• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MEDAN

STUDI KASUS: DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

DI KELURAHAN AUR MEDAN MAIMUN

T E S I S

Oleh

ABDUL RAHIM SIREGAR

067020001/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

(2)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MEDAN

STUDI KASUS: DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

DI KELURAHAN AUR MEDAN MAIMUN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABDUL RAHIM SIREGAR

067020001/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Judul Tesis : PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MEDAN

STUDI KASUS: DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI DI KELURAHAN AUR MEDAN MAIMUN

Nama Mahasiswa : Abdul Rahim Siregar Nomor Pokok : 067020001

Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Ketua

(Prof. Abdul Ghani Salleh, B.Ec, M.Sc, PhD)

Anggota

(Agus Suriadi, S.Sos, M.Si)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. M.Sc)

(4)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Telah diuji pada

Tanggal: 04 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Abdul Ghani Salleh, B.Ec, M.Sc, Phd Anggota : 1. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si

2. Ir. Samsul Bahri, MT

3. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT 4. Ir. Sri Gunana, MT

(5)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

ABSTRAK

Frekuensi banjir di sungai Deli semakin sering terjadi dan bertambah. Banjir kiriman maupun banjir karena curah hujan tinggi, membuat masyarakat tidak nyaman, terutama masyarakat yang bermukim di kawasan jalur hijau atau garis sepadan sungai. Banjir menimbulkan dampak psikologis/ moril dan kerugian harta/ materil pada masyarakat. Kampung Aur merupakan potret banjir Kota Medan, setiap kali hujan lebat turun dan banjir kiriman datang wilayah ini akan kebanjiran, karena kawasan ini merupakan dataran rendah Kota Medan sepanjang Hulu ke Hilir

Mencermati persoalan serius di DAS Deli ini, perlu dilakukan penelitian sehingga analisis, hasil, kesimpulan dan saran menjadi langkah dan upaya untuk mengelola RTH di kawasan jalur hijau sungai. Penelitian dilakukan dengan metodologi kualitatif, teknik penentuam sampel dilakukan secara Purposive sampling dengan 25 orang warga masyarakat di lingkungan 2, 3 dan 4. dan untuk mengetahui persoalan DAS Deli secara konfrehensif maka peneliti juga melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang mengundang Wakil Kepala Dinas Pengairan Sumatera Utar, Akademisi, WALHI, dan Media. Dari kedua pendekatan pengambilan data penelitian ini sangat berarti untuk mengambil langkah dan solusi terhadap pengelolaan DAS Deli.

Setelah mengetahui permasalahan diseputar pengelolaan RTH di DAS Deli khususnya Kampung Aur dan data faktual dari masyarakat dan stockholder. Seandainya kondisi di biarkan begitu saja maka dampak yang dirasakan masyarakat akan semangkin parah, oleh karenya optimalisasi pengelolaan RTH di jalur hijau DAS Deli tidak bisa ditawar-tawar, langkah awal pengosongan pemukiman dari kawasan jalur hijau sungai harus dilakukan, bersinergi dengan program Pemerintah merelokasi pemukiman di jalur hijau atau pemukiman ilegal dengan membangun tempat pemukiman yang lebih ramah lingkungan, tidak selalu trauma dengan banjir berupa pemukiman sehat atau rumah susun sederhana tampa memberatkan warga, konfensasi yang wajar dan terajangkau tidak sulit untuk mengajak masyarakat memulai hidup menuju lingkungan yang ramah dan sehat.

(6)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

ABSTRACT

Frequent of flood in Deli river always happen in recent day. Flood which come from the upper river or because of rain fall make people uncomfortable. Mostly for people who stay in green line or front line of river. Flood make much psychology effect and decrease of property of citizen. Kampong Aur is a reflection of flood in Medan city. Every rain hard has came and flood came from other area of Medan and make this area full of water big flood happen. Because this area is lower land in Medan city and as long as from the upper to lower course.

Study about this area of deli river, is necessary to make a research, whit the result with analysis, result and the conclusion and the advise become and effort for study the green open space in green line at Deli river. The research do wit qualitative method and the way to take the sample is purposive sampling with 25 respondent at 2, 3 and 4 area. To knowing this problem with comparative study so the researcher making focus group Discussion (FGD) which invite vice leader from department irrigation of North Sumatera, academic people, WALHI and the press. From both of method this research much valuable for take the step and solution for the managing the deli river flow area.

After knowing this problem around managing the green open area in Deli river flow are especially in kampong Aur and the factual data from people and the citizen. If the condition in kampong Aur getting worst so the effect become worst for the people in that area. So the government have to make the right step to move the people who stay in the green area and in the front flow area. The government have to make the relocation for the citizen and better community for the ex citizen from kampong Aur area. Good area for the ex citizen and try to give valuable feedback for the people. Asking people to stay alert and try to make a better live which more friendly community and right area.

(7)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segenap Pujian hanya Milik Allah SWT, atas petunjuk dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tesis mengenai Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, Studi Kasus Daeah Aliran Sungai Kelurahan Aur Medan Maimun, yang disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Magister Teknik dalam program studi Teknik Arsitektur pada Sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara

Dengan selesainya penulisan Tesis ini, perkenankan Penulis Mengucapkan terimkasih sebesar – besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.dr. Chairuddin Lubis DTM&H, Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan penyelesaikan pendidikan program magister

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Universitas Sumatera Utara

3. Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara, Ir. Nurlisa Ginting M.Sc

(8)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

memberikan masukan, saran dan koreksi terhadap tesis, serta ikut membantu dalam penyusunan tesis sesuai dengan waktu yang ditetapkan

5. Bapak-Bapak dan Ibu- Ibu para Dosen yang dengan ikhlas membimbing saya untuk memberikan ilmu yang bermanfaat bagi bangsa ini

6. Kedua Orang tuaku Almarhum H. Takim Siregar dan Hj. Gokkon Harahap beserta keluarga

7. Istriku tercinta Selfi Afriani Gultom SE.Ak yang memberikan dorongan dan semangat bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini sesuai dengan waktu yang ditentukan dan saat ini juga sedang mengikuti Sekolah Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara

8. Anak-anakku tersayang Fitrah Azzam Siregar, Syifa Syahidah Siregar dan Farhan Hudhaibi Siregar yang dengan suara dan tangisan memberikan motivasi tersendiri bagi Penulis untuk menyelesaikan program pascasarjana ini.

