SKRIPSI
SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA CABANG BINJAI
OLEH :
NICOLAS TARIGAN
070503243
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Sistem Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada
PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai” adalah benar hasil karya saya
sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan saya kutip dari hasil orang lain telah mendapat izin, atau dituliskan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 29 Juli 2013 Yang Membuat Pernyataan
4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M, Ak selaku pembimbing yang dengan
sabar telah memberikan bimbingan dan bantuan serta mengarahkan
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku dosen pembaca nilai
yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta (Ayahanda Bersih Tarigan
dan Ibunda Dra. Radukita Br Gurusinga) dan yang telah membesarkan,
mendidik dan memberikan dukungan moril dan materil serta limpahan
kasih sayang dan yang selalu memberikan doa setiap langkahku, juga
kepada Gabriella Josephin Br Tarigan, S.Ked (adik kandung), Galio
Efrata Tarigan (adik kandung) terima kasih atas bantuan dan
dukungannya.
Demikian skripsi ini disusun dengan segala keterbatasan penulis. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, 29 Juli 2013
Penulis,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih, berkat serta
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Sistem Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Sharp Electronic
Indonesia Cabang Binjai”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu penulis sangat menerima saran
serta kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat
bimbingan, semangat dan bantuan baik secara moril maupun materil dari semua
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak di bawah ini yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M,Ec, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi USU.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi USU dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi USU.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi USU dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak
ABSTRAK
SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA CABANG BINJAI
PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara merupakan Perusahaan Electronik yang bergerak di bidang Penjualan Alat- alat Elekrtonika Kebutuhan Rumah Tangga dan kebutuhan Kantor ada pun produk yang dihasilkan LCD TV Aquos, Audio, DVD Player, Mesin Cuci, Lemari Es, Air Conditioner (AC), Vacuum Cleaner, Faximile, dan Calculator. PT PT. Sharp Electronic Indonesia mempunyai daerah Pemasaran seperti : Sumatera Utara, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,Yogyakarta, Banjarmasin,Pontianak,dan Batam.Tujuan Penelitian ini adala untuk mengetahui dan memahami Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas Pada Perusahaan dan juga untuk mengetahui sistem yang diterapkan tersebut dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas atau tidak.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis gunakan adalah wawancara dan observasi. Metode penganalisaan data yang digunakan yaitu metode deskriptif, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian di susun dan di analisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara melakukan pencatatan transaksi sudah menggunakan komputer dan sistem pencatatan juga telah terkomputerisasi dengan memakai sistem yang telah di programkan khusus untuk semua fungsi akuntansi. Sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan perusahaan dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas. Hal ini dapat dilihat bahwa perusahaan telah melakukan pemisahan fungsi yang cukup jelas antar bagian otorisasi yang telah memadai, perusahaan juga melakukan langkah-langkah untuk penjagaan asset.
ABSTRACT
SYSTEM SALES ACCOUNTING AND CASH REVENUE AT PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA BRANCH BINJAI
PT. Sharp Electronic Indonesia Branch Binjai North Sumatera is one of the electronic firm that Leading of sales of electronic tools, that requirement at house and requirement at Offices. Some product that has been result like : LCD Aquos Television, Audio system, DVD Player, Wahing Machine, Refrigator, Air Condtioner (AC), Vacuum Cleaner, Faxmile, and Calculator. PT. Sharp Electronic Indonesia has been had a region market such as: North Sumatera, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Pontinak, and Batam. The aim of this research is to know and understand the application of System Sales Accounting and Cash Revenue at the firm and also know the system that has been applicate and help management to control the activity of sales and cash revenue or not.
In this research the writer use the descriptif research method. kind of Data that has been used was Primer Data and Secunder Data. Other wise the technic that has been used of the writer was Interview and Observe. The method to use analysis Data was Descriptif Data. Where the data was collect and then arranged in a stack and then analyzied so that it gives some mention to solve the problem.
In This Research shows that PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai North Sumatera has been done record keeping of transaction has been computerized and has been used Special Program for all system Of Accounting. System Sales Accounting And Cash Revenue has ben Applicable and also helped the management in control the activity of sales and cash revenue. In this case can be see the Firm had been done the isolate function from the other part. And the Firm also done step by step to keep the Asset.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ...viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.5. Kerangka Konseptual ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi ... 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 42
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI 4.1. Sistem Akuntansi Perpajakan ... 45
4.1.1. Sistem Akuntansi Penjualan Tunai ... 47
4.1.2. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit ... 53
4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 61 4.2.1. Analisa Sistem Akuntansi Penjualan ... 61 4.2.2. Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 66 4.2.3. Analisis Aktivitas Pengendalian Atas Penjualan
dan Penerimaan Kas ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 71 5.2. Saran ... 73
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA CABANG BINJAI
PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara merupakan Perusahaan Electronik yang bergerak di bidang Penjualan Alat- alat Elekrtonika Kebutuhan Rumah Tangga dan kebutuhan Kantor ada pun produk yang dihasilkan LCD TV Aquos, Audio, DVD Player, Mesin Cuci, Lemari Es, Air Conditioner (AC), Vacuum Cleaner, Faximile, dan Calculator. PT PT. Sharp Electronic Indonesia mempunyai daerah Pemasaran seperti : Sumatera Utara, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,Yogyakarta, Banjarmasin,Pontianak,dan Batam.Tujuan Penelitian ini adala untuk mengetahui dan memahami Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas Pada Perusahaan dan juga untuk mengetahui sistem yang diterapkan tersebut dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas atau tidak.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis gunakan adalah wawancara dan observasi. Metode penganalisaan data yang digunakan yaitu metode deskriptif, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian di susun dan di analisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara melakukan pencatatan transaksi sudah menggunakan komputer dan sistem pencatatan juga telah terkomputerisasi dengan memakai sistem yang telah di programkan khusus untuk semua fungsi akuntansi. Sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan perusahaan dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas. Hal ini dapat dilihat bahwa perusahaan telah melakukan pemisahan fungsi yang cukup jelas antar bagian otorisasi yang telah memadai, perusahaan juga melakukan langkah-langkah untuk penjagaan asset.
ABSTRACT
SYSTEM SALES ACCOUNTING AND CASH REVENUE AT PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA BRANCH BINJAI
PT. Sharp Electronic Indonesia Branch Binjai North Sumatera is one of the electronic firm that Leading of sales of electronic tools, that requirement at house and requirement at Offices. Some product that has been result like : LCD Aquos Television, Audio system, DVD Player, Wahing Machine, Refrigator, Air Condtioner (AC), Vacuum Cleaner, Faxmile, and Calculator. PT. Sharp Electronic Indonesia has been had a region market such as: North Sumatera, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Pontinak, and Batam. The aim of this research is to know and understand the application of System Sales Accounting and Cash Revenue at the firm and also know the system that has been applicate and help management to control the activity of sales and cash revenue or not.
