• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Genetum Gnemon L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Genetum Gnemon L.)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Melinjo

Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum

dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen

dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal

dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau

Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo

lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang

spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di

kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang

dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua

subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae

(tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam

dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Gymnospermae

Kelas : Gnetinae

Ordo : Gnetales

Famili : Gnetaceae

Genus : Gnetum

Spesies : Gnetum gnemon (melinjo)

Jenis ini dikatakan sebagai bentuk peralihan antara Gymnospermae dan

(2)

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat

dibedakan atas akar, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ ini

mempunyai ciri morfologi tersendiri. Persamaan dan perbedaan dengan tumbuhan

lain inilah yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasiannya.

Akar

Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang,

seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo

yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek,

tidak berakar tunggang.

Batang

Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter.

Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang

pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok

selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat

perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.

Daun

Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm

serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi

rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.

Bunga

Bunga melinjo membentuk kerucut dengan karangan bunga melingkar.

Kerucut bunga jantan panjangnya 3-5 cm dengan 5-8 karangan bunga. Sedangkan

(3)

Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua,

yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan,

pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu

pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.

Kerucut bunga jantan sebenarnya juga berbakal biji, di samping benang

sari, tetapi tidak sempurna sehingga tidak dapat berkembang menjadi biji. Lain

halnya dengan kerucut bunga betina yang bakal bijinya sempurna berbentuk bola.

Bakal biji ini dapat berkembang menjadi biji tanpa melalui proses pembuahan.

Biji

Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing

pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta.

Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah

warna menjadi kuning dan merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah)

berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air

ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan

endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji

melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji

masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama,

bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah

(Tim Penulis PS, 2002).

Varietas

Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk

pohon, variasi bentuk dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa

(4)

Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo

2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil

ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh

cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo

ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku

3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di

hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau

Nusakambangan.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo

bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh,

bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo

bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu

varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).

Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas,

yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar

dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar

diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut,

varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan

emping melinjo.

Syarat Tumbuh

Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,

(5)

Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu

tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo

didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan

pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah

pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban

tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim

kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di

daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut

daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).

Panen

Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah

cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang

dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa

panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada

istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan

Mei-Juli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya

disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan

mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).

Pascapanen

Langkah awal perlakuan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan. Buah

melinjo tua dipisahkan dari buah yang masih muda, demikian pula daun dan

bunganya. Buah melinjo yang sudah tua biasanya dicirikan dengan kulit luar yang

(6)

masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua,

kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.

Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan

emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya

dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak

berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).

Emping Melinjo

Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil

pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara

fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi

kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil

pertanian dipungut atau dipanen (Heddy, et.al., 1994).

Untuk bahan industri pangan dan nonpangan secara garis besar dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan

(Setyohadi, 2006).

Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain

bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat.

Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat

Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang

berasal dari emping melinjo meliputi: kalori, karbohidrat, protein, lemak, kalsium,

Bahan mentah Hasil olahan

Alat peralatan dan mesin-mesin. Pengolahan secara

(7)

fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid).

Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif

dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga

kebutuhan konsumen dapat terpenuhi setiap saat (Aliudin dan Anggraeni, 2014).

Emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat

dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Harga emping melinjo di pasaran cukup

stabil, artinya belum pernah mengalami kemerosotan harga, lebih-lebih sekarang

Indonesia mulai mengekspor emping melinjo ke beberapa negara. Kualitas

melinjo sangat menentukan kualitas empingnya. Biji melinjo yang kualitasnya

paling baik adalah biji melinjo yang ukurannya terbesar dan sudah tua benar.

Untuk mengetahui apakah biji melinjo itu sudah tua benar adalah:

1. Bila masih berkulit luar maka warna kulit luarnya merah tua, sangat baik

bila melinjo yang berkulit luar merah tua itu jatuh sendiri dari pohon.

2. Bila sudah tidak berkulit luar, maka biji melinjo itu kulit kerasnya berwara

coklat kehitam-hitaman dan mengkilat. Hal ini penting karena pada

umumnya produsen emping mendapatkan biji-biji melinjo dari pedagang

dalam keadaan sudah tidak ada kulit luarnya.

Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan

emping akan mengalami penyusutan.

Jenis biji Berat biji berkulit keras Berat setelah jadi emping kering

Penyusutan

1 Tua benar 1 kg 0,65 kg 0,35 kg

2 Kurang tua 1 kg 0,60 kg 0,40 kg

3 Agak muda 1 kg 0,50 kg 0,50 kg

(Sunanto, 1991).

Biji melinjo yang sudah benar-benar tua itu kadar airnya kecil, sehingga

(8)

Berdasarkan jenis/ kualitas emping yang dihasilkan, tiap tenaga kerja

pembuat emping dalam sehari mampu memipihkan biji-biji melinjo sekitar :

1. 4 kg untuk emping super (kualitas 1)

2. 6 kg untuk kualitas 2

3. 10 kg untuk emping klutuk

(Sunanto, 1991).

Satu pohon melinjo yang sudah berumur diatas 5 tahun dan terawat baik

dapat menghasilkan biji melinjo sebanyak 50 kg per pohon per tahun dengan

harga Rp. 5000 per kg. Harga melinjo terkadang mengalami kenaikan dan

penurunan, tingginya harga melinjo disebabkan musim panen raya melinjo. Harga

melinjo jika mengalami kenaikan bisa mencapai Rp. 13000 – Rp. 15000 per kg.

Dan jika harga melinjo mengalami kenaikan maka harga emping juga melonjak

mencapai Rp. 32000 – Rp. 34000 per kg (Sujatmiko, 2013).

Kualitas Emping Melinjo

Dalam pemasarannya, ada klasifikasi emping melinjo yang didasarkan

pada kualitasnya, semakin tinggi kualitasnya akan semakin tinggi harganya.

Klasifikasi emping melinjo adalah sebagai berikut :

1. Kualitas nomor 1

Sering disebut emping super, yang tanda-tandanya adalah :

a. Lempengannya sangat tipis merata

b. Berwarna agak putih dan bening atau transparan

c. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

(9)

2. Kualitas nomor 2

Emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tandanya, antara lain:

a. Lempengannya lebih tebal daripada emping super

b. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening

c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

d. Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya

baik

3. Kualitas nomor 3

Emping kualitas ini memiliki tanda-tanda:

a. Lempengannya agak tebal

b. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak bening

c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya bermacam-macam, sehingga garis tengahnya juga

bermacam-macam

d. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering, agar hasil

gorengannya baik

(Sunanto, 1991).

Pembuatan Emping Melinjo

Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual

diperlukan beberapa peralatan, yaitu:

1. Tungku api atau kompor minyak

(10)

3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas

pemukulan

4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau

dibungkus plastik agar licin

5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji

melinjo yang digoreng sangan

6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur

lempengan emping melinjo

7. Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan

8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil

lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan

Sebenarnya ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping

melinjo, yakni biji-biji melinjo sebelum dipipihkan itu dipanaskan dahulu dengan

cara digoreng sangan atau dengan cara direbus.

Menurut Sunanto (1991), pada umumnya proses pembuatan emping

melinjo itu menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir,

maka biji-biji melinjo yang akan digoreng sangan akan dapat masak secara

merata, karena pasir sifatnya cepat menerima panas dan dengan mencampurkan

biji-biji melinjo berbaur dengan pasir yang panas sambil dibolak-balik, maka

kemasakan biji melinjo dapat merata. Dengan cara menggoreng sangan, aroma

dan zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo itu tidak hilang, sehingga akan

diperoleh emping melinjo yang rasanya lezat. Lain halnya bila direbus, aroma dan

(11)

Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu banyak

berkurang.

Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian Kerangka alat

Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang

terbuat dari besi.

Saluran pemasukan bahan (Hopper)

Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan

pengolahan dengan proses pengepresan bahan.

Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi

mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi

energi listrik disebut dinamo atau generator. Motor listrik dapat ditemukan pada

peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot

debu.

Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.

Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang

disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari

magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan

tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan

sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada

(12)

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin,

hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan

utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,

yaitu:

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur ataupun

gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau

tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter

poros diperkecil atau biila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.

Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban

di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau

defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin

perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros,

kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang

akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat

terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini

dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros

(13)

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama

dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai

batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang.

Bantalan (bearing)

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban,

sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,

aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros

serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:

1. Gerakan bantalan terhadap poros

-Bantalan luncur

-Bantalan gelinding

2. Beban terhadap poros

-Bantalan radial

-Bantalan aksial

-Bantalan gelinding khusus

(Sularso dan Suga, 2002).

Puli (Pulley)

Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari

(14)

dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk

konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran

transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda

transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SDpenggerak = SDyang digerakkan ... (1)

dimana,

S = Kecepatan putar puli (rpm)

D = Diameter puli (mm)

(Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana

pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli

adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada

bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

(Mabie dan Ocvirk, 1967).

V-Belt (Sabuk V)

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk

V dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang

bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah

harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan

(15)

slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau

perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).

Susunan khas sabuk V terdiri atas :

• Bagian elastisyang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

• Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya

rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat

sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C + 1,57(D + d) +(D−d)2

4C ... (2) dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)

D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)

d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)

Speed Reducer

Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem

reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara

bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (outputspeed).

Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini

perbdaningan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.

i =N1

(16)

dimana:

i = Perbandingan reduksi

N1 = Input putaran (rpm)

N2 = Output putaran (rpm)

(Niemann, 1982).

Rancang Bangun (Desain)

Desain adalah penataan suku-suku mesin untuk menunjukkan beda

susunan mesin dari tipe yang sama. Pabrik dapat saja mengeluarkan alat dengan

merek yang sama, tetapi mesinnya belum tentu persis sama. Perbedaan dalam

penyusunan komponen-komponen inilah yang merupakan desain mesin. Dalam

mempelajari konstruksi umum sebuah mesin, perhatikan jumlah suku yang dicor,

roda gigi, tempat terjadinya keausan, dan mudahnya pelumasan dan penyetelan

(Smith dan Wilkes, 1990).

Banyak material yang berbeda-beda digunakan dalam pembuatan mesin

pertanian. Setiap material dipilih untuk setiap karakteristik bagian pada mesin

pertanian tersebut. Beberapa bagian mesin ini ada yang tahan lama dan ada yang

mudah terkikis, dan ada yang terbuat dari baja keras atau besi, sementara bagian

lainnya membutuhkan bahan yang tahan korosi dan untuk tujuan ini maka

digunakan bahan stainlesssteel dan plastik. Sebagai tambahan pada

karakteristik-karakteristik tersebut dan untuk biaya pemeliharaan mesin, maka massa dari

material juga harus dipertimbangkan (Harris, et. al., 1965).

Material dalam produk jadi memiliki beberapa sifat (kekuatan, kekerasan,

konduktivitas, densitas, warna dan sebagainya) yang dipilih untuk memenuhi

(17)

asalkan tidak ada perubahan pada struktur internalnya. Namun, apabila produk

mengalami kondisi pemakaian sehingga terjadi perubhan pada struktur internal,

kita harus mengantisipasi bahwa sifat dan perilaku material akan mengalami

perubahan pula. Sebagai contoh, karet mengalami pengerasan secara bertahap

apabila terkena sinar matahari dan udara, aluminium tidak dapat digunakan di

berbagai tempat pada pesawat supersonik, bor dari baja biasa tidak dapat

membuat lubang secepat bor baja kecepatan tinggi, dan semikonduktor dapat

mengalami kerusakan akibat radiasi nuklir (Vlack, 2001).

Pada alat dan mesin pertanian motor listrik sering digunakan sebagai

tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga lainnya. Hal ini disebabkan

motor listrik dapat disesuaikan dan dapat digunakan pada hampir setiap alat yang

membutuhkan putaran (Cooper, 1992).

Pada berbagai mesin perkakas atau pesawat kerja secara umum, proses

transformasi daya secara mekanik merupakan hasil analisis yang seksama

terhadap gerak-gerak mekanik yang seharusnya dilakukan oleh sebuah elemen

kerja. Sementara itu, mengenai bagaimana keadaan gerak sumber daya, kita perlu

menentukan jenis transmisi yang sesuai, serta efektif dan efisien untuk

dipergunakan. Pemakaian transmisi daya dengan rantai dapat mengapresiasi daya

pada berbagai posisi gerak dari beberapa poros, walaupun ada beberapa syarat

konstruksi yang harus dipenuhi. Misalnya, posisi poros harus selalu sejajar, roda

gigi penghantar (sprocket) harus berbeda-beda pada satu bidang, dan

ketentuan-ketentuan teknis lainnya. Rantai-rantai yang terdapat dalam berbagai tipe dan ukuran

(18)

Umur Ekonomis Peralatan

Setiap peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan

sejumlah biaya, yaitu biaya untuk operasi sesuai fungsinya dan biaya

pemeliharaan (termasuk perbaikan) selama operasi. Pada suatu saat karena

operasinya sudah lama (umurnya sudah tua) akan mengalami aus sehingga

produksinya menurun dan biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasiannya tinggi,

sehingga total biaya yang dikeluarkan sudah tidak sesuai lagi dengan nilai jasa

produksi yang dihasilkan. Pada kondisi seperti ini maka peralatan dimaksud

dinyatakan tidak ekonomis lagi untuk dipakai, atau disebut umur ekonomisnya

sudah tercapai. Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya

sendiri-sendiri yang berbeda antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatan lainnya.

Pada umumnya dinyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis

suatu peralatan dapat berubah (menjadi lebih singkat) yang diakibatkan antara lain

karena cara pengoperasian yang tidak baik dan tidak benar serta pemeliharaan dan

perbaikannya tidak baik(Sembiring, 2012).

Umur ekonomis itu sangat tergantung pada jenis-jenisnya masing-masing

dan juga pada kebijakan dan cara menilai dari suatu perusahaan.

1. Bangunan memiliki umur ekonomis yang cukup lama kecuali

diperuntukan produksi yang cukup berat, misalnya bangunan kantor akan

memiliki umur ekonomis yang lama seperti: 15 sampai 20 tahun.

Sedangkan untuk bangunan gudang atau pabrik bisa memiliki umur 10

sampai 15 tahun.

2. Mesin dan peralatan produksi, serta kendaraan memiliki umur ekonomis

(19)

tahun. Apalagi yang berhubungan dengan teknologi canggih yang biasanya

perkembangan sangat cepat.

3. Untuk peralatan kantor biasanya kisaran 5 sampai 10 tahun tergantung

kebijakan dan penilaian masing-masing perusahaan.

Pemeliharaan Dan Keselamatan Kerja

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta

menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pecetak keripik

biji-bijian agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan

lama.Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat

pencetak keripik biji-bijian, maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai

dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang

direncanakan tercapai.

Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai

- Menghindari kerusakan yang lebih berat

- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik

- Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

(20)

Tabel 2. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak keripik biji-bijian

No Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1.

Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur

Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang dapat merusak sabuk

Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik ke

gear silinder pengepres

Hindari memasukkan bahan yang terbuat dari logam. Dibersihkan setiap selesai digunakan

Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi

Membersihkan sisa-sisa keripik biji-bijian yang menempel Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik pada gear silinder pengepres

(Sembiring, 2012).

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk

mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja.

Keselamatan kerja pada alat pencetak keripik biji-bijian dibagi menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Keselamatan alat

- Hindari memasukan bahan yang keras seperti sejenis logam karena

dapat menyebabkan silinder pengepres rusak.

- Hindari motor listrik dari terkena bahan-bahan cair agar tidak terjadi

korsleting listrik.

2. Keselamatan operator

Pada saat mengoperasikan alat, operator juga jangan terlalu dekat dengan

sistem transmisi pulley, gear, silinder pengepres danv-beltpada saat alat

beroperasi untuk menghindari kemungkinan tangan terjepit.

(21)

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai kemampuan

alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per satuan waktu. Dari satuan

kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila

alat atau mesin itu menggunakan daya pengerak motor. Persamaan matematisnya

yaitu sebagai berikut:

Kapasitas Alat =Massa Bahan Diolah

Waktu ... (4)

Persentase Kerusakan Bahan

Pengukuran persentase bahan rusak dilakukan dengan pengamatan secara

visual setelah proses pencetakan emping. Ditimbang berat emping hasil

pengolahan lalu dihitung persentase bahan rusak dengan rumus:

��������������������=�����������% ... (5)

dimana,

BBSP = Berat bahan setelah pengolahan (berat emping)

BBD = Berat bahan yang diolah

(Darun, 2002).

Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu

kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya

rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengukuran

terhadap nilai/ tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subjektif

karena hasil pengukuran sangat ditentukan oleh yang melakukan pengukuran

(22)

Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok =�BT

x + BTT�C ... (6) dimana,

BT = total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

-Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan penyusutan yang lebih

mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap tahun

umurnya.

Dt = (P – S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t–1) ... (7)

/

dimana :

Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun)

P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

N = perkiraan umur ekonomis (tahun)

t = tahun ke-t

(23)

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya :

I =i(P)(n+1)

2n ... (8) dimana,

i = total persentase bunga modal dan asuransi (17%/tahun)

3. Di negara Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk

mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur menganjurkan

bahwa biaya pajak alsin diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

(Darun, 2002)

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak.

Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi =1,2%(P−S)

1000 jam ... (9)

2. Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji

pertahun dibagi dengan total jam kerjanya

(Darun, 2002).

Break Even Point (BEP)

BEP umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi

untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri

(selffinancing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (selfgrowing). Dalam

analisis ini keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

BEP juga digunakan untuk :

(24)

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi

(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi

minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk

dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup

untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk mengetahui produksi titik (BEP) maka digunakan rumus sebagai

berikut :

N = F

(R−V) ... (10)

dimana,

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg)

F = biaya tetap pertahun (Rp)

R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rp)

V = biaya tidak tetap per unit produksi

(Darun, 2002).

Net Present value (NPV)

NPV yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau

tidak untuk digunakan dalam usaha. NPV adalah selisih antara presentvalue dari

investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.

Perhitungan NPV merupakan Net benevit yang telah didiskon dengan

(25)

��� − ��� ≥0 ... (11)

dimana,

CIF = cashinflow

COF = cashoutflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak

menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan

(Darun, 2002).

Internal Rate of Return (IRR)

IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh

kembali investasi yang sudah dikeluarkan. IRR juga digunakan untuk

memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada

tingkat keuntungan tertentu.

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discountrate, dimana

diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i1− NPV 1

(26)

dimana,

i1

i

= suku bunga bank paling atraktif

2`

NPV1 = NPV awal pada i = suku bunga coba-coba

NPV2 = NPV pada i

1

(Kastaman, 2006).

Gambar

Gambar 1. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan
Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan
Tabel 2. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak keripik biji-bijian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji yang dilakukan terhadap otak-otak ikan didapatkan hasil jika ternyata sampel yang berasal dari pasar tamin, pasar koga dan pasar tani kemiling kandungan cemaran bakteri

Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan

Hasil penelitian didapatkan pola asuh yang diberikan pada anak di TK ABA Al Jihad Klajuran Godean Sleman Yogyakarta, sebagian besar kategori campuran, yaitu 14 responden

[r]

request your assistance in filling out the attached academic-progress for each of our sponsored students which is under your supervision. Lestari (at

[r]

QHJDUDQHJDUD GL NDZDVDQ (URSD %DUDW 'HPLNLDQMXJDGLQHJDUDQHJDUDGLNDZDVDQ $PHULND /DWLQ (URSD 7LPXU GDQ (URSD 7LPXU MXJD VXGDK PHQJJXQDNDQ SHPLOX VHUHQWDN .KXVXV XQWXN ZLOD\DK

Subject + Auxiliary Verb/Be + Main Verb (Past Participle) + by + Object.. The auxiliary be is used in