• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Burung Puyuh

Perkembangan burung puyuh di Indonesia

Sejarah singkat burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut Quail, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Prihatman, 2000).

Burung puyuh bukan jenis ternak konvensional, tetapi telur burung puyuh ternyata bisa menjadi usaha skala kecil dengan biaya murah dan efisiensi produksi tinggi. Burung puyuh termasuk jenis unggas dan masih saudara dengan ayam-ayaman. Nama latinnya adalah Cotunix cotunix. Berat rata-rata seekor burung puyuh dewasa berkisar antara 150—300 gr. Untuk petelur, burung puyuh betina mulai bertelur pada usia 6 minggu. Seekor betina mampu menghasilkan 180-200 butir telur per tahun (Ngutte, 2010).

Karakteristik telur puyuh

Nilai jual puyuh disetiap umurnya cukup tinggi, baik telur konsumsi, telur tetas, dan bibit. Telur puyuh merupakan produk peternakan yang paling banyak diserap pasar. Kebutuhan masyarakat akan telur setiap tahun mengalami peningkatan. Subsistem penanganan hasil peternakan puyuh yang dipelihara,

5

khusus untuk menghasilkan telur konsumsi. Telur puyuh memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih baik dari telur biasa, karena memiliki kandungan

protein yang lebih tinggi dengan kandungan lemak yang lebih rendah (Hanafiah, 2013).

Tabel 1. Ukuran dimensi telur burung puyuh

No. Ukuran telur Rata-rata

1. Bobot telur (gr) 0,01

2. Panjang (cm) 2,93

3. Diameter (cm) 2,27

4. Indeks (%) 77,6

Telur burung puyuh berbeda dengan telur-telur unggas lainnya, sebab telur burung puyuh mempunyai warna yang berbeda-beda. Warna tersebut adakalanya coklat tua, biru, putih dan kekuning-kuningan (Ardiansyah, 2015).

Distribusi telur puyuh

Sistim pemasaran telur puyuh menggunakan cara penjatahan yaitu suatu sistim pemasaran yang didasarkan atas pennintaan dari grosir atau pengecer kepada petemak terhadap sejumlah telur puyuh yang dapat dijual. Penyaluran telur dari petemak ke grosir atau pengecer dilalcukan dengan sistim kontrak. Pemasaran telur puyuh ke konsumen ditingkat pengecer, menggunakan beberapa macam kemasan, yaitu kantung plastik, kotak plastik, atau dengan meletakkan telur dalam peti kayu atau keranjang plastik terbuka dan membiarkan konsumen memilih sendiri (Syamsir dkk, 1994).

6

Limbah Kertas Daur ulang kertas

Pada umumnya sampah kertas banyak dibuang begitu saja dan tidak diman- faatkan. Penumpukan sampah kertas tentu saja memberikan dampak buruk bagi lingukungan, baik dari segi keindahan maupun kesehatan. Metode daur ulang kertas dapat digunakan sebagai solusi pemanfaatan kertas bekas agar dapat mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Daur ulang kertas adalah proses untuk menjadikan kertas bekas agar menjadi kertas dengan tujuan memanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca (Dahlan, 2011).

Pengeringan

Pengertian pengeringan (Drying)

Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan merupakan langkah yang baik dan merupakan cara terakhir dari sederetan operasi dengan hasil pengeringan biasanya siap untuk dikemas (McCabe, 1993).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan. Kadar air dalam bahan ikut menentukan kesegaran dan daya awet, karena kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak yang mengakibatkan perubahan pada bahan (Winarno, 2007).

7

Proses perpindahan panas terjadi karena suhu bahan lebih rendah dari pada suhu udara yang dialirkan di sekelilingnya. Panas yang diberikan ini akan menaikkan suhu bahan yang menyebabkan tekanan uap air di dalam bahan lebih tinggi dari pada tekanan uap air di udara sehingga terjadi perpindahan uap air dari bahan ke udara yang merupakan perpindahan massa. Pada saat pengeringan dimulai, uap panas yang dialirkan meliputi permukaan bahan akan menaikkan tekanan uap air, terutama pada daerah permukaan, sejalan dengan kenaikan suhunya. Pada saat proses ini terjadi, perpindahan massa dari bahan ke udara dalam bentuk uap air berlangsung atau terjadi pengeringan pada permukaan bahan. Setelah itu tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun. Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan, maka terjadi pergerakan air secara difusi dari bahan ke permukaannya dan seterusnya proses penguapan pada permukaan bahan diulang lagi. Akhirnya setelah air bahan berkurang, tekanan uap air bahan akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya (Taib dkk, 1988).

