• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Pustaka

Pada masa kini, fungsi dan peran negara terhadap masyarakatnya bukan hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan tetapi lebih luas daripada itu yaitu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, atau dikenal juga dengan negara kesejahteraan. Dalam melaksanakan konsep negara kesejahteraan ini, perlindungan bagi warga negara baik sebagai individu maupun sebagai kelompok merupakan sisi yang penting, karena tanpa ada perlindungan yang menimbulkan

rasa aman bagi rakyat tidak mungkin tercapai suatu kesejahteraan bagi masyarakat.

Perlindungan bagi masyarakat ini berdimensi banyak, salah satunya adalah perlindungan hukum. Apabila dikaitkan dengan keseluruhan individu dalam masyarakat yang secara sendiri sebagai konsumen, perlindungan konsumen merupakan bagian dan pembangunan secara keseluruhan. Dengan demikian merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dihindarkan bagi negara untuk selalu berupaya memberikan perlindungan kepada konsumen.10

Setiap orang, pada suatu waktu baik dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun, pasti menjadi konsumen untuk suatu produk atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “aman”. Oleh karena itu, secara mendasar konsumen membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal juga.

Mengingat lemahnya kedudukan konsumen yang umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang relatif lebih kuat dalam banyak hal, maka pembahasan perlindungan konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting untuk dikaji ulang.11

Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau consument (Belanda). Pengertian dari consumer dan consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harfiah kata consumer itu adalah

‘(lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”. Begitu pula

10Erman Rajagukguk,dkk., Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2002. hal.42

11Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran Nusa Media, Bandung, 2008,hal.19

Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.12

UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disingkat UUPK memberikan pengertian tentang konsumen dalam Pasal 1 angka (2) sebagai berikut:

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

Dari definisi diatas dapat ditentukan unsur-unsur konsumen adalah:

1. Setiap orang

Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah “orang”

sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan hukum (rechtspersoon).Hal ini berbeda dengan pengertian yang diberikan untuk “pelaku usaha” dalam Pasal 1 angka (3), yang secara eksplisit membedakan kedua pengertian persoon di atas, dengan menyebutkan kata-kata: “orang perseorangan atau badan usaha”.

Tentu yang paling tepat tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan. Namun, konsumen harus mencakup juga badan usaha dengan makna lebih luas daripada badan hukum.

2. Pemakai

12A.Z Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar , Diadit Media, Jakarta,2002,hal.3

Sesuai dengan bunyi Penjelasan Pasal 1 angka (2) UUPK, kata

“pemakai” menekankan, konsumen adalah konsumen akhir (ultimate customer). Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan, barang dan/jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari jual beli. Artinya, konsumen tidak selalu memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan/atau jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual (the privity of contract).

3. Barang dan/atau Jasa

UUPK mengartikan barang setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bererak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan, maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. UUPK tidak menjelaskan perbedaan istilah-istilah

“dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan”

Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Pengertian “disediakan bagi masyarakat” menunjukkan, jasa itu harus ditawarkan kepada masyarakat. Artinya, harus lebih dari satu orang. Jika demikian halnya, layanan yang bersifat khusus (tertutup) dan individual, tidak tercakup dalam pengertian tersebut.

4. Yang tersedia dalam masyarakat

Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran (lihat jua bunyi Pasal 9 ayat (1) huruf e UUPK).

5. Bagi kepentingan diri sendiri,keluarga, orang lain, makhluk hidup lain, artinya bahwa transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekadar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain (diluar diri sendiri dan keluarganya), bahkan untuk makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.

6. Barang dan/atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan

Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Secara teoretis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersepit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya, sulit untuk menetapkan batas-batas seperti itu.13

Sedangkan yang dimaksud dengan pelaku usaha menurut Pasal 1 angka 3 Undang Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah:

“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

13Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen , Sinar Grafika, Jakarta,2016, hal .27-30

bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai kegiatan ekonomi”

Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan hukum.

Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapat perlindungan itu bukan sekadar fisik, melainkan terlebih-lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.

Secara umum dikenal ada 4 hak dasar konsumen, yaitu:

a. hak untuk mendapat keamanan (the right to safety);

b. hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);

c. hak untuk memilih (the right to choose);

d. hak untuk didengar (the right to be heard);14

Hak konsumen sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 4 UUPK adalah sebagai berikut:

1) Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5) Hak untuk mendapat advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindugan konsumen secara patut;

6) Hal untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8) Hak untuk mendapat kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya;

14 Ibid

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.15

Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/pbi/2018 yang dimaksud dengan uang elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur sebagai berikut:

(a) Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;

(b) Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip; dan

(c) Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan.

Veithzal Rival menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Uang Elektronik adalah alat pembayaran elektronik yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit, baik secara langsung maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan pendebitan rekening di bank, dan nilai uang dimasukkan menjadi nilai uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan rupiah, yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut.16

F. Metode Penelitian

Penelitian (research) sesuai dengan tujuannya dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan.

Usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk penelitian (research)

15Ibid, hal 31-32

16 Meruliala, “Uang Elektronik (E-Money)” https://meruliala.wordpress.com/2016/01/27/uang-elektronik-e-money diakses pada 03 Maret 2020 pukul 22:00

disebut methodoloy of research atau metodologi penelitian.17. Penelitian ilmiah, dilakukan oleh manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya atau kecenderungan-kecenderungan yang timbul. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Maka dari itu dalam penyusunan skripsi ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penyusunan skripsi ini adalah gabungan dari penelitian yuridis normatif dan dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di masyarakat.18

2. Sumber Data

a. Data primer, yakni data yang diperoleh secara langsung melalui studi lapangan dengan membagikan kuesioner kepada sejumlah responden yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

17 Muslan Abdurrahman, “Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum” (Malang: UMM Press, 2009) hal.91

18Zainuddin Ali Metode Penelitian Hukum (Jakarta:Jakarta: Sinar Grafika,2016) Sinar Grafika,2016) hal 105

b..Data sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,pendapat pakar hukum, laporan-laporan, jurnal dan bahan bahan hukum yang mengikat seperti Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang- Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang- Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/pbi/2018 Tentang Uang Elektronik.

3. Data tersier, berupa data yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer dan data sekunder misalnya kamus hukum dan ensiklopedia

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi pustaka,studi penelahaan buku-buku,literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Kuesioner atau angket yakni sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui Dalam hal ini menggunakan kuesioner campuran, yakni gabungan antara kuesioner tertutup dan terbuka.

4. Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat penting

dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.19 Sugiono mengartikan analisis data sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari daan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisa penelitian skripsi ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data data yang dinyatakan responden secara lisan dan tulisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.

Dokumen terkait