9. Teristimewa kepada kawan – kawan satu angkatan di Arsitektur Kak Dina, Elly Bang Edi, Heri dan hutabarat, saudara Meuiza, Thomas dan Ronal serta novi, Juga Saudaraku Shohifah Gultom SE.Ak, Khairul Anwar Hasibuan SH yang membantu secara teknis hingga selesainya tesis ini

(9)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

konstruktif dalam penyempurnaan Tesis ini, karena Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Medan, Desember 2008 Penulis

(10)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdul Rahim Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan / 29 Juli 1975 A l a m a t : Jalan Tuasan Gg, Mulio No. 32

Kelurahan Sidorejo Hilir, Medan Tembung

Agama : Islam

Pekerjaan : Anggota DPRD Kota Medan Priode 2004 -2009 Dari Fraksi PKS

Jenjang Pendidikan : 1. SD Muhammadiyah No. 1 Padangsidimpuan 2. SMP Negeri 4 Padangsidimpuan

3. SMA Negeri 1 Padangsidimpuan 4. Fakultas Teknik Elektro UISU Medan Pengalaman Organisasi : 1. Ketua Umum UKDM UISU Medan

(11)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

DAFTAR ISI

2.2.1 Pengertian DAS Dan DAS Sebagai Sistem Ekologi ... 14

2.2.2 Hakekat DAS Sebagai Dasar Dalam Pengelolaannya ... 18

2.2.3 Dasar-Dasar Pengelolaan DAS ... 21

2.2.4 Data Dasar Yang Diperlukan Dalam Pengelolaan DAS ... 26

(12)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

2.2.5.1 Konsep Terpadu dan Tujuan Pengelolaan

DAS Terpadu ... 33

2.2.5.2 Wilayah Sungai Sebagai Satuan Basis Perencanaan dan Pengelolaan ... 34

2.2.5.3 Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Dan Kuantitas Serta Banjir Daerah Hilir ...…... 36

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

(13)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

4.4 Analisa dan Pembahasan………...…….……….……… 72

4.4.1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan Pendekatan baru …... 73

4.4.2 Law Enforcement / Penegakan Hukum ………. 75

4.4.3 Kordinasi antar Instansi Pengelola ……....……… 76

4.4.4 Kebijakan Pengelolaan RTH …………...………. 78

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ………....……….. 81

5.1 Kesimpulan ………....……… 81

5.2 Saran …………...……....……….. 81

(14)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Luas DAS per sub DAS dan nilai Rc ... 38

2.2 Data penggunaan Lahan pada DAS Deli... 39

2.3 Neraca Air Sungai Deli ... 41

3.1 Letak dan geografis Kecamatan Medan Maimun tahun 2005 ... 48

3.2 Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Maimun tahun 2005 ... 49

3.3 Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk Per Km dirinci menurut Kelurahan di Medan Maimun Tahun 2005... 50

. 4.1 Data sampel wawancara masyarakat... 58

4.2 Alasan Memilih tinggal di DAS ... 59

4.3 Lama Tinggal di DAS ... 60

4.4 Jarak rumah dengan Sungai ... 61

4.5 Status bangunan rumah ... 62

4.6 Prilaku Masyarakat membuang sampah ... 63

4.7 Frekuensi banjir dalam setahun ... 64

4.8 Ketinggian air saat banjir ... 65

(15)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Hubungan Hidrologi yang disederhanakan antara atmosfir,

DAS, dan tubuh air bumi ……….. 19

2.2 Acuan DAS sebagai suatu sistem yang bertopang pada Proses pertukaran bahan dan energi ………. 20

2.3 Bagan hubungan antara pengelolaan DAS hulu dan hilir Dalam pengelolaan DAS terpadu ... 26

2.4 Watershed management model ……...………... 31

2.5 Peta batas DAS …………...……… 35

2.6 Peningkatan dan penggambaran suatu sungai akibat perubahan tata guna lahan ……….. 36

2.7 Tata guna lahan terhadap kualitas dan kuantitas serta banjir daerah hilir ……….. 37

3.1 Peta Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimum ……… 52

3.2 Peta Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun ... 53

4.1 Struktur organisasi Dewan SDA tingkat wilayah sungai ... 77

(16)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

2.1 Debit Sungai Deli Tahun 1990 – 2004 ... 41

4.1 Alasan memilih tinggal di DAS ... 59

4.2. Lama Tinggal di DAS ... 60

4.3 Jarak rumah dengan Sungai ... 61

4.4 Status bangunan rumah ... 62

4.5 Perilaku masyarakat membuang sampah ... 63

4.6 Frekuensi banjir dalam setahun ... 64

4.7 Ketinggian air saat banjir ... 65

(17)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Muatan Wawancara dengan Mayarakat ……… 86

2 Foto Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ……….. 90

3 Foto Wawancara dengan Masyarakat ………... 91

4 Foto Peninjauan ke lokasi Penelitian ... 92

(18)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan pusat konsentrasi penduduk beserta berbagai aktivitas kehidupan. Adanya berbagai kegiatan penduduk kota yang berbeda yang dilakukan ditempat yang sama akan menghasilkan penggunaan lahan yang beragam. Adapun pengunaan lahan pada suatu kawasan perkotaan biasanya diperuntukkan untuk pusat kota, kawasan perkantoran/pemerintahan kawasan industri, kawasan permukiman, ruang terbuka hijau (RTH) dan kawasan pingiran kota. Dalam konsep perencanan sebuah kota kawasan-kawasan yang ada harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perubahan fungsi lahan yang akan berakibat kepada ketidakseimbangan kawasan dan ekologi kota. Modal dan Amdekar (1971) menyebutkan bahwa daerah hijau dalam suatu kota mempunyai peranan yang sangat penting, dan akan membawa suasana ceria lingkungan kota bahkan daerah kumuh sekalipun.

(19)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Daerah hijau di wilayah perkotaan mempunyai peranan yang sangat penting hal ini disebabkan karena vegetasi berkaitan erat dengan siklus tata air dan kestabilan iklim mikro, disamping itu vegetasi masih memiliki fungsi ekologi yang lain seperti sebagai filter gas dan debu, pengikat karbon dan penghasil oksigen, dan dapat juga berfungsi sebagai sumber daya genetis baik flora maupun fauna. Jadi keberadaaan RTH kota sangat penting untuk kesejahteraan, kesehatan, keamanan penduduk kota dan keseimbangan kota serta merupakan salah satu komponen utama suatu kota sehingga RTH perlu direncanakan serta disediakan sebagaimana komponen lainnya.

Kenaikan jumlah penduduk perkotaan memerlukan bertambahnya jumlah rumah yang harus di bangun, kenaikan kebutuhan perumahan yang disertai belum diindahkannya peraturan dan masih rendahnya kesadaran lingkungan mengakibatkan berkuranganya luas jalur hijau dan taman-taman yang mengakibatkan permukaan tanah yang kedap terhadap airpun bertambah, sehingga semakin sedikit air hujan yang dapat meresap kedalam tanah. Pengurangan RTH kota perlahan-lahan mengakibatkan menurunya kualitas lingkungan hidup kota, misalnya meningkatnya polusi udara, banjir, pencemaran air dan lain-lain.

(20)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

penyelenggaraan RTH. Sebagai bagian dari tindak lanjut pelaksanaan Rencana Umum Tata Ruang Kota di Provinsi ataupun Kabupaten/Kota.

Pengelolaan dan pengendalian RTH di wilayah perkotaan dimaksud untuk menghindari dampak negatif yang akan timbul terhadap lingkungan dan aspek tata ruang kota berupa berkurangnya ruang terbuka hijau yang berfungsi menjaga keseimbangnan ekosistem kota karena meningkatnya aktivitas ekonomi.

Kota Medan sebagai kota ke-tiga terbesar di Indonesia merupakan kota dengan perkembangan pembangunan yang cukup tinggi termasuk perkembangan penduduk yang juga sangat tinggi. Hal ini telah membuat adanya suatu kompetisi yang tidak seimbang antara penggunaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas penduduk dan penggunaan lahan untuk RTH. Akibatnya perkembangan luas lahan yang terbangun untuk perumahan dan kegiatan-kegiatan ekonomi lebih besar dari pada luas lahan tidak terbangun yang digunakan untuk RTH.

