• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melinjo

Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Gymnospermae Kelas : Gnetinae Ordo : Gnetales Famili : Gnetaceae Genus : Gnetum

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat dibedakan atas akar, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ ini mempunyai ciri morfologi tersendiri. Persamaan dan perbedaan dengan tumbuhan lain inilah yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasiannya.

Akar

Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang, seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek, tidak berakar tunggang.

Batang

Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter. Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.

Daun

Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.

Bunga

Bunga melinjo membentuk kerucut dengan karangan bunga melingkar. Kerucut bunga jantan panjangnya 3-5 cm dengan 5-8 karangan bunga. Sedangkan kerucut bunga betina panjangnya 6-10 cm dengan 3-8 karangan bunga.

6

Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua, yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan, pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.

Kerucut bunga jantan sebenarnya juga berbakal biji, di samping benang sari, tetapi tidak sempurna sehingga tidak dapat berkembang menjadi biji. Lain halnya dengan kerucut bunga betina yang bakal bijinya sempurna berbentuk bola. Bakal biji ini dapat berkembang menjadi biji tanpa melalui proses pembuahan.

Biji

Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta. Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah warna menjadi kuning dan merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah) berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama, bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah (Tim Penulis PS, 2002).

Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo

2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku

3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau Nusakambangan.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh, bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).

Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas, yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut, varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan emping melinjo.

Syarat Tumbuh

8

Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).

Panen

Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan Mei-Juli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).

Pascapanen

Langkah awal perlakuan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan. Buah melinjo tua dipisahkan dari buah yang masih muda, demikian pula daun dan

masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua, kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.

Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).

Emping Melinjo

Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil pertanian dipungut atau dipanen (Heddy, et.al., 1994).

Untuk bahan industri pangan dan nonpangan secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan (Setyohadi, 2006).

Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat. Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang

Bahan mentah Hasil olahan

Alat peralatan dan mesin-mesin. Pengolahan secara

fisik, kimiawi, mikrobiologi dan biokimia

10

fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid). Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi setiap saat (Aliudin dan Anggraeni, 2014).

Emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Harga emping melinjo di pasaran cukup stabil, artinya belum pernah mengalami kemerosotan harga, lebih-lebih sekarang Indonesia mulai mengekspor emping melinjo ke beberapa negara. Kualitas melinjo sangat menentukan kualitas empingnya. Biji melinjo yang kualitasnya paling baik adalah biji melinjo yang ukurannya terbesar dan sudah tua benar. Untuk mengetahui apakah biji melinjo itu sudah tua benar adalah:

1. Bila masih berkulit luar maka warna kulit luarnya merah tua, sangat baik bila melinjo yang berkulit luar merah tua itu jatuh sendiri dari pohon. 2. Bila sudah tidak berkulit luar, maka biji melinjo itu kulit kerasnya berwara

coklat kehitam-hitaman dan mengkilat. Hal ini penting karena pada umumnya produsen emping mendapatkan biji-biji melinjo dari pedagang dalam keadaan sudah tidak ada kulit luarnya.

Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan emping akan mengalami penyusutan.

Jenis biji Berat biji berkulit keras Berat setelah jadi emping kering

Penyusutan

1 Tua benar 1 kg 0,65 kg 0,35 kg

2 Kurang tua 1 kg 0,60 kg 0,40 kg

Berdasarkan jenis/ kualitas emping yang dihasilkan, tiap tenaga kerja pembuat emping dalam sehari mampu memipihkan biji-biji melinjo sekitar :

1. 4 kg untuk emping super (kualitas 1) 2. 6 kg untuk kualitas 2

3. 10 kg untuk emping klutuk (Sunanto, 1991).

Satu pohon melinjo yang sudah berumur diatas 5 tahun dan terawat baik dapat menghasilkan biji melinjo sebanyak 50 kg per pohon per tahun dengan harga Rp. 5000 per kg. Harga melinjo terkadang mengalami kenaikan dan penurunan, tingginya harga melinjo disebabkan musim panen raya melinjo. Harga melinjo jika mengalami kenaikan bisa mencapai Rp. 13000 – Rp. 15000 per kg. Dan jika harga melinjo mengalami kenaikan maka harga emping juga melonjak mencapai Rp. 32000 – Rp. 34000 per kg (Sujatmiko, 2013).