In this research the writer use the descriptif research method. kind of Data that has been used was Primer Data and Secunder Data. Other wise the technic that has been used of the writer was Interview and Observe. The method to use analysis Data was Descriptif Data. Where the data was collect and then arranged in a stack and then analyzied so that it gives some mention to solve the problem.
In This Research shows that PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai North Sumatera has been done record keeping of transaction has been computerized and has been used Special Program for all system Of Accounting. System Sales Accounting And Cash Revenue has ben Applicable and also helped the management in control the activity of sales and cash revenue. In this case can be see the Firm had been done the isolate function from the other part. And the Firm also done step by step to keep the Asset.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar perubahan menetapkan persoalan laba sebagai tujuan
perusahaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka manajemen perusahaan
harus dapat mengkoordinir secara rasional sumber daya dan alat-alat produksi
yang digunakan, yaitu yang terdiri dari alam, manusia, dan modal dalam suatu
wadah organisasi yang melaksanakan kegiatan berdasarkan uraian tugas dan
dibantu oleh catatan yang terkoordinir untuk menciptakan laporan-laporan guna
disampaikan kepada pimpinan sebagai alat untuk menetapkan kebijakan,
perencanaan, dan pengendalian.
Seorang pimpinan perusahaan memerlukan informasi-informasi dalam
mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk itu, perusahaan
memerlukan sistem akuntansi yang merupakan organisasi dari formulir-formulir,
catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinir untuk menciptakan
informasi tertentu yang diperlukan pimpinan atau manajemen perusahaan dalam
mengambil keputusan.
Dalam suatu perusahaan, salah satu komponen pembentukan laba adalah
penjualan. Dalam kondisi perekonomian yang penuh dengan ketidakpastian dan
tingkat persaingan yang semakin tajam, sistem informasi atas penjualan semakin
Sistem penjualan yang baik dan maksimal pada kegiatan penjualan yang
diterapkan dalam perusahaan dapat mendorong tercapainya tingkat penjualan
yang diharapkan, sehingga laba yang diharapkan dapat dicapai pula.
Sistem akuntansi penjualan yang baik harus didukung dengan sistem
akuntansi penerimaan kas yang baik pula, karena kas adalah harta perusahaan
yang berharga sekaligus merupakan asset yang sangat rentan akan pencurian,
penyelewengan dan penyalahgunaan. Satu diantara pencegahan penyelewengan
kas yaitu dengan cara melakukan pemisahan fungsi dalam penerimaan kas dan
pencatatan, sehingga dapat dilakukan cross check. Sistem akuntansi penerimaan
kas yang baik mutlak dimiliki perusahaan karena dengan sistem akuntansi
penerimaan kas yang baik, maka kas sebagai aset perusahaan dapat dijamin
keamanannya, dengan catatan pelaksanaan sistem harus baik dan tidak terjadi
kolusi.
Objek penelitian penulis dalam menyusun skripsi ini adalah PT. Sharp
Electronics Indonesia Cabang Binjai yang merupakan perusahaan Elektronik yang
bergerak dibidang Alat alat elektronika. Adapun produk yang dihasilkan antara
lain Mesin Cuci Sharp, Televisi, Kulkas, AC, VCD/DVD, dan lain sebagainya.
PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai mempunyai daerah pemasaran
meliputi Sumatera Utara, NAD, dan juga Batam.
Mengingat pentingnya peranan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan
kas dalam mencapai tujuan perusahaan dan terdorong untuk mengetahui
penerapan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas, maka penulis
Penjualan dan Penerimaan Kas Pada PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba merumuskan beberapa
masalah yang menjadi dasar penyusunan skripsi ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang
diterapkan pada PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai?
2. Apakah sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas tersebut dapat
membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan
dan penerimaan kas pada PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang
Binjai?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tentang penerapan sistem akuntansi
penjualan dan penerimaan kas pada perusahaan.
2. Mengetahui bahwa sistem yang diterapkan dapat membantu
manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi penulis, untuk mengembangkan wawasan pengetahuan yang telah
diperoleh selama perkuliahan, khusus mengenai sistem akuntansi
penjualan dan penerimaan kas.
2. Bagi perusahaan, untuk memberikan sumbangan pemikiran yang
mungkin berguna, khususnya mengenai sistem akuntansi penjualan
dan penerimaan kas.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan dalam melakukan
1.5. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Pendapatan utama PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai berasal
PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai
Penjualan Produk (Alat Alat Elektronika Kebutuhan Rumah Tangga)
Penerimaan Kas
Sistem Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Sharp Electronics
Indonesia Cabang Binjai
dilakukan secara tunai maupun kredit. Dari hasil penjualan ini perusahaan akan
memperoleh penerimaan kas, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun dari
penagihan piutang. Dari kedua aktivitas ini terbentuklah sistem akuntansi,
khususnya sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas dimana sistem tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi.
Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan merupakan
kebutuhan yang penting bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan.
Guna memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, akurat, dan berdaya guna, maka
didesain suatu sistem akuntansi. Sistem akuntansi merupakan subsistem dari
sistem informasi manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi
keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak intern maupun ekstern. Bagi pihak
intern, sistem akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk memperoleh
informasi keuangan mengetahui, mengevaluasi dan mengambil
keputusan-keputusan dalam menjalankan perusahaan. Sedangkan bagi pihak ekstern, seperti
kreditur, investor, pemerintah dan suplier, memerlukan informasi keuangan dalam
kaitannya dengan kepentingan mereka.
Sebelum membahas mengenai sistem akuntansi, maka terlebih dahulu
akan dibicarakan pengertian akuntansi itu sendiri. Menurut Warren, Reeve, dan
Fees (2005:10) defenisi akuntansi adalah “sebagai sistem informasi yamg
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997:3), “Akuntansi adalah proses
pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam
Agar data keuangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen
maupun pihak luar, maka data tersebut harus diolah dan diproses dalam suatu
sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi sehingga dihasilkan
suatu informasi yang berguna.
