMDK pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Gelar sarjana diperoleh pada tahun 2002.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat sejak tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2004. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Dirjen Pendidikan Tinggi.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kolesom (Talinum triangulare) ... 5

Perbanyakan Tanaman ... 6

Pupuk Kandang Ayam ... 7

Media Tanam ... 9

PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF KOLESOM (Talinum triangulare) PADA BERBAGAI ASAL BIBIT DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM Abstrak ... 13

Abstract ... 13

Pendahuluan ... 14

Bahan dan Metode ... 15

Hasil dan Pembahasan ... 21

Simpulan ... 44

Daftar Pustaka ... 45

PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF KOLESOM (Talinum triangulare) PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM Abstrak ... 47

Abstract ... 47

Pendahuluan ... 48

Bahan dan Metode ... 48

Hasil dan Pembahasan ... 54

Simpulan ... 71

Daftar Pustaka ... 71

PEMBAHASAN ... 74

SIMPULAN DAN SARAN ... 77

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi unsur hara kotoran ayam dan kotoran hewan lain ... 8

2. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi

kolesom ... 24

3. Tinggi kolesom pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk

kandang ayam ... 25

4. Tinggi kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis

pupuk kandang ayam ... 28

5. Jumlah cabang kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 29

6. Jumlah daun kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 31

7. Pertambahan diameter batang pada berbagai perlakuan asal bibit dan

dosis pupuk kandang ayam ... 32

8. Pertambahan diameter batang pada berbagai interaksi perlakuan asal

bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 33

9. Nilai rata-rata LTR kolesom pada periode umur 4-6 MST pada

berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 34

10. Nilai rata-rata LAB kolesom pada periode umur 4-6 MST pada

berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 35

11. Produksi tajuk (6 MST) pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 36

12. Produksi umbi (6 MST) pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis

pupuk kandang ayam ... 38

13. Kandungan bahan bioaktif daun dan umbi koles om asal setek pada

berbagai dosis pupuk kandang ayam ... 40

14. Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi kolesom

pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 43

15. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuha n dan produksi

kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media tanam ... 55

16. Tinggi kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media tanam... 56

17. Jumlah cabang kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media

tanam ... 58

18. Jumlah daun kolesom pada berbagai perlakuan komposisi media

tanam ... 59

(21)

media tanam ... 61

20. Nilai rata-rata LTR kolesom pada periode umur 4-6 MST dengan

berbagai perlakuan komposisi media tanam ... 62

21. Nilai rata-rata LAB kolesom pada periode umur 4-6 MST dengan

berbagai perlakuan komposisi media tanam ... 63

22. Produksi tajuk (6 MST) pada berbagai perlakuan komposisi media

tanam ... 63

23. Produksi umbi (6 MST) pada berbagai perlakuan komposisi media

tana m ... 66

24. Kandungan bahan bioaktif daun dan umbi kolesom pada berbagai

perlakuan komposisi media tanam ... 67

25. Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi kolesom

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan alir penelitian ... 3

2. Pertanaman kolesom pada percobaan I umur 5 MST ... 21

3. Daun kolesom yang terserang oleh hama kutu daun (a) dan belalang (b) . 23

4. Kolesom yang terserang penyakit busuk batang ... 23

5. Tinggi tanaman kolesom umur 6 MST pada berbagai dosis pupuk

kandang ayam ... 26

6. Perbedaan dosis pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman kolesom 27

7. Jumlah cabang kolesom umur 6 MST pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis kandang ayam ... 30

8. Jumlah daun kolesom umur 6 MST pada berbagai interaksi perlakuan

asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 32

9. Nilai rata-rata LTR pada berbagai dosis pupuk kandang ayam... 34

10. Nilai rata-rata LAB pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ... 35

11. Bobot kering tajuk umur 6 MST pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam ... 37

12. Produksi umbi kolesom asal setek umur 6 MST pada berbagai dosis

pupuk kandang ayam ... 38

13. Panjang umbi, jumlah umbi, dan bobot kering umbi pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ... 39

14. Pertanaman kolesom pada percobaan II umur 5 MST ... 54

15. Tinggi kolesom umur 6 MST pada berbagai perlakuan komposisi media yang telah dicampur dengan pupuk kandang ayam 5 ton/ha ... 57

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Denah percobaan I ... 86

2. Tabel kriteria penilaian sifat kimia tanah dengan berbagai dosis pupuk

kandang ayam ... 87

3. Gambar data iklim pada periode mingguan pertanaman kolesom

percobaan I ... 88

4. Denah percobaan II ... 89

5. Gambar data iklim pada periode mingguan pertanaman kolesom

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai mega biodiversity country, yaitu negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Hutan tropis Indonesia memiliki sekitar 30 000

tumbuhan, jauh melebihi daerah tropis lainnya di dunia. Diduga dari jumlah

tersebut sekitar 9 600 spesies diketahui berkhasiat obat, dan sekitar 200 spesies di

antaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional. Obat

tradisional atau lebih dikenal dengan istilah jamu adalah salah satu kebanggaan

bangsa Indonesia karena secara turun-temurun sudah dimanfaatkan oleh

masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari kemampuan sebagian masyarakat

meracik tumbuhan obat dan tradisi minum jamu yang mengakar kuat (Kardinan &

Kusuma 2004).

Potensi dan pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat hutan tropika

Indonesia semakin menunjukkan prospek yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari

semakin menjamurnya industri jamu di seluruh Indonesia. Perkembangan industri

jamu ini tentunya tidak terlepas dari trend penduduk dunia yang lebih senang

memakai sesuatu yang alami (back to nature). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga obat kimia modern yang mahal dan efek sampingnya cukup besar terhadap

kesehatan pemakainya.

Salah satu tumbuhan liar yang berkhasiat obat adalah kolesom (Talinum

triangulare). Tumbuhan ini asli dari Amerika tropis dan pada tahun 1915 diimpor ke Jawa melalui Suriname (Heyne 1987). Bagian utama yang bermanfaat

pada tumbuhan ini adalah bagian akarnya. Akarnya adalah akar tunggang yang

menggelembung berbentuk seperti tombak dan bisa dikatakan sebagai umbi.

Umbi ini telah lama digunakan oleh nenek moyang kita sebagai obat untuk

mengatasi kelemahan tubuh atau obat kuat (tonikum) pengganti ginseng (Panax

ginseng) (Hargono 2005). Daun dan tajuk tumbuhan ini dapat dikonsumsi sebagai sayur lalapan. Tumbuhan ini juga ditanam sebagai tanaman hias dalam pot atau

sebagai tanaman pinggir di kebun-kebun (Rifai 1994).

Kolesom memiliki sifat sebagai gulma dan mudah diperbanyak.