Bagi kota Medan pemanfaatan dan pengendalian RTH sangatlah penting. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan industri selalu memerlukan ruang untuk menampungnya, dan apabila pemanfaatan kota untuk RTH tidak secara baik dikendalikan akan terdesak oleh kebutuhan ruang untuk kebutuhan aktivitas lainnya.

(21)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

dan wilayah limit yang perlu dilestarikan, dipertahankan dan diperluas wilayahnya sesuai UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan proporsi Ruang terbuka Hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

Permasalahan yang dihadapi berkaitan ruang terbuka hijau secara umum terkait dengan beberapa permasalahan perkotaan khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS), diantaranya:

a. Semakin banyaknya bangunan dan rumah kumuh yang didirikan di kawasan jalur hijau atau sepadan Sungai Deli di kota Medan

b. Tidak dioptimalkan fungsi sepadan sungai sebagai ruang terbuka hijau sehingga dihuni bangunan illegal.

c. Terjadinya penyempitan alir sungai Deli sehingga saat terjadi banjir kiriman sehingga sungai tidak mampu menampung debit air yang mengalir yang akhirnya berdampak kepada tenggelamnya rumah-disekitar DAS

d. Kebijakan Pemerintah kota untuk melakukan pelurusan sungai Deli yang berdampak terhadap semakin seringnya banjir

(22)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Dalam prespektif peraturan adapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam hal penataan jalur hijau DAS dapat kita jumpai pada:

a. Undang-undang nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, yang disahkan di Jakarta pada tanggal 26 April 2007. pasal 29 ayat (2) menyebutkan: Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Dan dalam penjelasan UU No. 26 tahun 2007 ini, yang termasuk Ruang terbuka hijau publik antara lain taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. b. Permendagri No. 2 Tahun 1987 tentang pedoman penyusunan rencana kota,

bahwa lebar sepadan sungai dan pantai adalah 10 – 15 meter c. PP Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai

d. Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum (PU) Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis sepadan sungai, daerah manfaat sungai dan daerah penguasaan sungai

e. Perda propinsi sumatera Utara no. 5 tahun 1995 tentang sepadan sungai.

(23)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Kedua Faktor Manusia, yang sering kita jumpai pembangunan yang tidak terkendali sehingga terjadi pelanggaran peraturan dilapangan.

Konsekuansi dari Pembangunan yang tidak terkendali didaerah aliran Sungai (DAS) dan kebijakan yang kurang tepat sangat berakibat buruk terhadap masyarakat, diantaranya:

a. Kerusakan lingkungan sekitar Daerah Aliran Sungai, dengan tidak adanya konservasi didaerah aliran sungai mengakibatkan tidak tertatanya pengelolaan lingkungan di DAS

b. Kebanjiran, dimana dampak bahaya banjir akan mengancam jiwa penduduk disepajang DAS, kerugian material dan sumber penyakit jika terjadi genangan air.

1.2Perumusan Masalah

Dari berbagai masalah yang telah diuraikan diatas dalam pengelolaan RTH di Daerah Aliran Sungai memunculkan pertanyaan yang mendasarkan dalam penelitian ini :

(24)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran secara utuh tentang pengelolaan RTH Pada DAS Deli 2. Membandingkan Peraturan RTH tentang Daerah Aliran Sungai dengan

implementasi Kebijakan pengelolaan RTH di DAS Deli.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan tentunya sangat bermanfaat kepada

1. Pemerintah dalam mengevaluasi sejauhmana kebijakan Pengelolaan RTH pada DAS Deli selama ini

2. Bermanfaat kepada masyarakat disekitar DAS dengan ketidaknyamanan jika terjadi banjir kiriman dan curah hujan tinggi yang mengakibatkan kerugian materil dan moril.

3. Bagi Ilmu pengetahuan dapat menjadi salah satu referensi kepada kota kecil, kota sedang dan kota besar pada saat mulai dimanfaatkannya DAS untuk kawasan bisnis dan perdagangan dengan tanpa mengurangi lingkungan yang sehat.

(25)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pengertian Dan Tujuan RTH Kota

Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka atau open spaces adalah:

a. Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau (Gallian, 1959:285)

b. Lahan yang belum atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi, konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya, atau keperluan sejarah dan keindahan (Philip P Green, 1962).

c. Meliputi seluruh lahan yang tidak terbangun di kota dan bentuknya tidak hanya berupa taman tetapi bentuk-bentuk lainnya (Barret, 1987)

Beberapa pengertian tentang RTH di antaranya adalah:

1. Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting bagi kegiatan rekreasi (Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983) 2. Ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk

(26)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

penggunaanya lebih bersipat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan (Inmendagri No:14/1988)

3. Dalam RTH pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan dan sebagainya. (Inmendagri No:14/1988)

Sementara itu public space dapat diartikan sebagai suatu ruang dimana seluruh masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. Ciri-ciri utama dari

public space adalah terbuka, mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan

kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau. Bentuknya dapat berupa mall, plaza dan taman bermain (Carr, 1992)

Jadi RTH lebih menonjolkan unsur hijau (vegetasi) dalam setiap bentuknya public space dan ruang terbuka dapat berupa lahan terbuka (belum dibangun) tanpa tanaman. Public spaces adalah ruang yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sedangkan ruang terbuka dan RTH tidak selalu dapat digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Bidang arsitektur lansekap sendiri mulai berkembang di benua Eropa, sesuai dengan kebutuhan sekitar 200 tahun lalu dimulai dari keperluan manusia akan suatu ruang ‘rekreatif’ disekitar tempat tinggal, seperti Taman Inggris (English

garden). Pengaruh ini menyebar ke benua Amerika dan mencapai puncak

(27)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Fungsi hijau dalam ruang terbuka hijau (RTH) kota sebagai ‘paru-paru’ kota, sebenarnya hanya merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang, antar gas karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2), hasil fotosintesis

khususnya pada dedaunan. Sistem tata hijau ini berfungsi sebagai semacam ventilasi udara dalam rumah (bangunan). Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif, yang diwujudkan dalam sistem koridor hiaju sebagai alat pengendali tata ruang/lahan dalam suatu sistem RTH kota (urban green

open space system). RTH juga berfungsi sebagai sumber penampungan air dan

pengatur iklim tropis yang terik dan lembab.

Perkembangan teknologi yang amat pesat tanapa mengindahkan kelestarian fungsi lingkungan, memperburuk kualitas hidup kota-kota metropolitan, bahkan sebagian besar kota-kota pun telah mengalami krisis lingkungan. Para arsitek lansekap diharapkan dapat berlaku dan bertindak secara (lebih) bijaksana dalam ikut serta mengembangkan dan menjaga fungsi lingkungan secara lestari untuk mencapai keseimbangan lingkungan, yang tidak hanya sekedar indah.

(28)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

perkotaan pada ekosistem pesisir pantai yag penting diperhatikan, sebagaimana layaknya suatu negara kepulauan terbesar didunia.

Arsitek lansekap mampu bekerjasama dalam suatu perencanaan dan perancangan kota yag akan mengubah wajah lingkungan lansekap kota secara terintegrasi dengan propesi lain yang terkait. Pembanguan kota yang berkelanjutan tidak sekedar berorientasi pada keuntungan jangka pendek dan mengorbankan kebutuhan warga akan RTH, sehingga fenomena krisis lingkungan udara-air-tanah, bencana banjir, tanah longsor, amblasan tanah, intrusi air laut, penebangan pohon secara rampangan dan pengurusan RTH dapat diminimalkan. Banyak orang lupa, bahwa manusia adalah bagaian dari alam itu sendiri, kalau alam rusak maka dapat dipastikan manusia akan rusak pula.

