• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Genetum Gnemon L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Genetum Gnemon L.)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

51

Lampiran 1. FlowChart pelaksanaan penelitian.

Mulai

Dirancang bentuk alat

Digambar dan ditentukan ukuran alat

Dipilih bahan

Diukur bahan yang akan digunakan

Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah

ditentukan

Dirangkai alat

Pengelasan

Digerinda permukaan yang kasar

Pengecatan

(2)

b a

Pengujian alat

Uji kelayakan

Pengukuran parameter

Analisis data

(3)

53

Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak

Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu.

Tabel 7. Data Kapasitas Alat dan Persentase Bahan Rusak Ulangan M0 (gram) Mt (gram) t (detik) Bahan

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

635detik = 2,83kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% = 50

500x100% = 10%

Ulangan II

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

494detik = 2,78kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% = 31

500x100% = 6,2%

Ulangan III

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

433 detik = 2,86kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% = 40

(4)

Lampiran 3. Uji Organoleptik Keripik Biji-bijian

Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamati ketebalan hasil cetakan, warna, dan rasa keripik biji-bijian yang dihasilkan. Pada uji organoleptik dilakukan pengambilan beberapa sampel secara acak dan diberikan kepada 10 orang panelis untuk diamati organoleptiknya.

Tabel 8. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo) No Nama Panelis Warna Ketebalan Rasa

(5)

55

Lampiran 4. Biaya Pemakaian Alat

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

1. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 5.000.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 500.000 4. Jam kerja = 8 jam/hari 5. Produksi/hari = 22,56 kg/hari

6. Biaya operator = Rp. 80.000/ hari (1 jam=Rp. 10.000) 7. Biaya listrik = Rp. 250,5/ jam

8. Biaya perbaikan = Rp. 22,5/ jam 9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 240.000/ tahun 10. Biaya sewa gedung = Rp. 50.000/ tahun 11. Pajak = Rp. 100.000 / tahun

12. Jam kerja alat per tahun = 2400 jam/tahun ( asumsi 300 hari

(6)

Lampiran 5. Biaya Produksi

1. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

Dt = (P−S)(A F⁄ . i, n)(F P⁄ , i, t−1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir Tahun Ke (P-S) (Rp) (A/F, 6%, n) (F/P, 6%, t-1) Dt 5 4.500.000 0,1774 1,2625 1.007.853,75

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 6% dan Asuransi 2%

I =i(P)(n + 1) 2n

I =8%(Rp 5.000.000)(5 + 1) 2(5)

I = Rp 240.000/tahun

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun 1 4.500.000,00 240.000 4.740.000,00 2 2.315.358,00 240.000 2.555.358,00 3 1.588.152,42 240.000 1.828.152,42 4 1.225.181,70 240.000 1.465.181,70 5 1.007.853,75 240.000 1.247.853,75

(7)

57

2. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi = 1,2%(P−S)

X

Biaya reparasi = 1,2%(Rp .5.000.000−Rp .500.000)

2400 jam

Biaya reparasi = Rp. 22,5/jam 2. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW

Biaya listrik = 0.75 KW x Rp. 334/KWH Biaya listrik = Rp.250,5/H

Biaya listrik = Rp.250,5/jam 3. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 10.000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 10.273/jam

3. Biaya Produksi Pembuatan Emping Melinjo

Biaya pokok =

[

BT

x + BTT

]

C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

(8)

Lampiran 6. Break even point

Biaya tetap (BT)

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun Biaya Tetap (Rp)/jam Biaya Tetap (Rp)/kg 1 4.740.000,00 1975,00 700,35 2 2.555.358,00 1064,73 377,56

3 1.828.152,42 761,73 270,12

4 1.465.181,70 610,49 216,49

5 1.247.853,75 519,94 184,38

Biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 10.273/jam (1 jam = 2,82kg) = Rp. 3.642,91/kg

Penerimaan setiap kg produksi (R) = Rp. 20.000/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan empingsebanyak :

(9)

59

Lampiran 7. Net present value

CIF – COF ≥ 0 ... (10) dimana :

CIF = Cash inflow COF = Cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CIF-COF ≥ 0

Investasi = Rp. 5.000.000

Pendapatan = Rp. 135.360.000/ tahun Nilai akhir = Rp. 500.000

(10)

Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun Tahun BP (Rp/kg) Kap. Alat

(kg/jam) Jam kerja (jam/tahun) Pembiayaan

1 4.286,8 2,82 2400 29.013.062,40 1 29.013.062,40 0,9434 27.370.923,07 2 26.856.845,28 0,89 23.902.592,30 3 26.139.098.88 0,8396 21.946.387,42 4 25.780.800,96 0,7921 20.420.972,44 5 25.566.323,04 0,7473 19.105.713,21

Total 112.746.588,44

(11)

61

NPV 6% = CIF – COF

= Rp. 570.564.114 - Rp. 117.746.588,44 = Rp. 452.817.525,6

(12)

Lampiran 8. Internal Rate of Return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% +

�+�x (q% - p%) (positif dan negatif) dan

IRR = q% +

�−�x (q% - p%) (positif dan positif)

Dimana: p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p)

(13)

63 1 29.013.062,40 0,9259 26.863.194,48 2 26.856.845,28 0,8573 23.024.373,46 3 26.139.098.88 0,7938 20.749.216,69 4 25.780.800,96 0,7350 18.948.888,71 5 25.566.323,04 0,6806 17.400.439,46

Total 106.986.112,80

Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 106.986.112,80 = Rp. 111.986.112,80

NPV 8% = CIF – COF

= Rp. 540.792.172 – Rp. 111.986.112,80 = Rp. 428.806.059,2

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:

(14)

Lampiran 9. Rotasi per menit pada pengepress (RPM)

Dik : D1

D

= 3inci (puli bawah)

2

Rpm pada dinamo = 1400 rpm = 5 inci (puli atas)

Speed reducer = 1 : 18 S1

Dit : S

= 1400 rpm x 1/20 = 77,78 rpm

2

Perhitungan S1D1 = S2D2

77,78rpm × 3inci = S2× 5inci

S2 = 47 rpm ...?