Kualitas Emping Melinjo

Dalam pemasarannya, ada klasifikasi emping melinjo yang didasarkan pada kualitasnya, semakin tinggi kualitasnya akan semakin tinggi harganya. Klasifikasi emping melinjo adalah sebagai berikut :

1. Kualitas nomor 1

Sering disebut emping super, yang tanda-tandanya adalah : a. Lempengannya sangat tipis merata

b. Berwarna agak putih dan bening atau transparan

c. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

12

2. Kualitas nomor 2

Emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tandanya, antara lain: a. Lempengannya lebih tebal daripada emping super

b. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening

c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

d. Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya baik

3. Kualitas nomor 3

Emping kualitas ini memiliki tanda-tanda: a. Lempengannya agak tebal

b. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak bening

c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya bermacam-macam, sehingga garis tengahnya juga bermacam-macam

d. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering, agar hasil gorengannya baik

(Sunanto, 1991).

Pembuatan Emping Melinjo

Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual diperlukan beberapa peralatan, yaitu:

3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas pemukulan

4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau dibungkus plastik agar licin

5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji melinjo yang digoreng sangan

6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur lempengan emping melinjo

7. Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan

8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan

Sebenarnya ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping melinjo, yakni biji-biji melinjo sebelum dipipihkan itu dipanaskan dahulu dengan cara digoreng sangan atau dengan cara direbus.

Menurut Sunanto (1991), pada umumnya proses pembuatan emping melinjo itu menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir, maka biji-biji melinjo yang akan digoreng sangan akan dapat masak secara merata, karena pasir sifatnya cepat menerima panas dan dengan mencampurkan biji-biji melinjo berbaur dengan pasir yang panas sambil dibolak-balik, maka kemasakan biji melinjo dapat merata. Dengan cara menggoreng sangan, aroma dan zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo itu tidak hilang, sehingga akan diperoleh emping melinjo yang rasanya lezat. Lain halnya bila direbus, aroma dan zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo akan larut dalam air rebusan.

14

Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu banyak berkurang.

Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian Kerangka alat

Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang terbuat dari besi.

Saluran pemasukan bahan (Hopper)

Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dengan proses pengepresan bahan.

Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut dinamo atau generator. Motor listrik dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot debu.

Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros, yaitu:

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur ataupun gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau biila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros

16

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang.

Bantalan (bearing)

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada: 1. Gerakan bantalan terhadap poros

-Bantalan luncur -Bantalan gelinding 2. Beban terhadap poros

-Bantalan radial -Bantalan aksial

-Bantalan gelinding khusus (Sularso dan Suga, 2002).

dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SDpenggerak = SDyang digerakkan ... (1) dimana,

S = Kecepatan putar puli (rpm) D = Diameter puli (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

(Mabie dan Ocvirk, 1967).

V-Belt (Sabuk V)

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya

18

slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).

Susunan khas sabuk V terdiri atas :

• Bagian elastisyang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

• Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C + 1,57(D + d) +(Dd)2

4C ... (2) dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm) D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm) d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)

Speed Reducer

Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (outputspeed).

dimana:

i = Perbandingan reduksi N1 = Input putaran (rpm) N2 = Output putaran (rpm) (Niemann, 1982).

Rancang Bangun (Desain)

Desain adalah penataan suku-suku mesin untuk menunjukkan beda susunan mesin dari tipe yang sama. Pabrik dapat saja mengeluarkan alat dengan merek yang sama, tetapi mesinnya belum tentu persis sama. Perbedaan dalam penyusunan komponen-komponen inilah yang merupakan desain mesin. Dalam mempelajari konstruksi umum sebuah mesin, perhatikan jumlah suku yang dicor, roda gigi, tempat terjadinya keausan, dan mudahnya pelumasan dan penyetelan (Smith dan Wilkes, 1990).