Setelah panas sampai ke bahan pangan maka air dari sel-sel bahan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut (1) air bergerak melalui tekanan kapiler (2) penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan (3) penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan permukaan komponen padatan dari bahan (4) perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan kadar air tersebut adalah (a) luas permukaan bahan yang dikeringkan (b) perbedaan suhu dan udara

8

sekitarnya (c) kecepatan aliran udara dan (d) tekanan udara dalam ruang pengering (Supriyono, 2003).

Pengeringan sinar matahari dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang disediakan alam seperti angin dan sinar matahari. Pengeringan dengan sinar matahari memang bisa efektif, karena suhu yang dicapai sekitar 35oC sampai 45oC. Penggunaan sinar matahari kadang-kadang kurang menguntungkan karena kondisi cuaca yang bisa berubah-ubah. Selain itu, suhu pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol, hanya berlangsung bila ada sinar matahari dan pengeringan tidak konstan. Pengeringan yang tidak terkontrol menyebabkan case hardening, disebabkan lebih cepatnya penguapan air dari permukaan daripada difusi dalam makanan, sehingga terjadi suatu lapisan permukaan yang keras dan menghalangi penguapan selanjutnya. Pengeringan buatan atau mekanis dapat menggunakan udara dipanaskan. Alat pengering ini berupa suatu ruang atau kabinet dengan udara panas yang ditiupkan di dalamnya. Udara yang dipanaskan tersebut dialirkan ke bahan yang akan dikeringkan dengan menggunakan alat penghembus fan (Effendi, 2012).

Rancang Bangun

Perancangan adalah penuangan ide (gagasan) dalam bentuk tulisan, yang didasarkan pada logika gerak (mekanis), ratio posisi (konstruksi) didukung pendekatan matematis, yang secara eksplisit merupakan parpaduan antara penerapan beban/gaya, penentuan demensi, penggunaan material dan pemilihan angka keamanan hingga dapat digambar. Sejurus kemudian, jika (hasil rancangan) dibuat (dalam bentuk benda) maka akan dapat dirakit untuk dioperasikan hingga

9

mampu menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan. Selanjutnya inilah yang disebut dengan rancang bangun (Sholeh dkk, 2012).

Material

Material disebut gagal apabila tidak mampu lagi memenuhi tujuan pemakaian yang diinginkan penyebab kegagalan menyangkut (i) perkiraan desain yang tidak baik, (ii) kondisi operasi yang tidak diduga, (iii) pemeliharaan yang tidak memadai, (iv) salah penggunaan dan (v) pengendalian mutu yang tidak memadai selama proses manufaktur. Kegagalan selama pemakaian umumnya terjadi karena perubahan komposisi atau perubahan struktur internal yang dialami material selama pemakaian (Lawrence, 2004).

Perbengkelan

Pengelasan

Pengelasan adalah proses menyatukan dua buah logam dengan cara memanaskannya sehingga membentuk kesatuan. Dalam pengelasan struktural hal ini biasanya diikuti dengan penambahan logam pengisi dari elektroda. Las struktural biasanya dilakukan dengan proses busur logam terlindung (shield

meta-arcprocess) atau dengan cara proses busur tercelup (submerged arc process) (Spiegel and George, 1991).

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

Kesehatan kerja, upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Keselamatan kerja, upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja,

10

menjaga keselamatan orang lain, melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi (Rawung, 2013).

Komponen Alat

Pencetak rak telur (Egg tray)

Mesin utama untuk memproduksi kemasan telur adalah hydropulper untuk membuat pulp dari limbah kertas karton dan molding untuk mencetak kemasan telur. Mesin pendukung produksi egg tray adalah oven untuk mengeringkan dan mesin press untuk pengepakan akhir. Disebut mesin utama karena ketersediannya akan mempengaruhi proses produksi, dan disebut mesin pendukung karena ketersediannya tidak mempengaruhi proses produksi (Kurniasih, 2013).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin pertanian

Defenisi kapasitas

Kapasitas adalah hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas pada suatu mesin diartikan sebagai keluaran maksimun dalam suatu periode tertentu. Kapasitas terbagi menjadi tiga yaitu kapaitas desain, aktual dan efektif. Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diharapkan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan bauran produk, metode, penjadwalan, pemeliharaan dan standar kualitas yang diberikan (Meredith and Shafer, 2002).

Kapasitas efektif alat atau mesin adalah kapasitas yang dapat diharapkan untuk mengolah maupun menghasilkan produk dengan metode penjadwalan, perawatan serta penggunaan kriteria tertentu. Kapasitas efektif alat dan mesin ini

11

menunjukkan output maksimum pada tingkat operasi tertentu melalui nisbah antara jumlah bahan yang diolah dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam prosesnya per satuan waktu (jam). Kapasitas efektif suatu alat dan mesin dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Kapasitas efektif alat = jumlah bahan yang diolah

waktu ... (1)

adapun faktor-faktornya ditentukan berdasarkan rancangan produk, kualitas bahan, perawatan alat dan mesin serta rancangan pekerjaan (Harjanto, 1997).

Bahan tidak terolah merupakan sebahagian dari jumlah bahan yang tidak terproses sempurna dari jumlah bahan seluruhnya. Jumlah bahan tidak terolah biasanya dinyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan mengurangi berat awal bahan dengan dengan berat bahan terolah. Persentase bahan tidak terolah dihitung dengan rumus

Bahan tidak terolah = berat bahan tidak terolah

berat awal bahan × 100% ...(2)

(Daywin dkk, 2008).

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak

tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

12

Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok =

[

BT

x

+

BTT

]

C ... ..(3) Keterangan

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Biaya

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total akan berubah sesuai dengan volume produksi (Halim, 2009).

1. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan (metode sinking fund)

Dt = (P-S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t–1) ... (4) Keterangan

Dt = biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

13

t = tahun ke-t

i = tingkat bunga modal (% tahun)

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya

I = i(P)(n+1)

2n ... . (5)

Keterangan

i = total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun).

3. Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alat dan mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

4. Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5% - 1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan

Biaya reparasi = 1,2% (P-S)

x ... (6) Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Hidayat dkk, 1999).

Break even point

Break even point (BEP) adalah suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi.

14

Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan dan kerugian sama dengan nol. Hal ini biasa terjadi apabila perusahaan didalam operasinya menggunakan biaya tetap dan volume penjualannya hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan variabel. Penerapan analisis BEP adalah untuk menentukan tingkat produksi agar perusahaan berada pada titik impas. Analisis BEP dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usahan yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing) dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada disebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi (Waldiyono, 2008)

Break even point merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas bila jumlah hasil penjualan produknya pada periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang

15

ditanggung sehingga proyek tersebut tidak mengalami kerugian dan mengalami keuntungan.

BEP = F

(P-V) ... (7)

Dimana

F = biaya tetap per tahun (Rp) P = harga jual (Rp)

V = biaya tidak tetap per unit produksi (Rp/unit) (Giatman, 2006).

Net Present Value

Net present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor.

Secara singkat dapat dirumuskan

CIF – COF ≥ 0 ... (8) Keterangan

CIF = cash in flow (Rp) COF = cash out flow (Rp). Kriteria NPV yaitu

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

16

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Giatman, 2006).

Internal rate of return

Tingkat suku bunga yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara pemasukan dengan pengeluaran pada suatu periode tertentu disebut dengan internal rate of return (IRR). Dengan kata lain, IRR adalah suatu tingkat suku bunga yang mengurangi harga sekarang dari serangkaian pemasukan dan pengeluaran menjadi nol (Purnomo, 2004).

Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha tani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi usaha tani bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat usaha tani itu diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (NPV = 0) (Soekartawi, 1995).

Dengan menggunakan metode internal rate of return (IRR) akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus

IRR = i1 – NPV1

17

Keterangan

i1 = suku bunga bank paling atraktif i2 = suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i1 NPV2 = NPV pada i2 (Kastaman, 2006).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kertas merupakan barang lembaran dibuat dari bubur (rumput, jerami, kayu dan sebagainya) yang biasa ditulisi ataupun untuk pembungkus, (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kertas terbuat dari bahan alami seperti serat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dapat terurai dengan cepat. Negeri yang pertama kali bersentuhan dengan budaya kertas ialah mesir. Di Indonesia persentuhan kertas telah dimulai sejak abad ke-13, kertas pabrik pertama yang masuk ke Indonesia didatangkan oleh para pedagang muslim yang berasal dari Arab. Selanjutnya, persentuhan Indonesia dengan kertas pabrik semakin mendalam pada zaman Vereenigde de Oost Indische Compagnie (VOC) (Permadi, 2004).

Sekarang ini penggunaan kertas sangatlah penting bagi kebanyakan orang dan kebutuhan akan kertas semakin meningkat tiap tahunnya. Konsumsi kertas di Indonesia saat ini sekitar 32,6 kg per kapita (data Kementerian Perindustrian). Hal ini tentu saja juga berpengaruh terhadap jumlah sampah kertas yang dihasilkan pula. Pemanfaatan sampah kertas saat ini masih belum dilakukan secara optimal. Padahal sampah kertas yang sudah tidak terpakai tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.

Kardus merupakan bahan kemasan yang terbuat dari kertas yang tebal dan biasanya digunakan untuk melindungi suatu produk, jenis kertas ini umumnya merupakan sampah yang paling banyak ditemui di lingkungan sekitar. Proses daur ulang sampah kardus ini dapat menghasilkan beberapa produk daur ulang, dan salah satu contohnya adalah rak telur. Untuk mengolah sampah kardus ini tentunya dibutuhkan teknologi dan pengetahuan tentang pengolahan sampah

2

tersebut guna mempercepat penyelesaian penumpukan sampah kertas di lingkungan sekitar.

Alat pencetak rak telur puyuh ini befungsi sebagai pembuat rak telur puyuh dengan menggunakan bahan baku sampah kertas kardus. Dengan adanya alat ini diharapkan dapat mengurangi dan memanfaatkan sampah kardus yang ada di lingkungan sekitar untuk dijadikan rak telur sehingga pengendalian lingkungan akan limbah kertas yang tidak terolah dengan baik menjadi lebih optimal, maka dengan memperhatikan alasan di atas, penulis ingin merancang alat pencetak rak telur puyuh.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat dan menguji alat pencetak rak telur puyuh.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai alat pencetak rak telur puyuh.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi alat pencetak rak telur puyuh. 4. Sebagai alternatif pembuatan kemasan telur unggas.

3

Batasan Masalah

1. Pembuatan dan pengujian alat pencetak rak telur puyuh hanya pada bahan sampah kertas kardus.

2. Kerangka pada mesin serta berbagai macam sambungan yang ada diasumsikan aman untuk pemakaian.

ABSTRAK

Keberadaan sampah kertas meningkat seiring dengan tingginya penggunaan kertas di seluruh lapisan masyarakat. Sampah kertas ini salah satunya terdiri dari kertas industri. Penanganan sampah ini harus dilakukan dengan tepat agar tidak mencemari lingkungan. Caranya adalah dengan mendaur ulang sampah kertas tersebut. Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari pengolahan limbah kertas adalah rak telur yang dapat dimanfaatkan sebagai kemasan untuk telur puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat alat pencetak rak telur puyuh serta menguji dengan parameter kapasitas efektif dan jumlah bahan tidak terolah kemudian menganalisis nilai ekonomis alat pencetak rak telur puyuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat sebesar 2,65 kg/jam dan jumlah bahan tidak terolah sebesar 3,07 %. Analisis ekonomi menunjukkan bahwa break even point sebesar 1.457,37 kg pada tahun kelima, net present value sebesar Rp 12.295.643,1/tahun dengan suku bunga 6,75% dan Rp 8.633.897,5/tahun dengan suku bunga coba-coba 8%, serta internal rate of return sebesar 12,2%.

Kata kunci: Alat pencetak rak telur puyuh, limbah kertas.

ABSTRACT

The existence of paper waste increase with the use of paper in all levels of society. Paper waste is one of them consists of the paper industry. The handling of this waste must be done correctly so that it doesn’t contaminate the environment. The trick is to recycle waste paper. One of the products that can be produced from the processing of waste paper is the egg rack, which can be used as packaging for quail eggs. This research aims to design and create a framer quail egg rack as well as test the parameters of the effective capacity and amount of untreated then analyze the economic value of framer quail egg rack.

The results showed that the effective capacity of the tools of 2,65 kg/hour and the amount of untreated materials of 3,07%. Economic analysis showed that break even point was 1457,37 kg on the fifth year, the net present value was Rp 12.295.643,1 /year with an interest rates of 6,75% and Rp 8.633.897,5 /year with an interest rates 8% and as well as the internal rate of return of 12,2%.

Dokumen terkait