Berikut ini akan diberikan defenisi sistem dan prosedur menurut W. Gerald Cole (Cecil Gillespie, 1971:2):
A system is a network of related procedures developed according to one integreted scheme for performing a major activity of the business. A procedure is a sequence of clerical operations, usually involving several people in one or more departement, established to ensure uniform handling of a recurring transaction of the business.
Maksudnya, sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh,
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur
adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang
seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.
Defenisi diatas mengandung arti bahwa sistem dan prosedur saling
berhubungan. Sistem merupakan kumpulan dari prosedur yang saling berkaitan,
sedangkan prosedur merupakan urutan pekerjaan untuk menjamin perlakuan yang
seragam atas transaksi-transaksi yang berulangkali atau secara rutin terjadi
didalam perusahaan.
Menurut James A. Hall (2001:5), “sebuah sistem adalah sekelompok dua
atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau
subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common
Setelah diuraikan pengertian akuntansi, sistem, dan prosedur, maka
selanjutnya dikemukakan pengertian sistem akuntansi. Menurut Warren, Reeve,
dan Fees (2005:226) menyatakan bahwa “sistem akuntansi adalah metode dan
prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan
melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan”.
Mulyadi (2001:3) memberikan defenisi sistem akuntansi sebagai berikut :
“Sistem akutansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.
Penyusunan sistem akuntansi dilakukan dengan berbagai tujuan. Cecil Gellespie (1971:7) mengemukakan tujuan sistem akuntansi :
1. To improve the information provided by the sistem, in quality, timelines, or structure of the information.
2. To improve the accounting control and internal check, that is, to improve the dependability of accounting information and to provide complete records of accountability for the protection of the assets of the business.
3. To decrease the clerical cost of keeping the records.
Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi adalah
untuk membantu meningkatkan mutu informasi yang dihasilkan sistem, baik
mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya. Sistem
akuntansi juga untuk meningkatkan pengawasan akuntansi dan internal check
guna meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap informasi akuntansi dan untuk
menyediakan catatan yang lengkap mengenai pertanggungjawaban untuk
perlindungan kekayaan perusahaan, dan untuk mengurangi biaya klerikal dalam
Sejalan dengan tujuan diatas, R. N. Anthony dan J. S. Reece (1983:108)
mengemukakan bahwa sistem akuntansi yang baik dapat mencapai beberapa
tujuan antara lain :
1. To process the information efficiently, that is, at low cost.
2. To obtain reports quickly.
3. To ensure a high degree of accuracy.
4. To minimize the possibility of theft or fraud.
Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi antara
lain untuk memproses informasi secara efisien pada tingkat harga yang rendah,
untuk menghasilkan laporan dengan cepat, untuk menjamin tingkat ketepatan
yang tinggi, serta untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya korupsi atau
kecurangan.
2.2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi
Oleh karena bentuk perusahaan beragam, maka sasaran sistem akuntansi
juga beragam, meskipun intinya tetap sama, yaitu menyajikan informasi. Tanpa
memandang bentuk perusahaan, suatu sistem akuntansi selalu terbentuk dari :
a. Serangkaian formulir yang tercetak, seperti faktur, nota (voucher), cek, dan
laporan-laporan yang dipergunakan untuk membangun sistem akuntansi dan
administrasi perkantoran, termasuk berbagai prosedur yang merupakan dasar
pembuatan ayat-ayat akuntansi.
b. Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa kartu-kartu dan buku-buku
dalam pengertian harafiah, maupun dalam bentuk format yang hanya terbaca
c. Serangkaian laporan atau pernyataan, seperti misalnya neraca saldo, abstraksi
buku besar, perhitungan laba rugi, dan neraca.
d. Serangkaian kegiatan klerikal, termasuk operasi pengolahan data elektronik,
yang harus dilaksanakan untuk mencatat berbagai informasi akuntansi pada
formulir, buku jurnal, buku besar, serta dalam penyusunan laporan dan surat
pernyataan.
Menurut Mulyadi (2001:3) ada 5 unsur yang terdapat dalam akuntansi
yang pokok, yaitu :
1. Formulir 2. Jurnal 3. Buku Besar 4. Buku Pembantu 5. Laporan
Ad. 1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan
formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam
(didokumentasikan) diatas secarik kertas. Formulir sering disebut juga
dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat
peristiwa yang terjadi dalam organisasi kedalam catatan. Dengan formulir
ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya
sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Dalam sistem akuntansi manual,
media yang digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi
keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas. Dalam sistem akuntansi
optical and magnetic characters and code, mice, voice, touch sensors, dan
cats.
Ad. 2. Jurnal
Setelah suatu transaksi direkam dalam formulir, pencatatan akuntansi yang
pertama kali dilakukan adalah menjurnal. Dibanding dengan catatan
akuntansi yang lain, pencatatan dalam jurnal biasanya lebih lengkap dan
lebih terinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Jurnal
merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan
untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan. Dalam sistem akuntansi,
jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi satu
transaksi pun yang tidak tercatat; catatan yang dilakukan di dalamnya
lengkap dengan penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan
tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya. Perusahaan yang
transaksinya masih sedikit hanya memerlukan jurnal umum dengan dua
kolom, debit dan kredit. Perusahaan yang besar dan terdapat banyak jenis
transaksi di dalamnya memerlukan jurnal khusus disamping jurnal umum.
Prinsip dasar yang melandasi pembuatan rancangan jurnal adalah sebagai
berikut (Mulyadi, 2001:104) :
1. Harus tersedia jurnal dalam jumlah yang memadai.
2. Jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu, seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, dan pembelian.
3. Penggunaan kolom-kolom khusus dalam jurnal.
4. Nama kolom dan jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
5. Kolom dalam jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
7. Adanya dukungan antara dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga pertanggungjawaban informasi dapat ditentukan.
Ad. 3. Buku Besar
Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan
unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Buku besar
merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan. Dengan demikian, susunan informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk menyusun
rekening yang ada dalam buku besar. Selanjutnya
rekening-rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar
penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal. Rekening buku besar
ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan
data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber
informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
Ad. 4. Buku Pembantu
Data keuangan yang digolongkan dalam buku besar memerlukan rincian
lebih lanjut yang dibentuk dalam buku pembantu. Buku pembantu ini
terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang
tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku
pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti tidak ada
catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan
setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses
akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan
pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.
Ad. 5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan. Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (1999:3) : “Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”.