(29)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

mempertimbangkan etika atau norma – norma lingkngan yang bersifat dinamis tersebut.

Para perencana dan perancang, lambat atau cepat menyadari bahwa alat perencanaan dan perancangan itu tidak hanya terbatas pada adanya tanah, ruang , bahan-bahan, naluri , dan perasaan saja, tetapi yang lebih penting adalah adanya pengertian dan imajinasi dari perencana itu sendiri, karena para perencana itu bukan saja turut serta mengatur sebagian kecil bentuk rupa dari alam, tetapi juga kegiatan manusia didalamnya. Jadi alamlah yang menjadi landasan, dan manusia adalah tujuannya (wirasondjaya, 1975).

2.4 RTH dan Pengelolaan DAS

(30)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime) sungai yang menjadi alur pengatur (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan dengan istilah dalam bahasa Inggris drainage basin, drainage area, atau

river basin. Sehingga batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang punggung

pegunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistem aliran yang satu dari yang lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah (catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadah.

Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada hubungan antara kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut.

(31)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Dalam Tinjauan pustaka ini akan dipaparkan (1) Pengertian DAS dan DAS sebagai Sistem Ekologi, (2) Hakekat DAS sebagai dasar dalam pengelolaannya, , (3) Dasar-dasar pengelolaan DAS, dan (4) Data dasar yang diperlukan untuk merencanakan pengelolaan DAS.

2.2.1 Pengertian DAS dan DAS Sebagai Sistem Ekologi

Reimold (1998) menyatakan definisi Daerah Aliran Sungai adalah keseluruhan area geografis dimana air permukaan, sedimen, material, di drain kepada outlet utama yaitu sungai, danau, muara, ataupun laut.

Istilah DAS menurut Thomas (2005) disebut juga watershed ataupun river

basin, drainage basin dan catchment. Sedangkan menurut UU No. 7 Tahun 2004,

DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Banyak definisi tentang sumberdaya (resource) seperti obtainable reserve

supply of desirable thing (suatu persediaan barang yang diperlukan, berupa suatu

(32)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

memperolehnya. Oleh karena berkaitan dengan kebutuhan manusia, maka sumberdaya mempunyai arti nisbi (relative).

Atas dasar kehadirannya, sumberdaya dapat dipilahkan ke dalam dua kelompok (1) sumber daya alam dan (2) sumber daya buatan manusia. Ada juga yang menggolongkan sumber daya atas dasar kemantapannya terhadap kegiatan manusia : (1) sumber daya yang sangat mantap, (2) sumber daya yang cukup mantap dan (3) sumber daya yang tidak mantap. Suatu sumber daya tertentu dapat mempunyai nilai kemantapan beragam, tergantung dari gatranya yang diperhatikan. Misalnya, tanah sebagai tubuh alam mempuyai nilai kemantapan daripada kesuburannya. Mutu air jauh lebih mudah goyah daripada jumlahnya. Manusia secara jelas tidak dapat mengubah volume udara dalam atmosfer akan tetapi dia secara nisbi mudah mencemarkannya.

(33)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Daerah Aliran Sungai merupakan gabungan sejumlah sumber daya darat, yang saling berkaitan dalam suatu hubungan interaksi atau saling tukar (interchange). Daerah Aliran Sungai dapat disebut suatu sistem dan tiap-tiap sumber daya penyusunnya menjadi anak-sistemnya (subsystem) atau anasirnya (component). Kalau kita menerima DAS sebagai suatu sistem maka ini berarti, bahwa sifat dan kelakuan DAS ditentukan bersama oleh sifat dan kelakuan semua anasirnya secara terpadu (integrated). Arti “terpadu” di sini ialah bahwa keadaan suatu anasir ditentukan oleh dan menentukan keadaan anasir-anasir yang lain.

Yang dinamakan “sistem” ialah suatu perangkat rumit yang terdiri atas anasir-anasir yang saling berhubungan di dalam suatu kerangka otonom, sehingga berkelakuan sebagai suatu keseluruhan dalam menghadapi dan menanggapi rangsangan pada bagian manapun (Dent dkk. 1979; Spedding, 1979). Disamping memiliki ciri penting berupa ``organisasi dalam`` (internal organization), atau disebut pula dengan ``struktur fungsi`` (fungtional structure), suatu sistem dipisahkan ``batas sistem`` dari sistem yang lain. Batas ini memisahkan sistem dari lingkungannya, atau memisahkan sistem yang satu dari yang lain. “Lingkungan” ialah keseluruhan keadaan dan pengaruh luar (external), yang berdaya (affect) batas hidup, perkembngan dan ketahanan hidup (survival) suatu sistem (De Santo,1978).

(34)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

kebun, hutan kemasyarakatan (HKm), dan sebagainya. Berbagai anasir-anasir DAS yang telah disebutkan di atas sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam sistem DAS. Sebagai contoh, relief dapat mempengaruhi distribusi lengas tanah dan lama penyinaran matahari. Tanah dan relief mempengaruhi keadaan hidrologi permukaan, keadaan vegetasi dan keadaan sumber daya budaya. Iklim ikut mengendalikan keadaan vegetasi dan sumber daya budaya.

(35)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Daerah Aliran Sungai yang mempunyai gatra ruang (space) atau luas (size), bentuk (form), ketercapaian (accessibility) dan keterlintasan (trafficability). Gatra-gatra ini menyangkut nilai ekonomi penggunaan DAS, karena menentukan tingkat peluang berusaha dalam DAS, nilai hasil usaha dan kedudukan nisbi DAS selaku sumber daya dibanding dengan DAS yang lain. Gatra-gatra ruang, bentuk, ketercapaian dan keterlintasan bersama-sama dengan harkat anasir-anasir DAS yang telah disebutkan di atas, menentukan kedudukan DAS dalam urutan prioritas pengembangan,. Keunikan dan keberagaman DAS menimbulkan berbagai pertimbangan dalam penggunaan alternatif menurut kepentingan yang berubah sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan keinginan. Macam dan jumlah kebutuhan serta keinginan merupakan fungsi waktu dan tempat. Maka dari itu pengertian tentang makna waktu dan tempat sangat menentukan ketepatan perencanaan tataguna DAS. Tanpa perencanaan tataguna yang memadai, penggunaan DAS dapat menjurus ke arah persaingan antar berbagai kepentingan, yang akhirnya hanya akan saling merugikan, dan pada gilirannya akan menimbulkan degradasi sumber daya DAS yang tidak terkendalikan.

2.2.2 Hakekat DAS Sebagai Dasar Dalam Pengelolaannya

(36)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

laut (atau danau), DAS menjadi tempat kelangsungan daur hidrologi. Hubungan hidrologi antara atmosfir dan tubuh air bumi dapat berjalan secara langsung, atau lewat peranan DAS. Terjadi pula hubungan hidrologi lansung antara DAS dan atmosfir. Hubungan hidrologi segitiga antara atmosfir, DAS dan tubuh air bumi (laut) disajikan pada Gambar 2.1 Bagan ini memperlihatkan peranan DAS sebagai penghubung dua waduk air alam utama, yaitu atmosfir dan laut. Ini menjadi dasar pertama dalam pengelolaan DAS.

