• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi.

Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan merupakan kebutuhan yang penting bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Guna memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, akurat, dan berdaya guna, maka didesain suatu sistem akuntansi. Sistem akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak intern maupun ekstern. Bagi pihak intern, sistem akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk memperoleh informasi keuangan mengetahui, mengevaluasi dan mengambil keputusan-keputusan dalam menjalankan perusahaan. Sedangkan bagi pihak ekstern, seperti kreditur, investor, pemerintah dan suplier, memerlukan informasi keuangan dalam kaitannya dengan kepentingan mereka.

Sebelum membahas mengenai sistem akuntansi, maka terlebih dahulu akan dibicarakan pengertian akuntansi itu sendiri. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:10) defenisi akuntansi adalah “sebagai sistem informasi yamg menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:3), “Akuntansi adalah proses pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi

Agar data keuangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen maupun pihak luar, maka data tersebut harus diolah dan diproses dalam suatu sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi sehingga dihasilkan suatu informasi yang berguna.

Berikut ini akan diberikan defenisi sistem dan prosedur menurut W. Gerald Cole (Cecil Gillespie, 1971:2):

A system is a network of related procedures developed according to one integreted scheme for performing a major activity of the business. A procedure is a sequence of clerical operations, usually involving several people in one or more departement, established to ensure uniform handling of a recurring transaction of the business.

Maksudnya, sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.

Defenisi diatas mengandung arti bahwa sistem dan prosedur saling berhubungan. Sistem merupakan kumpulan dari prosedur yang saling berkaitan, sedangkan prosedur merupakan urutan pekerjaan untuk menjamin perlakuan yang seragam atas transaksi-transaksi yang berulangkali atau secara rutin terjadi didalam perusahaan.

Menurut James A. Hall (2001:5), “sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”.

Setelah diuraikan pengertian akuntansi, sistem, dan prosedur, maka selanjutnya dikemukakan pengertian sistem akuntansi. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:226) menyatakan bahwa “sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan”.

Mulyadi (2001:3) memberikan defenisi sistem akuntansi sebagai berikut : “Sistem akutansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.

Penyusunan sistem akuntansi dilakukan dengan berbagai tujuan. Cecil Gellespie (1971:7) mengemukakan tujuan sistem akuntansi :

1. To improve the information provided by the sistem, in quality, timelines, or structure of the information.

2. To improve the accounting control and internal check, that is, to improve the dependability of accounting information and to provide complete records of accountability for the protection of the assets of the business.

3. To decrease the clerical cost of keeping the records.

Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi adalah untuk membantu meningkatkan mutu informasi yang dihasilkan sistem, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya. Sistem akuntansi juga untuk meningkatkan pengawasan akuntansi dan internal check guna meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan yang lengkap mengenai pertanggungjawaban untuk perlindungan kekayaan perusahaan, dan untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Sejalan dengan tujuan diatas, R. N. Anthony dan J. S. Reece (1983:108) mengemukakan bahwa sistem akuntansi yang baik dapat mencapai beberapa tujuan antara lain :

1. To process the information efficiently, that is, at low cost. 2. To obtain reports quickly.

3. To ensure a high degree of accuracy.

4. To minimize the possibility of theft or fraud.

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi antara lain untuk memproses informasi secara efisien pada tingkat harga yang rendah, untuk menghasilkan laporan dengan cepat, untuk menjamin tingkat ketepatan yang tinggi, serta untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya korupsi atau kecurangan.