(15)

65

Lampiran 10. Panjang Efektif V-belt

L = 2C + 1,57(D + d) +(D−d) 2

4C

L = 2(74cm) + 1,57(20,32cm) + (5,08) 2

4(74cm)

L = 148cm + 31,90cm +25,81cm 2

296cm

L = 148cm + 31,90cm + 0,087cm

(16)

Lampiran 11. Spesifikasi Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Kapasitas efektif :7,86 kg/jam Persentase biji hilang : 8,07 % Bahan

Silinder Pengepres : Stainless steel Wadah penampung : Stainless steel Scrub : Stainless steel

Rangka : Besi UNP dan besi siku Tenaga

Motor listrik : 1 HP Speed reducer : 1 : 18 Transisi

(17)

67

Lampiran 12. Panjang sabuk V standar

(18)

Lampiran 13. Spesifikasi alat pencetak emping yang lain

- Alat pembuat emping melinjo tipe jepit (manual)

Merk : BMI

Tipe : PJM-3e

Penggerak : Manual

Ukuran

Panjang : 600 mm

Lebar : 300 mm

Tinggi : 400 mm

Berat : ±40 kg

Bahan

Roll vertikal penjepit : Stainless steeldan cor aluminium Pengepres : Stainless steeldan cor aluminium Piringan penampung : Stainless steeldan cor aluminium Prinsip kerja

Biji melinjo yang telah disangrai dimasukkan kedalam lubang inletdenganmenggunakan proses disk millingbiji melinjo dipipihkan menjadi

emping.

- Mesin pemipih emping melinjo

Tipe : PJM-3h

(19)

69

Ukuran

Panjang : 960 mm

Lebar : 630 mm

Tinggi : 620 mm

Berat : ±80 kg

Prinsip kerja

(20)

Lampiran 14. Gambar Melinjo

Gambar 1. Biji Melinjo Tua

Gambar 2. Biji Melinjo tanpa kulit luar

(21)

71

Gambar 4. Emping Melinjo

(22)

Lampiran 15. Gambar Alat

Gambar 6. Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

(23)

73

Gambar 8. Tampak atas dengan hopper

(24)

Gambar 10. Tampak samping kiri

(25)

75

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1997. Budidaya Durian. Kanisius, Yogyakarta.

Aliudin dan D. Anggraeni, 2014. Nilai Tambah Emping melinjo melalui Teknologi produksi Konvensional di Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandegelang. Download.portalgaruda.org.

[Diakses pada 15 Maret 2014].

Christiani, C. A., 2011. Perbanyakan Melinjo (Gnetum gnemon) dengan Teknik Cangkok di Kebun Benih Holtikultura Tejomantri Woonorejo Polokarto Sukoharjo. eprints.uns.ac.id. [Diakses pada: 18 Maret 2014].

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daryanto, 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta. Gusman, 2014. Pengujian Organoleptik. Tekpan.unimus.ac.id.

[Diakses pada: 29 Oktober 2014.

Harfianto, M. N. dan T. Ismail, 2009. Rancang Bangun Mesin Press dengan Sistem Hidraulik. Digilib.its.ac.id. [Diakses pada 27 Maret 2014]. Harris, A. G., T. B. Muckle danJ. A. Shaw, 1965. FarmMachinery. Oxford

UniversityPress, New York.

Heddy, S., W. H. Susanto dan M. Kurniati., 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Kusumanto, I., 2014. Net present value (NPV) &internal rate of return (IRR).

Kuliah-ft.umm.ac.id. [diakses pada : 01 September 2014].

Mabie, H. H. danF. W. Ocvirk., 1967. Mechanics dan Dinamycs of Machinery. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2014. Tanaman Perkebuna

[Diakses pada: 18 Maret 2014].

(31)

49

Parhusip, A. J. N. dan A. B. Sitanggang. 2011. Antimicrobial Activity of Melinjo Seed dan peel Extract (Gnetum gnemon) Against Selected Pathogenic Bacteria. Boing.lipan.staff.ipb.ac.id. [Diakses pada 15 Maret 2014].

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU, Medan.

Sari, D. P., D. Pujotomo dan M. T. Tutuarima, 2014. Analisa Kelayakan Ekonomis pada Pembangunan Instalasi untuk Proses Fertilisasi In Vitro (FIV). ejournal.undip.ac.id. [Diakses pada: 19 Maret 2014].

Setyohadi, 2006., Agroindustri, Hasil Tanaman Perkebunan. Jurusan THP, FP USU, Medan.

Sembiring, D., 2012. Rancang Bangun Multifucer Tipe DiskMill Pada Berbagai Komoditi. FP USU, Medan.

Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M. P. Sari, 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro, IPB Press, Bogor.

Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soenarta, N. dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.

Stolk, J. dan C. Kross., 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Sudjana, H. dan H. S. Raya, 2000. Teknik Otomasi Mesin. Humaniora Utama Press, Bandung.

Sujatmiko, T., 2013. Harga Melinjo. Krjogja.com. [Diakses pada 27 Maret 2014]. Sukirno, 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM, Yogyakarta.

Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita, Jakarta.

(32)

Vlack, L. H. V., 2001. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Erlangga, Jakarta.

(33)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian inidilaksanakan pada bulan April – Agustus 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, kikir, obeng, meteran, jangka sorong,stopwatch, kompor minyak, kuali, sendok, ember, neraca, kalkulator dan komputer.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bijimelinjo, air, pelat stainless steel, pelat aluminium, baut dan mur, pelat besi, silinder pengepres, baja, skrup, motor listrik, kabel, minyak tanah sebanyak 2 liter, minyak goreng sebanyak 1,5 kg,cat dan thinner.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), lalu melakukan pengamatan tentang alat pencetak emping ini. Selanjutnya dilakukan perancangan bentuk, pembuatan/perangkaian komponen-komponen, kemudian dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.