(25)

setek batang dari tumbuhan yang telah tua. Perbedaan bahan tanam yang

digunakan biasanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman

karena bahan tanam yang berbeda memiliki fase pertumbuhan yang berbeda

(Hobir et al. 1998). Penggunaan bahan tanaman yang berbeda sebagai bibit pada penelitian ini untuk mencari fase pertumbuhan yang menghasilkan produksi

biomassa dan bahan bioaktif tertinggi.

Pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang optimal selain ditentukan

oleh kualitas bahan tanam yang digunakan, juga ditentukan oleh faktor

lingkungan. Faktor lingkungan yang penting, di antaranya adalah ketersediaan

hara pada media tanam. Ketersediaan hara pada media tanam dapat dilakukan

melalui usaha pemupukan. Penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang

sesuai diaplikasikan pada budidaya tanaman obat. Menurut Eliyani (1999), pupuk

kandang ayam mengandung unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk kandang

lainnya, meningkatkan produktivitas tanaman, dan memiliki pengaruh yang baik

terhadap tanah melalui perbaikan fisika, biologi, dan kimia tanah.

Penelitian tentang budidaya kolesom dengan menggunakan berbagai asal

bibit dan dosis pupuk kandang ayam perlu dilakukan karena sejauh ini belum

diperoleh informasi mengenai bahan tanaman yang akan mempengaruhi produksi

biomassa dan bahan bioaktif akibat fase pertumbuhan yang berbeda dan dosis

pupuk kandang ayam terbaik yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat.

Penggunaan media tanah dengan pemberian berbagai dosis pupuk

kandang ayam pada penelitian ini telah menimbulkan masalah yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan kolesom yaitu terjadinya busuk batang

dan akar. Hal ini diduga karena komposisi media tanam yang tidak seimbang

mengakibatkan drainase dan aerasi pada media tanam kurang baik. Berlatar

belakang kejadian ini, maka perlu diadakan percobaan kedua yaitu penanaman

kolesom dengan berbagai komposisi media tanam yang diharapkan dapat

menciptakan kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Pada Gambar 1 dapat dilihat bagan alir penelitian.

Komposisi media yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan

budidaya tanaman khususnya budidaya dalam wadah. Pembuatan media

(26)

Percobaan I

Mempelajari pertumbuhan dan produksi bahan bioaktif kole som dengan rancangan split plot pada 2 faktor perlakuan

Asal bibit (benih, setek)

Dosis pupuk kandang ayam (0, 5, 10, dan 15 ton/ha)

Berbeda Tidak

berbeda

Berbeda Tidak

berbeda

Dosis rekomendasi yang menghasilkan kandungan

bahan bioaktif yang tinggi

Dosis pupuk kandang sebagai

pupuk dasar Asal bibit

terbaik

Percobaan II Perbaikan komposisi

media

Rancangan acak kelompok pada 7 perlakuan media : tanah (kontrol), tanah:pasir (3:1/v:v), tanah:arang sekam (3:1/v:v), tanah:zeolit (3:1/v:v),

tanah:pasir (3:2/v:v), tanah:arang sekam (3:2/v:v), dan tanah:zeolit (3:2/v:v)

Kolesom yang memiliki produksi biomassa dan bahan

bioaktif terbaik pada perlakuan media terpilih

(27)

Kondisi yang diharapkan dari media campuran adalah menurunkan laju

pemadatan, meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi, kecukupan aerasi bagi

perakaran, daya menahan air, dan kapasitas tukar kation yang tinggi (Firmansyah

2001). Pasir, arang sekam, dan zeolit dapat digunakan sebagai bahan campuran

tanah dalam media tanam untuk menciptakan media tanam yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman budi daya dalam wadah (polybag) (Kusumawati 2002;

Aurum 2005).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh asal bibit terhadap produksi biomassa dan bahan

bioaktif kolesom.

2. Mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap produksi

biomassa dan bahan bioaktif kolesom.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara asal bibit dan dosis pupuk kandang

ayam terhadap produksi biomassa dan bahan bioaktif kolesom.

4. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap produksi biomassa

dan bahan bioaktif kolesom.

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Asal bibit tertentu berpengaruh terbaik terhadap produksi biomassa dan

bahan bioaktif kolesom.

2. Dosis pupuk kandang ayam tertentu berpengaruh terbaik terhadap

produksi biomassa dan bahan bioaktif kolesom.

3. Interaksi antara asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam tertentu

berpengaruh terbaik terhadap produksi biomassa dan bahan bioaktif

kolesom.

4. Komposisi media tanam tertentu berpengaruh terbaik terhadap produksi

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Kolesom (Talinum triangulare)

Kolesom adalah tanaman sukulen yang memiliki lintasan metabolisme

asam crassulaceae (crassulacean acid metabolism = CAM). Tanaman ini

diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa Caryophyllales, suku Portulacaceae, marga Talinum.

Sinonim tanaman ini secara botani adalah Talinum racemosum Rohrbach

(Hutapea 1994).

Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang tumbuh tegak. Batang

tanaman ini berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan, sedangkan

batang bagian tengah sampai ujung berwarna hijau (Wahyuni & Hadipoentyanti

1999). Daunnya berbentuk oblongus-spatulatus, hijau muda, tebal berdaging,

filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi, daunnya

memiliki tipe dorsiventral, stomata parasitik (epidermis atas dan bawah),

parenkim daun (jaringan sponsa) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk

roset dan kelenjar minyak atsiri, berkas pembuluh kolateral. Bunganya berwarna

merah jambu keunguan. Bentuk tangkai bunga adalah segitiga dan bentuk

rangkaian bunganya adalah tandan (racemus). Bunga mekar pada pagi hari pukul 09.00. Buahnya berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau kekuningan, dan

berisikan biji hitam mengkilat. Biji dari kolesom berbentuk lonjong pipih dan

berdiameter ± 1 mm. Akarnya menebal (membengkak) menyerupai akar ginseng.

Masyarakat sering sukar membedakan antara kolesom (Talinum triangulare) dan

som jawa (Talinum paniculatum). Ciri-ciri anatomi kedua jenis tanaman tersebut sukar dibedakan. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri morfologinya, yaitu

filotaksis, tipe infloresensi, bentuk buah, warna, dan waktu bunga mekar. Som

jawa memiliki filotaksis berhadapan, tipe infloresensi malai (panicula) dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsula (bulat dan berwarna

merah-coklat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa & Prajogo 1999).