2.2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi

Oleh karena bentuk perusahaan beragam, maka sasaran sistem akuntansi juga beragam, meskipun intinya tetap sama, yaitu menyajikan informasi. Tanpa memandang bentuk perusahaan, suatu sistem akuntansi selalu terbentuk dari : a. Serangkaian formulir yang tercetak, seperti faktur, nota (voucher), cek, dan

laporan-laporan yang dipergunakan untuk membangun sistem akuntansi dan administrasi perkantoran, termasuk berbagai prosedur yang merupakan dasar pembuatan ayat-ayat akuntansi.

b. Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa kartu-kartu dan buku-buku dalam pengertian harafiah, maupun dalam bentuk format yang hanya terbaca oleh mesin. Buku-buku ini meliputi jurnal maupun buku besar.

c. Serangkaian laporan atau pernyataan, seperti misalnya neraca saldo, abstraksi buku besar, perhitungan laba rugi, dan neraca.

d. Serangkaian kegiatan klerikal, termasuk operasi pengolahan data elektronik, yang harus dilaksanakan untuk mencatat berbagai informasi akuntansi pada formulir, buku jurnal, buku besar, serta dalam penyusunan laporan dan surat pernyataan.

Menurut Mulyadi (2001:3) ada 5 unsur yang terdapat dalam akuntansi yang pokok, yaitu :

1. Formulir 2. Jurnal 3. Buku Besar 4. Buku Pembantu 5. Laporan Ad. 1. Formulir

Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) diatas secarik kertas. Formulir sering disebut juga dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi kedalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Dalam sistem akuntansi manual, media yang digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas. Dalam sistem akuntansi dengan komputer digunakan berbagai macam media untuk memasukkan

optical and magnetic characters and code, mice, voice, touch sensors, dan cats.

Ad. 2. Jurnal

Setelah suatu transaksi direkam dalam formulir, pencatatan akuntansi yang pertama kali dilakukan adalah menjurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang lain, pencatatan dalam jurnal biasanya lebih lengkap dan lebih terinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan. Dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi satu transaksi pun yang tidak tercatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya. Perusahaan yang transaksinya masih sedikit hanya memerlukan jurnal umum dengan dua kolom, debit dan kredit. Perusahaan yang besar dan terdapat banyak jenis transaksi di dalamnya memerlukan jurnal khusus disamping jurnal umum. Prinsip dasar yang melandasi pembuatan rancangan jurnal adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2001:104) :

1. Harus tersedia jurnal dalam jumlah yang memadai.

2. Jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu, seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, dan pembelian.

3. Penggunaan kolom-kolom khusus dalam jurnal.

4. Nama kolom dan jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

5. Kolom dalam jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

6. Jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan menyalin informasi dari dokumen sumbernya dibuat sangat minimum.

7. Adanya dukungan antara dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga pertanggungjawaban informasi dapat ditentukan.

Ad. 3. Buku Besar

Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dengan demikian, susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk menyusun rekening yang ada dalam buku besar. Selanjutnya rekening-rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.

Ad. 4. Buku Pembantu

Data keuangan yang digolongkan dalam buku besar memerlukan rincian lebih lanjut yang dibentuk dalam buku pembantu. Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku besar

setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.

Ad. 5. Laporan

Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1999:3) : “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Laporan keuanga dapat berbentuk neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Agar informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, laporan keuangan harus mengandung karakteristik kualitatif sebagai berikut : dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan, penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan, dan dapat dibandingkan. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan yang umumnya dihasilkan oleh sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas meliputi laporan keuangan, laporan-laporan yang berkaitan dengan kas, laporan harian, mingguan, dan bulanan, laporan tercetak dan tayangan pada layar monitor komputer.

Selain unsur-unsur tersebut, defenisi dari Howard F. Stettler juga menyebutkan alat-alat sebagai unsur sistem akuntansi. Alat-alat adalah alat-alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan sehingga dapat dihasilkan laporan.

Alat-alat disini dapat berbentuk mesin-mesin pembukuan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang cukup rumit termasuk komputer.

2.3. Sistem Akuntansi dan Pengendalian Intern

Berdasarkan definisi sistem akuntansi dan tujuan penyusunan sistem akuntansi, maka suatu sistem yang efektif selain dapat mengolah data keuangan perusahaan juga harus dapat menjadi kontrol bagi perusahaan. Alat kontrol ini selanjutnya didukung dengan sistem pengendalian yang disebut dengan pengendalian intern.

Menurut Romney dan Steinbart dalam bukunya Accounting Information Systems (2003:95), “Internal control is the plan of organization and the methods a business use to safeguard assets, provite accurate and reliable

information, promote and improve operational efficiency, and encourage

adherence to prescribed managerial polycies”. Maksudnya adalah pengendalian

intern adalah suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Standar Auditing seksi 319, Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 06 (2001:319.2) :

Pengendalian intern adalah suatu proses – yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain – yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Ada lima komponen pengawasan intern yang saling berkaitan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001:319.2), yaitu :

1. Lingkungan pengendalian (control environtment) 2. Penilaian risiko (risk assessment)

3. Informasi dan komunikasi (information and comunication) 4. Pemantauan (monitoring)

Ad. 1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari keempat komponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian menetapkan corak atau suasana suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian para manajemen dan pegawainya.

Menurut Mulyadi (1998:175) :

Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas, antara lain : nilai integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan pembebanan tanggungjawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

Nilai integritas merupakan tanggung jawab yang dijunjung tinggi oleh pihak manajemen, yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau yang telah menjadi komitmennya.

Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan paduan antar kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.

Untuk menciptakan independensi auditor, perusahaan-perusahaan yang go-public sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukan auditor dar

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan.

Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas.

Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut dari pengembangan struktur organisasi. Pembagian wewenang yang jelas akan dapat mengalokasikan sumber daya yang dimiliknya serta memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Perusahaan juga sangat penting memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik. Maka dari itu, perusahaan perlu memiliki metode atau kebijakan yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.

Ad. 2. Penilaian risiko

Penilaian risiko merupakan komponen kedua dari pengendalian intern. Penilaian resiko bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan.

Menurut James A. Hall (2001:156)

Risiko dapat muncul atau berubah dari situasi seperti ini :

• Perubahan dalam lingkungan operasi yang memaksa tekanan baru atau berubah dari perusahaan.

• Restrukturisasi organisasi menghasilkan pengurangan dan/atau pengalokasian kembali personel-personel dari operasi bisnis dan pemrosesan transaksi yang diproses.

• Penerapan prinsip akuntansi yang baru mempengaruhi persiapan pelaporan keuangan.

Ad. 3. Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi merupakan komponen ketiga dari pengendalian intern. Sistem informasi terdiri atas catatan-catatan dan metode yang digunakan untuk memulai mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat transaksi organisasi serta untuk memperhitungkan aktiva dan kewajiban terkait.

Sistem akuntansi yang efektif menurut Mulyadi (1998: 179) adalah : 1. Sah

2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat

4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar

6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya

7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.

Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas). Pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi-transaksi yang fiktif yang sebenarnya tidak terjadi didalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya.

Setiap transaksi diotorisasi dengan tepat (otorisasi). Setiap transaksi diotorisasi dengan tepat oleh yang berkompeten dan berwenang untuk melakukan otorisasi itu. Otorisasi penting untuk mencegah adanya

transaksi curang yang mengakibatkan pemborosan atau perusakan terhadap aktiva perusahaan.

Setiap transaksi yang terjadi dicatat (kelengkapan). Setiap transaksi yang terjadi dicatat, dengan prosedur yang dimiliki oleh perusahaan memberikan pengawasan untuk mencegah penghilangan setiap transaksi dari catatan.

Setiap transaksi dinilai dengan tepat (penilain). Pengawasan intern yang memadai selalu disertai prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan setiap transaksi pada berbagai langkah proses pencatatan.

Setiap transaksi diklasifikasikan dengan tepat (klasifikasi). Klasifikasi perkiraan yang tepat sesuai dengan bagan perkiraan yang dimiliki oleh perusahaan harus ditetapkan didalam jurnal jika laporan keuangan hendak dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga mencakup berbagai kategori seperti divisi dan hasil produk.

Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu). Pencatatan setian transaksi baik sebelum atau sesudah saat terjadinya, selalu menimbulkan kemungkinan adanya kelalaian untuk mencatatnya atau dicatat dengan jumlah yang tidak benar. Jika keterlambatan pencatatan terjadi pada akhir periode, maka laporan keuangan akan mengandung kesalahan.

Setiap transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan ikhtisar).

(dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan sebelum dicatat kedalam jurnal yang bersangkutan. Lalu jurnal itu diposting ke dalam buku besar, dan buku besar tersebut diikhtisarkan lagi dan digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Selain metode yang digunakan untuk memasukkan setiap transaksi, pengawasan yang memadai selalu dibutuhkan untuk memastikan bahwa pengiktisaran tersebut adalah benar.

Ad. 4. Aktivitas pengendalian

Menurut Romney dan Mashall (2003:236) “aktivitas pengendalian, yang merupakan kebijakan dan peraturan yang menyediakan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian pihak manajemen dicapai”.

Dikatakan dalam buku juga (2003:236), secara umum prosedur-prosedur pengendalian termasuk satu dari lima kategori berikut ini :

1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai. 2. Pemisahan tugas.

3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai.

4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai. 5. Pemeriksaan independen atau kinerja.

Didalam organisasi atau perusahaan, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Otorisasi transaksi dapat bersifat umum dan dapat bersifat khusus. Otorisasi umum adalah otorisasi yang diberikan oleh pihak manajemen kepada pegawai untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus. Sedangkan otorisasi khusus adalah otorisasi yang diberikan oleh pihak manajemen untuk beberapa transaksi tertentu yang terjadi karena keadaan khusus.

Pemisahan tugas merupakan aktivitas pengendalian yang paling penting. Pemisahan tugas mempunyai tujuan pokok yaitu untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang.

Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan dalam membuat rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. Menurut Arens dan Loebbecke (1997:266) dokumen dan catatan sebaiknya :

1. Berseri dan prenumbered.

2. Disiapkan pada transaksi terjadi, atau segera sesudahnya.

3. Cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan dapat dimengerti dengan jelas.

4. Dirancang sedapat mungkin untuk multiguna, sehingga meminimalkan bentuk dokumen dan catatan yang berbeda-beda. 5. Dirancang dalam bentuk mendorong penyajian yang benar.

Penjagaan aset bukan saja aset yang berbentuk kas ataupun fisik, tetapi pada masa sekarang ini salah satu aset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh sebab itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga aset berupa informasi maupun fisik.

Pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa seluruh transaksi diproses secara akurat. Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan umumnya akan lebig efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi perusahaan.

Ad. 5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengawasan intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengawasan tepat waktu dan tindakan yang dilakukan.

Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas aktivitas entitas melalui evaluasi secara terpisah. Mereka secara teratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengawasan intern, memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain dan operasi pengawasan intern. Mereka mengkomunikasikan informasikan tentang kekuatan dan kelemahan serta rekomendasi untuk memperbaiki pengawasan intern.

Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dari pihak luar. Customer secara tersirat menguatkan data penagihan dengan pembayaran faktur mereka atau pengajuan keluhan tentang pembebanan yang diterimanya. Manajemen dapat mempertimbangkan komunikasi yang berkaitan dengan pengawasan intern dari auditor ekstern dalam pelaksanaan pemantauan.

2.4. Sistem Akuntansi Penjualan

Sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan. Jadi penjualan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan operasi perusahaan.

W.W. Cooper dan Yuri Ijiri (2004:216) mendefinisikan penjualan sebagai berikut : sale a business transaction involving delivery of commodity, an item of merchandise of property a right, or a service, in exchange for cash, a promise

to pay, or money equivalent, or for any combination of these items”.

Berdasarkan definisi tersebut penjualan merupakan sebuah transaksi bisnis yang berkaitan dengan pengiriman komoditi, barang dagangan atau jasa, dalam pertukaran dengan kas, janji membayar, atau yang setara dengan kas, atau beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut.

Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli. Kegiatan penjualan secara tunai ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika

Dokumen terkait