Pelaksanaan Penelitian

(34)

1. Dirancang bentuk alat pencetak keripik biji-bijian.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pencetak keripik biji-bijian.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak keripik biji-bijian.

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

5. Dipotong bahan sesuai ukuran yang telah ditentukan.

6. Dibentuk dan dilas plat bahan untuk membentuk kerangka alat. 7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan. 8. Dirangkai komponen-komponen alat pencetak keripik biji-bijian.

9. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat.

b. Bahan yang digunakan

Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah biji melinjo sebanyak 1,5 kg. Ditimbang bahan yang akan dicetak dan diletakkan di hopper sebanyak 0,5 kg lalu dicetak menjadi keripik biji melinjo (emping melinjo).

Prosedur Penelitian

1. Ditimbang bahan (biji melinjo) sebanyak 0,5 kg. 2. Disangrai bahan yang akan dicetak selama 10 menit

3. Dihidupkan motor listrik pada alat pencetak keripik biji-bijian. 4. Dimasukkan bahan ke dalam hopper.

(35)

32

8. Dilakukan uji organoleptik rasa pada emping melinjo. 9. Diulangi langkah 1-8 sebanyak tiga kali ulangan.

Parameter Penelitian

Kapasitas efektif alat (kg/jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat melinjo yang diolah terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengolahan. Kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan persamaan (4).

Persentase bahan rusak (%)

Pengukuran persentase bahan rusak dilakukan dengan pengamatan secara visual setelah proses pencetakan emping. Persentase bahan rusak dapat dihitung dengan persamaan (5).

Uji Organoleptik Emping Melinjo

Uji organoleptik emping melinjo dilakukan dengan mengamati ketebalan emping melinjo hasil cetakan, warna emping melinjo, ketebalan emping melinjo dan rasa emping melinjo yang sudah diolah.

Uji organoleptik dilakukan dengan mengambil beberapa sampel secara acak dan diberikan kepada 10 panelis untuk diamati dengan kode tertentu. Parameter yang diamati adalah warna, ketebalan, dan rasa emping melinjo hasil cetakan.

(36)

yang paling baik diperoleh dari skala yang seimbang yaitu jumlahnya ganjil, misalnya skala 1-3, 1-5, 1-7 dan 1-9. Kategori skala hedonik untuk uji organoleptik warna, ketebalan dan rasa emping melinjo yang digunakan yaitu:

1 = Sangat Tidak Suka 2 =Tidak Suka

3 = Agak Suka 4 = Suka

5 = Sangat Suka (Setyaningsih, 2010).

Analisis ekonomi

Biaya Pemakaian Alat (Rp/kg)

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok). Hal ini dapat dihitung dengan persamaan (6).

a. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

1. Biaya penyusutan (metode sinking fund). Hal ini dapat dihitung dengan persamaan (7).

2. Biaya bunga modal dan asuransi Hal ini dapat dihitung dengan persamaan (8).

(37)

34

2. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Hal ini dapat dihitung dengan persamaan (9).

3. Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya

(Darun, 2002).

Break Even Point (BEP)

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mengetahui produksi titik (BEP) dapat dihitung dengan persamaan (10).

Net Present value (NPV)

Net Present value(NPV) yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur

suatu alat layak atau tidak untuk digunakan dalam usaha. NPV adalah selisih antara presentvalue dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Untuk menghitung NPV digunakan persamaan (11).

Kriteria NPV yaitu :

(38)

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan

Internal Rate of Return (IRR)

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan harus mendapatkan penanganan pasca panen yang baik, salah satunya dengan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak buruk pada kualitas bahan yang dihasilkan seperti harga jual yang rendah yang akan menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.

Pada penelitian ini dilakukan pencetakan biji melinjo menjadi keripik biji melinjo (emping melinjo). Pada penelitian ini biji melinjo yang digunakan pada setiap ulangan yaitu 0,5 kg (±362 biji melinjo). Biji melinjo dicetakdengan menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian yang dirancang menggunakan motor listrik sebagai tenaga penggeraknya. Motor listrik kemudian akan menggerakkan silinder pengepres untuk mengepres biji menjadi emping melinjo.

Pada penelitian ini emping melinjo yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tidak seragam, karena satu emping melinjo hanya berasal dari satu biji melinjo ataupun beberapa biji melinjo, tetapi ketebalan dari emping melinjo yang dihasilkan seragam yaitu 0,1 mm. Kualitas emping melinjo yang dihasilkan adalah nomor 2 yaitu ketebalannya seragam, berwarna putih tetapi tidak bening, bentuknya beragam, bisa langsung digoreng tetapi untuk penyimpanan harus dikeringkan (kering angin) terlebih dahulu.

Perancangan Alat dan Prinsip Kerja yang Diharapkan

(40)

diharapkanbekerja dengan menggunakan dua silinder pengepres yang berputar berlawanan arah dimana biji masuk ke dalam hopper dan langsung melewati silinder pengepres yang digerakkan oleh elektromotor sehingga biji yang masuk langsung dicetak menjadi emping melinjo yang selanjutnya langsung ditampung di wadah penampung.

Pemilihan Bahan

Pemilihan bahan dan spesifikasi dari alat mempengaruhi kinerja alat yangdirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat adalah baja, besi dan stainless steel.Pada waktu pemilihan bahan diusahakan bahan yang dipakai adalah bahan yang kokoh danmampu mendukung kinerja alat. Namun juga diusahakan mudah diperoleh untukmenjaga kesinambungan bahan baku apabila ada usaha untuk memproduksi alatdalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang berkualitas namun murah juga sangatmempengaruhi biaya produksi alat.

Pengukuran dan Pemotongan Bahan

Bahan yang sudah tersedia diukur dengan meteran sesuai dengandimensinya masing-masing. Kemudian dipotong dengan gergaji atau gerinda sesuai denganukuran yang sudah digambar. Pengukuran dan pemotongan bahan dilakukandengan teliti supaya hasil potongan baik dan alat yang dihasilkan sesuai.

(41)

38

Perakitan Bahan

Bahan-bahan yang telah dipotong selanjutnya dirakit. Pada bahan stainless steel,hasil potongan disatukan dengan menggunakan las. Pada bahan besi,

dapatdisatukan dengan menggunakan las atau baut dan mur, sedangkan baja dilengketkan ke bahan juga menggunakan baut dan mur. Bila bahan-bahan ini selesai disatukan, selanjutnya adalah merakit menjadisatu semua bahan-bahan yang telah siap menjadi satu dimana bagian-bagiannyaterdiri dari hopper, kerangka, pengepres dan saluran pengeluaran bahan.

Finishing

Kegiatan terakhir setelah perancangan alat adalah finishing yaitumelakukan pengecatan pada alat. Alat dicat sedemikian rupa agar daya tahan alatmenjadi lebih lama dan lebih indah dipandang. Selain itu, dengan melakukanpengecatan akan menambah daya jual alat karena orang akan semakin tertarikmelihatnya.

Proses Sangrai

Proses sangrai biji melinjo sangat menentukan rasa dan bentuk emping melinjo.Pada umumnya proses sangrai biji melinjo dilakukan dengan menggunakan pasir, agar panas yang diperoleh oleh tiap biji merata dan proses sangrainya lebih cepat. Jika menggunakan pasir untuk menyangrai 500 gram biji melinjo hanya dibutuhkan waktu 3,5 menit.

(42)

kemungkinan pasir akan menempel pada emping hasil cetakan. Sebelum dilakukan penyangraian biji melinjo,kuali yang digunakan dipanaskan terlebih dahulu selama 2 menit. Setelah kuali panas, dilakukan penyangraian biji melinjo sebanyak 500 gram dengan waktu 10 menit.

Prinsip penyangraian harus dengan waktu yang tepat dan temperatur yang tepat. Biji yang disangrai lama pada temperatur rendah akan menyebabkan minyak dan senyawa-senyawa kimia penting terbang sehingga emping terasa hambar. Biji yang disangrai singkat pada temperatur tinggi akan menyebabkan biji tidak matang merata, artinya kulit luar terlihat matang tapi bagian dalam tidak matang. Lama sangrai dan temperatur disesuaikan terhadap hasil akhir yang akan dicapai. Setelah tingkat sangrai dicapai, keluarkan biji dari wadah, dan selanjutnya proses pencetakan dapat dilakukan.

Proses Pencetakan

Proses pencetakanini dilakukan dengan terlebih dahulu menyangrai biji melinjo.Bahan yang siap untuk dicetak selanjutnya dimasukkan ke dalam hopper. Hopper pada alat ini berfungsi sebagai wadah pemasukan bahan sebelum menuju

silinder pengepres dan memiliki daya tampung 0,5 kg. Selanjutnya bahan akan diteruskan pada silinder pengpres yang terbuat dari bahan stainless steel.

Pada penelitian ini, putaran pada silinder pengepres dihasilkan oleh putaran pada motor listrik yang dialirkan ke pulley dengan menggunakan v-belt. Pulley ini terhubung dengan poros yang juga terhubung dengan gigi (gear) yang

(43)

40

Pada bagian pengepresan ini terdapat 2 buah silinder pengepres dengan ukuran diameter 17 cm yang berputar berlawanan arah. Setelah bahan selesai dicetak, maka hasil pencetakantersebut akan berada di wadah penampung bahan. Wadah penampung bahan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Bahan yang sudah dicetakditandai dengan dihasilkankeripik biji melinjo (emping melinjo) yang kemudian ditampung pada wadah penampung bahan.

Pencetakan bahandilakukakan untuk memipihkan atau mengepres biji menjadi keripik biji dalam penelitian ini digunakan biji melinjo. Tujuan dilakukan pencetakan ini yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomi dari biji melinjo tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Sunanto (1991) yang menyatakan bahwa emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat dibuat dari biji melinjo yang sudah tua dan harganya di pasaran cukup stabil.

Track Record Penelitian

(44)

Harfianto dan Ismail (2009) yang menyatakan bahwa salah satu masalah yang terjadi pada mesin press melinjo sistem hidraulik yaitu proses loading (pemasukan bahan) dan unloading (pengeluaran bahan) yang kurang optimal, membuat kesulitan dalam pengambilan hasil pengepresan.Selain itu terdapat perbedaan pada hasil cetakan dengan menggunakan mesin press melinjo sistem hidraulik, yaitu ukuran emping melinjo yang dihasilkan lebih besar dan seragam karena pada satu emping melinjo bisa berasal dari beberapa biji melinjo.

Kapasitas Efektif Alat

Alat pencetak keripik biji-bijianmenggunakan motor listrik dengan daya 1 HP dan menggunakan speedreducer 1:18 sehingga putaran motor listrik pada silinder pengepres yaitu 47 rpm dengan diameter pulleypada motor listrik sebesar 3 inci dan pulley pada silinder pengepres sebesar 5 inci. Keamanan pada alat pencetak keripik biji-bijian masih kurang terjamin karena elemen mesin yang berputar yaitu pulley, geardan v-belttidak dilengkapi dengan penutup. Sehingga keselamatan kerja sangat perlu diperhatikan, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja.

(45)

42

Tabel 4. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji melinjo) Ulangan M0 (gram) Mt (gram) t (detik) Bahan

Tabel 4diperoleh kapasitas efektif rata-rata alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar 2,82 kg/jam untuk biji melinjo. Hasil tersebut didapat dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mencetak bahan sebanyak tiga kali ulangan, dengan setiap ulangan perlakuan menggunakan bahan seberat 0,5kg.

Hasil pengujian menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan emping melinjo (proses persiapan bahan, penyangraian dan pencetakan) seberat 0,5 kg adalah sebesar 637,33 detik.Waktu pencetakan biji melinjo pada setiap ulangan berbeda dipengaruhi oleh penyangraian.

PersentaseKerusakan Bahan

Kerusakan bahanditandai dengan biji yang tidak tercetak, terbuang atau bentuknya rusak setelah dicetak. Pengukuran persentasekerusakan bahandilakukan dengan pengamatan secara visual hasil pencetakan. Persentase kerusakan bahandiperoleh dengan membandingkan antara berat bahan rusakdengan berat awal bahan yang dinyatakan dalam persen.

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase rata-rata kerusakan bahan adalah sebesar8,07%.

(46)

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Harga bahan baku biji melinjo yaitu Rp 11.000/kg.

Dari analisis biaya, diperoleh biaya pengepresan biji melinjo dengan alat ini sebesar Rp.3.777,53/kg untuk setiap komoditi, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak keripik biji-bijian.Dari analisis biaya, diperoleh total biaya tetap sebesar Rp.1.247.853,75/tahundan total biaya tidak tetap sebesarRp.10.273/jam.

Tabel 5. Biaya pokok pembuatan emping melinjo Tahun Biaya Pokok (Rp/kg)

Gambar 2. Grafik Biaya Pokok Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan biaya pokok tiap tahunnya untuk pembuatan emping melinjo dengan alat pencetak keripik biji-bijian. Hal ini dipengaruhi oleh biaya penyusutan (biaya tetap) pada alat yang semakin tinggi

3.400,00

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Biaya Pokok (Rp/kg)

(47)

44

Break even point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing) dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Maka dari itulah penulis menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Tabel 6. BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian Tahun BEP (kg/tahun)

1 289,78

2 156,22

3 111,77

4 89,57

5 76,29

Gambar 3. Grafik BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan BEP tiap tahunnya untuk pembuatan emping melinjo dengan alat pencetak keripik biji-bijian. Hal ini dipengaruhi oleh biaya tetap (biaya penyusutan) pada alat yang semakin tinggi

0 100 200 300 400

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

BEP (kg/tahun)

(48)

Net present value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat

diketahui besarnya nilai Jadi besarnya NPV 6% adalah Rp 452.817.525,6Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 428.806.059,2.Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar atau sama dengan nol.

Internal rate of return

Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Alat pencetak keripik biji-bijian berfungsi untuk mencetak biji-bijian yang mengandung pati menjadi keripik dengan cara mengepres.

2. Sebelum dilakukan pengepresan, biji harus melalui proses penyangraian, untuk biji melinjo dibutuhkan waktu 10 menit untuk proses penyangraian.

3. Kapasitas efektif rata-rata pada alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar 2,82kg/jam untuk biji melinjo.Persentasebahan yang rusak adalah sebesar 8,07%.

4. Emping melinjo yang dihasilkan dikategorikan pada kualitas 2, yaitu bentuk tidak seragam, berwarna putih tetapi tidak bening, ketebalan seragam, dan bisa langsung digoreng setelah selesai dicetak.

5. Analisis ekonomi pada alat pencetak keripik biji-bijian ini meliputi biaya pokok dari tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp. 4.286,8/kg, Rp. 3.968,21/kg, Rp. 3.862,16/kg, Rp. 3.809,22/kg dan Rp. 3.777,53/kg.Nilai titik impas (BEP)dari tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 289,78 kg/tahun, 156,22 kg/tahun, 111,77 kg/tahun, 89,57 kg/tahun dan 76,29 kg/tahun. Net present value(NPV) 6% adalah Rp.452.817.525,6Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 428.806.059,2 danInternal rate of return alat ini adalah sebesar 45,72%.

(50)

Saran

1. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk meningkatkan kapasitas kerja alat dan kesempurnaan alat pencetak keripik biji-bijian.

(51)

TINJAUAN PUSTAKA

Melinjo

Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :

(52)

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat dibedakan atas akar, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ ini mempunyai ciri morfologi tersendiri. Persamaan dan perbedaan dengan tumbuhan lain inilah yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasiannya.

Akar

Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang, seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek, tidak berakar tunggang.

Batang

Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter. Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.

Daun

Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.

Bunga

(53)

6

Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua, yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan, pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.

Kerucut bunga jantan sebenarnya juga berbakal biji, di samping benang sari, tetapi tidak sempurna sehingga tidak dapat berkembang menjadi biji. Lain halnya dengan kerucut bunga betina yang bakal bijinya sempurna berbentuk bola. Bakal biji ini dapat berkembang menjadi biji tanpa melalui proses pembuahan.

Biji

Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta. Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah warna menjadi kuning dan merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah) berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama, bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah (Tim Penulis PS, 2002).

(54)

Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo

2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku

3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau Nusakambangan.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh, bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).

Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas, yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut, varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan emping melinjo.

Syarat Tumbuh

(55)

8

Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).

Panen

Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan Mei-Juli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).

Pascapanen

(56)

masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua, kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.

Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).

Emping Melinjo

Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil pertanian dipungut atau dipanen (Heddy, et.al., 1994).

Untuk bahan industri pangan dan nonpangan secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan (Setyohadi, 2006).

Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat. Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang

Bahan mentah Hasil olahan

Alat peralatan dan mesin-mesin. Pengolahan secara

(57)

10

fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid). Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi setiap saat (Aliudin dan Anggraeni, 2014).

Emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Harga emping melinjo di pasaran cukup stabil, artinya belum pernah mengalami kemerosotan harga, lebih-lebih sekarang Indonesia mulai mengekspor emping melinjo ke beberapa negara. Kualitas melinjo sangat menentukan kualitas empingnya. Biji melinjo yang kualitasnya paling baik adalah biji melinjo yang ukurannya terbesar dan sudah tua benar. Untuk mengetahui apakah biji melinjo itu sudah tua benar adalah:

1. Bila masih berkulit luar maka warna kulit luarnya merah tua, sangat baik bila melinjo yang berkulit luar merah tua itu jatuh sendiri dari pohon. 2. Bila sudah tidak berkulit luar, maka biji melinjo itu kulit kerasnya berwara

coklat kehitam-hitaman dan mengkilat. Hal ini penting karena pada umumnya produsen emping mendapatkan biji-biji melinjo dari pedagang dalam keadaan sudah tidak ada kulit luarnya.

Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan emping akan mengalami penyusutan.

Jenis biji Berat biji berkulit keras Berat setelah jadi emping kering

Penyusutan

1 Tua benar 1 kg 0,65 kg 0,35 kg

2 Kurang tua 1 kg 0,60 kg 0,40 kg

(58)

Berdasarkan jenis/ kualitas emping yang dihasilkan, tiap tenaga kerja pembuat emping dalam sehari mampu memipihkan biji-biji melinjo sekitar :

1. 4 kg untuk emping super (kualitas 1) 2. 6 kg untuk kualitas 2

3. 10 kg untuk emping klutuk (Sunanto, 1991).

Satu pohon melinjo yang sudah berumur diatas 5 tahun dan terawat baik dapat menghasilkan biji melinjo sebanyak 50 kg per pohon per tahun dengan harga Rp. 5000 per kg. Harga melinjo terkadang mengalami kenaikan dan penurunan, tingginya harga melinjo disebabkan musim panen raya melinjo. Harga melinjo jika mengalami kenaikan bisa mencapai Rp. 13000 – Rp. 15000 per kg. Dan jika harga melinjo mengalami kenaikan maka harga emping juga melonjak mencapai Rp. 32000 – Rp. 34000 per kg (Sujatmiko, 2013).

Kualitas Emping Melinjo

Dalam pemasarannya, ada klasifikasi emping melinjo yang didasarkan pada kualitasnya, semakin tinggi kualitasnya akan semakin tinggi harganya. Klasifikasi emping melinjo adalah sebagai berikut :

1. Kualitas nomor 1

Sering disebut emping super, yang tanda-tandanya adalah : a. Lempengannya sangat tipis merata

b. Berwarna agak putih dan bening atau transparan

(59)

12

2. Kualitas nomor 2

Emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tandanya, antara lain: a. Lempengannya lebih tebal daripada emping super

b. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening

c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

d. Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya baik

3. Kualitas nomor 3

Emping kualitas ini memiliki tanda-tanda: a. Lempengannya agak tebal

b. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak bening

c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya bermacam-macam, sehingga garis tengahnya juga bermacam-macam

d. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering, agar hasil gorengannya baik

(Sunanto, 1991).

Pembuatan Emping Melinjo

(60)

3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas pemukulan

4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau dibungkus plastik agar licin

5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji melinjo yang digoreng sangan

6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur lempengan emping melinjo

7. Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan

8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan

Sebenarnya ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping melinjo, yakni biji-biji melinjo sebelum dipipihkan itu dipanaskan dahulu dengan cara digoreng sangan atau dengan cara direbus.

(61)

14

Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu banyak berkurang.

Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Kerangka alat

Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang terbuat dari besi.

Saluran pemasukan bahan (Hopper)

Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dengan proses pengepresan bahan.

Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut dinamo atau generator. Motor listrik dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot debu.

(62)

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros, yaitu:

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur ataupun gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau biila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

(63)

16

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang.

Bantalan (bearing)

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada: 1. Gerakan bantalan terhadap poros

-Bantalan luncur -Bantalan gelinding 2. Beban terhadap poros

-Bantalan radial -Bantalan aksial

-Bantalan gelinding khusus (Sularso dan Suga, 2002).

(64)

dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SDpenggerak = SDyang digerakkan ... (1) dimana,

S = Kecepatan putar puli (rpm) D = Diameter puli (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

(Mabie dan Ocvirk, 1967).

V-Belt (Sabuk V)

(65)

18

slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).

Susunan khas sabuk V terdiri atas :

• Bagian elastisyang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

• Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C + 1,57(D + d) +(D−d)2

4C ... (2) dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm) D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm) d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)

Speed Reducer

Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem

reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (outputspeed).

(66)

dimana:

Desain adalah penataan suku-suku mesin untuk menunjukkan beda susunan mesin dari tipe yang sama. Pabrik dapat saja mengeluarkan alat dengan merek yang sama, tetapi mesinnya belum tentu persis sama. Perbedaan dalam penyusunan komponen-komponen inilah yang merupakan desain mesin. Dalam mempelajari konstruksi umum sebuah mesin, perhatikan jumlah suku yang dicor, roda gigi, tempat terjadinya keausan, dan mudahnya pelumasan dan penyetelan (Smith dan Wilkes, 1990).

Banyak material yang berbeda-beda digunakan dalam pembuatan mesin pertanian. Setiap material dipilih untuk setiap karakteristik bagian pada mesin pertanian tersebut. Beberapa bagian mesin ini ada yang tahan lama dan ada yang mudah terkikis, dan ada yang terbuat dari baja keras atau besi, sementara bagian lainnya membutuhkan bahan yang tahan korosi dan untuk tujuan ini maka digunakan bahan stainlesssteel dan plastik. Sebagai tambahan pada karakteristik-karakteristik tersebut dan untuk biaya pemeliharaan mesin, maka massa dari material juga harus dipertimbangkan (Harris, et. al., 1965).

(67)

20

asalkan tidak ada perubahan pada struktur internalnya. Namun, apabila produk mengalami kondisi pemakaian sehingga terjadi perubhan pada struktur internal, kita harus mengantisipasi bahwa sifat dan perilaku material akan mengalami perubahan pula. Sebagai contoh, karet mengalami pengerasan secara bertahap apabila terkena sinar matahari dan udara, aluminium tidak dapat digunakan di berbagai tempat pada pesawat supersonik, bor dari baja biasa tidak dapat membuat lubang secepat bor baja kecepatan tinggi, dan semikonduktor dapat mengalami kerusakan akibat radiasi nuklir (Vlack, 2001).

Pada alat dan mesin pertanian motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga lainnya. Hal ini disebabkan motor listrik dapat disesuaikan dan dapat digunakan pada hampir setiap alat yang membutuhkan putaran (Cooper, 1992).

(68)

ketentuan-Umur Ekonomis Peralatan

Setiap peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan sejumlah biaya, yaitu biaya untuk operasi sesuai fungsinya dan biaya pemeliharaan (termasuk perbaikan) selama operasi. Pada suatu saat karena operasinya sudah lama (umurnya sudah tua) akan mengalami aus sehingga produksinya menurun dan biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasiannya tinggi, sehingga total biaya yang dikeluarkan sudah tidak sesuai lagi dengan nilai jasa produksi yang dihasilkan. Pada kondisi seperti ini maka peralatan dimaksud dinyatakan tidak ekonomis lagi untuk dipakai, atau disebut umur ekonomisnya sudah tercapai. Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatan lainnya.

Pada umumnya dinyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis suatu peralatan dapat berubah (menjadi lebih singkat) yang diakibatkan antara lain karena cara pengoperasian yang tidak baik dan tidak benar serta pemeliharaan dan perbaikannya tidak baik(Sembiring, 2012).

Umur ekonomis itu sangat tergantung pada jenis-jenisnya masing-masing dan juga pada kebijakan dan cara menilai dari suatu perusahaan.

1. Bangunan memiliki umur ekonomis yang cukup lama kecuali diperuntukan produksi yang cukup berat, misalnya bangunan kantor akan memiliki umur ekonomis yang lama seperti: 15 sampai 20 tahun. Sedangkan untuk bangunan gudang atau pabrik bisa memiliki umur 10 sampai 15 tahun.

(69)

22

tahun. Apalagi yang berhubungan dengan teknologi canggih yang biasanya perkembangan sangat cepat.

3. Untuk peralatan kantor biasanya kisaran 5 sampai 10 tahun tergantung kebijakan dan penilaian masing-masing perusahaan.

Pemeliharaan Dan Keselamatan Kerja

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pecetak keripik biji-bijian agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama.Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat pencetak keripik biji-bijian, maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai.

Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut : - Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai - Menghindari kerusakan yang lebih berat

- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik - Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

(70)

Tabel 2. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak keripik biji-bijian No Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1.

Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur

Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang dapat merusak sabuk

Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik ke gear silinder pengepres

Hindari memasukkan bahan yang terbuat dari logam. Dibersihkan setiap selesai digunakan

Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi

Membersihkan sisa-sisa keripik biji-bijian yang menempel Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik pada gear silinder pengepres

(Sembiring, 2012).

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Keselamatan kerja pada alat pencetak keripik biji-bijian dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Keselamatan alat

- Hindari memasukan bahan yang keras seperti sejenis logam karena dapat menyebabkan silinder pengepres rusak.

- Hindari motor listrik dari terkena bahan-bahan cair agar tidak terjadi korsleting listrik.

2. Keselamatan operator

(71)

24

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per satuan waktu. Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan daya pengerak motor. Persamaan matematisnya yaitu sebagai berikut:

Kapasitas Alat =Massa Bahan Diolah

Waktu ... (4)

Persentase Kerusakan Bahan

Pengukuran persentase bahan rusak dilakukan dengan pengamatan secara visual setelah proses pencetakan emping. Ditimbang berat emping hasil pengolahan lalu dihitung persentase bahan rusak dengan rumus:

��������������������=�����������% ... (5)

dimana,

BBSP = Berat bahan setelah pengolahan (berat emping) BBD = Berat bahan yang diolah

(Darun, 2002).

Organoleptik

(72)

Analisis Ekonomi

Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok =�BT

x + BTT�C ... (6) dimana,

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi) 1. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

-Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan penyusutan yang lebih mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap tahun umurnya.

Dt = (P – S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t–1) ... (7)

/

dimana :

Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

(73)

26

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya :

I =i(P)(n+1)

2n ... (8) dimana,

i = total persentase bunga modal dan asuransi (17%/tahun)

3. Di negara Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya. (Darun, 2002)

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi =1,2%(P−S)

1000 jam ... (9)

2. Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya

(Darun, 2002).

Break Even Point (BEP)

(74)

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk mengetahui produksi titik (BEP) maka digunakan rumus sebagai berikut :

N =(R−V)F ... (10) dimana,

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg) F = biaya tetap pertahun (Rp)

R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rp) V = biaya tidak tetap per unit produksi

(Darun, 2002).

Net Present value (NPV)

(75)

28

��� − ��� ≥0 ... (11) dimana,

CIF = cashinflow COF = cashoutflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan - NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak

menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan

(Darun, 2002).

Internal Rate of Return (IRR)

IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan. IRR juga digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.

(76)

dimana, i1

i

= suku bunga bank paling atraktif

2`

NPV1 = NPV awal pada i = suku bunga coba-coba

NPV2 = NPV pada i

1

(Kastaman, 2006).

(77)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Sesuai dengan definisi mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

(78)

luar yang tidak diinginkan (mengupas), memotong, memarut, pembagian dan pelunakan, pemerasan, emulsifikasi, fermentasi, pemasakan (perebusan, pendidihan, penggorengan, pengukusan, pemanggangan, penyangraian), pengpresan, pengeringan semprot, pengepakan dan pasteurisasi.

Melinjo merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang mempunyai banyak kegunaan. Hampir seluruh bagian tanaman melinjo dapat dimanfaatkan, baik daunnya, tangkil, bahkan kulit bijinya bisa dimanfaatkan.

Buah melinjo yang sudah tua merupakan bahan baku emping melinjo yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan mudah memasarkannya untuk memenuhi permintaan konsumen di dalam negeri, bahkan sudah mulai diekspor pula ke beberapa negara di Asia, Eropa dan Amerika. Namun selama ini melinjo banyak ditanam oleh masyarakat di tanah-tanah pekarangan tanpa perawatan dan bercampur dengan tanaman-tanaman jenis lainnya sehingga hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itulah Pemerintah berusaha meningkatkan produksi melinjo untuk dikembangkan menjadi salah satu komoditi ekspor non-migas yang menghasilkan devisa negara dan sekaligus sebagai usaha meningkatkan pendapatan petani (Sunanto, 1991).

(79)

3

terjadi yaitu proses loading (pemasukan bahan) dan unloading yang kurang optimal, membuat kesulitan dalam pengambilan hasil pengepresan.

Uraian di atas menjadi alasan penelitian ini dilakukan, yaitu untuk merancang alat pencetak keripik biji-bijian yang bisa mengolah biji melinjo menjadi empingserta biji dari komoditas lain menjadi keripik biji-bijian yang dapat bekerja secara mekanis dan pemasukan (loading) bahan juga bisa dilakukan sekaligus.

Pada penelitian ini, setelah dilakukan perancangan alat pencetak keripik biji-bijian, selanjutnya dilakukan pembuatan alat dimulai dari pemilihan bahan, selanjutnya pengukuran, pemotongan, perangkaian, pengelasan dan finishing. Selanjutnya dilakukan uji kelayakan pada alat dan dilakukan pengukuran parameter yang digunakan pada penelitian.

Tujuan Penelitian

Merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan

(80)

gnemon L.), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SUMONO.

Proses pengolahan biji-bijian yang mengandung pati menjadi bahan pangan (keripik) merupakan hal yang menarik untuk diketahui, salah satu prosesnya yaitu dengan pengepresan bahan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, persentase bahan rusak, uji organoleptik dan analisis ekonomi.

Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 2,82 kg/jam dan persentase bahan rusak sebesar 8,07 %. Organoleptik warna dikategorikan 2 (putih), ketebalan dikategorikan 1 (tipis) dan rasa dikategorikan 2 (sedang). Analisis ekonomi, biaya pokok untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp. 4.286,8/kg, Rp. 3.968,21/kg, Rp. 3.862,16/kg, Rp. 3.809,22/kg dan Rp. 3.777,53/kg. Nilai titik impas (BEP)untuk tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 289,78 kg/tahun, 156,22 kg/tahun, 111,77 kg/tahun, 89,57 kg/tahun dan 76,29 kg/tahun. Internal rate of return(IRR) adalah sebesar 45,72%.

Kata kunci: biji melinjo, alat pencetak, pengepresan, mesin

ABSTRACT

HADY SUSILO : Design and construction of grains’ chip molder, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SUMONO.

The processing of grains that contained starch into foodstuffs (chip) is an interesting thing to be known, one of the process is material’s pressing. The purpose of this research was to design, build, test and analyze the economic value of grains’ chip molder. The parameters observed were effective capacity, percentage of damaged material, organoleptic’s test and economic analysis.

(81)

RANCANG BANGUN ALAT PENGEPRES EMPING MELINJO

(Genetum gnemon L.)

SKRIPSI

OLEH :

HADY SUSILO

090308012/ KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

(82)

RANCANG BANGUN ALAT PENGEPRES EMPING MELINJO

(Gnetum gnemon L.)

SKRIPSI

OLEH :

HADY SUSILO

090308012/ KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

(83)

Judul Skripsi : Ran

cang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo Nama : Hady Susilo

NIM : 090308012

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Prof. Dr. Ir. Sumono, MS Ketua Anggota

Mengetahui,

Ainun Rohanah, STP, M.Si

(84)

Panitia Penguji Ujian Skripsi

(85)

ABSTRAK

HADY SUSILO: Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Gnetum gnemon L.), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SUMONO.

Proses pengolahan biji-bijian yang mengandung pati menjadi bahan pangan (keripik) merupakan hal yang menarik untuk diketahui, salah satu prosesnya yaitu dengan pengepresan bahan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, persentase bahan rusak, uji organoleptik dan analisis ekonomi.

Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 2,82 kg/jam dan persentase bahan rusak sebesar 8,07 %. Organoleptik warna dikategorikan 2 (putih), ketebalan dikategorikan 1 (tipis) dan rasa dikategorikan 2 (sedang). Analisis ekonomi, biaya pokok untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp. 4.286,8/kg, Rp. 3.968,21/kg, Rp. 3.862,16/kg, Rp. 3.809,22/kg dan Rp. 3.777,53/kg. Nilai titik impas (BEP)untuk tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 289,78 kg/tahun, 156,22 kg/tahun, 111,77 kg/tahun, 89,57 kg/tahun dan 76,29 kg/tahun. Internal rate of return(IRR) adalah sebesar 45,72%.

Kata kunci: biji melinjo, alat pencetak, pengepresan, mesin

ABSTRACT

HADY SUSILO : Design and construction of grains’ chip molder, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SUMONO.

The processing of grains that contained starch into foodstuffs (chip) is an interesting thing to be known, one of the process is material’s pressing. The purpose of this research was to design, build, test and analyze the economic value of grains’ chip molder. The parameters observed were effective capacity, percentage of damaged material, organoleptic’s test and economic analysis.

(86)

RIWAYAT HIDUP

HADY SUSILO, dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 04 Maret

1991 dari ayahanda Bambang Heriadi Putro dan Ibunda Suriati. Anak ke dua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA UISU Medan pada tahun 2009 dan diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai asisten di Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Laboratorium Statistika Industri, Laboratorium Penerapan Komputer dan Laboratorium Sistem Informasi.

Gambar

Tabel 7. Data Kapasitas Alat dan Persentase Bahan Rusak
Tabel 8. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rio Baruna Sirait (100308064) dengan judul skrispsi “ Uji Jarak Silinder Pengepress Terhadap Kualitas Emping Melinjo Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian ”.. Saipul

judul “ Uji Jarak Silinder Pengepress Terhadap Kualitas Emping Melinjo pada Alat Pencetak Keripik Biji-bijian ”.. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pencacah jagung agar dalam keadaan siap

Uraian di atas menjadi alasan penelitian ini dilakukan, yaitu untuk merancang alat pencetak keripik biji-bijian yang bisa mengolah biji melinjo menjadi emping serta

Seperti halnya pengolahan untuk biji-bijian lain yang mengandung rendemen minyak yang tinggi, pengolahan biji kacang tanah menjadi minyak juga dilakukan dengan pengepresan