Umbi akarnya dimanfaatkan untuk mengobati neurasthenia (kelelahan

tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) setelah sembuh dari penyakit kronik

(29)

al. (2001) menunjukkan bahwa akar kolesom mengandung senyawa-senyawa golongan alkaloid dan saponin yang cukup kuat, diikuti oleh glikosida, tanin dan

steroid dalam jumlah sedikit. Tanaman yang diremas dapat ditempelkan pada

tempat yang sakit sebagai anti inflamasi atau anti tumor. Cairannya dapat

digunakan sebagai obat pengurang rasa sakit pada mata dan membantu

penyembuhan akibat pukulan atau jatuh. Daun dan tajuk dapat dikonsumsi

sebagai sayuran. Kandungan dari 100 g bagian yang dapat dimakan adalah :

90-92 g air, 1.9-2.4 g protein, 0.4-0.5 g lemak, 3.7-4.0 g karbohidrat, 0.6-1.1 g serat,

2.4 g abu, 90-135 mg kalsium, 4.8-5.0 mg besi, 3 mg beta karoten, 0.08 mg

vitamin B1, 0.18 mg vitamin B2, 0.3 mg niacin, 31 mg vitamin C, dan energi 105

kJ (Rifai 1994).

Perbanyakan Tanaman

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

generatif dan vegetatif. Ada tanaman yang hanya dapat diperbanyak dengan satu

cara saja dan ada yang dapat diperbanyak dengan keduanya. Keberhasilan dari

cara perbanyakan tanaman dapat dilihat dari keberlangsungan pewarisan karakter

induk tanaman kepada tanaman turunannya (Hartmann et al. 1981).

Perbanyakan tanaman secara generatif atau seksual menggunakan benih

sebagai bahan tanamnya. Penggunaan biji lebih banyak digunakan untuk berbagai

spesies dan kultivar dibandingkan dengan cara perbanyakan lainnya. Biji

digunakan secara ekstensif pada berbagai nurseri untuk menghasilkan batang

bawah tanaman buah atau tanaman hias. Pada usaha pemuliaan tanaman,

penanaman biji sangat penting dilakukan untuk mengembangkan kultivar baru.

Keberhasilan perbanyakan tanaman secara generatif sangat bergantung kepada

kualitas biji atau benih yang digunakan (Hartmann & Kester 1975). Biji

dihasilkan oleh bunga yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan generatif.

Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi persarian

(penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tanaman yang kita

sebut buah, yang di dalamnya terkandung biji sebagai cikal – bakal tanaman baru

(30)

Jika menggunakan biji kolesom sebagai bahan perbanyakan tanaman,

maka biji disemaikan terlebih dulu dengan cara disebarkan atau ditumbuhkan

dalam bak pasir dengan sistem garis atau disebar rata. Tempat penyemaian harus

teduh, sejuk, dan terlindung dari terpaan hujan. Menurut penelitian Wahyuni &

Hadipoentyanti (1999), pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur

± 2 bulan, sedangkan umur buah masak adalah 10 – 11 hari setelah bunga mekar.

Biji memerlukan waktu yang lebih lama untuk menjadi bibit, karena setelah

berkecambah harus melewati fase juvenil, transisi, dan dewasa.

Setek sebagai salah bentuk dari perbanyakan tanaman secara vegetatif

atau aseksual merupakan usaha yang penting dilakukan pada kebanyakan tanaman

hortikultura, terutama tanaman buah dan tanaman hias. Kultivar-kultivar tanaman

hortikultura seringkali kehilangan karakter asli dari tanaman induk bila dilakukan

perbanyakan tanaman menggunakan biji. Di samping itu, perbanyakan melalui

setek mudah dilakukan dan lebih cepat bila dibandingkan dengan biji, karena

setek merupakan bahan tanaman yang telah memasuki fase dewasa (Hartmann &

Kester 1975).

Bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai setek pada kolesom adalah

setek dari batang yang sudah tua (Heyne 1987). Penelitian Djumidi et al. (1999)

pada som jawa (Talinum paniculatum) menggunakan setek tanaman yang telah

berumur 10 bulan dan dipilih dari batang yang belum berbunga. Hasilnya

menunjukkan bahwa semakin panjang setek yang digunakan akan menghasilkan

rata-rata jumlah dan panjang tunas yang semakin tinggi. Percobaan Hidayat et al. (1994) pada perbanyakan kolesom menggunakan setek batang dari tanaman yang

telah tumbuh lebih dari setahun menunjukkan hasil yang baik dengan tingkat

keberhasilan tumbuh 98.33 %.

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan

organik tanah dengan menyediakan hara lebih lengkap dan faktor-faktor

pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia

(anorganik). Pemberian pupuk kandang dapat memberikan pengaruh terhadap

(31)

menahan air, meningkatkan aktivitas berbagai mikroba heterotrof dalam tanah,

peningkatan kandungan P tersedia dan penurunan retensi P tanah. Hal ini

memungkinkan petani menggunakan pupuk kandang yang tersedia untuk

pertanian dengan biaya rendah untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman

(Balasubramanian & Bell 2005).

Erianto (1995) menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung

kadar air yang lebih rendah dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi

sehingga kemampuan menahan air lebih tinggi. Pupuk kotoran ayam lebih cepat

dalam menyediakan unsur hara dan memiliki nisbah C/N lebih rendah

dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, kuda, dan domba. Pemberian pupuk

kandang ayam akan meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu daya tumbuh,

vigor bibit serta komponen hasil.

Penelitian Manik (2003) menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk

kandang ayam dengan dosis 4 ton/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman kedelai

yang terbaik dan juga berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang lainnya.

Penelitian Eliyani (1999) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam

10 ton/ha dapat memperbaiki sifat kimia tanah yaitu meningkatkan kadar C

organik tanah (1.72 %), meningkatkan pH tanah berkisar antara 0.08 hingga 0.17

satuan, dan meningkatkan kadar P-Bray tanah saat panen.

Pupuk kandang ayam mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium

cukup tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Komposisi unsur hara

[image:31.612.132.519.529.607.2]

kotoran ayam dan kotoran hewan lain disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi unsur hara kotoran ayam dan kotoran hewan lain

Jenis Hewan N(%) P(%) K(%) Mg(%)

Sapi 2-8 0.2-1 0.7-3 0.6-1.5*

Ayam 5-8 1-2 1-2 0.6-3*

Babi 3-5 0.2-1.1 0.5-1.1* 0.98*

Domba 3-5 0.4-0.8 2-3 0.2

Sumber : Donahue et al. ( 1997). *Kirchmann and Witter (1992).

Beberapa penelitian terdahulu mengenai kolesom atau som jawa hanya

menggunakan pupuk kandang sapi, sedangkan penggunaan pupuk kandang ayam

belum diteliti. Penelitian Gusmaini & Trisilawati (1999) menunjukkan bahwa

(32)

segar akar som jawa (Talinum paniculatum). Sejalan dengan penelitian Darwati et al. (2000), pemberian pupuk kandang sapi (2:1) dapat meningkatkan kapasitas pertumbuhan tanaman dilihat dari jumlah daun, bobot segar dan kering tanaman

(batang, daun, dan akar) som jawa.

Media Tanam

Media ta nam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Penggunaan media tanam yang tepat akan memberikan

kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Aurum 2005).

Media tanam yang digunakan harus dapat mendukung perakaran, menahan

kelembaban, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, bebas dari berbagai benih

gulma, serta tidak mempunyai salinitas yang tinggi (Sya’bana 2005).

Media tanam berkaitan erat dengan setiap aktivitas penanaman dalam

wadah, maka pemilihan atau formulasi media tanam yang cocok sangatlah penting

dalam budidaya tanaman dalam wadah (Susila 2005). Pasir, arang sekam, dan

zeolit dapat digunakan sebagai bahan campuran tanah dalam media tanam untuk

menciptakan media tanam yang ideal bagi pertumbuhan tanaman budidaya dalam

wadah /polybag (Kusumawati 2002; Aurum 2005).

Pasir

Pasir sangat penting digunakan sebagai campuran media tanam karena

pasir memiliki ukuran partikel yang besar sehingga dapat meningkatkan porositas,

infiltrasi, dan jumlah udara yang dapat tersedia dalam tanah. Pasir yang dapat

memberikan drainase dan aerasi terbaik pada media tanam dalam wadah

(polybag) adalah pasir kasar berukuran 0.5 – 1.00 mm dan mengisi 25 % volume wadah (Wolf 1996).

Pasir telah digunakan secara luas sebagai media pe rakaran setek karena

media ini relatif murah dan mudah tersedia. Pasir tidak menyimpan kelembaban

sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal

tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak

memberikan hasil yang baik (Hartmann & Kester 1975).

Penelitian Djumidi et al. (1999) menyatakan bahwa campuran tanah dan

(33)

panjang akar tertinggi pada tanaman som jawa (Talinum paniculatum Gaertn. ). Media tanam dengan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang telah dilakukan

pada komoditas lain.

Penelitian Pertiwi (2003) menyatakan bahwa komposisi tanah, pasir, dan

pupuk kandang (1:1:1) (v/v) meningkatkan panjang daun dan lebar daun teratai

pada fase vegetatif. Komposisi tanah, pasir, dan pupuk kandang (2:1:1) pada

penelitian Dewi (2004) merupakan perlakuan terbaik karena telah memberikan

pertambahan tinggi tanaman total dan panjang tunas yang lebih besar pada

pertumbuhan bibit stum mangga varietas arumanis.

Arang Sekam

Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam

padi (kulit gabah). Arang sekam mengandung unsur N, P, K, dan Ca

masing-masing 0.18, 0.08, 0.30, dan 0.14% serta unsur Mg yang tidak terukur, serta pH

6-7 setelah perendaman selama 2 hari (Prabowo 1986-7).

Penggunaan arang sekam sebagai media tanam karena teksturnya remah,

ringan, dapat membantu menggemburkan tanah, menambah unsur Si,

meningkatkan suhu dan pH tanah, meningkatkan retensi air, dan sirkulasi udara

dalam tanah. Keuntungan lain dari penggunaan arang sekam sebagai media

campuran tanah adalah dapat menghilangkan dan mencegah pengaruh penyakit

khususnya yang disebabkan oleh bakteri dan gulma (Murbandono 1993).

Penelitian Dewi (2002) menunjukkan bahwa pemberian arang sekam

sebanyak 622 g/m2 pada tanah latosol mampu memperbaiki keadaan fisik tanah

dengan cara menurunkan dry bulk density sehingga dapat menekan terjadinya

proses pemadatan tanah. Gunawan (1990) menyatakan bahwa pemberian arang

sekam dengan dosis 400 g/m2 akan meningkatkan serapan N yang paling tinggi

namun pemberian dosis arang sekam 600 g/m2 akan menurunkan serapan N pada

rumput Brachiaria decumbens STAPF.

Dewi (2004) menyatakan bahwa campuran media tanah, arang sekam,

dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 pada bibit stum mangga varietas

kelapa memberikan rata -rata pertambahan tinggi tanaman total, pertambahan

diameter batang atas total, pertambahan diameter batang bawah total, panjang

(34)

Suharto & Soegito (1994) menyatakan bahwa komposisi media arang sekam,

tanah, dan pupuk kandang (3:2:1) memberikan pertumbuhan bibit batang bawah

manggis yang paling baik.

Zeolit

Zeolit adalah mineral kristal alumunosilikat terhidras i dari kation alkali

dan alkali tanah, memiliki struktur tiga dimensi yang tidak terbatas. Kisi mineral

zeolit merupakan struktur terbuka dengan ruang berhubungan satu sama lain yang

dipenuhi air dan kation yang mudah dipertukarkan sehingga zeolit mempunyai

KTK yang tinggi (Prihartini et al. 1989). Kemampuan menahan air dan KTK

yang tinggi yakni sekitar 200-300 me/100 g menyebabkan zeolit sering digunakan

sebagai media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Sastiono &

Wiradinata 1989).

Zeolit dapat menyerap lebih dari 1 me/100 g ion-ion amonium, kalium,

dan ion-ion lain kemudian menahannya, melepaskannya ke tanah, sehingga

memperpanjang manfaat dan efek pemupukan. Penambahan zeolit pada tanah

yang dipupuk akan mengurangi kemasaman media dan pertumbuhan jamur

(Tsitsishvili 1988).

Jika zeolit dicampurkan dalam pupuk yang mengandung nitrogen maka

mekanismenya adalah mula -mula pupuk nitrogen yang diberikan ke tanah akan

terurai menjadi amonium dan zeolit menghambat perubahan amonium menjadi

nitrat, sehingga nitrogen dalam bentuk nitrat yang mudah tercuci bersama air

hujan dapat ditekan. Jika kadar nitrogen dalam larutan tanah berkurang karena

diserap oleh tanaman, nitrogen yang diadsorpsi akan dilepas secara perlahan

untuk keperluan tanaman.

Penelitian Murnita (2001) menyatakan bahwa penambahan zeolit pada

tanah gambut akan meningkatkan jumlah K yang cenderung terakumulasi pada

kedalaman 0-25 cm, mengurangi kehilangan K yang berasal dari pupuk sekitar

1.92 – 3.62%, meningkatkan pH tanah, KTK bertambah sekitar 10.27 – 12.38

cmol(+) /kg, dan KB meningkat sampai 9.23%.

Yuliana (2005) menyatakan bahwa pemberian zeolit bersama dengan

(35)

dibanding pemberian zeolit bersama pupuk kandang lainnya. Zumar (1998)

menyatakan bahwa penambahan zeolit pada kotoran ayam dapat meningkatkan N

total kompos sebesar 62% dan K total 128% serta menekan gas amoniak yang

menguap sebesar 80%. Penelitian Firdaus (1990) menyatakan bahwa peningkatan

produksi tomat tertinggi diperoleh pada komposisi media zeolit : pupuk kandang :

tanah (1 : 22 : 5) sebesar 43% dibandingkan tanpa zeolit.

(36)

PRODUKSI BIOMASSA DAN BAHAN BIOAKTIF KOLESOM

(

Talinum triangulare

) PADA BERBAGAI ASAL BIBIT DAN

DOSIS PUPUK KANDANG AYAM

Biomass and Bioactive Compound Productions of Talinum triangulare from Different Propagules and Chicken Manure Dosages

Abstrak

Penelitian lapang untuk mempelajari produksi biomassa dan bahan bioaktif

kolesom (Talinum triangulare) pada asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam

yang berbeda dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan September sampai November 2005. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah asal bibit (benih dan setek) dan anak petak adalah dosis pupuk kandang ayam (0, 5, 10, dan 15 ton/ha). Kandungan bahan bioaktif ditentukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setek merupakan asal bibit yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi yaitu 7.78 g bobot kering daun dan 4.99 g bobot kering umbi per tanaman. Kandungan bahan bioaktif (alkaloid, steroid, saponin, tanin, dan flavonoid) tidak dipengaruhi oleh asal bibit. Pupuk kandang ayam 15 ton/ha merupakan dosis terbaik yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi yaitu 10.73 g bobot kering daun dan 6.36 bobot kering umbi per tanaman. Kandungan bahan bioaktif daun dan umbi menurun oleh peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Interaksi antara setek dan 15 ton/ha pupuk kandang ayam merupakan interaksi terbaik yang menghasilkan bobot kering daun tertinggi yaitu 12.43 g per tanaman. Interaksi antara setek dan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap kandungan bahan bioaktif dan bobot kering umbi.

Kata kunci : bahan bioaktif, kolesom, bibit, pupuk kandang ayam

Abstract

Field experiment to study biomass and bioactive compound productions of Talinum triangulare from different propagules and chicken manure dosages was conducted at Leuwikopo, Dramaga, Bogor, West Java, Indonesia from September to November 2005. The research used split plot design with 3 replications. The main plots were propagules (seed and stem cuttings) and sub plots were chicken manure dosages (0, 5, 10, and 15 t/ha). Bioactive compound was determined qualitatively. The results showed that stem cuttings gave the heighest leaf dry weight (7.78 g) and tuber dry weight (4.99 g) per plant. Bioactive compounds (alkaloid, steroid, saponin, tannin, and flavonoid) were not influenced by propagules. The dosage of 15 t chicken manure/ha gave the heighest leaf dry weight (10.73 g) and tuber dry weight (6.36 g) per plant. Bioactive compound decreased with increasing chicken manure dosages. Interaction between stem cuttings and 15 t chicken manure/ha gave the heighest leaf dry weight (12.43 g) per plant. Bioactive compound and tuber dry weight was not influenced by interaction between propagules and chicken manure dosages.

(37)

Pendahuluan

kolesom (Talin um triangulare) merupakan salah satu tumbuhan liar yang berkhasiat obat. Umbi kolesom telah lama digunakan oleh nenek moyang kita

sebagai obat untuk mengatasi kelemahan tubuh atau obat kuat (tonikum)

pengganti ginseng (Panax ginseng) (Hargono 2005). Daun dan tajuk tumbuhan

ini dapat dikonsumsi sebagai sayur lalapan. Tumbuhan ini juga ditanam sebagai

tanaman hias dalam pot atau sebagai tanaman pinggir di kebun-kebun (Rifai

1994). Penduduk Kalimantan Selatan menggunakan daun kolesom sebagai

campuran ba han bedak dingin.

Perbanyakan kolesom dengan menggunakan bahan tanaman berupa biji

atau setek batang dari tumbuhan yang telah tua. Perbedaan bahan tanam yang

digunakan biasanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman

(Hobir et al. 1998). Pertumbuhan dalam hal ini fase pertumbuhan dan

produktivitas tanaman yang optimal selain ditentukan oleh kualitas bahan tanam

yang digunakan, juga ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang

penting, di antaranya adalah ketersediaan hara pada media tanam.

Ketersediaan hara pada media tanam dapat dilakukan melalui usaha

pemupukan. Penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang sangat tepat

diaplikasikan pada budidaya tanaman obat. Menurut Eliyani (1999), pupuk

kandang ayam mengandung unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk kandang

lainnya. Selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman, penggunaan pupuk

kandang ayam merupakan salah satu komponen budidaya tanaman yang ramah

lingkungan dan memiliki pengaruh yang baik terhadap tanah melalui perbaikan

fisika, biologi, dan kimia tanah yang lebih baik dari pupuk kandang lainnya.

Penelitian tentang budidaya kolesom dengan menggunakan asal bibit dan

dosis pupuk kandang ayam yang berbeda perlu dilakukan karena sejauh ini belum

diperoleh informasi mengenai bahan tanaman dan dosis pupuk kandang ayam

terbaik yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asal bibit,

dosis pupuk kandang ayam, dan interaksi antara asal bibit dan dosis pupuk

(38)

Bahan dan Metode

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai November 2005

bertempat di kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis tanah dan pupuk

kanda ng dilakukan di laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Analisis

bahan bioaktif dilakukan di laboratorium Research Group of Crop Improvement

(RGCI) Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah benih

kolesom, setek kolesom, pupuk kandang ayam petelur, dan bahan-bahan analisis

kimia. Peralatan yang digunakan antara lain adalah bak persemaian, kantong

plastik (polybag) ukuran 40 cm x 50 cm, timbangan, oven, sprayer, kamera, alat-alat laboratorium untuk analisis kimia dan alat-alat penunjang lainnya.

Metode Penelitian

Percobaan disusun menurut rancangan petak terpisah (split plot design) dengan perlakuan asal bibit (A) ditempatkan dalam petak utama dan dosis pupuk

kandang ayam petelur (B) dalam anak petak sesuai denah percobaan pada

Lampiran 1.

Petak utama terdiri atas dua taraf asal bibit:

A1 = Menggunakan benih

A2 = Menggunakan setek batang

Anak petak terdiri atas empat taraf dosis pupuk kandang ayam:

B1 = Tanpa pupuk kandang ayam

(39)

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3

kali sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 10

tanaman.

Model statistika untuk rancangan petak terpisah adalah sebagai berikut :

Yijk = ì + ái + êk + äik + âj + (áâ)ij + åijk

keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan petak utama ke-i, anak petak ke-j,

ulangan ke -k

ì = nilai rata -rata umum

ái = pengaruh perlakuan asal bibit (A) taraf ke-i

êk = pengaruh ulangan ke -k

äik = galat petak utama (asal bibit)

âj = pengaruh perlakuan dosis pupuk kandang ayam (B) taraf ke-j

(áâ)ij = interaksi antara perlakuan petak utama ke-i dengan anak petak ke -j

åijk = galat anak petak (dosis pupuk kandang ayam)

i = asal bibit (1, 2)

j = dosis pupuk kandang ayam (1, 2, 3, 4)

k = ulangan (1, 2, 3)

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh

nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Pembibitan. Biji disemaikan terlebih dulu dengan cara ditumbuhkan

dalam bak yang berisikan campuran ta nah dan pupuk kandang ayam. Tempat

penyemaian harus teduh dan sejuk. Selama penyemaian dilakukan penyiraman

secara teratur untuk menjaga kelembaban dengan menggunakan sprayer.

Penyemaian setek batang dilakukan dalam bak plastik berisikan campuran tanah

dan pupuk kandang ayam pada saat bibit dari biji yang telah disemaikan terlebih

dulu memiliki dua ruas. Setek batang diambil dari bagian tengah batang tua yang

telah diambil daun-daunnya dan memiliki tiga ruas (dua ruas setinggi bibit asal

(40)

Keseragaman setek yang diambil dilihat dari bagian batang yang diambil, tinggi

setek, dan diameter batang.

Penanaman. Bibit yang berasal dari benih maupun setek batang ditanam

di kantong plastik ukuran 40 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan apabila bibit

yang berasal dari setek batang telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna.

Bibit yang ditanam tersebut adalah bibit yang memiliki pertumbuhan yang sehat

dan seragam pada persemaian. Pupuk kandang diberikan sesuai dosis perlakuan

pada 1 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang tersebut dicampur dengan tanah

pada kantong plastik. Peletakan kantong plastik berjarak 50 cm x 50 cm satu

dengan lainnya.

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman yang penting dilakukan adalah

penyiraman sekali sehari pada sore hari. Tidak dilakukan pemetikan atau

pemanenan daun-daunnya, karena daun-daun adalah organ fotosintesis penting

dan akan dipanen pada akhir penelitian. Bunga selalu dibuang untuk membatasi

organ sink karena dalam penelitian ini diharapkan terbentuknya umbi yang

berukuran lebih besar, sebagai satu-satunya organ sink.

Panen dan Pascapanen. Panen dilakukan pada umur 6 minggu setelah

tanam. Untuk mendapatkan umbi kolesom yang utuh, panen dilakukan dengan

membongkar tanaman dari kantong plastik. Umbi dibersihkan dari tanah yang

melekat.

Pengamatan

Pengamatan meliputi pengamatan komponen pertumbuhan, produksi, dan

korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi tanaman. Sebagai data

penunjang dilakukan analisis tanah, pupuk kandang, dan tanah yang telah

dicampur pupuk kandang sesuai perlakuan.

Komponen Pertumbuhan

Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap

minggu dengan cara mengukur dari pangkal sampai titik tumbuh yang terletak di

(41)

Jumlah cabang. Perhitungan jumlah cabang dilakukan setiap minggu

dengan cara menghitung jumlah cabang yang keluar dari batang utama.

Jumlah daun. Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap minggu dengan

cara menghitung jumlah daun yang keluar dari batang utama.

Diameter batang (mm). Pengukuran diameter batang dilakukan setiap

minggu dengan menggunakan jangka sorong.

Waktu berbunga (hari). Perhitungan waktu berbunga dilakukan sekali

pada saat tanaman berbunga > 75% dari jumlah tanaman setiap perlakuan.

Lamanya pembungaan adalah selisih hari antara hari penyemaian dan hari pada

saat berbunga.

Rata-rata laju tumbuh relatif (LTR). Menunjukkan peningkatan bobot

kering dalam suatu interval waktu, dalam hubungannya dengan bobot asal.

Perhitungan rata-rata laju tumbuh relatif dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

ln W2 – ln W1

LTR = t2 - t1 (g/hari)

dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2

yang diamati secara periodik.

Rata-rata laju asimilasi bersih (LAB). Menunjukkan hasil bersih dari hasil

asimilasi per satuan luas daun dan waktu. Perhitungan Rata-rata laju asimilasi

bersih dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

W2 – W1 ln A2 - ln A1

LAB = X (g/cm2/hari)

A2 – A1 t2 – t1

dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2 ,

dan A1 dan A2 = masing-masing luas daun total pada waktu t1 dan t2 yang diamati

secara periodik.

Komponen Produksi

Panjang umbi (cm). Pengukuran panjang umbi dilakukan setelah panen

dengan cara menghitung panjang rata -rata dari umbi yang dihasilkan setiap

(42)

Bobot basah umbi (g) . Pengukuran bobot basah umbi dilakukan setelah

panen dengan cara menimbang bobot basah umbi (g) per satuan tanaman yang di

hasilkan.

Bobot kering umbi (g) . Pengukuran bobot kering umbi dilakukan setelah

panen dengan cara menimbang bobot kering umbi (g) yang telah dioven pada

suhu 1050 C selama 2 hari.

Jumla h umbi. Penghitungan jumlah umbi dilakukan setelah panen dengan

cara menghitung banyaknya umbi yang dihasilkan setiap individu tanaman.

Bobot basah tajuk (g). Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan satu kali

pada saat panen dengan cara menimbang hasil pangkasan berupa daun, batang,

dan cabang.

Bobot basah daun (g). Pengukuran bobot basah daun dilakukan satu kali

pada saat panen dengan cara menimbang hasil pangkasan berupa daun yang

dihasilkan setiap individu tanaman.

Bobot basah batang dan cabang (g). Pengukuran bobot basah batang dan

cabang dilakukan satu kali pada saat panen dengan cara menimbang hasil

pangkasan berupa batang dan cabang yang dihasilkan setiap individu tanaman.

Bobot kering tajuk (g). Pengukuran bobot kering tajuk dilakukan setela h panen dengan cara menimbang berat kering hasil pangkasan berupa daun, batang,

dan cabang yang telah dioven pada suhu 1050 C selama 2 hari.

Bobot kering daun (g). Pengukuran bobot kering daun dilakukan setelah panen dengan cara menimbang berat kering hasil pangkasan berupa daun yang

dihasilkan setiap individu tanaman setelah dioven pada suhu 1050 C selama 2 hari.

Bobot kering batang dan cabang (g). Pengukuran bobot kering batang dan

cabang dilakukan setelah panen dengan cara menimbang berat kering hasil

pangkasan berupa batang dan cabang yang telah dioven pada suhu 1050 C selama

2 hari.

Uji bahan bioaktif (analisis kualitatif). Pengujian kandungan alkaloid,

saponin, tanin, dan steroid daun dan umbi kolesom dilakukan setelah panen

dengan cara mengekstrak simplisia daun dan umbi yang dihasilkan tanaman setiap

perlakuan sesuai prosedur pengujian pada laboratorium kimia analitik sebagai

(43)

1. Pembuatan ekstrak : 10 g sampel kering yang sudah dihaluskan direndam

dalam 100 ml metanol selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah didapatkan

ekstrak, kemudian disaring dan diuapkan dengan alat rotavapor (suhu 300C –

400C) hingga didapatkan residunya.

2. Pengujian alkaloid : 2 mg residu dari sampel kering yang telah diekstrak

ditambahkan 10 ml klorof orm-amoniak kemudian disaring. Larutan hasil

saringan (filtrat) ditambah beberapa tetes H2SO4 2 M kemudian dikocok

sampai terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan keruh dan lapisan tidak berwarna.

Lapisan tidak berwarna dipipet ke tabung reaksi lalu dibagi menjadi 2 bagian.

Masing-masing larutan ditambahkan beberapa tetes reagen Dragendorf dan

Mayer. Uji positif alkaloid bila menghasilkan endapan berwarna jingga

setelah ditambah reagen Dragendorf dan putih kekuningan untuk reagen

Mayer.

3. Pengujian triperpenoid : 2 mg residu dari sampel kering yang telah diekstrak

dilarutkan dalam dietil eter sampai larut. Fraksi yang larut dalam dietil eter

ditambahkan pereaksi Liebermann-Buchard (3 tetes asam asetat anhidrat + 1

tetes H2SO4 pekat). Bila dihasilkan warna hijau menandakan positif adanya

steroid, sedangkan warna merah atau ungu, positif adanya triterpenoid.

4. Pengujian saponin, flavonoid, dan tanin : 2 mg residu dari sampel kering yang

telah diekstrak ditambahkan aquades secukupnya, kemudian dipisahkan

kira-kira 3 ml filtrat ke dalam 3 tabung reaksi. Pada tabung pertama ditambahkan

logam Mg, beberapa tetes HCl pekat dan larutan amil alkohol, kemudian

dikocok. Timbulnya warna kuning kemerahan pada fraksi amil alkohol

menandakan uji positif flavonoid. Pada tabung kedua dilakukan uji saponin,

larutan dalam tabung dikocok secara vertikal, bila timbulnya busa yang stabil

setinggi ± 1 cm selama 10 menit menandakan positif adanya saponin. Pada

tabung reaksi ketiga, filtrat ditambahkan FeCl3 1% bila menghasilkan warna

(44)

Hasil dan Pembahasan

Keadaan Umum Penelitian

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di laboratorium

Departemen Tanah IPB (Lampiran 2), lahan penelitian tergolong masam dengan

pH H2O sebesar 4.95 sehingga mengakibatkan kandungan hara mikro seperti Fe,

Zn, Cu, dan Mn sangat tinggi. Kandungan P sangat rendah diduga karena diikat

oleh hara mikro tersebut atau diikat oleh liat tanah. Lahan penelitian tergolong

bertekstur liat karena kandungan liatnya lebih dari 30%. KTK yang terdapat di

dalamnya tergolong rendah yaitu 11.26 me/100 g, sehingga kekuatan mengikat

unsur H, N, K Ca, dan Mg juga sangat rendah. Pada Gambar 2 terlihat

[image:44.612.195.479.333.534.2]

pertanaman kolesom pada percobaan I umur 5 MST

Gambar 2. Pertanaman kolesom pada percobaan I umur 5 MST

Penambahan pupuk kandang ayam pada berbagai dosis dapat mengubah

sifat fisik dan kimia tanah. Hal ini terlihat dengan perubahan pH tanah yang telah

dicampur dengan dosis pupuk kandang ayam 5, 10, dan 15 ton/ha adalah 6.08,

5.93, dan 6.47 pada level agak masam. Tekstur tanah berubah menjadi golongan

(45)

yang telah dicampur dengan dosis pupuk kandang ayam 15 ton/ha, sehingga

diharapkan hara sudah dapat tersedia bagi tanaman.

Penelitian dilakukan pada musim hujan yaitu bulan Oktober sampai

November tahun 2005. Pada awal penanaman yaitu bulan Oktober memiliki total

curah hujan yang tergolong tinggi yaitu 351 mm/bulan. Curah hujan mingguan

pada bulan Oktober saat tanaman berumur 1, 2, 3, 4 MST masing-masing adalah

sebesar 126.6, 49, 133.4, dan 66.5 mm. Saat menjelang panen yaitu pada umur 5

MST di bulan November, total curah hujan mingguan semakin meningkat yaitu

126.7 mm. Curah hujan mingguan mengalami penurunan pada saat panen umur 6

MST yaitu sebesar 47.2 mm. Rata-rata temperatur udara selama penelitian adalah

25.780C (Lampiran 3).

Hama yang menyerang kolesom adalah belalang, siput, dan kutu daun.

Namun akibat yang ditimbulkan oleh hama ini tida k begitu mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Belalang hanya menimbulkan

kerusakan pada daun dengan meninggalkan bekas gigitan, kutu daun mengisap

cairan daun, dan siput mengisap cairan batang. Kerusakan pada daun akibat

serangan belalang dan kutu daun terlihat pada Gambar 3. Penyakit yang

menyerang adalah penyakit yang menimbulkan busuk batang dan akar (Gambar

4). Akibat penyakit ini, tanaman menjadi rebah dan mati dalam beberapa hari

setelah timbul gejala. Gejala awal adalah timbulnya kela yuan pada daun-daun

kolesom, beberapa hari kemudian batang berwarna coklat sampai hitam dan

rebah. Bila dicabut, maka umbi telah busuk dan daging umbi berwarna merah

darah serta menimbulkan bau busuk. Serangan terbesar terjadi pada kolesom

dengan perlakuan dosis pupuk kandang ayam 10 dan 15 ton/ha yang menyerang

15-30 % tanaman yaitu sebanyak 3-6 tanaman per ulangan pada setiap perlakuan.

Serangan terendah pada perlakuan dosis pupuk kandang ayam 0 ton/ha yaitu

menyerang 5 % tanaman yaitu sebanyak 1 tanaman per ulangan. Diduga penyakit

timbul karena tanaman mengalami kerusakan akar akibat berada dalam

lingkungan perakaran yang memiliki kandungan oksigen dibawah COP (critical

oxygen pressure), sehingga dapat mengaktifkan patogen soil borne dari pupuk kanda ng ayam yang hidup secara anaerobik. Lingkungan tersebut tercipta karena

(46)

aerasi pada media tanam kurang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh komposisi

media tanam yang tidak seimbang. Berdasarkan latar belakang ini, maka perlu

diadakan percobaan kedua yaitu penanaman kolesom dengan berbagai komposisi

media tanam yang diharapkan dapat memperbaiki drainase dan aerasi pada wadah

tanam.

Filotaksis kolesom pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan Santa &

Prajogo (1999) yaitu spiral dan pada bagian ujung batangnya berhadapan akibat

ruas yang semakin memendek. Kolesom mulai berbunga pada umur 4 MST.

Kolesom yang lebih awal berbunga adalah kolesom yang mendapatkan perlakuan

setek dengan dosis pupuk kandang ayam 15 ton/ha. Pada umur 5 MST, seluruh

tanaman kolesom serempak berbunga pada semua perlakuan.

Gambar 3. Daun kolesom yang terserang oleh hama kutu daun (a) dan belalang (b)

Gambar 4. Kolesom yang terserang penyakit busuk batang

a

(47)

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi

[image:47.612.129.501.174.643.2]

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi

kolesom

Perlakuan Koefisien keragaman (%)

Variabel pengamatan Asal bibit (A) Dosis pupuk kandang ayam (B) Interaksi (AxB) Asal bibit (A) Dosis pupuk kandang ayam (B) Interaksi (AxB)

Tinggi tanaman 1 MST tn ** tn 9.62 15.96 -

Tinggi tanaman 2 MST * ** tn 9.051) 10.671) -

Tinggi tanaman 3 MST ** ** ** 12.981) 13.341) 12.23

Tinggi tanaman 4 MST ** ** ** 7.981) 14.461) 11.62

Tinggi tanaman 5 MST ** ** * 9.631) 13.45 9.8

Tinggi tanaman 6 MST * ** tn 10.821) 13.481) -

Jumlah cabang 2 MST ** ** ** 23.581) 15.011) 25.70

Jumlah cabang 3 MST ** ** ** 22.171) 14.611) 18.57

Jumlah cabang 4 MST ** ** ** 19.631) 13.531) 16.57

Jumlah cabang 5 MST ** ** ** 15.561) 10.991) 13.19

Jumlah cabang 6 MST ** ** ** 12.711) 9.141) 11.06

Jumlah daun 2 MST * ** tn 8.751) 17.111) -

Jumlah daun 3 MST ** ** ** 12.571) 22.921) 20.09

Jumlah daun 4 MST ** ** ** 18.441) 22.091) 15.051)

Jumlah daun 5 MST ** ** ** 14.821) 19.121) 28.61

Jumlah daun 6 MST ** ** ** 12.581) 18.281) 30.09

Diameter batang 2-3 MST

** ** tn 9.731) 13.091) -

Diameter batang 3-4 MST

** ** tn 5.631) 10.311) -

Diameter batang 4-5 MST

* * ** 6.291) 14.12 12.49

Diameter batang 5-6 MST

tn tn * 4.6 6.34 5.6

Laju asimilasi bersih ** ** tn 26.96 16.141) -

Laju tumbuh relatif * ** tn 8.14 36.68 -

Panjang umbi * ** tn 26.19 19.50 -

Jumlah umbi * ** * 24.01 11.711) 10.08

Bobot basah umbi tn ** tn 32.64 21.351) -

Bobot kering umbi tn ** tn 24.84 15.751) -

Bobot basah daun * ** ** 9.521) 31.121) 27.91

Bobot kering daun ** ** ** 10.931) 28.141) 29.89

Bobot basah batang dan cabang

* ** * 13.321) 26.071) 25.63

Bobot kering batang dan cabang

* ** * 13.891) 26.231) 25.14

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% ** = berbeda nyata pada taraf

kepercayaan 99% 1) = hasil transformasi Vx

Interaksi antara perlakuan asal bibit dengan dosis pupuk kandang ayam

(48)

4, 5 MST, jumlah cabang seluruh minggu pengamatan, jumlah daun pada 3, 4, 5,

6 MST, diameter batang pada 4-5 dan 5-6 MST. Komponen pertumbuhan lainnya

yaitu tinggi tanaman pada 1, 2, 6 MST, jumlah daun 2 MST, diameter batang 2-3

dan 3-4 MST, LAB, dan LTR hanya dipengaruhi oleh asal bibit dan dosis pupuk

kandang ayam secara tunggal.

Komponen produksi yang dipengaruhi oleh interaksi perlakuan asal bibit

dengan dosis pupuk kandang ayam adalah jumlah umbi, bobot basah daun, bobot

basah batang cabang, bobot kering daun, dan bobot kering batang cabang.

Komponen produksi lainnya yaitu panjang umbi dan bobot kering umbi hanya

dipengaruhi oleh asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam secara tunggal,

sedangkan bobot basah umbi hanya dipengaruhi oleh dosis pupuk kandang ayam

saja.

Pertumbuhan

Tinggi Tanaman

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa setek merupakan asal bibit yang

menghasilkan rata-rata tinggi tanaman terbaik yaitu 1.33 kali dari tinggi tanaman

asal benih.

Tabel 3. Tinggi kolesom pada berbagai perlakuan asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam

Gambar

Tabel 1.  Komposisi unsur hara kotoran ayam dan kotoran hewan lain
Gambar 2.  Pertanaman kolesom pada percobaan I umur 5 MST
Tabel 2.  Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi kolesom
Tabel 5.  Jumlah cabang kolesom pada berbagai interaksi perlakuan asal bibit   dan dosis pupuk kandang ayam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara otomatis komutator membalik hubungan antara angker dinamo dan catu daya DC sehingga konduktor berputar pada arah yang tepat terhadap medan magnet,

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, guru pembimbing akan memberikan umpan balik yang berkaitan dengan kegiatan praktek mengajar yang dilakukan praktikan

Melihat kondisi geologi kabupaten lumajang yang memiliki potensi bahan galian berupa logam dan non logam berupa pasir besi maka perlu dilakukan pemetaan atau survey geologi

2013 tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Bintan kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat untuk Tahun 2013 s/d 2017 jangka waktu

Untuk memberikan motivasi dan menyalurkan bakat serta minat siswa terhadap Seni dan Budaya di sekolah sesuai amanat tersebut di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Berangkat dari hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kemampuan penalaran matematis, kemampuan menyelesaikan masalah dan efikasi diri

menggunakan data-data intelektual, namun jika dipertimbangkan kembali tentang kemandirian industri pertahanan sebagai tujuan nasional, maka dengan kesepakatan yang

Berdasarkan hasil pada tabel 4.10, dapat dilihat ketika jembatan diberi perubahan kuat kencang baut dari pengencangan tinggi ke rendah, maka akan terjadi pertambahan