Selaku suatu wilayah kegiatan pendauran air maka DAS merupakan suatu satuan fisik yang cocok bagi penelaahan proses-proses yang menentukan pembentukan bentang lahan (landscape) khas di berbagai wilayah bumi. Proses-proses yang berlangsung di dalam DAS dapat dikaji berdasar pertukaran bahan dan energi (Leopold dkk, 1964). Hal ini menjadi dasar kedua dalam pengelolaan DAS. Gambar 2 merupakan acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada proses pertukaran bahan dan energi.

Atmosfir

DAS Tubuh Air Bumi

(laut atau danau) hubungan erat

hubungan terbatas

(37)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Gambar 2.2 Acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada proses pertukaran bahan dan energi

Setiap DAS cenderung memperluas diri, baik dengan jalan erosi mundur dan/atau menyamping di daerah hulu, maupun dengan jalan pengendapan di daerah hilir, termasuk pembentukan jalur berkelok (meander) di dataran pantai dan pembentukan delta di depan kuala. Dilihat dari segi ini maka DAS merupakan suatu satuan geomorfologi yang bersifat sangat dinamik, dibentuk oleh proses- proses fluvial dan memperoleh corak dan cirinya dari paduan dua proses yang saling berlawanan. Proses yang satu ialah degradasi (penurunan) di daerah hulu dan proses yang lain ialah agradasi (peningkatan) di daerah hilir. Dengan demikian ada proses perpindahan material dari hulu ke hilir. Salah satu hasil morfogenesa penting

Atmosfir

Air Vegetasi

Tanah

Bahan

geologi Timbunan

(38)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

semacam ini adalah pembentukan bentang tanah atau pola agihan tanah yang khas di tiap-tiap DAS. Keadaan ini merupakan dasar ketiga dalam pengelolaan DAS.

Di depan telah diuraikan tentang berbagai gatra dan keaneka ragaman pemanfaatan DAS. Hal ini merupakan dasar keempat dalam pengelolaan DAS.

Dari dasar pengelolaan pertama dan kedua mengandung suatu pengertian penting, bahwa DAS merupakan suatu sistem yang terbuka (open system). Hal ini dapat dilihat dari berfungsinya interaksi luar (functioning of external interactions), yang menurut De Santo (1978) merupakan kategori kedua yang membentuk hakekat kehadiran suatu sistem. Dasar pengelolaan kedua, ketiga dan keempat menunjuk kepada suatu pengertian penting berikutnya, bahwa DAS merupakan suatu sistem peubah energi (energy transformer). Hal ini dapat dipandang adanya interaksi berfungsinya faktor-faktor internal (functioning of internal interactions). Yang menurut De Santo (1978) merupakan kategori pertama yang membentuk hakekat kehadiran suatu sistem.

2.2.3 Dasar - Dasar Pengelolaan DAS

(39)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Maksud pengelolaan DAS ialah mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai dengan kemampuanya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu. Dalam ungkapan “sesuai dengan kemampuannya” tersirat pengertian selaras dan lestari. Ungkapan “manfaat lengkap” dan “kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu” mengisyaratkan bahwa (1) hasil keluaran DAS tidak boleh hanya bermacam tunggal, akan tetapi harus terdiri atas berbagai hasil keluaran yang berkombinasi secara optimum, dan (2) rencana pengelolaan harus bersifat lentur (flexible) yang berisi sejumlah alternatif.

(40)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

antara daerah hulu dan hilir, dan (3) pengembangan DAS harus dapat memberikan sumbangan bagi kepentingan regional dan atau nasional. Maksud atau tujuan pengelolaan DAS telah disebutkan di atas. Yang dapat ditunjuk sebagai kendala terhadap perkembangan DAS ialah iklim, relief, tanah, air, sumberdaya mineral, vegetasi, beberapa gatra tertentu manusia, ruang/luas, bentuk, ketercapaian dan keterlindasan. Pendek kata semua anasir DAS yang dikenai atau terlibat dalam pengelolaan.

Dalam rencana pengelolaannya, DAS dibagi menjadi dua satuan pengelolaan. Satuan pengelolaan hulu mencakup seluruh daerah tadah atau daerah kepala sungai. Satuan pengelolaan hilir mencakup seluruh daerah penyaluran air atau daerah bawahan. Oleh Ray dan Arora (1973) istilah “watershed” digunakan secara terbatas untuk menamai daerah tadah, sedang daerah bawahan mereka namakan dengan istilah “commanded area”. Yang dinamakan “commended area” ialah daerah-daerah yang secara potensial berpengairan. Di DAS yang dapat dibangun suatu bendungan atau waduk maka seluruh daerah yang terkuasai oleh bangunan tersebut (daerah yang terletak dibawah garis tinggi pintu bendungan atau waduk) merupakan “commended area”.

(41)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

berguna, (4) Mengusahakan semua sumberdaya tanah dan air untuk memaksimumkan produksi.

Faktor-faktor yang berdaya (affect) atas program pengelolaan daerah tadahan atau DAS hulu ialah (Roy & Arora, 1973): (1) Bentuk dan luas daerah tadahan, (2) Lereng dan timbulan makro (3) Keadaan tanah, termasuk fisiografi dan hidrologi tanah, (4) Intensitas, jangka waktu dan agihan curah hujan (5) Rupa dan mutu vegetasi penutup, (6) Penggunaan lahan terkini.

Tujuan pengelolaan DAS hilir dapat diringkas sebagai berikut: (1) Mencegah atau mengendalikan banjir dan sedimentasi yang merugikan, sehingga tidak merusak dan menurunkan kemampuan lahan.(2) Memperbaiki pengatusan (drainage) lahan untuk meningkatkan kemampuannya. (3) Meningkatkan dayaguna air dari sumber-sumber air tersediakan. (4) Meliorasi tanah, termasuk memperbaiki daya tanggap tanah terhadap pengairan, dan kalau perlu juga reklamasi tanah atas tanah-tanah garaman, alkali, sulfat masam, gambut tebal, dan mineral mentah.

(42)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Perlakuan terhadap DAS hulu merupakan bagian terpenting dari keseluruhan pengelolaan DAS, karena hal itu akan menentukan keuntungan yang dapat diperoleh, atau kesempatan yang terbuka, dalam pengelolaan DAS hilir. Pengelolaan DAS hilir menentukan seberapa besar keuntungan yang secara potensial dapat diperoleh karena pengelolaan DAS hulu benar-benar terwujudkan. Dengan kata lain, pengelolaan DAS hilir bertujuan meningkatkan daya tanggapnya terhadap dampak pengelolaan DAS hulu.

(43)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

DAS hulu semula DAS hulu terbenahi

Harkat meningkat

Pengelolaan

Dampak menguntungkan

DAS hilir semula DAS hilir terbenahi Harkat meningkat

Harkat berlipat

Gambar 2.3 Bagan hubungan antara pengelolaan DAS hulu dan hilir dalam pengelolaan DAS terpadu

2.2.4 Data Dasar Yang Diperlukan Dalam Pengelolaan DAS

(44)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

sebagai mutu ditentukan bersama oleh faktor-faktor kemiringan dan panjang lereng, permeabilitas tanah, dan kemantapan struktur tanah. Taraf kepentingan nisbi permeabilitas tanah menjadi menonjol dalam lingkungan iklim basah. Dalam lingkungan iklim kering, yang mana erosi angin menjadi bentuk erosi pokok, tinggal kemantapan struktur tanahlah yang menjadi faktor yang menonjol. Erosivitas hujan bersama dengan erodibilitas tanah menentukan mutu lahan yang disebut kerentanan lahan terhadap erosi air. Macam mutu yang lain antara lain kesuburan tanah, iklim, kebersihan air, keterlindasan (trafficability), dan keramah tamahan penduduk. Mutu dapat diharkatkan dengan sebutan (buruk, sedang, baik) atau dengan nilai tertentu (scoring).

Data dasar untuk pengelolaan DAS terdiri atas ciri dan mutu semua anasir atau gatra DAS yang penting dalam menentukan kemampuan (capability) DAS. Macam data yang sekurang-kurangnya harus dikumpulkan ialah:

(1) Neraca air makro (menurut iklim) dan neraca mikro (atau neraca lengas tanah menurut hidrologi lahan).

(2) Erosivitas hujan dan erodibilitas tanah, untuk daerah-daerah beriklim kering, erosivitas hujan diganti dengan erosivitas angin.

(45)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

(4) Proses fluvial dalam geomorfologi (erosi, sedimentasi, hidrolika sungai, pembentukan delta, dataran banjir, dataran interfluvial, dataran estuarin, bentukan morfologi destruktif, seperti lembah, peneplain, morfologi karst, dsb).

(5) Kemampuan lahan untuk pertanian, baik produktivitas maupun potensialitasnya. (6) Tataguna lahan kini dan produktivitasnya, termasuk tataguna sumberdaya air kini. (7) Ketercapaian wilayah dan keterlintasan.

(8) Kerapatan dan distribusi penduduk, laju pertambahan penduduk, mata pencaharian, kemampuan usaha, tingkat pendapatan dan kekayaan keluarga, tingkat kesehatan, dan mobilitas penduduk.

(9) Rata-rata dan distribusi luas lahan milik atau garapan dan tingkat penerapan teknologi.

Dari analisa dan penilaian data dasar akan diperoleh pengetahuan, kesimpulan atau petunjuk tentang:

(1) Tingkat peluang dan prospek pengembangan.

(2) Beberapa alternatif arah dan bentuk pengembangan, termasuk pertimbangan kerjasama dengan DAS tetangga dengan maksud saling mengisi.

(3) Macam dan jumlah masukan yang diperlukan.

(46)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Dari macam ragam data dasar yang diperlukan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan DAS harus dikerjakan secara multidisiplin. Yang diartikan dengan multidisiplin ialah suatu titik tolak pandangan atau sikap, atau kerangka pendekatan, yang memadukan berbagai bidang pengetahuan yang relevan dengan watak dan kelakuan masalah, menjadi satu sistem analitik. Agar supaya sistem analitik ini dapat berfungsi efektif, tiap-tiap bidang pengetahuan yang menjadi unsur-unsurnya diberi kedudukan tertentu di dalam kerangka kerja. Unsur-unsur tersebut dapat diurutkan pada garis gerak analisa sesuai dengan pertimbangan hirarki tertentu. Dengan jalan ini suatu unsur memperoleh masukan dari unsur lain yang berkedudukan hirarki lebih tinggi dan pada gilirannya, unsur yang tersebut pertama tadi memberikan masukan kepada unsur berikutnya yang berkedudukan hirarki lebih rendah.

Sistem analitik seperti ini mempunyai struktur bertingkat. Biasanya pengumpulan data dasar dan analisa kualitatif fisik berada pada tingkat atas (langkah kerja pertama), dan memberikan masukan kepada analisa sosial-ekonomi dan pengharkatan kuantitatif yang berada pada tingkat bawah (langkah kerja kedua). Maka system analisa seperti ini disebut pula “pendekatan bertingkat dua”. Dapat pula analisa semua gatra dikerjakan secara berdampingan (hirarki tunggal), dan sistemnya dinamakan “pendekatan sejajar” (ILRI, 1977).

(47)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

demikian ia bersifat lebih fleksibel dalam hal penganggaran penghasilan kegiatan

survai dan pengumpulan data pada hal-hal yang langsung diperlukan untuk analisa

dan pengharkatan. Penghampiran sejajar sering menghambat analisa tuntas mengenai kemampuan menyeluruh (ultimate capability) suatu sumberdaya, karena terjerat dalam pertimbangan sosial-ekonomi yang membuat batasan tempat dan waktu. Dengan demikian prospek mutlak suatu sumberdaya tidak terungkapkan. Untuk keperluan pengharkatan lahan, FAO dan International Institute for Land Reclamation

and Improvement (ILRI), memilih pendekatan bertahap (ILRI, 1977). Penulis juga

memperoleh pengalaman yang memuaskan dalam menerapkan penghampiran bertahap ini. Bidang sosial-ekonomi boleh saja ditangani pada tahap pertama kegiatan bersama-sama dengan bidang fisik, asal saja terbatas pada pengumpulan data dasar.

Dalam menghubungkan asas kepaduan disiplin dengan pengelolaan DAS, Martin (1970) dalam kata pengantarnya untuk Symposium on The Interdisciplinary

Aspects of Watershed Management di Montana State University mengemukakan

bahwa “…professional from the many different disciplines will … work in concert to

bring about total watershed managenent”.

2.2.5 Pengelolaan DAS Deli Terpadu

(48)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

1). Assesment: melihat apa yang sebenarnya terjadi pada DAS dan peran daripada semua stakeholder, kelembagaan, sosial/ekonomi yang terlibat pada DAS tersebut.

2). Perencanaan: mendapatkan manfaat daripada perencanaan dengan adanya

action dan direction dan harus bersifat battom up daripada top down.

3). Implementasi: melaksanakan dengan baik apa yang sudah direncanakan, dan 4). Evaluasi: untuk melihat kinerja apa yang sudah dilaksanakan dan apa yang

belum dengan membuat laporannya.

Gambar 2.4 Watershed management model

Untuk lebih berhasilnya pengelolaan DAS diperlukan Watershe Partnership yang berbentuk committee atau Dewan Air baik pada Tingkat Federal, Provincial dan

local.

PHASE I Assessment/

Problem

PHASE II Planning

PHASE III Implementati

(49)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait (Reimold, 1998 an Davenport, 2005). Pendekatan terpadu juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat. Dalam upaya menciptakan pendekatan pengelolaan DAS secara terpadu, diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir (Svendsen, 2004).

Kodoatie dan Sugiyanto (2002) menyatakan pengelolaan DAS berubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktifitas-aktifitas berikut ini:

a. Pemeliharaan vegetasi dibagian hulu DAS

b. Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air & erosi tanah. c. Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tanah air yang

tepat,sepanjang tunggul drainase, saluan-saluran dan daerah lain untuk pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.

(50)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

e. Pengelolaan khusus untuk menantisipasi aliran sedimenyang dihasilkan dari kegiatan gunung berapi.

Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan-keadaan berikut (Reimold, 1998; Kodoatie dan Sugiyanto, 2002; Thoma, 2005) :

a. Mengurangi debit banjir di daerah hilir.

b. Mengurangi erosi tanah dan muatansedimen di sungai.

c. Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan dari penataan guna tanah dan perlindungan air.

d. Miningkatkan lingkungan di daerah DAS dan daerah sungai.

2.2.5.1Konsep Terpadu dan Tujuan Pengelolaan DAS Terpadu

Tujuan pengelolaan DAS terpadu menurut Reimold (1998), Svendsen (2004), Kodoatie dan Sjarief (2005), Asdak (2005) dan Thomas (2005) antara lain sebagai berikut:

a. Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor/instansi/lembaga/wilayah dalam pengelolaan sumber daya hutan, tanah dan air dalam DAS.

b. Terwujudnya kondisi hidrologi ( tata air ) DAS yang optimal meliputi kuantitas, kualitas dan distribusinya

(51)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

d. Terjaminnya pemanfaatan/penggunaan hutan, tanah dan air dalam DAS secara lestari sesuai daya dukung wilayah dan daya tampung lingkungan.

e. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.

2.2.5.2 Wilayah Sungai Sebagai Satuan Basis Perencanaan dan Pengelolaan Karena air mengalir dalam batas-batasnya sendiri (yaitu wilayah sungai atau basin danau, atau akifer air anah) maka dalam penerapan semua hal tersebut wilayah sunai atau water basin harus diterima sebagai satuan basis (baisc unit) untuk perencanaan dan pengoperasian, dan komitmen sosial yang kuat serta partisipasi pulik yang baik yang harus diikuti. Pengelolaan DAS terpadu secara inheren menerima pendekatan ekosistem untuk pengelolaan wilayah sungai dan danau, termasuk fungsi dari ekosistem sebagai basis untuk kehidupan manusia dan konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity). Menurut Asdak (2005) pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah, tetapi erat berkaitan melalui kelembagaan yang relevan dan terkait sebagai serial aktifitas yang masing-masing berkaitan dan memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa terjadinya kerusakan sumber daya air dan tanah.

Konsep pengelolaan DAS mengenal pendekatan one river, one plan and one

(52)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Wil. Administrasi A

dilaksanakan, yang menurutnya perlu dikaji lebih lanjut Hubungan antara DAS dan Tata Ruang. Sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa : 1) Pola pengelolaan dan rencana pengelolaan SDA disusun berdasarkan wilayah

sungai (DAS);

2) Prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah; 3) Melibatkan masyarakat dan dunia usaha;

4) Dasar adalah keseimbangan antara konservasi, Pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air;

5) Penyelenggaraan SDA harus lakukan secara utuh dari hulu sampai hilir.

(53)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

2.2.5.3Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Dan Kuantitas Serta Banjir Daerah Hilir

Kejadian banjir menurut Kodoatie (2002) dan Siswoko (2002) disebabkan oleh teknis dan non teknis (man made). Salah satu akibat dari man made adalah adanya perubahan tata guna lahan, urbanisasi, dan penebangan hutan yang pengaruhnya sangat besar terhadap kuantitas banjir yang diilustrasikan pada sebuah DAS yang semula berupa hutan mempunyai debit 10 m3/det jika berubah menjadi sawah debit sungainya akan menjadi antara 25 sampai 90 m3/det, ada kenaikan debit sebesar 2,5 atau 9 kali debit semula dan seterusnya bila hutan berubah menjadi kawasan perdagangan/perindustrian, maka debitnya akan meningkat tajam menjadi 60 sampai 250 m3/det (Raudkivi, 1979; Subarkah, 1980; Schwab dkk, 1981; Loebis, 1984; dan Linsley, 1989) untuk jelasnya lihat Gambar 2.6

(54)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Gambar 2.7 Tata guna lahan terhadap kualitas dan kuantitas serta banjir daerah hilir

2.2.5.4 Konsep Zero Delta Q dan Kompensasi Hilir-Hulu

Upaya pengendalian tata ruang harus tetap dilaksanakan dengan adanya implementasi law enforcement dan pemberian sanksi bagi pelanggarn dan memberi insentif bagi individu/kelompok yang menjaga kelestarian hutan. Untuk hal ini agar tetap berjalannya sustainable development konsep Zero Delta Q yaitu tidak boleh ada penembahan debit akibat adanya pembangunan/perubahan tata guna lahan yaitu sebagai contoh bila ada pembangunan pada lahan seluas 1000 m2, maka 30% dari luas lahan atau 300 m2 dijadikan kolam serapan.

Kota Medan sebagai lembah yang berkembang dan mempunyai dana yang cukup perlu memberikan kompensasi ke wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Karo

(55)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

sebagai DAS hulunya dalam bentuk program konservasi reboisasi ataupun dana segar, dengan demikian diharapkan masyarakat yang tinggal di daerah hulu akan benar-benar menjaga kelestarian lingkungan dan hutan di wilayahnya.

2.2.5.5 Tata Guna Lahan DAS Deli

Daerah Aliran Sungai Deli terletak di kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan Propinsi sumatera Utara, Disebalah kiri berbatasan DAS Percut, sedangkan disebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdari dari tujuh sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sikambing dan Sub DAS Paluh Besar, pemberian nama – nama dari DAS tersebut memperhatikan nama anak-anak sungai yang mengalir didaerah tersebut, untuk jelasnya lihat rincian Luas DAS per Sub DAS dan Nilai Rc pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Luas DAS per Sub DAS dan Nilai Rc

Sub DAS Luas ( Ha ) Persentasi (%) Nilai Rc

Sub DAS Petani 10.187 21,15 0,38

Sub DAS Simai-mai 30.43 6,32 0,25

Sub DAS Deli 8.469 17,59 0,09

Sub DAS Babura 5.911 12,27 0,16

Sub DAS Bekala 4.793 9,95 0,45

Sub DAS Sei Sikambing 4.415 9,17 0,37

Sub DAS Paluh Besar 11.344 23,55 0,48

(56)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Sungai Deli dengan Panjang ± 82 km dan daerah tangkahan hujan seluas 48,162 Km2 alirannya berawal dari mata air di lereng bagian utara gunung pintau, gunung sibayak dan pegunungan disekitarnya yang berketinggian antara 1,400 m – 1.800 m mengalir melalui suangai Deli dengan kemiringan rara-rata dasar sungai 0,0061 melalui kota

Medan dan bermuara di Belawan (JICA, 1996). Disekitar pusat kota Medan (belakang kantor walikota saat ini) Sungai Deli bertemu dengan anak sungainya yaitu

Sungai Babura dan kemudian Sungai Sikambing. Sungai ini merupakan saluran utama yang mendukung drainase kota Medan dengan cakupan luas wilayah pelayanan sekitar 51% dari luas kota Medan. Meluasnya lahan kritis pada wilayah Sungai Deli hulu , tengah dan pinggiran kota Medan akibat perambahan hutan, alih fungsi dan tekanan penduduk. Hal ini menyebabkan bertambahnya aliran permukaan menyebabkan perubahan tata guna lahan sebagaimana ada pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Data penggunaan lahan pada DAS Deli

Kelas Luas ( Ha ) Luas ( % )

Hutan 3.655 7,59

Belukar 2.068 4,29

Kebun Rakyat 285 0,59

Kebun Coklat, kelapa sawit/kelapa 2.284 4,74

Sawah 8.143 16,91

Tanaman Campuran 16.154 33,54

Tegalan 1.836 3,81

Perkebunan Tembakau 5.628 11,69

Alang – alang 479 0,99

Rawa 69 0,14

Pemukiman 5.374 11,16

Lain-lain 2.187 4,54

(57)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Dari susunan pemanfaatan DAS Deli secara sekilas hutan yang seharusnya mempunyai luas ± 30 % sesuai dengan UU Kehutanan nomor 41 tahun 1999, pada kenyataannya hanya tersisa 7,59 % ( tabel 2 ) yang berarti wajarlah Sungai Deli selalu membawa debit banjir ± 315 m3/det saat musim hujan dan 10-12 m3/det saat musim kemarau.