Laporan keuanga dapat berbentuk neraca, laporan rugi laba, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Agar informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, laporan
keuangan harus mengandung karakteristik kualitatif sebagai berikut : dapat
dipahami, relevan, materialitas, keandalan, penyajian jujur, substansi
mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan, dan
dapat dibandingkan. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran
sistem akuntansi. Laporan yang umumnya dihasilkan oleh sistem
akuntansi penjualan dan penerimaan kas meliputi laporan keuangan,
laporan-laporan yang berkaitan dengan kas, laporan harian, mingguan, dan
bulanan, laporan tercetak dan tayangan pada layar monitor komputer.
Selain unsur-unsur tersebut, defenisi dari Howard F. Stettler juga
menyebutkan alat-alat sebagai unsur sistem akuntansi. Alat-alat adalah alat-alat
Alat-alat disini dapat berbentuk mesin-mesin pembukuan, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang cukup rumit termasuk komputer.
2.3. Sistem Akuntansi dan Pengendalian Intern
Berdasarkan definisi sistem akuntansi dan tujuan penyusunan sistem
akuntansi, maka suatu sistem yang efektif selain dapat mengolah data keuangan
perusahaan juga harus dapat menjadi kontrol bagi perusahaan. Alat kontrol ini
selanjutnya didukung dengan sistem pengendalian yang disebut dengan
pengendalian intern.
Menurut Romney dan Steinbart dalam bukunya Accounting Information Systems (2003:95), “Internal control is the plan of organization and the methods a business use to safeguard assets, provite accurate and reliable
information, promote and improve operational efficiency, and encourage
adherence to prescribed managerial polycies”. Maksudnya adalah pengendalian
intern adalah suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk
menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan,
mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional, serta mendorong kesesuaian
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Standar Auditing seksi 319, Pertimbangan atas
Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 06 (2001:319.2) :
Ada lima komponen pengawasan intern yang saling berkaitan menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2001:319.2), yaitu :
1. Lingkungan pengendalian (control environtment) 2. Penilaian risiko (risk assessment)
3. Informasi dan komunikasi (information and comunication) 4. Pemantauan (monitoring)
Ad. 1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari keempat komponen
pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian menetapkan corak
atau suasana suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian
para manajemen dan pegawainya.
Menurut Mulyadi (1998:175) :
Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas, antara lain : nilai integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan pembebanan tanggungjawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Nilai integritas merupakan tanggung jawab yang dijunjung tinggi oleh
pihak manajemen, yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang
dikatakan atau yang telah menjadi komitmennya.
Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen
atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan paduan antar
kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam
pengembangan kompetensi.
Untuk menciptakan independensi auditor, perusahaan-perusahaan yang
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter
bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang
seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh
perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana
operasi suatu entitas harus dilaksanakan.
Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas.
Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan
perluasan lebih lanjut dari pengembangan struktur organisasi. Pembagian
wewenang yang jelas akan dapat mengalokasikan sumber daya yang
dimiliknya serta memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber
daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Perusahaan juga sangat penting memiliki karyawan yang kompeten
dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik. Maka dari itu,
perusahaan perlu memiliki metode atau kebijakan yang baik dalam
menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai
prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.
Ad. 2. Penilaian risiko
Penilaian risiko merupakan komponen kedua dari pengendalian intern.
Penilaian resiko bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
Menurut James A. Hall (2001:156)
Risiko dapat muncul atau berubah dari situasi seperti ini :
• Perubahan dalam lingkungan operasi yang memaksa tekanan baru atau berubah dari perusahaan.
• Restrukturisasi organisasi menghasilkan pengurangan dan/atau pengalokasian kembali personel-personel dari operasi bisnis dan pemrosesan transaksi yang diproses.
• Penerapan prinsip akuntansi yang baru mempengaruhi persiapan pelaporan keuangan.
Ad. 3. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan komponen ketiga dari pengendalian
intern. Sistem informasi terdiri atas catatan-catatan dan metode yang
digunakan untuk memulai mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat
transaksi organisasi serta untuk memperhitungkan aktiva dan kewajiban
terkait.
Sistem akuntansi yang efektif menurut Mulyadi (1998: 179) adalah :
1. Sah
2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar
6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.
Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas). Pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi-transaksi yang fiktif yang
sebenarnya tidak terjadi didalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya.
Setiap transaksi diotorisasi dengan tepat (otorisasi). Setiap transaksi diotorisasi dengan tepat oleh yang berkompeten dan berwenang
transaksi curang yang mengakibatkan pemborosan atau perusakan
terhadap aktiva perusahaan.
Setiap transaksi yang terjadi dicatat (kelengkapan). Setiap transaksi yang terjadi dicatat, dengan prosedur yang dimiliki oleh
perusahaan memberikan pengawasan untuk mencegah penghilangan setiap
transaksi dari catatan.
Setiap transaksi dinilai dengan tepat (penilain). Pengawasan intern yang memadai selalu disertai prosedur untuk menghindari kesalahan
dalam perhitungan dan pencatatan setiap transaksi pada berbagai langkah
proses pencatatan.
Setiap transaksi diklasifikasikan dengan tepat (klasifikasi). Klasifikasi perkiraan yang tepat sesuai dengan bagan perkiraan yang
dimiliki oleh perusahaan harus ditetapkan didalam jurnal jika laporan
keuangan hendak dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga mencakup
berbagai kategori seperti divisi dan hasil produk.
Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu). Pencatatan setian transaksi baik sebelum atau sesudah saat terjadinya,
selalu menimbulkan kemungkinan adanya kelalaian untuk mencatatnya
atau dicatat dengan jumlah yang tidak benar. Jika keterlambatan
pencatatan terjadi pada akhir periode, maka laporan keuangan akan
mengandung kesalahan.
(dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan sebelum dicatat kedalam jurnal
yang bersangkutan. Lalu jurnal itu diposting ke dalam buku besar, dan
buku besar tersebut diikhtisarkan lagi dan digunakan untuk menyusun
laporan keuangan. Selain metode yang digunakan untuk memasukkan
setiap transaksi, pengawasan yang memadai selalu dibutuhkan untuk
memastikan bahwa pengiktisaran tersebut adalah benar.
Ad. 4. Aktivitas pengendalian
Menurut Romney dan Mashall (2003:236) “aktivitas pengendalian, yang
merupakan kebijakan dan peraturan yang menyediakan jaminan yang
wajar bahwa tujuan pengendalian pihak manajemen dicapai”.
Dikatakan dalam buku juga (2003:236), secara umum prosedur-prosedur
pengendalian termasuk satu dari lima kategori berikut ini :
1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai. 2. Pemisahan tugas.
3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai.
4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai. 5. Pemeriksaan independen atau kinerja.
Didalam organisasi atau perusahaan, setiap transaksi hanya terjadi atas
dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut. Otorisasi transaksi dapat bersifat umum dan dapat
bersifat khusus. Otorisasi umum adalah otorisasi yang diberikan oleh
pihak manajemen kepada pegawai untuk menangani transaksi rutin tanpa
persetujuan khusus. Sedangkan otorisasi khusus adalah otorisasi yang
diberikan oleh pihak manajemen untuk beberapa transaksi tertentu yang
Pemisahan tugas merupakan aktivitas pengendalian yang paling
penting. Pemisahan tugas mempunyai tujuan pokok yaitu untuk mencegah
dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan
ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada
seseorang.
Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk
memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data
transaksi yang berkaitan dalam membuat rancangan dan penggunaan
dokumen dan catatan yang memadai. Menurut Arens dan Loebbecke
(1997:266) dokumen dan catatan sebaiknya :
1. Berseri dan prenumbered.
2. Disiapkan pada transaksi terjadi, atau segera sesudahnya.
3. Cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan dapat dimengerti dengan jelas.
4. Dirancang sedapat mungkin untuk multiguna, sehingga meminimalkan bentuk dokumen dan catatan yang berbeda-beda. 5. Dirancang dalam bentuk mendorong penyajian yang benar.
Penjagaan aset bukan saja aset yang berbentuk kas ataupun fisik, tetapi
pada masa sekarang ini salah satu aset terpenting perusahaan adalah
informasi. Oleh sebab itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga
aset berupa informasi maupun fisik.
Pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa seluruh transaksi
diproses secara akurat. Pemeriksaan ini harus independen, karena
pemeriksaan umumnya akan lebig efektif apabila dilaksanakan oleh orang
Ad. 5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengawasan
intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan
operasi pengawasan tepat waktu dan tindakan yang dilakukan.
Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang
melaksanakan fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan
pemantauan atas aktivitas entitas melalui evaluasi secara terpisah. Mereka
secara teratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengawasan
intern, memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi
terhadap desain dan operasi pengawasan intern. Mereka
mengkomunikasikan informasikan tentang kekuatan dan kelemahan serta
rekomendasi untuk memperbaiki pengawasan intern.
Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan
komunikasi dari pihak luar. Customer secara tersirat menguatkan data
penagihan dengan pembayaran faktur mereka atau pengajuan keluhan
tentang pembebanan yang diterimanya. Manajemen dapat
mempertimbangkan komunikasi yang berkaitan dengan pengawasan intern
dari auditor ekstern dalam pelaksanaan pemantauan.
2.4. Sistem Akuntansi Penjualan
Sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan. Jadi
penjualan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan operasi
W.W. Cooper dan Yuri Ijiri (2004:216) mendefinisikan penjualan sebagai
berikut : “sale a business transaction involving delivery of commodity, an item of merchandise of property a right, or a service, in exchange for cash, a promise
to pay, or money equivalent, or for any combination of these items”.
Berdasarkan definisi tersebut penjualan merupakan sebuah transaksi bisnis yang
berkaitan dengan pengiriman komoditi, barang dagangan atau jasa, dalam
pertukaran dengan kas, janji membayar, atau yang setara dengan kas, atau
beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut.
Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik
secara kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau
jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah
menerima kas dari pembeli. Kegiatan penjualan secara tunai ini ditangani oleh
perusahaan melalui sistem penjualan tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika
order dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan
jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada
pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit ditangani oleh perusahaan melalui
sistem penjualan kredit.
2.4.1. Sistem Akuntansi Penjualan Tunai
Penjualan tunai oleh perusahaan dilaksanakan dengan mewajibkan
pembeli membayar harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima perusahaan, lalu barang
diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai dicatat oleh perusahaan.
1. Faktur penjualan tunai. Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai
informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan
tunai.
2. Pita register kas. Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara
mengoperasikan mesin register kas.
3. Bukti setor bank, dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke
bank.
4. Rekapitulasi harga pokok penjualan. Dokumen ini digunakan oleh fungsi
akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu
periode tertentu.
5. Bukti memorial, yaitu dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan
harga pokok produk yang dijual selama satu periode tertentu.
Transaksi penjualan tunai dicatat oleh perusahaan dengan menggunakan
catatan akuntansi berikut :
1. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat dan meringkas data penjualan.
2. Jurnal penerimaan kas, yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat
penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya dari penjualan tunai.
3. Jurnal umum, digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
4. Kartu persediaan. Kartu ini diselenggarakan di fungsi akuntansi dan
digunakan untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual.
5. Kartu gudang. Catatan ini diselenggarakan fungsi gudang untuk mencatat
mutasi dari persediaan barang yang disimpan digudang dan tidak termasuk
catatan akuntansi karena hanya berisi data kuantitas persediaan yang
Menurut Mulyadi (2001:469) jaringan prosedur yang membentuk sistem
penjualan tunai adalah :
1. Prosedur order penjualan. 2. Prosedur penerimaan kas. 3. Prosedur penyerahan barang.
4. Prosedur pencatatan penjualan tunai. 5. Prosedur penyetoran kas ke bank. 6. Prosedur pencatatan penerimaan kas.
7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan.
Ad. 1. Prosedur order penjualan.
Bagian order penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur
penjualan untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga
barang ke fungsi kas dan agar fungsi gudang dan fungsi pengiriman dapat
menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli.
Ad. 2. Prosedur penerimaan kas.
Fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan
memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap “lunas”
pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan
pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari
fungsi pengiriman.
Ad. 3. Prosedur penyerahan barang.
Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada
pembeli.
Ad. 4. Prosedur pencatatan penjualan tunai.
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi
Disamping itu, fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan
barang yang dijual dalam kartu persediaan.
Ad. 5. Prosedur penyetoran kas ke bank.
Pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera
ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini,
fungsi kas menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank
dalam jumlah penuh.
Ad. 6. Prosedur pencatatan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam
jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari
bank melalui fungsi kas.
Ad. 7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok
penjualan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan.
Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi
membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga
pokok penjualan ke dalam jurnal umum.
Bagan arus dari prosedur penjualan tunai adalah sebagai berikut :
a. Bagian Order Penjualan :
1. Menerima order dari pembeli.
2. Mengisi faktur penjualan tunai 3 lembar.
3. Mendistribusikan faktur penjualan tunai sebagai berikut :
Lembar ke-1 : diserahkan kepada pembeli untuk kepentingan
Lembar ke-2 : dikirim ke bagian gudang.
Lembar ke-3 : diarsip bagian order penjualan menurut nomor
urut fatur tersebut.
a. Bagian Kasir :
1. Menerima faktur penjualan tunai dari bagian order penjualan
melalui pembeli.
2. Menerima uang dari pembeli sebesar yang tercantum dalam faktur
penjualan tunai.
3. Mengoperasikan register kas untuk menghasilkan pita register kas.
4. Membubuhkan cap lunas diatas faktur penjualan tunai dan
menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.
5. Menyerahkan faktur penjualan tunai dan pita register kas kepada
pembeli untuk kepentingan bagian pengambilan barang ke bagian
pengiriman barang.
6. Mengisi bukti setor bank 3 lembar pada akhir dari kerja.
7. Menyetorkan kas yang diterima dari hasil penjualan tunai ke bank.
8. Mendistribusikan bukti setor bank sebagai berikut :
Lembar Ke-1 : Untuk bank yang diserahkan bersama kas yang
disetor.
Lembar ke-2 : diserahkan ke bagian jurnal, buku besar dan
laporan.
Lembar ke-3 : disimpan sebagai arsip.
2. Menyiapkan barang sebanyak yang tercantum dalam faktur
penjualan tunai.
3. Mencatat kuantitas barang yang diserahkan ke bagian pengiriman
barang ke dalam kartu gudang.
4. Menyerahkan barang ke bagian pengiriman barang bersama dengan
faktur penjualan tunai lembar ke-2.
c. Bagian Pengiriman Barang :
1. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke-2 bersama dengan
barang dari bagian gudang.
2. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke-1 dilampiri dengan pita
register kas dari bagian kasir melalui pembeli.
3. Membandingkan faktur penjualan tunai lembar ke-1 dengan faktur
penjualan tunai lembar ke-2 dan memeriksa pita register kas untuk
menentukan harga barang yang telah dibeli.
4. Mendistribusikan faktur penjualan tunai sebagai berikut :
Lembar ke-1 : diserahkan ke bagian pembeli bersamaan dengan
penyerahan barang.
Lembar ke-2 : diserahkan ke bagian jurnal, buku besar, dan
laporan dilampiri pita register.
d. Bagian Jurnal, Buku Besar, dan Laporan :
1. Menerima faktur penjualan tunai yang dilampiri pita register kas
dari bagian pengiriman barang.
3. Mengirim faktur penjualan tunai dilampiri dengan pita register kas
ke bagian kartu persediaan dan kartu biaya.
4. Menerima bukti setoran bank lembar ke-2 dari bagian kasir.
5. Mencatat bukti setor bank lembar ke-2 ke dalam jurnal penerimaan
kas.
6. Mengarsipkan bukti setor bank lembar ke-2 dalam arsip
berdasarkan urutan tanggal setor.
7. Menerima bukti memorial dilampiri dengan rekapitulasi harga
pokok penjualan dari bagian kartu persediaan dan kartu biaya.
8. Mencatat bukti memorial ke dalam jurnal umum.
9. Mengarsipkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi
harga pokok berdasarkan nomor bukti memorial.
f. Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya.
1. Menerima faktur penjualan tunai yang dilampiri dengan pita
register kas dari bagian jurnal, buku besar, dan laporan.
2. Mencatat kuantitas dan hargo pokok produk yang dijual dalam
kartu persediaan atas dasar data kuantitas dan jenis produk yang
dijual dalam faktur penjualan tuna.
3. Mengarsipkan faktur penjualan tunai yang diilampiri dengan pita
register kas menurut nomor urut faktur penjualan tunai.
4. Secara periodik membuat rekapitulasi harga pokok penjualan
selama periode tertentu berdasarkan atas harga pokok produk yang
5. Membuat bukti memorial sebagai dasar pencatatan harga pokok
produk yang dijual selama periode berdasarkan rekapitulasi harga
pokok penjualan.
6. Menyerahkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi
harga pokok penjualan ke bagian jurnal, buku besar, dan laporan.
2.4.2. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan
barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu
tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Untuk
menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kresit yang pertama
kepada seoarang pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap dapat atau
tidaknya pembeli tersebut diberi penjualan kredit..
Dokumen yang diperlukan dalam sistem penjualan kredit adalah sebagai
berikut:
1. Surat order pengiriman dan tembusannya, yaitu dokumen pokok untuk
memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Tembusan dari surat order
pengiriman ini adalah sebagai berikut:
a. Surat order pengiriman
b. Tembusan kredit (Credit Copy)
c. Surat pengakuan (Acknowledgement Copy)
d. Surat muat (Bill of loading)
e. Slip pembungkus (Packing Slip)
f. Tembusan gudang ( Warehouse Copy)
2. Faktur penjualan,yaitu dokunen yang dipakai sebagai dasar untuk mencatat
timbulnya piutang. Tembusan dari faktur ini adalah sebagai berikut:
a. Faktur penjualan (Customer’s Copy)
b. Tembusan piutang (Account Receivable Copy)
c. Tembusan jurnal penjualan (Sales Journal Copy)
d. Tembusan analisis (Analysis Copy)
e. Tembusan pramuniaga (Sales Person Copy)
Catatan yang digunakan dalam sistem penjualan kredit yaitu:
1. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat transaksi penjualan kredit.
2. Kartu piutang, merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi
piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya.
3. Kartu persediaan, merupakan buku pembantu yang berisi rincian setiap
mutasi jenis persediaan.
4. Kartu gudang, digunakan untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik
barang yang disimpan di gudang.
5. Jurnal umuum, untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama
periode akuntansi tertentu.
Dalam pelaksanaan penjualan kredit tersebut terdapat jaringan prosedur
yang membentuk sistem penjualan kredit yang melibatkan beberapa unit atau
bagian-bagian dalam organisasi. Adapun urutan kegiatan yang sekaligus
merupakan fungsi dari tiap-tiap bagian dalam prosedur penjualan kredit tersebut
adalah sebagai berikut:
2. Mengirim surat order pengiriman sebanyak 9 lembar dan
mendistribusikan tembusannya.
3. Menerima otorisasi kredit dari bagiam kredit.
4. Menyimpan surat order dari langganan dan surat order pengiriman ke
dalam pengawasan pengiriman.
5. Menyimpan surat order pengiriman dari bagian pengiriman setelah
barang dikirim.
6. Mencatat tanggal pengiriman dan jumlah barang yang dikirim dalam
surat order pengiriman.
7. Mengirimkan surat order pengiriman ke bagian penagihan.
b. Bagian Kredit:
1. Menerima surat order pengiriman dari bagian order pennjualan.
2. Memeriksa status kredit langganan.
3. Memberi otorisasi penjualan kredit kepada tembusan kredit.
4. Menyerahkan kembali surat order pengiriman tersebut ke bagian order
penjualan.
c. Bagian Gudang:
1. Menerima surat order pengiriman dari order penjualan.
2. Mennyiapkan jenis dan kuantitas barang sesuai dengan yang tercantum
dalam surat order pengiriman.
3. mencatat surat order pengiriman ke dalam kartu gudang.
4. Menyerahkan barang ke bagian pengiriman bersamaan dengan surat
d. Bagian Pengiriman Barang:
1. Menerima surat order pengiriman untuk arsip bagian pengiriman slip
pembungkus.
2. Menerima surat pengiriman dari bagian gudang bersamaan dengan
barang.
3. Membungkus barang dan menempelkan surat order pengiriman
sebagai slip pembungkus
4. Menyerahkan barang kepada angkutan disertai dengan surat muat.
5. Meminta tanda tangan penerimaan barang kepada surat muat
pengiriman dari angkutan.
6. Mendistribusikan surat order pengiriman.
e. Bagian Penagihan:
1. Menerima surat order pengiriman dari bagian pengiriman via bagian
order penjualan.
2. Membuat faktur penjualan 5 (lima) lembar dan mendistribusikannya.
f. Bagian Piutang:
1. Menerima faktur penjualan dan surat order pengiriman dari bagian
penagihan.
2. Mencatat faktur penjualan ke dalam kartu penjualan.
3. Mempersiapkan faktur penjualan dan surat order pengiriman menurut
nomor urut faktur.
g. Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya:
3. Mengarsipkan faktur penjualan menurut nomor urut faktur.
4. Membuat rekapitu;asi harga pokok penjualan secara periodik selama
periode tertentu berdasarkan data harga pokok produk yang dijual
dalam kartu persediaan.
5. Membuat bukti memorial sebagai dasar pencatatan harga pokok
produk yang dijual selama periode berdasarkan rekapitulasi harga
pokok penjualan.
6. Menyerahkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi harga
pokok penjualan ke bagian jurnal, buku besar, dan laporan.
h. Bagian Jurnal, Buku Besar, dan Laporan:
1. Menerima faktur penjualan dari bagian penagihan.
2. Mencatat faktur penjualan ke dalam jurnal penjualan.
3. Mengarsipkan faktur penjualan menurut nomornya.
4. Menerima bukti memorial dengan rekapitulasi harga pokok penjualan
dari bagian kartu persediaan dan kartu biaya.
5. Mencatat bpukti memorial ke dalam jurnal umum.
6. Mengarsipkan bukti memorial berdasarkan nomor urutnya.
Dalam transaksipenjualan, tidak semua penjualan berhasil mendatangkan
pendapatan bagi perusahaan. Adakalanya pembeli mengembalikan barang yang
telah dibelinya kepada perusahaan. Transaksi pengembalian barang oleh pembeli
ini ditangani perusahaan melalui sistem retur penjualan.
Transaksi retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian
barang dari pelanggan. Pengembalian barang oleh pelanggan harus diotorisasi
perusahaan. Dalam transaksi retur penjualan ini digunakan dua dokumen penting,
yaitu:
1. Memo kredit, merupakan dokumen sumber sebagai dasar pencatatan
transaksi tersebut ke dalam kartu piutang dan jurnal umum atau jurnal
retur penjualan.
2. Laporan penerimaan barang, merupakan dokumen pendukung yang
melampiri memo kredit dan dikeluarkan oleh bagian penerimaan barang.
2.5. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Penerimaan kas dapat berasal dari berbagai sumber. Ada sumber-sumber
yang sering terjadi seperti penerimaan piutang, penjualan tunai, tetapi ada juga
sumber penagihan yang jarang terjadi seperti penjualan aktiva tetap. Selain
sumber-sumber tersebut, penerimaan uang bisa juga berasal dari pinjaman, baik
dari bank maupun dari wesel. Setoran modal baru juga merupakan sumber
penerimaan kas. Pada bagian ini penulis hannya akan menguraikan sistem
penerimaan kas dari piutang, karena sistem penerimaan kas dari penjualan tunai
telah diuraikan sebelumnya.
Organisasi untuk penerimaan kas harus disusun sedemikian rupa, sehingga
dapat dipisahkan antara pengelolaan dan pengawasan fisik dengan pencatatannya.
Pada dasarnya semua penerimaan kas harus diterima oleh kasir (kecuali yang
langsung ke bank) dan setiap hari kasir harus menyetor uang yang diterima ke
bank. Semua bukti penerimaan harus diserahkan ke bagian akuntansi untuk dicatat
Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas (Mulyadi,
2001:488) adalah:
1. Surat pemberitahuan (remittance advice). Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk memberitahu maksud pembayaran yang dilakukannya.
2. Daftar surat pemberitahuan merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang dibuat oleh fungsi sekretariat atau fungsi penagihan.
3. Bukti setoran bank. Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang diterima dari penagihan piutang ke bank.
4. Kuitansi. Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang mereka.
Prosedur penerimaan kas melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan,
yaitu:
1. Bagian piutang.
Bagian piutang membuat daftar piutang yang ditagih rangkap 3 dan
didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 : daftar piutang yang sudah saatnya ditagih diberikan
kepada bagian penagihan.
Lembar ke-2 : diserahkan ke bagian kasa.
Lembar ke-3 : arsip bagian piutang urut nomor.
Daftar surat pemberitahuan dilampiri dengan surat pemberitahuan
diserahkan oleh bagian penagihan kepada bagian piutang. Bagian piutang
membandingkan hasil penagihan yang dilaporkan dalam daftar surat
pemberitahuan dengan daftar piutang yang ditagih. Dengan cara ini
kegiatan bagian penagihan dicek oleh bagian piutang. Selain untuk
keperluan internal cek ddi atas, bagian penagihan menyerahkan surat
dalam kartu piutang. Daftar surat pemberitahuan dilampiri dengan surat
pemberitahuan lalu diarsip urut nomor.
2. Bagian Penagihan.
Bagian penagihan melakukan penagihan piutang ke debitur berdasarkan
daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh bagian piutang atas dasar
kartu piutang atau arsip faktur yang belum dibayar. Hasil penagihan dari
debitur berupa uang/cek yang disertai dengan surat pemberitahuan dari
debitur bahwa ia telah melunasi utangnya. Hasil penagihan ini dilaporkan
oleh bagian penagihan melalui daftar surat pemberitahuan rangkap 2, yaitu
Lembar ke-1 : beserta cek diserahkan ke bagian kasa.
Lembar ke-2 : dilampiri dengan surat pemberitahuan diserahkan ke
bagian piutang.
Daftar piutang yang ditagih lembar ke-1 lalu diarsipkan sesuai dengan
nomor urut.
3. Bagian kasa.
Bagian kasa menerima hasil penagihan dari bagian penagihan berupa
uang/cek dan laporan hasil penagihan berupa daftar surat pemberitahuan,
lalu membandingkannya dengan daftar piutang yang ditagih yang diterima
dari bagian piutang. Bagian kasa membuat bukti setoran dan kemudian
menyetorkan uang ke bank. Buktin setoran bank bersama dftar surat
pemberitahuan lembar ke-1 dan daftar piutang yang ditagih lembar ke-2
4. Bagian jurnal.
Bagian jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang melalui penagih
perusahaan ini di dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor
bank. Bukti setor bank, daftar surat pemberitahuan lembar ke-1, dan daftar
piutang yang ditagih lembar ke-2 ini lalu diarsipkan sesuai dengan nomor
urut oleh bagian jurnal.
2.6. Aktivitas Pengendalian atas Penjualan dan Penerimaan Kas
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan
yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian
tujuan perusahaan.
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan
dapat digolongkan ke dalam bebberapa kelompok. Salah satu cara penggolongan
menurut Mulyadi (2001:180) adalah:
a. Pengawasan pengolahan informasi 1. Pengawasan umum
2. Pengawasan aplikasi a. otorisasi memadai
b. perancang dan penggunaan dokumen dan catatan memadai
c. pengecekan secara independen b. Pemisahan fungsi yang memadai
a. Pengawasan pengolahan informasi
Banyak perusahaan sekarang menggunakan komputer untuk pengolahan
informasi umumnya dan terutama informasi akuntansinya. Pengawasan
pengolahan informasi dibagi dua:
1. Pengawasan umum
Unsur pengawasan umum meliputi: organisasi pusat pengolahan data,
prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem
dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.
2. Pengawasan aplikasi
Pengawasan aplikasi dirancang untuk memenuhi persyaratan
pengawasan khusus setiap aplikasi. Pengawasan aplikasi terhadap
pengolahan transaksi tertentu dikelompokkan menjadi:
a) Prosedur otorisasi yang memadai
Di dalam perusahaan, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisiasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Oleh sebab itu, di dalam perusahaan
harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
b) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup
Formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk
pencatatan transaksi di dalam catatan akuntansi. Prosedur
pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam di dalam
dan catatan, unsur pengawasan intern yang harus dipertimbangkan
adalah:
1) Perancangan dokumen bernomor urut tercetak.
2) Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi
terjadi atau segera setelah transaksi terjadi.
3) Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana
untuk menjamin kemudahan dalam pemahaman dokumen dan
catatan tersebut.
4) Dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai keperluan
sekaligus.
5) Perancangan dokumen dan catatan memndorong pengisian
data yang benar.
c) Pengecekan secara independen
Pengecekan secara independen mencakup verifikasi terhadap (1)
pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya oleh individu atau
departemen lain atau (2) penilaian semestinya terhadap jumlah
yang dicatat. Kunci penting yang diperlukan dalam pelaksanaan
verifikasi tersebut.
b. Pemisahan fungsi yang memadai
Struktur organisasi merupakan kerangkapembagian tugas kepada unit-unit
organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Pembagian tugas di dalam organisasi ini didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini:
2) Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva
yang bersangkutan.
3) Pemisahan fungsi otorisasi dan fungsi akuntansi.
Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk
dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan
dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang.
c. Pengawasan fisik atas kekayaan dan catatan
Cara yang terbaik perlindungan kekayaan dan catatan adalah dengan
menyediakan perlindungan secara fisik.
d. Review atas kinerja
Mencakup review dan analisis yang diilakukan oleh manajemen atas:
1. Laporan yang meringkas rincian jumlah yang tercantum dalam
akun buku pembantu, seperti Draft Umaur Piutang Usaha, laporan
penjualan menurut daerah pemasaran, wiraniaga, produk, dan
customer.
2. Kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah menurut
anggaran, prakiraan, atau jumlah tahun yang lalu.
3. Hubungan antara serangkaian data, seperti data keuangan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi.
Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan merupakan
kebutuhan yang penting bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan.
Guna memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, akurat, dan berdaya guna, maka
didesain suatu sistem akuntansi. Sistem akuntansi merupakan subsistem dari
sistem informasi manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi
keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak intern maupun ekstern. Bagi pihak
intern, sistem akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk memperoleh
informasi keuangan mengetahui, mengevaluasi dan mengambil
keputusan-keputusan dalam menjalankan perusahaan. Sedangkan bagi pihak ekstern, seperti
kreditur, investor, pemerintah dan suplier, memerlukan informasi keuangan dalam
kaitannya dengan kepentingan mereka.
Sebelum membahas mengenai sistem akuntansi, maka terlebih dahulu
akan dibicarakan pengertian akuntansi itu sendiri. Menurut Warren, Reeve, dan
Fees (2005:10) defenisi akuntansi adalah “sebagai sistem informasi yamg
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997:3), “Akuntansi adalah proses
pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam
bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi
Agar data keuangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen
maupun pihak luar, maka data tersebut harus diolah dan diproses dalam suatu
sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi sehingga dihasilkan
suatu informasi yang berguna.
Berikut ini akan diberikan defenisi sistem dan prosedur menurut W. Gerald Cole (Cecil Gillespie, 1971:2):
A system is a network of related procedures developed according to one integreted scheme for performing a major activity of the business. A procedure is a sequence of clerical operations, usually involving several people in one or more departement, established to ensure uniform handling of a recurring transaction of the business.
Maksudnya, sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh,
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur
adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang
seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.
Defenisi diatas mengandung arti bahwa sistem dan prosedur saling
berhubungan. Sistem merupakan kumpulan dari prosedur yang saling berkaitan,
sedangkan prosedur merupakan urutan pekerjaan untuk menjamin perlakuan yang
seragam atas transaksi-transaksi yang berulangkali atau secara rutin terjadi
didalam perusahaan.
Menurut James A. Hall (2001:5), “sebuah sistem adalah sekelompok dua
atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau