• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa)."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN PERKOTAAN

(Studi Pada Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH

LENNI LINOVPA NIM: 040903067

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Lenni Linovpa

NIM : 040903067

Departemen : Ilmu Administrasi Negara.

Judul : Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap

Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada

Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa).

Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Prof. DR. Erika Revida DR. Marlon Sihombing.MA

NIP : 131 654 099 NIP : 131 568 390

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Prof. DR. M. Arif Nasution MA

(3)

PERSEMBAHAN

Ayahanda…..Ibunda………

Berlutut ku dihadapan mu, Ku tundukkan kepala ku

Berharap ayahanda dan ibunda menyentuh kepalaku

Pertanda restu dari ayahanda dan ibunda untukku

Ayahanda…….Ibunda…….

Jutaan terima kasih takkan mampu mengganti kasih mu Ibunda……

Ribuan maaf pun takkan mampu mengobati letih mu Ayahanda…….

Ku takkan mampu membalas setitik pun kasih sayang kalian

Ayahanda……..Ibunda…….

Ampuni aku atas khilafku……

Ampuni aku atas sikap ku yang mengesalkan Ayah dan bunda

Restui aku atas niat ku untuk membahagiakan Ayah dan bunda

Tetaplah Ayahandaku……..Tetaplah Ibundaku………..

Tetaplah untuk mencintai dan menyayangi aku

Ya Allah………

Aku takkan mampu menggantikan keringat dan air mata orang tuaku

Ya Allah ……….

Aku takkan sanggup membalas cinta kasih kedua orang tuaku

Ya Allah………..

Izinkan aku meminta kepada Mu

Berjuta kali ku minta kepada Mu hingga akhir hayat ku nanti Ya Allah

Izinkan aku berusaha semampuku untuk membahagiakan mereka

Segala yang kucapai hingga hari ini, sekecil apapun itu……….

Ku persembahakan untuk Ayahanda dan Ibunda ku………

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas anugerah dan karunia Nya yang melimpah dan

telah memberikan penulis nikmat yang tiada tara, yang telah memberikan kesempatan,

kesehatan dan menganugerahi penulis keluarga, sahabat-sahabat, teman-teman dan

orang-orang yang sangat perhatian dan mendukung penulis selama menjalani kehidupan

ini.

Shalawat beriring salam penulis haturkan bagi Junjungan Besar Umat Islam Nabi

Muhammad SAW yang merupakan Suri Tauladan bagi umat Islam. dan karena beliau

jualah penulis dapat semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”

Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Desa Dalu X A Kecamatan

Tg. Morawa)”.

Penulisa akui dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, dan masih banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Namun

berkat bimbingan dan arahan dari seluruh pihak, kesulitan yang ada Alhamdulillah dapat

diatasi dan skripsi inipun dapat diselesaikan.

Oleh karena itu dengan penuh keikhlasan hati penulis mengucapkan Terima Kasih

terutama kepada:

1. Bapak Prof. DR Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik dan Pembantu Dekan I, II, III, . Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR. Marlon Sihombing, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

(5)

3. Ibu Dra. Hj. Beti Nasution, M.si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. DR. Erika Revida, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu,tenaga dan fikirannya untuk membantu, membimbing dan

mengarahkan penulis dengan sabar hingga sampai selesainya skripsi ini.

5. Bapak/Ibu pegawai akademik kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Sumatera Utara yang sudi melayani penulis selama melakukan

perkuliahan.

6. Bapak Suwarno S.ag. Selaku Kepala Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa

Dalu X A ini, serta Bapak Haris S.ag. selaku Sekretaris Desa Dalu X A yang telah

membantu penulis dan memberikan petunjuk kepada penulis hingga penulis

menyelesaikan penelitian. Dan terima kasih juga kepada seluruh aparatur Desa

Dalu X A.

7. Bapak Yudi Agus Prayitno, selaku koordinator BKM dan juga seluruh anggota

BKM yang telah membantu Penulis selama penelitian.

8. Untuk yang teristimewa, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada

Ayahanda Bapak Tatang Irasman dan Ibunda Herlina yang telah mengorbankan

segala-galanya demi cita-cita ananda, yang merupakan kebanggaan tersendiri bagi

Ananda telah dilahirkan dan dididik dengan kasih sayang yang begitu besar dan

tiada terkira. Tanpa peluh keringat, tanpa air mata yang Ayahanda dan Ibunda

keluarkan, Ananda tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Keringat dan air mata

(6)

senantiasa menjadi kekuatan bagi ananda untuk menjalani kehidupan ini. Segala

bisikan pesan-pesan yang engkau sampaikan menjadi benteng bagi diri ananda

untuk menjaga diri ananda dari hal-hal yang tidak engkau senangi.Ayahanda dan

Ibunda, Ananda persembahkan skripsi ini sebagai tanda terima kasih ananda

kepada Ayahanda Dan Ibunda berdua. Untuk adik-adikku, Rihaldi Narasik

(Jantan), yang telah menyisihkan uangnya membeli komputer, hingga kakak

sangat terbantu untuk cepat menyelesaikan skripsi kakak ini, makasi banyak ya

dek. Untuk Laila Zuriatina Dan Syahru Mubina (Aru), canda, tawa serta riang

kalian sangat membangkitkan semangat kakak untuk mencapai cita-cita kakak,

terima kasih banyak ya adik-adik ku sayang.

9. Seluruh keluarga ku. Khususnya nenek, Hj. Rezeki Tarigan Dan Almarhum

Kakekku Irwan Pungut, makasi ya nek dah terus semangati leni. Bude Hj.

Rosmala Dewi Sekeluarga yang selama ini telah membantu leni memberikan

pekerjaan, sehingga Leni dapat memenuhi kebutuhan leni selama kuliah. Om Pam

Sekeluarga, Buat Pakde Drs Partono Budi sekeluarga, buat Pakle Amri Susanto

S. ag. Sekeluarga, dan buat Dr. H. Tomi Hendra sekeluarga, dengan bantuan

semangat dari kalian semua merupakan motivasi bagi Leni.

10.Buat Saudara-saudara Leni Di Dalu X A, khususnya buat Wak Uweh sekeluarga,

makasi ya wak dah ngasi Leni tinggal sementara dirumah uwak. Wak Engah Irul

sekeluarga, dan juga buat saudara-saudara leni yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu. Terima kasih atas bantuannya.

11.Buat orang yang selama ini udah bantu le.. Panda.. makaci banyak semua yang

(7)

tenaga, dan segala yang udah Panda korbani buat Le..Panda selalu mendengar

keluh kesah Le..Makasi banget. Semua yang udah Panda berikan buat Le..akan

selalu le ingat.

12.Buat Katroook, yang juga udah sangat membantu adek selama ini, persahabatan

kita sekarang sangat berarti buat adek. Kamu selalu berikan yang terbaik buat

adek dan adek sangat berterima kasih atas semuanya. Kamu selalu ngertiin adek,

dan kamu selalu bantu adek.Mudah-mudahan persahabatan kita ini menjadi

kekuatan bagi kita untuk menjalani kehidupan kita ya Katrooook. Ka..sekali lagi

makasi banyak ya..

13.Sahabat-sahabat terbaik ku selama di kampus Fisip ini, Riska, Moniq, Meitha,

Silvi, Sari, Oja, Ira, Melva, mengenal kalian semua adalah anugerah terindah yang

pernah aku miliki. Bersama kalian semua aku bisa mengenal arti persahabatan

yang sebenarnya. Dengan dukungan kalian semua aku menjadi kuat dalam

mengatasi masalah. Makasi ya sahabat-sahabat ku semua.

14.Buat teman-temanku yang lain, Permai (makasi ya udah banyak ngajarin lenni),

Ebeth, Lia, Shanti (makasi banyak atas semua bantuannya) Dodo, Aspar, Arpan

Ncit, Akbar (maaf ya aku sering gangguin), Deby, Indra, Rajab, Royan (Partner

Bisnisku), Bajuri, Wan Tampan, Oji kuda, Bang Ipoel, dan teman-teman lenni

semua yang tidak akan cukup jika ditulis namanya satu persatu, kalian semua

teman-temanku yang GOKIL ABIIIZZ…makasi ya plend.. kalian semua menjadi

penyemangat ku untuk datang kekampus.

15.Dan juga buat seluruh masyarakat Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa,yang

(8)

Dan didalam penyelesaian skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin.

Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan, dan jauh dari

kesempurnaan. Akhirnya kepada Allah Yang Maha Kuasa penulis serahkan, karena

hanya Dialah yang Maha Sempurna dan Maha Besar, dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca serta bisa menjadi salah satu

rujukan atau referensi bagi yang melakukan penelitian dalam hal yang sama dan

membutuhkannya. Amin.

Akhirnya penulis berserah diri kepada Allah SWT, mudah-mudahan kita termasuk

orang-orang yang di Rhidoi-Nya………Amin.

Medan, Maret 2008

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAKSI xiv

BAB .I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah 1

2. Perumusan Masalah 7

3. Tujuan Penelitian 7

4. Manfaat Penelitian 8

5. Kerangka Teori 8

Pengertian Kinerja 8

Badan Keswadayaan Masyarakat 14

5.2.1. Proses Membangun Lembaga Masyarakat (BKM) 15

5.2.2. Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat 17

5.2.3. Struktur Badan Keswadayaan Masyarakat 18

5.2.4. Peran Badan Keswadayaan Masyarakat 19

5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja 20

5.4.Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) 25

(10)

7. Hipotesis 33

8 .Definisi Konsep 33

9. Definisi Operasional 35

10. Sistematika Penulisan 39

BAB .II. METODOLOGI PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian 40

2. Lokasi Penelitian 40

3. Populasi Dan Sampel 40

4. Teknik Pengumpulan Data 41

5. Teknik Pengukuran Skor 42

6. Teknik Analisa Data 43

BAB .III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.

1. Keadaan Wilayah Desa Dalu X A KecamatanTg. Morawa 46

2. Struktur Organisai Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa 50

3. Permasalahan-Permasalahan Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa 53

4. Profil BKM Mandiri Desa Dalu X A 55

BAB .IV. PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA

1. Penyajian Data 61

1.1. Identitas Responden 61

1.2. Uraian Kuesioner 64

1.2.1. Variabel X (Kinerja Anggota BKM Desa Dalu X A) 64

(11)

2. Analisa Data 105

A. Koefisien Korelasi Product Moment 105

B. Interpretasi Korelasi 108

C. Koefisien Determinan 109

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Defenisi Operasional 25

Tabel III.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 47

Tabel III.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia 47

Tabel III.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan mata pencaharian 48

Tabel III.4. Distribusi penduduk berdasarkan agama 49

Tabel III.5. Distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa 50

Tabel III.6. Permasalahan masyarakat Desa Dalu X A 54

Tabel IV.1. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin 62

Tabel IV.2. Identitas responden berdasarkan usia 62

Tabel IV.3. Identitas responden berdasarkan jenjang pendidikan 63

Tabel IV.4. Identitas responden berdasarkan mata pencaharian 63

Tabel IV.5. Distribusi Jawaban Responden tentang kejelasan masyarakat

tentang prosedur P2KP 64

Tabel IV .6. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BKM

mencapai visi P2KP 66.

Tabel IV.7. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BKM

menlaksanakan misi P2KP 67

Tabel IV.8. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian pelaksanaan

Program dengan prinsip partisipasi masyarakat 68

Tabel IV.9. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian pelaksanaan

P2KP dengan prosedur 69

Tabel IV.10. Distribusi jawaban responden tentang respon anggota BKM terhadap

(13)

Tabel IV.11. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat terhdap kinerja

anggota BKM. 71

Tabel IV.12. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BKM

mengenali kebutuhan masyarakat 73

Tabel IV.13. Distribusi jawaban responden tentang kualitas pelayanan yang diberikan

oleh anggota BKM. 74

Tabel IV.14. Distribusi jawaban responden tentang penyelesaian masalah masyarakat

oleh anggota BKM 75

Tabel IV.15. Distribusi jawaban responden tentang tanggapan terhadap aspirasi

masyarakat 77

Tabel IV.16. Distribusi jawaban responden tentang konsistensi kegiatan denagn

kehendak masyarakat 78

Tabel IV.17. Distribusi jawaban responden tentang transparansi anggota BKM dalam

pelaksanaan P2KP 79

Tabel IV.18. Distribusi jawaban responden tentang pemberian informasi kepada Masyarakat tentang perkembangan P2KP 81

Tabel IV.19. Distribusi jawaban responden tentang pertanggung jawaban

Anggota BKM kepada masyarakat 82

Tabel IV.20. Distribusi jawaban responden tentang perbaikan jalan yang

Dilakukan melalui P2KP 83

Tabel IV.21. Distribusi jawaban responden tentang peran serta masyarakat

Dalam perlindungan lingkungan 85

Tabel IV.22. Distribusi jawaban responden tentang pelaksanaan pembangunan Sarana dan prasarana desa 87

Tabel IV.23. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat

Terhadap perbaikan lingkungan desa 89

Tabel IV.24. Distribusi jawaban responden tentang pemerataan dalam pemberian Bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif 91

Tabel IV.25. Distribusi jawaban responden tentang pemerataan pemberian

beasiswa kepada anak miskin yang sekolah 93

Tabel IV.26. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat

(14)

Tabel IV.27. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan membantu

Membantu perekonomian masyarakat dari pinjaman modal 96

Tabel IV.28. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan untuk membuka Usaha baru melalui pinjaman modal 97

Tabel IV.29. Distribusi jawaban responden tentang dampingan masyarakat

Untuk membuka usaha melalui modal yang dipinjamkan 99 Tabel IV.30. Distribusi jawaban responden tentang kemitraan yang terbangun

Antara masyarakat dengan pemerintah 100

Tabel IV.31. Distribusi jawaban responden tentang pemberian pelatihan keterampilan untuk membuka usaha masyarakat 101

Tabel IV.32. Distribusi jawaban responden tentang kerja sama antara masyarakat BKM, dan pemerintah desa untuk mengentaskan kemiskinan 103

Tabel IV.33. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. LAMPIRAN KEGIATAN

1 lampiran 1 Struktur organisasi Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa.

2 Lampiran 2 Kuesioner

3 Lampiran 3 Daftar pertanyaan wawancara

4 Lampiran 4 Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.42 Tahun 2000.

5 Lampiran 5 Surat rencana skripsi

6 Lampiran 6 Surat permohonan persetujuan judul

7. Lampiran 7 Surat penentuan dosen pembimbing

8 Lampiran 8 Surat undangan seminar proposal kepada Dosen penguji

9 Lampiran 9 Surat undangan seminar proposal kepada Dosen pembimbing

10 Lampian 10 Berita acara seminar proposal

11. Lampiran 11. Surat Riset dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

12. Lampiran 12. Surat Riset dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang

(16)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN PERKOTAAN

(STUDI PADA DESA DALU X A KECAMATAN TG. MORAWA)

NAMA : LENNI LINOVPA

NIM : 040903067

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof. Dr. Erika Revida

Berkaitan dengan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang ada di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dalam rangka pengentasan kemiskinan di Desa Dalu X A maka BKM yang dibentuk berdasarkan rembug warga dan anggota yang dipilih adalah masyarakat yang dipercaya warga untuk melaksanakan kegiatan P2KP dituntut untuk lebih meningkatkan peran serta dalam program pemerintah ini untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Desa Dalu X A. Oleh karena itu, dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur BKM. Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan dalam hal ini adalah tujuan P2KP.

Berkaitan dengan hal-hal yang dapat menguur kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A maka indikator yang ditetapkan adalah :

a) Responsibilitas Pengurus b) Responsivitas Pengurus. c) Akuntabilitas Pengurus.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dan untuk melihat seberapa besar pengaruh kinerja anggota BKM terhadap pelaksanaan P2KP.

(17)

BKM yang diwawancara untuk mendapatkan informasi tambahan. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel yakni simple random sampling.

(18)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN PERKOTAAN

(STUDI PADA DESA DALU X A KECAMATAN TG. MORAWA)

NAMA : LENNI LINOVPA

NIM : 040903067

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof. Dr. Erika Revida

Berkaitan dengan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang ada di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dalam rangka pengentasan kemiskinan di Desa Dalu X A maka BKM yang dibentuk berdasarkan rembug warga dan anggota yang dipilih adalah masyarakat yang dipercaya warga untuk melaksanakan kegiatan P2KP dituntut untuk lebih meningkatkan peran serta dalam program pemerintah ini untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Desa Dalu X A. Oleh karena itu, dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur BKM. Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan dalam hal ini adalah tujuan P2KP.

Berkaitan dengan hal-hal yang dapat menguur kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A maka indikator yang ditetapkan adalah :

a) Responsibilitas Pengurus b) Responsivitas Pengurus. c) Akuntabilitas Pengurus.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dan untuk melihat seberapa besar pengaruh kinerja anggota BKM terhadap pelaksanaan P2KP.

(19)

BKM yang diwawancara untuk mendapatkan informasi tambahan. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel yakni simple random sampling.

(20)

BAB .I. PENDAHULUAN.

Latar Belakang Masalah.

Masalah kemiskinan telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya

masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini

mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan

kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern.

Di Indonesia, masalah kemiskinan sudah sangat mendesak untuk ditangani.

Khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

miskin adalah tidak memiliki akses keprasarana dan sarana dasar lingkungan yang

memadai, dengan kualitas perumabahn dan permukiman yang jauh dibawah standart

kelayakan, serta merta pencaharian yang tidak menentu.

Indonesia dilanda krisis ekonomi mulai pertengahan tahun 1997 dan kemudian

berkembang menjadi krisis multidimensional yang memaksa Indonesia mencari

tambahan pinjaman luar negeri secara substansial. Semakin meningkatnya jumlah hutang

tersebut mengakibatkan beban rakyat kecil dan jumlah kelompok miskin semakin

bertambah meskipun mereka belum turut menikmati manisnya kue pembangunan. Untuk

menanggulangi kemiskinan yang bersifat multidimensi, maka diperlukan perubahan

paradigma dengan meredefenisi peran pemerintah. Strategi besar perekonomian juga

(21)

mengembangkan pola bottom-up dalam perencanaan dan meningkatkan partisifasi aktif

masyarakat dalam perencanaan (Hasan:2007).

Berbicara mengenai kemiskinan, secara harafiah, kemiskinan berasal dari kata dasar

miskin diberi arti “tidak berharta benda”(Ali, 1993:255). Dalam pengertian yang lebih

luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara

individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya

permasalahan sosial lain.

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan

hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan

saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan

lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut

muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain (Rahadi,dkk,2005:1) :

a. Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga

mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang

menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke

berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka

secara layak, termasuk akses informasi;

b. Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak

kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;

(22)

memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan

perlindungan lingkungan serta permukiman;

d. Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan

e. Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya

manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan

sebagainya.

Telah sama-sama dapat dilihat bahwa kemiskinan hingga saat ini masih menjadi issu

global. Artinya kemiskinan tidak hanya menjadi pokok masalah di Negara Dunia Ketiga,

tetapi juga menjadi persoalan di Negara Industri Maju. Kemiskinan juga merupakan

momok di Negara Dunia Ketiga, karena merupakan masalah sosial terbesar. Hampir

disemua Negara berkembang, sedikit penduduk hidup dapat menikmati hasil

pembangunan, mayoritas penduduk hidup melarat. Strategi pembangunan yang

diterapkan tidak menyumbang apapun bagi kesejahteraan rakyat miskin. Sebaliknya,

malah membuat mereka semakin sengsara.

Untuk dapat memberdayakan kegiatan produktif masyarakat miskin dan

meningkatkan posisi bargaining mereka terhadap semua bentuk eksploitasi dan

superordinasi, tak lain persyaratan yang diperlukan adalah kemudahan ekonomi yang

benar-benar nyata dan peluang-peluang social yang memihak kepada masyarakat miskin.

Kemudahan ekonomi adalah kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat

terhadap berbagai sumber permodalan dan pasar yang seringkali mendiskreditkan

(23)

untuk membangun investasi social lewat program-program pemberdayaan social dan

kemudahan berusaha serta meningkatkan kesempatan masyarakat miskin untuk

melakukan mobilitas sosila ekonomi secara vertical melalui pemenuhan kebutuhan dasar,

seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan kebutuhan utnuk melakukan partisipasi politik

secara aktif. Maka tekait dengan itu dibuatlah program pemberantasan kemiskinan, yaitu

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Program ini mengedepankan

strategi pemberdayaan berbasis institusi local, sehinggga program ini muncul sebagai

salah satu alternatif penanganan kemiskinan perkotaan.

Hakikat dari pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan ini adalah

untuk memberantas kemiskinan dan mewujudkan proses perubahan masyarakat yang

lebih efektif melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan

penguatan dengan mendukung kemandirian masyarakatnya

Karakteristik kemiskinan seperti disebut pada halaman sebelumnya dan krisis

ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang

dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah

pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini

dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar

mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam

menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik

aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman

(24)

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan

pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam ‘melembagakan' dan

‘membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan

prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas

penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat

tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada

lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta

lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang

lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk

masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif,

transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai

kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri

melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi

stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi

masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan

permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian

persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang

terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang

mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan

(25)

menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan

hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan

pendampingan intensif di tiap kelurahan/desa sasaran (www.p2kp.org).

Berkaitan dengan pelaksananan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat untuk

melancarkankebrehasilan Proram Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yangada di

Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa, para anggota BKM ini dinilai masyarakat tidak

merata dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Selanjutnya anggota BKM tidak

mendampingi warga untuk membuka usaha mereka. Kemudian anggota BKM juga

dinilai masyarakat lepas tangan setelah mereka menerima bantuan khususnya pinjaman

modal. Selain itu modal yang dipinjamkan tidak mencukupi untuk membantu

perekonomian warga karena begitu kecil.

Oleh karena itu dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur aparatur

pemerintahan desa dan khususnya para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM). Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran

keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Kinerja dalam setiap organisasi desa sangat

diperlukan karena kinerja merupakan suatu prestasi kerja, produktivitas kerja, apakah itu

kinerja individu aparatur pemerintahan atau kinerja organisasi pemerintahan desa

maupun kinerja para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) tersebut.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kinerja para pengurus Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang berfungsi sebagai forum para relawan yang

terdiri dari masyarakat, perangkat pemerintah kelurahan/desa, and kelompok peduli

(26)

Dengan demikian kedudukan dan posisi BKM adalah sebagai lembaga masyarakat

yang benar-benar dibangun dari, oleh, dan untuk masyarakat sebagai representasi

upaya-upaya untuk membangun sinergi segenap potensi masyarakat menuju tatanan masyarakat

madani, yang senantiasa berbasis keikhlasan dan kerelawanan, keadilan, serta kejujuran.

Mengingat pentingnya kinerja sebagai persyaratan untuk meningkatkan produktivitas

kerja, maka setiap anggota dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya,.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh

Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Pemberantasan

Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa)”.

Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil perumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh kinerja anggota Badan Keswadayaan

Masyarakat dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan Di Desa

Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa?”.

Tujuan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan maslaah diatas maka penelitian ini bertujuan

untuk:

Untuk mengetahui kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat dalam melaksanakan

tugas-tugasnya sebagai pelaksana Program Penanggulanan Kemiskinan

(27)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja Badan Keswdayaan Masyarakat dalam

melaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Di Desa Dalu

XA Kecamatan Tg. Morawa.

Manfaat Penelitian.

Disamping tujaun yang hendak dicapai maka suatu penelitian harus menpunyai

manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini

adalah:

a. Secara subyektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis

karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan.

b. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian ilmu

social sebelumnya, khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Negara.

c. Secara Teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

ataupun informasi tentang seberapa besar pengaruh kinerja aparatur desa dalam

melaksanakan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan.

d. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan khasanah

ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu social.

5. Kerangka Teori. 5. 1. Pengertian Kinerja.

Kinerja merupakan suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan suatu

organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi penting untuk selalu melakukan

(28)

perbaikan dan peningkatan kinerjanya dikemudian hari. Kinerja atau performance

dipahami sebagai tingkat keberhasilan atau merupakan the degree of accomplishment

atau dengan kata lain kinerja merupakan suatu tingkat pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi

yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan

untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.

Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai

criteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Criteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan

atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja

seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya

(Mahsun.2006:25).

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan

kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan

sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut model Partner-Lawyer oleh Donnelly,

Gibson, dan Ivancevich dalam (Rivai 2004:16), kinerja individu pada dasarnya

dipengaruhi oleh factor-faktor:

harapan mengenai imbalan.

Dorongan.

Kemampuan, kebutuhan, dan sifat.

Persepsi terhadap tugas.

Imbalan internal dan eksternal.

(29)

Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3 hal, yaitu:

a. kemampuan.

b. Keinginan

c. Lingkungan.

Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai

keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa

mengetahui ketiga factor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan demikian,

kinerja indovidu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian anttara pekerjaan dan

kemampuan.

Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah

perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perassaannya ini berupa suatu hasil penilaian

mengenai seberapa jaiuh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan

kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan factor-faktor individu, yakni:

a. kepribadian seperti aktualisasi diri.

b. Kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan menghadapi tekanan.

c. Status dan senioritas, makin tinggi hierarki didalam perusahaan lebih mudah

individu tersebut untuk puas.

d. Kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan

kerjanya.

e. Kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan

yang tingi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan

(30)

Dari berbagai penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa pada hakikatnya kinerja

merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau

pekerjaannya sesuai dengan standart dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.

Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk

melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya

dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata

benda dimana salah satu entrynya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan, pengertian

performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang atau

kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar

hokum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.

Oleh karena itu, kinerja organsasi paling tidak mengandung 3 aspek penting yaitu

pemenuhan fungsi, kesesuaian dengan peraturan, dan pencapaian tujuan.

Berkenaan dengan penilaian kinerja instansi pemerintah, Steers (Hendri,2007:7)

mengusulkan 3 indikator yaitu Responsiveness, Responsibility dan Accountability.

Responsivitas adalah kemampuan organsiasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program

pelayanan sesuai degnan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dengan demikian

responsivitas menunjukkan kepada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dan kebutuhan-kebutuhan aspirasi masyarakat. Responsivitas menggambarkan

kemampuan instansi pemerintah dengan menjalankan misi dan tujuannya. Organsasi yang

memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang rendah pula.

(31)

organsasi digunakan utnuk mengindentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program

organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengindentifikasi

demand dan kebutuhan masyarakat.

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah itu

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan

kebijakan organisai yang baik. Oleh karena itu responsibilitas bias saja berbenturan

dengan responsivitas. Keinginan seorang pejabat organisasi public untuk meningkatkan

responsivitas bias saja mengorbankan responsibilitas, manakala kebijakan dan proses

administrasi yang ada dalam organisainya ternyata tidak lagi memadai untuk menjadi

dinamika masyarakat selalu lebih cepat daripada perubahan organisasi. Responsibilitas

dapat dinilai dari analisi terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian

dilakukan dengan mengecek apakah pelaksanaan kegiatan dan program organsasi cocok

atau sesuai dengan prosedur adminsitrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam

organisasi.

Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar dan kegiatan instansi

pemerintah tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah

bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oelh rakyar sendirinya akan selalu

mempresentasikan kepentingan rakyat. Konsep, akunrabilitas public dapat digunakan

untuk melihat seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan instansi pemerintah itu

konsisten dengan kehendak masyarkat banyak. Karena itu, dilihat dari ukuran internal

yang dikembangkaan oleh instansi pemerintah sepertu pencapaian target. Kinerjanya

(32)

yang berlaku dalam masyarkat. Data akuntabilitas bias dari ebrbagai sumber, seperti

penilaian wakil rakyat pejabat politis atau tokoh-tokoh masyarakat.

Sementara itu Dwiyanto (1995:5) memasukkan dimensi produktivitas dan kualitas

pelayanan dalam pengukuran kinerja instansi pemerintah, sehingga kinerja instansi

pemerintah dapat dinilai melalui prodktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas,

responsibilitas, dan akunrabilitas.

Produktivitas juga, merupakan salah satu kinerja instansi pemerintah yang penting.

Hasibuan (1994:41) mengemukakan bahwa, “Produktivitas adalah perbandingan antara

output (hasil) dengan input (masukkan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan

oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu, bahan, tenaga) dan system kerja, teknik

produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerja”. Pada umumnya

produktivitas memang diartikan sebagai rasio antara input dan output. Penilaian

produktivitas organisasi biasanya dilakukan pada tingkat organisasi dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang tersedia dalam organisasi, seperti catatan dan laporan-laporan

organsasi, penelitian atas produktivitas juga bias dilakukan dengan menbandingkan

catatan mengenai sumebr daya yang diperlukan dan hasil yang dicapai organisasi.

Erat kaitannya dengan pengukuran produktivitas adalah kualitas pelayanan. Dalam

hal ini yang dimaksud adalah sejauh mana kualitas memperoleh hasil seprti yang

dilakukan. Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung semakin penting dalam

menjelaskan kinerja membentuk image negative yang terbentuk mengenai instansi

pemerintah muncul karena keridakpuasan terhadap kualitas pelayanan yang diterima oleh

instansi pemerintah. Secara umum pelayanan yang berkualitas dapat diartikan sebagai

(33)

pemakai jasa pelayanan, sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta

penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan prosedur yang telah ditetapkan

Sebagai sumber data utama mengenai kualitas pelayanan adalah penilaian pengguna

jasa atau masyarakat. Namun uji silang juga dapat dilakukan dengan mencek laporan dan

dokumen organisasi mengenai pelayanan yang diberikan. Untuk penilaian dari pengguna

jasa, unit analisi yang digunakan adalah individu yang mneggunakan jasa dari pemerintah

tersebut.

5.2. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)..

BKM merupakan lembaga pimpinan kolektif yang pada hakekatnya mengandung

pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan

milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam

upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani (Civil

Society) yang dibangun dan dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai universal (Value

Based).

Sebagai wadah masyarakat bersinergi, BKM berbentuk pimpinan kolektif, dimana

keputusan dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM, dengan

musyawarah mufakat menjadi norma utama dalam seluruh proses pengambilan

keputusan. Sedangkan sebagai lembaga kepercayaan (‘Board of Trusty’),

anggota-anggota BKM terdiri dari orang-orang dipercaya warga, berdasarkan kriteria

kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat dalam berbagai

(34)

5.2.1. Proses membangun lembaga masyarakat berbasis nilai (BKM)

Sebagaimana dijelaskan diatas, istilah BKM ( Badan Keswadayaan Masyarakat )

pada dasarnya merujuk baik pada pemempuan lembaga yang ada, yang telah melalui

proses konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan direvitalisasi sesuai ketentuan

P2KP, ataupun lembaga yang dibentuk baru oleh masyarakat.

Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan memampukan

dan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru sebagai BKM,

adalah :

1.1 FGD refleksi lembagaan masyarakat berbasis nilai

Hal penting pertama kali perlu dilakukan ialah proses penyadaran kritis mengenai

substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indikatornya tercermin pada

keberadaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspiratif, mengakar, diakui

kemanfaatannya, representatif, dan berbasis pada keikhlasan/kerelawanan, keadilan dan

kejujuran.

FGD-FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dilakukan diseluruh tataran

masyarakat, baik masyarakat pada umumnya maupun masyarakat miskin pada

khususnya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai digerakkan dan

difasilitasi oleh relawan-relawan, dengan pendampingan dari fasilitator dan perangkat

kelurahan setempat.

.1.2. Identifikasi Profil Lembaga- lembaga yang ada

Selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat melakukan

(35)

Identifikasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan landasan keberadaan,

mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengurusan, mekanime

pemilihan anggota/ pengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll.

Hasil-hasil identifikasi profil lembaga-lembaga tersebut menjadi bahan pembahasan

pada proses rembug warga untuk mengevaluasi dan merefleksi kebutuhan lembaga

masyarakat.

1.3 Rembug-rembug warga untuk merefleksi dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang

ada.

Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi lembaga

masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil lembaga-lembaga

masyarakat yang ada, relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat selanjutnya

memfasilitasi rembug-rembug warga evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat

RT/RW atau dusun hingga kelurahan.

Agenda rembug-rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi

masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga masyarakat yang

ada diwilayah setempat. Refleksi dan evaluasi dititik beratkan pada tingkat pengakaran

dimasyarakat, tingkat kemanfaatannya bagi masyarakat, tingkat aspiratif-nya, tingkat

representatif dan tingkat kepercayaan masyarakat.

Aspirasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan aspirasi

(36)

1.4 Rembug warga tingkat kelurahan untuk memutuskan merevitalisasi lembaga yang ada

atau membentuk lembaga baru.

Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarakat diatas

menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang akan memutuskan

apakah akan merevitalisasi, menstrukturisasi dan memapukan lembaga yang ada ataukah

membentuk lembaga masyarakat yang baru sebagai BKM.

Rembug warga dihadiri oleh representasi seluruh warga kelurahan, perangkat

kelurahan, kelompok peduli setempat dan relawan-relawan.

5.2.2. Anggota BKM

Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari

pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati

bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagai kepentingan. Anggota pimpinan

kolektif masyarakat warga ini yang kemudian disebut anggota BKM.

Angota-anggota BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin dengan

menjadi anggota BKM, mereka diberi kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat

untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban dan ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin

yang ada diwilayahnya. Adanya kesempatan kepercyaaan itulah yang bagi mereka

merupakan imbalan yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status

karena merka dapat berbuat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan

tertinggal/ marjinal.

Tidak ada satupun anggota BKM yang memiliki hak istimewa (privilege) dan

semua hasil keputusan “BKM” ditetapkan secara kolektif melalui mekanisme rapat

(37)

Anggota-anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat dengan

kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau track record perbuatan baik dan mekanisme

pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis dan rahasia.

Masa pengabdian anggota BKM adalah 2 tahun dengan kemungkinan dapat

dievaluasi pada setiap tahunnya berdasarkan indikator perbuatan baik serta kualitas

sifat-sifat kemanusiaan.

5.2.3. Struktur BKM

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang

disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dengan sumber dana P2KP maupun sumber

dana lainnya (channeling), BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang

setidaknya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan

(UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS)

Unit Pengelola Keuangan (UPK) akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan

pinjaman bergulir, akses channeling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan dengan

pemupukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

bertanggung jawab dalam hal penanganan Rencana Perbaikan Kampung, Penataan dan

Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman, Good Governance

dibidang permukiman dan lain-lain. Sedangkan Unit Pengelola Sosial (UPS) didorong

untuk mengelola relawan-relawan dan hal-hal yang berkaitan dengan kerelawanan,

mengelola pusat informasi dan pengaduan masyarakat (termasuk media warga untuk

sarana control social) penanganan kegiatan sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga

(38)

Oleh karena itu, Unit-unit pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi

dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi tugas pokoknya,

mengusulkan draft konsep pengembangan, serta memberikan pertanggung jawaban

berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga memberikan sran-saran dan

masukan-masukan secara professional kepada BKM untuk dasar pertimbangan BKM

dalam mengambil kebijakan maupun keputusan yang diperlukan.

Anggota-anggota BKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola dari unit-unit

tersebut.Unit-unit pelaksana akan dipimpin seorang manager atau istilah laindan beberapa

staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui rapat anggota BKM berdasarkan kriteria

kemampuan dibidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang

dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang kegiatannya yakni UPL, UPS dan

UPK.

5.2.4. Peran yang harus dilakukan oleh BKM

• Bertindak sebagai motor penggerak untuk senantiasa menggali atau

melembagakan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bersifat universal,

prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, serta prinsip Tridaya.

• Menumbuhkan solidaritas serta kaesatuan sosial untuk menggalang

kepedulian dan kebersamaan gerakan masyarakat warga dalam

menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan

• BKM mengorganisasi warga untuk merumuskan program jangka menengah

( 3 tahun ) penanggulangan kemiskinan maupun rencana tahunan ( PJM dan

(39)

• Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan dan kebijakan untuk

hal-hal yang menyangkut pelaksanaan P2KP pada khususnya dan

penanggulangan kemiskinan pada umumnya.

• Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar

mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.

• Menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan

mengoptimalkan peran ralawan-relawan setempat.

• Mengembangkan jaringan BKM ditingkat kota/ kabupaten sebagai mitra

kerja Pemda serta kelompok peduli setempat dan sebagai sarana untuk

menyuarakan aspirasi masyarakat warga yang diwakili, maupun dalam

rangka mengakses berbagai potensi sumber daya yang ada diluar untuk

melengkapai sumber daya yang dimiliki masyarakat ( partnership dan

channeling programme)

• Menetapkan kebijakan serta mengawasi pemanfaatan dana bantuan P2KP

dan dana-dana sumber lainnya, yang sehari-hari dikelola unit-unit pelaksana

yang dibentuk BKM sesuai kebutuhan.

5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja.

Suatu Organisasi modern, termasuk juga pada lembaga mayarakat seperti Badan

Keswadayaan Masyarakat di Desa Dalu X A adalah organisasi dengan system terbuka

yang dipengaruhi dan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Implikasi

dari hal ini adalah bahwa kenerja dari organisasi tersebut tidak saja dipengaruhi oleh

(40)

pencapaian suatu tujuan organisasi sangat didukung oleh faktor-faktor baik dari dalam

maupun dari luar organisasi tersebut.

Menurut Sterrs dalam (Hendri,2007:11) faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya ada tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok organisasi yang meliputi struktur dan teknologi organisasi. Yang

dimaksud dengan struktur yaitu hubungan relatif tetapi tetap sifatnya seperti

dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan sumber daya manusia, sedangkan

yang dimaksud dengan teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk

mengubah masukan mentah menjadi keluar jadi

b. Organisasi mencakup dua aspek yang walaupun berbeda, namun berhubungan.

Yang pertama, lingkungan eksternal yaitu semua kekuatan yang timbul diluar batas

organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi,

misalnya kondisi ekonomi dan pasar serta Peraturan Pemerintah. Yang kedua

adalah lingkungan internal yang umum dikenal dengan iklim organisasi, dimana

hal itu meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja, seperti pekerja sentries,

orientasi pada prestasi karaktersitik lingkungan dari organisasi yang bersangkutan

lingkungan.

c. Karakteristik pekerja, menyangkut bagaimana perbedaan diantara Individu dalam

suatu lingkungan kerja terpengaruhi terhadap proses pencapaian tujuan organisasi.

Hal itu menyangkut dua faktor, yaitu rasa ketertarikan terhadap organisasi dan

(41)

Kemampuan organisasi melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan

akan banyak tergantung pada sumber daya organisasi yang bersangkutan. Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi tersebut. Sedangkan sumber daya organisasi umumnya

dikelompokkan dalam 3 bahagian besar, yaitu : Sumber daya manusia, sumber dana atau

anggaran, sarana dan prasarana atau peralatan yang digunakan dalam melaksanakan

kegiatan organisasi.

Jadi berdasarkan uraian diatas faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Badan

Keswadayaan Masyarakat di Desa Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli

Serdang yaitu:

Faktor Internal Organisasi:

Variabel internal yang mempengaruhi kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat di Desa

Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang dalam hal ini meliputi :

Mekanisme hubungan kerja dalam organisasi

Sumber daya manusia .

Sarana dan prasarana yang digunakan.

1).Mekanisme Hubungan Kerja dalam organisasi,

Dalam hal ini menyangkut bagaimana struktur dan pola hubungan didalam

organisasi yang mempengaruhi kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut

organisasi dilihat sebagai suatu system individu yang stabil yang bekerja

sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur dan pembagian

(42)

2). Sumber Daya Manusia.

Salah satu sumber daya yang penting bagi organisasi adalah manusia yang

berkedudukan sebagai pegawai, karyawan, buruh atau pekerja.Bagaimanapun

majunya teknologi dewasa ini mampu menggantikan bagian terbesar tenaga kerja

manusia, namun masih banyak kegiatan yang tidak dapat menggunakan alat

perlengkapan mekanis dan sepenuhnya otomatis tersebut,(Hasibuan,2001:1). Jelas

bahwa dalam setiap organisasi peranan sumber daya manusia sangatlah penting.

Namun demikian tentulah yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang

berkualitas, dalam artian memiliki kemampuan dan kecakapan serta ketrampilan

dalam melaksanakan tugas sehingga pelayanan publik dapat diselenggarakan dengan

tertib dan lancar. Kegiatan mengenai hal ini, (Hasibuan, 2001:3) menjelaskan bahwa

“ sumber daya manusia yang berkualitas dalam artian yang sebenarnya adalah

pekerjaan yang dikerjakan akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki

dari pekerja tersebut “.

3). Sarana dan Prasarana.

Faktor sarana dan prasarana disamping sumber daya manusia dan dana yang

merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan manajemen dalam

mencapai tujuan, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan

tugas-tugas sangat berperan dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sarana dan

prasarana dalam pelayanan disini menyangkut segala jenis peralatan,perlengkapan

(43)

melaksanakan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan

orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu.

Sarana kerja ditinjau dari segi kegunaannya terdiri 3 (tiga) golongan. Moenir (1995:

120) yaitu :

Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat

Produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang

menjadi barang lain yang fungsi dan kegunaannya berbeda.

Perlengkapan kerja yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat Bantu tidak

langsung dalam produksi, mempercepat proses, membangkitkan dan menambah

kenyamanan dalam pekerjaan.

Perlengkapan Bantu atau fasilitas yaitu semua jenis benda yang berfungsi

membantukelancaran gerak dalam pekerjaan misalnya alat pendingin ruangan

yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan fasilitas pendukung pelayanan,

antara lain adalah fasilitas, ruangan yang memadai seperti ruangan pelayanan

yang cukup luas untuk memproses berkas-berkas, bagian informasi yang

dilengkapi dengan bahan-bahan yang penting yang secara umum ingin diketahui

oleh orang-orang yang berkepentingan, ruang tunggu yang luas banyak

loket/pintu serta fasilitas alat panggil yang mudah didengar oleh orang-orang

sedang menunggu.

Faktor Eksternal Organisasi

Sebagai suatu konsekuensi bahwa organisasi merupakan bagian dari lingkungan

(44)

Steers ( Hendri,2007 : 15 ) faktor eksternal yaitu mempengaruhi pencapaian tujuan

organisasi meliputi semua kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dan

mempengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi. Dalam kaitan dengan

penelitian ini, faktor eksternal tersebut berupa masalah hubungan atau komunikasi

dengan pihak-pihak diluar organisasi, yang dalam hal ini adalah :

hubungan dengan pemohon.

hubungan dengan instansi lain.

5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). 5.4.1 Konsep P2KP

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya

pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja,

yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain.

Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang hanya

menitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan ini, pada dasarnya

mencerminkan pendekatan program yang bersifat parsial, sektoral, charity dan tidak

menyentuh akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program dimaksud

tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat yang pada akhirnya tidak akan

mampu mewujudkan aspek keberlanjutan (sustainability) dari program-program

penanggulangan kemiskinan tersebut.

Berbagai program kemiskinan terdahulu dalam kenyataannya sering menghadapi

kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih

fragmentasi sosial, dan melemahkan nilai-nilai kapital sosial yang ada di masyarakat

(45)

pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang

semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi

persoalannya secara bersama.

Kondisi kapital sosial serta perilaku masyarakat yang melemah serta memudar

tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari

pengelola program kemiskinan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini

cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat (tidak pro poor dan

good governance oriented).

Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini biasanya terjadi pada situasi

tatanan masyarakat yang belum madani, dengan salah satu indikasinya dapat dilihat dari

kondisi kelembagaan masyarakat yang belum berdaya, yang tidak berorientasi pada

keadilan, tidak dikelola dengan jujur dan tidak ikhlas berjuang bagi kepentingan

masyarakat.

Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif dan

tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi

perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam

menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada akhirnya

mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan

pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi

moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, yakni terutama keikhlasan,

keadilan dan kejujuran.

Oleh karena itu, P2KP memahami bahwa akar penyebab dari persoalan kemiskinan

(46)

kuat yang dicerminkan oleh perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak

dilandasi pada nilai-nilai universal kemanusiaan (jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll) dan

tidak bertumpu pada prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (transparansi,

akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dll).

Pemahaman mengenai akar penyebab dari persoalan kemiskinan seperti di atas

telah menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam

penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan

perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang senantiasa berlandaskan pada

nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good governance)

dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini merupakan pondasi

yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan

para pelaku-pelakunya, agar mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan

bermasyarakatnya sehari-hari.

P2KP meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses

perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses

pembelajaran (edukasi) masyarakat dan penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran

pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya.

Substansi P2KP sebagai proses pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat

dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis

masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan

(47)

membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran di tingkat

masyarakat ini berlangsung selama masa Program P2KP maupun pasca Program P2KP

oleh masyarakat sendiri dengan membangun dan melembagakan Komunitas Belajar

Kelurahan (KBK).

Sedangkan substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam

rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah, dilakukan melalui;

pelibatan intensif Pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan P2KP, penguatan peran dan

fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun

Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan PJM Pronangkis

Kota/Kab berbasis program masyarakat (Pronangkis Kelurahan), serta melembagakan

Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk mendorong

proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya kemandirian

penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Dengan demikian, pelaksanaan P2KP sebagai “gerakan

bersama membangun kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis

nilai-nilai universal ” diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan

perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang secara

kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti

pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun : daya

sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat

produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang

(48)

5.4.2. Visi Dan Misi P2KP Visi

Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam

lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari.

Misi

Membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi

dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan

secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata,

sehat, produktif dan berkelanjutan.

5.4.3. Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip yang Melandasi P2KP

Nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan yang bersifat

universal, dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang melandasi

pelaksanaan P2KP adalah sebagai berikut :

a. Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral)

Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi,

ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP dalam

melaksanakan P2KP adalah :

1) Jujur;

2) Dapat dipercaya;

3) Ikhlas/kerelawanan;

4) Adil;

5) Kesetaraan;

(49)

Prinsip-Prinsip Universal Kemasyarakatan (Good Governance)

Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (Good Governance) yang harus dijunjung

tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP adalah :

1) Demokrasi;

2) Partisipasi;

3) Transparansi dan Akuntabilitas;

4) Desentralisasi;

Prinsip-Prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya)

Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan harus merupakan prinsip

keseimbangan pembangunan, yang dalam konteks P2KP diterjemahkan sebagai sosial,

ekonomi dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya.

Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection); dalam pengambilan

keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat

banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar keputusan dan

pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindungan/pemeliharaan

lingkungan baik lingkungan alami maupun buatan termasuk perumahan dan permukiman,

yang harus layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk

didalamnya adalah penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif

dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Pengembangan Masyarakat (Social Development); tiap langkah kegiatan P2KP

harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan

masyarakat sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang

(50)

Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap unsur

masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable groups) dan marjinal

yang selama ini tidak memiliki peluang/akses dalam program/kegiatan setempat;

Pengembangan Ekonomi (Economic Development); dalam upaya menyerasikan

kesejahteraan material, maka upaya-upaya kearah peningkatan kapasitas dan

keterampilan masyarakat miskin dan atau penganggur perlu mendapat porsi khusus

termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha dan akses ke sumberdaya kunci

untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik

dan sosial.

Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan tersebut pada hakekatnya

merupakan pemberdayaan sejati yang terintegrasi, yaitu pemberdayaan manusia

seutuhnya agar mampu membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia secara

integratif, yaitu daya pembangunan agar tercipta masyarakat yang peduli dengan

pembangunan perumahan dan permukiman yang berorientasi pada kelestarian

lingkungan, daya sosial agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, dan daya ekonomi

agar tercipta masyarakat produktif secara ekonomi.

Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan..

Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi

pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Seorang anggota

BKM dituntut untuk mengutamakan kualitas dalam pelaksanaan tugasnya. Semakin

(51)

anggota BKM sebagai sumber daya yang mejalankan dan melaksanakan

program-program P2KP harus memiliki kerja yang berkualitas.

Sesuai dengan landasan keberadaannya, BKM and unit-unit pelaksana (UPL,

UPS, Dan UPK) harus senantiasa berorientasipada upaya-upaya untuk melayani

masyarakat miskin dan meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu dalam kebijakan

dan keputusan mengenai pelayanan unit-unit pelaksana didasarkan pada pertimbangan

dan kemampuan warga miskin dan warga termiskin yang ada diwilayahnya.

Meskipun demikian, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan kepada

warga miskin dan termiskin diwilayahnya, maka BKM sesuai dengan kapasitas dan

kebutuhannya diperkenankan pula untuk mengembangkan berbagai jenis pelayanan yang

bersifat penumpukan dan dan produktif.

Kelembagaan masyarakat ini harus berdaya karena karakteristik lembagwa

masyarakat tersebut yang harus mengakar, dan repesentatif. Disamping itu,harus pula

lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat sehingga mereka memiliki komitmen dan

kepedulian pada masyarakat diwilayahnya, terutama masyarakat miskin. Dalam kondisi

ini akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga

masyarakat yang ada diwilayahnya.

Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun

lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin,

yan gmandiri dan berkelanjutan dalam menyarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan

mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan

Gambar

Tabel II.I. Definisi Operasional
Tabel .III.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Penduduk Desa Dalu X A.
Tabel .III.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian/KK.
Tabel .III.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

48 ASRM ASURANSI RAMAYANA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT... BSRE1 - BSR

Karena untuk mengatasi kemacetan juga dibutuhkan partisipasi dari masyarakat, sistem pengawasan lalu lintas ini juga melakukan pelayanan publik secara live mode

[r]

Agar dapat melihat Aktivitas Organisasi Sekolah (Osis) peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri 1 dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Pontianak secara rinci dapat dilihat

[r]

Diharapkan dengan semakin tingginya minat baca masyarakat apalagi anak-anak, aplikasi pengelolaan persewaan buku komik dengan web server sebagai service info

Akan menarik jika kita mengetahui apakah neutrofil inflamatorik (neutrofil yang tinggal dalam kondisi inflamatorik) tetap memiliki bakteri dan dapat paling tidak

Oleh karena itu, kerangka pemikiran merupakan kombinasi antara argumentasi teoritis dan bukti-bukti empiris atau hasil penelitian sebelumnya mengenai masalah penelitian