Banyak material yang berbeda-beda digunakan dalam pembuatan mesin pertanian. Setiap material dipilih untuk setiap karakteristik bagian pada mesin pertanian tersebut. Beberapa bagian mesin ini ada yang tahan lama dan ada yang mudah terkikis, dan ada yang terbuat dari baja keras atau besi, sementara bagian lainnya membutuhkan bahan yang tahan korosi dan untuk tujuan ini maka digunakan bahan stainlesssteel dan plastik. Sebagai tambahan pada karakteristik-karakteristik tersebut dan untuk biaya pemeliharaan mesin, maka massa dari material juga harus dipertimbangkan (Harris, et. al., 1965).

Material dalam produk jadi memiliki beberapa sifat (kekuatan, kekerasan, konduktivitas, densitas, warna dan sebagainya) yang dipilih untuk memenuhi

20

asalkan tidak ada perubahan pada struktur internalnya. Namun, apabila produk mengalami kondisi pemakaian sehingga terjadi perubhan pada struktur internal, kita harus mengantisipasi bahwa sifat dan perilaku material akan mengalami perubahan pula. Sebagai contoh, karet mengalami pengerasan secara bertahap apabila terkena sinar matahari dan udara, aluminium tidak dapat digunakan di berbagai tempat pada pesawat supersonik, bor dari baja biasa tidak dapat membuat lubang secepat bor baja kecepatan tinggi, dan semikonduktor dapat mengalami kerusakan akibat radiasi nuklir (Vlack, 2001).

Pada alat dan mesin pertanian motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga lainnya. Hal ini disebabkan motor listrik dapat disesuaikan dan dapat digunakan pada hampir setiap alat yang membutuhkan putaran (Cooper, 1992).

Pada berbagai mesin perkakas atau pesawat kerja secara umum, proses transformasi daya secara mekanik merupakan hasil analisis yang seksama terhadap gerak-gerak mekanik yang seharusnya dilakukan oleh sebuah elemen kerja. Sementara itu, mengenai bagaimana keadaan gerak sumber daya, kita perlu menentukan jenis transmisi yang sesuai, serta efektif dan efisien untuk dipergunakan. Pemakaian transmisi daya dengan rantai dapat mengapresiasi daya pada berbagai posisi gerak dari beberapa poros, walaupun ada beberapa syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Misalnya, posisi poros harus selalu sejajar, roda gigi penghantar (sprocket) harus berbeda-beda pada satu bidang, dan

ketentuan-Umur Ekonomis Peralatan

Setiap peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan sejumlah biaya, yaitu biaya untuk operasi sesuai fungsinya dan biaya pemeliharaan (termasuk perbaikan) selama operasi. Pada suatu saat karena operasinya sudah lama (umurnya sudah tua) akan mengalami aus sehingga produksinya menurun dan biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasiannya tinggi, sehingga total biaya yang dikeluarkan sudah tidak sesuai lagi dengan nilai jasa produksi yang dihasilkan. Pada kondisi seperti ini maka peralatan dimaksud dinyatakan tidak ekonomis lagi untuk dipakai, atau disebut umur ekonomisnya sudah tercapai. Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatan lainnya.

Pada umumnya dinyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis suatu peralatan dapat berubah (menjadi lebih singkat) yang diakibatkan antara lain karena cara pengoperasian yang tidak baik dan tidak benar serta pemeliharaan dan perbaikannya tidak baik(Sembiring, 2012).

Umur ekonomis itu sangat tergantung pada jenis-jenisnya masing-masing dan juga pada kebijakan dan cara menilai dari suatu perusahaan.

1. Bangunan memiliki umur ekonomis yang cukup lama kecuali diperuntukan produksi yang cukup berat, misalnya bangunan kantor akan memiliki umur ekonomis yang lama seperti: 15 sampai 20 tahun.

Dokumen terkait