2.2.5.6 Prakiraan Neraca Air Sungai Deli Tahun 2008

(58)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

(59)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif (kasus). Dengan metode deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang jelas keberadaan kondisi faktual di DAS Deli (Nazir 1999:63). Sedangkan menggunakan pendekatan kualitatif untuk penelitian ini dengan alasan: (1) Pendekatan kualitatif sangat sesuai untuk diterapkan bila penelitian itu bertujuan untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku mansia (2). Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan bila penelitian itu ingin mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks dari partisipan. (3). Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang dimaksudkan untuk melakukan penjajakan (eksplorasi). (4). Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan yang terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam dan rinci. (Suyanto 2006 : 174).

3.2. Lokasi Penelitian

(60)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

3.2.1 Kota Medan Secara Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

(61)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun belawan dan pusat kota Medan saat ini.

Berdasarkan data kependudukan tahun 2004, penduduk kota Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap , sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan demikian Kota Medan Merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.

(62)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km 2 pada tahun 2004. jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit , terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

Menurut Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Tahun 2005, Kota Medan dibagi menjadi beberapa wilayah pengembangan guna memudahkan dalam pengelompokan sasaran pembangunan, yang disebut dengan Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP). Adanya istilah “pembangunan” karena periode RUTRK Medan hanya 10 tahun, sehingga tidak hanya terbatas pada pengembangan saja melainkan juga dengan pembangunannya.

(63)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

wilayah yang terdiri dari beberapa kecamatan (WPP) sampai ke tingkat kelurahan.

Istilah WPP tidak sama dengan Bagian Wilayah Kota (BWK), karena satu WPP dapat juga terdiri dari beberapa kecamatan yang relatif kecamatannya akan menjadi BWK tersendiri.

Ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan pembagian WPP ini, yaitu:

1. Dominasi fungsi/fungsi kegiatan dan homogenitas fisik di wilayah pengembangan.

2. Dalam konteks pembangunan nasional di Provinsi Sumatera Utara: a. Kota Medan merupakan pusat orientasi koleksi dan distribusi

seluruh kegiatan di Sumatera Utara dan sebagian provinsi tetangganya.

b. Alokasi investasi diarahkan sedemikian rupa ke Kota Medan sehingga atau untuk menarik pertumbuhan kegiatan di Sumatera Utara dan Provinsi-provinsi tetangganya.

3. Dalam konteks Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi (RSTRP) atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumatera Utara:

(64)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Tebing Tinggi dan Kabupaten Deli Serdang. Potensi utamanya adalah industri , perdagangan dan pariwisata.

b. Kota Medan diarahkan sebagai pusat pengembangan:

1. Aneka industri, seperti industri percetakan serta industri bahan makanan dan minuman;

2. Industri mesin dan logam dasar, seperti industri mesin/peralatan, pengangkutan hasil perkebunan dan perbengkelan alat pengangkutan;

3. Industri kecil, seperti pakaian jadi, makanan anak-anak dan bahan bangunan.

4. Dalam konteks Mebidang Metropolitan Area (MMA), Kota Medan merupakan kota inti dari 9 (sembilan) Kota Mandiri yang diharapkan memiliki kombinasi pembangunan yang baik antara kegiatan industri, perumahan, pusat komersial, pusat jasa dan pelayanan umum.

3.2.2 Medan Maimun dan Kelurahan Aur

Kecamatan Medan Maimun yang baru berdiri berdasarkan PP Nomor 50 tahun 1991ini memang sedang mengalami perkembangan untuk menjadi sebuah Kecamatan yang mandiri.

(65)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

pemekaran berdasarkan SK Mendagri menjadi sebuah Kecamatan yang berdiri sendiri dibawah pimpinan seorang Camat.

Gambaran mengenai Kecamatan Medan Maimun selengkapnya ada di lembaran-lembaran berikut ini.

Tabel 3.1 Letak dan Geografis Kecamatan Medan Maimun Tahun 2005

Kondisi Kecamatan Keterangan

1. Luas wilayah : 3,345 Km2

2. Letak diatas permukaan Laut : 27 Meter 3. Terletak antara

Lintang Utara : 03o – 32o

Lintang Selatan :

Bujur Timur : 98o – 39o

4. Berbatasan dengan

Sebelah Utara : Kec.Medan Barat

Sebelah Selatan : Kec. Medan Johor Sebelah Barat : Kec. Medan Polonia

Sebelah Timur : Kec. Medan Kota

(66)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Tabel 3.2 Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Maimun Tahun 2005

Kelurahan Luas (Km2) Persentase terhadap Luas Kecamatan

1. Kampung Baru 1,27 37,97

2. Sei Mati 0,23 6,88

3. Suka Raja 0,17 5,08

4. Jati 0,55 16,44

5. Hamdan 0,525 15,69

6. Aur 0,6 17,94

Kecamatan 3,345 100

(67)

Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan Maimun, 2010.

Tabel 3.3 Jumlah penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km dirinci menurut Kelurahan di Medan Maimun Tahun 2005

Kelurahan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk Per Km2

1. Kampung Baru 17 154 1,27 13.507

2. Sei Mati 10 283 0,23 44.709

3. Suka Raja 5 045 0,17 29.676

4. Jati 1 369 0,55 2.489

5. Hamdan 6 673 0,525 12.710

6. Aur 6 534 0,60 10.890

Gambar

Gambar 2 merupakan acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada proses
Gambar 2.2  Acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada proses                                pertukaran bahan dan energi
Gambar 2.3  Bagan hubungan antara pengelolaan DAS hulu dan hilir dalam                                pengelolaan DAS terpadu
Gambar 2.4  Watershed management model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar tersebut, larutan yang mmeberikan tiitk didih paling tinggi adalah... Titik bekunya lebih tinggi dari titik beku larutan elektrolit.. Larutan yang memiliki

pattern yang salah. Tabel 5.22 terlihat hasil pencocokkan string pada Aplikasi Istilah Akuntansi menggunakan Algoritma Reverse Colussi.. Gambar 6 Form menu Utama. Pada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas aset tetap dan pertumbuhan perusahaan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan model revaluasi

Alat ini terdiri dari Rangkaian Pengatur Arus Konstan untuk menghasilkan arus yang sesuai dengan kapasitas baterai dan relatif tidak berubah sehingga mampu digunakan sebagai alat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas aset tetap dan pertumbuhan perusahaan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan model revaluasi

Contoh dari dictionary based coding adalah Lempel Ziv Welch dan contoh dari statistical based coding adalah Huffman Coding dan Arithmetic Coding yang merupakan

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit, yaitu hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

kehidupan manusia dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia 1.3  Mengsyukuri. karunia dan rahmat Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkunganya