• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anjing

Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 100.000 sampai 15.000 tahun yang lalu. Istilah anjing mengacu

pada anjing hasil domestikasi Canis lupus familiaris. Anjing pernah

diklasifikasikan sebagai Canis familiaris oleh Linneus pada tahun 1785. Namun

tahun 1993, Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli Mamalia Amerika

menetapkan anjing sebagai subspesies serigala abu-abu Canis lupus (Anonim

2008a).

Anjing adalah hewan sosial yang sangat dekat dengan manusia. Kepribadian dan tingkah laku anjing tergantung pada perlakuan yang diterima dari pemilik anjing atau lingkungannya. Anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia dan diajak bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing mirip dengan konsep manusia tentang cinta dan persahabatan. Dalam mayarakat manusia, anjing sering dilatih sebagai anjing pekerja, anjing penggembala, anjing pelacak dan anjing pelayanan. Selain itu, peran anjing yang paling umum adalah sebagai binatang peliharaan (Anonim 2008a).

Sejarah domestikasi anjing dijelaskan dalam beberapa teori antropologi, diantaranya, teori pertama menyebutkan bahwa manusia peradaban tertarik pada anjing setelah melihat kemampuan melacak binatang buruannya, sehingga manusia menangkap, memelihara dan melakukan seleksi pada anak anjing untuk mendapatkan keturunan yang baik dan jinak. Teori kedua menjelaskan bahwa anjinglah yang pertamakali mendekati manusia karena tertarik pada sampah yang merupakan produk khas peradaban. Teori ketiga, disebut sebagai teori adaptasi, teori ini merupakan teori yang diyakini mendekati realita, dimana pertama kalinya manusia dan anjing merupakan dua kelompok pemburu yang saling bersaing. Seiring waktu berjalan dimana faktor alam tidak mendukung sehingga jumlah buruan semakin berkurang mengakibatkan anjing mulai tergantung kepada manusia hingga akhirnya dimamfaatkan oleh manusia (Pennisi 2002).

Penelitian sistematika molekuler menunjukkan anjing (Canis lupus familiaris) merupakan keturunan dari satu atau lebih populasi serigala liar (Canis lupus). Seperti bisa dilihat dari tata nama (nomenklatur) untuk anjing, leluhur anjing adalah serigala. Anjing juga bisa kawin silang dengan serigala (Anonim 2008a).

Klasifikasi anjing menurut Miller (1993) :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia Order : Carnivora Family : Canidae Genus : Canis

Species : Canis familiaris

Berdasarkan jenis anjing, menurut Sanusi (2004) anjing ras didefenisikan sebagai anjing yang memiliki asal usul, jati diri dan kemurnian garis keturunan secara tersendiri serta tercatat oleh Perkumpulan Kinologi Indonesia. Sedangkan anjing kampung adalah anjing yang telah lama diketahui keberadaannya tetapi galur keturunannya tidak dijaga (Boedhihartono dalam Supriadi 2004). Menurut Untung (1999) anjing kampung memiliki tubuh yang kecil memanjang, telinga dan moncongnya runcing, penciuman tajam dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang. Anjing lokal adalah anjing yang keberadaannya telah lama diketahui dan terisolir di lokasi tertentu di Indonesia sehingga galur keturunannya relatif dapat dijaga, contoh anjing lokal Indonesia

adalah anjing Kintamani (Hartiningsih et al. 1999).

Diseluruh dunia anjing mencapai 300 jenis yang tersebar diberbagai negara (Miller 1993). Perbedaan jenis anjing tidak hanya dari karakter fisik saja tetapi juga berdasakan tingkahlakunya. Perbedaan jenis anjing berdasarkan tingkahlaku termasuk hasil dari seleksi jenis anjing untuk tujuan tertentu (Robinson 1990).

Sayer (1994) mengelompokan anjing berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Sporting

Anjing yang termasuk dalam kelompok sporting dikenal sebagai

anjing yang bekerja di lapangan. Anjing ini digunakan untuk berburu dan pelacakan oleh lembaga kepolisian. Contohnya: Pointer, Retriver, Setter dan Spaniel.

2. Hounds

Anjing kelompok hounds terutama dimamfaatkan untuk berburu

binatang di Sabana. Ciri-ciri anjing jenis ini adalah bertubuh ramping, berbulu pendek dan kepala runcing sehingga bersifat aerodinamis sewaktu berlari mengejar mangsanya. Contoh anjing dalam kelompok ini adalah: Beagle, Basenji dan Basset Haund.

3. Working Dog

Working Dog merupakan jenis anjing yang berfungsi sebagai penjaga rumah atau properti lainnya. Anjing kelompok ini biasanya bersifat galak, bertampang menyeramkan dan hanya mau bersahabat dengan tuannya. Contoh anjing dalam kelompok ini adalah Rootwailer, Herder, Doberman dan Boxer.

4. Terrier

Ciri utama anjing kelompok terrier adalah kepala lonjong, mata

terbenam kedalam rongga mata, dan ekor mencuat ke atas. Fungsi anjing

kelompok terrier mirip dengan hounds tapi terrier biasanya dikhususkan

untuk memburu binatang-binatang kecil. Contoh anjing dalam kelompok ini adalah Staffodshire Bull Terrier.

5. Toys

Anjing yang termasuk dalam kelompok toys merupakan anjing yang

dimamfaatkan untuk teman bermain, contohnya Chihuahua, Pug, Mini Pincher, Pomeranian dan Poodle.

6. Non-sporting

Ciri khas kelompok anjing ini adalah memiliki kecerdasan yang relatif tinggi sehingga mudah dilatih. Anjing ini digunakan dalam berbagai keperluan. Contohnya Dalmation dan Chow-chow.

Untuk mengetahui kondisi kesehatan anjing, data fisiologis normal merupakan suatu patokan yang dapat digunakan apakah organ hewan tersebut dalam kondisi sehat. Data fisiologis tersebut selalu dalam keadaan yang seimbang. Dengan asumsi bahwa asupan pakan yang tercukupi sempurna dan keadaan lingkungan yang seimbang dan sehat. Penyimpangan dari patokan tersebut menandakan bahwa satu atau beberapa organ dari hewan tidak bekerja

secara normal dan hewan dinyatakan sakit (Soerono. 1975). Data fisiologis pada

setiap hewan memiliki nilai yang berbeda, tergantung jenis hewan, genetik, umur,

jenis kelamin dan kondisi lingkungan sekitar. Suprayogi et al. (2007)

menyebutkan bahwa perbedaan nilai fisiologis pada umur yang lebih muda dapat disebabkan oleh perbedaan umur, terutama tingkat metabolisme dan pertumbuhan anatomis tubuhnya yang berbeda. Hal ini terjadi karena pengaruh proses pertumbuhan pada sehingga organ-organ tubuh belum berfungsi dengan baik (Todd & Sanford 1974).

Nilai normal dari beberapa parameter anjing dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 sebagai berikut:

Tabel 1 Parameter biologis anjing (Smith & Mangkoewidjojo 1988; Bower & Youngs 1990)

Parameter Kisaran normal

Temperatur 38- 89oC

Pulsus 70-120x/menit Respirasi 10-30x/menit

Takanan darah 110 sistol; 60 diastol

Konsumsi oksigen 580 ml/kg/jam

Volume darah 70-90 ml/kg

Protein plasma 5.3-7.5 g/100 ml

Aktivitas tubuh Diurnal (siang hari)

Kecepatan tumbuh Tergantung pada bangsa, jika bangsa sedang

6 kg pada umur 16 minggu. Bangsa besar 60 kg pada umur 16 minggu

Berat dewasa 2-90 kg

Berat lahir Tergantung pada bangsa. Bangsa sedang

adalah 0.23-0.34. Sedangkan bangsa besar adalah 0.39-0.52 kg

Siklus kelamin Monoestrus

Periode estrus ± 9 hari

Perkawinan Pada saat estrus

Fertilisasi Beberapa hari sesudah kawin

Tabel 2 Nilai normal parameter hematologis anjing Parameter

hematologis

Anjing Anjing kampung

dewasa

Anak anjing kampung

Volume darah 800 ml/Kga - -

Sel darah merah 6-8 x 106/mm3a 6.05±1.56 x

106/mm3b

5.67±0.163 x 106/mm3e

Sel darah putih 9 – 13 x 103/mm3a - -

hemoglobin 15.9±1.2 g/dlc 14.80±3.95l g/dld 10.94±047 g/dle

Hematokrit 49.3±3.4 %c 45.9±12.5 %d 34.41±0.94%e

Protein Plasma 6 – 7.8 g/100 mla 12.85±1.24 g/100 mlb -

Keterangan : a. Dukes (1984); b.Hariyati (1988) c. Jain (1993); d. Wirajaya (2005); e. Nugraha

(2007)

Anjing yang sehat terlihat aktif, mata bersinar dan selalu waspada, rambut tubuh mengkilap, serta giginya putih dan licin. Anjing membutuhkan satu kali makan setiap harinya dan sebaiknya makanan yang diberikan mengandung nilai gizi yang seimbang. Selain itu dalam perawatan anjing juga dibutuhkan

vaksinasi, deworming, deticking guna mencegah serangan penyakit (Bower &

Youngs 1990).

Masa hidup anjing bergantung pada jenis rasnya. Anjing yang berukuran besar rata-rata hanya bisa hidup sampai 7-8 tahun. Sedangkan anjing yang berukuran kecil bisa hidup sampai 20 tahun. Harapan hidup rata-rata anjing berukuran sedang dan anjing kampung adalah sekitar 13-14 tahun. Namun hal tersebut harus ditunjang dengan makanan yang benar, berolahraga dan adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala (Anonim 2008a).

Berdasarkan umurnya anjing dibagi menjadi enam periode. Periode pertama

adalah Neonatal. Selama periode Neonatal pertumbuhan dalam kedaan pasif dan

sedikit sekali memperlihatkan respon terhadap ransangan. Periode ini dimulai saat lahir dan berlanjut sampai dua minggu selama masa anak-anak. Periode

kedua merupakan periode Transisional yang berlangsung pada minggu kedua

sampai minggu ketiga. Pada masa ini organ indera seperti telinga dan mata mulai berfungsi, anak anjing mulai bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Periode

ketiga merupakan periode Sosialisasi, periode ini merupakan periode kritis

tahapan pertumbuhan, apabila pada periode ini anak anjing tidak bisa beradaptasi dan kontak dengan anjing lainnya maka pada usia selanjutnya anjing akan selalu mengalami gangguan. Pada periode ini anak anjing mulai mampu menjelajahi

lingkungan sekitarnya dan mencoba melakukan aktivitas baru. Masa ini berlangsung pada minggu ketiga sampai sembilan (Robinson 1990). Periode keempat adalah periode muda (remaja), dimulai saat anjing berumur 10 minggu sampai tujuh bulan. Pada periode ini, sistim saraf dan fisik sudah berkembang dengan sempurna. Selanjutnya anjing masuk pada periode dewasa pada umur 12 bulan. Pada periode ini anjing tidak hanya matang secara seksual tapi juga dari sikap dan tingkah laku, kemampuan, kesiapan untuk menerima latihan dan kepercayaan diri menghadapi situasi apapun. Terakhir merupakan periode tua, pada periode ini anjing mulai mudah menderita sakit. Batasan umur pada periode ini bervariasi tergantung ras (Jackson 1994).

Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi tempat pembuangan sisa metabolisme tubuh. Pada hewan mamalia ginjal terdiri dari satu pasang kiri dan kanan. Letak ginjal kiri dan kanan pada beberapa spesies berbeda. Ginjal kiri lebih kaudal dibandingkan dengan ginjal kanan karena pada ruang abdomen kiri terdapat organ hati yang menekan ginjal kiri. Ginjal terletak pada bagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal (Frandson 1992, Budras 2002; Price 2005).

Gambar 1 Potongan melintang ginjal (Anonim 2006)

Ginjal memiliki tiga bagian utama yaitu, korteks (bagian luar), medulla, dan pelvis renalis (rongga ginjal). Bagian korteks ginjal mengandung nefron. Nefron merupakan unit fungsional ginjal (Guyton & Hall 1997). Jumlah nefron tiap jenis hewan berbeda contohnya kucing memiliki kira-kira 200.000 nefron perginjal. Sedangkan anjing memiliki jumlah nefron kira-kira 700.000 nefron. Tiap nefron

terdiri dari komponen korpuskulus renalis, tubulus proksimalis, ansa Henle dan tubulus distalis (Colville & Joanna 2002). Ansa Henle terletak antara tubulus proksimalis dan tubulus distalis.

Gambar 2 Mikroskopik anatomi nefron (Colville & Joanna 2002)

Korpuskulus renalis terletak pada bagian korteks ginjal, terdiri dari glomerulus dan kapsula Bowman’s. Glomerulus merupakan kumpulan dari kapiler. Fungsinya adalah untuk menyaring darah sebagai tahap awal dari pembentukan urin. Cairan hasil filtrasi dari darah tersebut dinamakan filtrat glomerulus. Setelah korpuskulus renalis dilanjutkan dengan tubulus proksimalis. Tubulus proksimalis merupakan bagian yang paling panjang. Pada bagian ini terjadi proses reabsorbsi dan sekresi. Cairan yang telah melewati tubulus ini dinamakan filtrat tubular. Ansa Henle merupakan lanjutan dari tubulus proksimalis, bagian descendensnya mencapai medula ginjal kemudian membentuk lengkung mencapai daerah korteks. Dari ansa Henle kemudian menuju ke tubulus distalis yang berakhir pada saluran pengumpul. Saluran pengumpul merupakan bagian yang penting untuk volume urin karena merupakan tempat pertama Anti Diuretik Hormon (ADH) bekerja. Selain itu saluran pengumpul merupakan tempat regulasi kalium dan mengontrol keseimbangan asam-basa (Colville & Joanna 2002).

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif (Price 2005).

Guyton dan Hall (1997) membagi fungsi ginjal menjadi 7 bagian :

1. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit oleh ginjal berfungsi untuk menjaga homeostasis tubuh. Ekskresi air dan elektrolit harus sesuai dengan asupan. Jika asupan melebihi ekskresi jumlah zat dalam tubuh akan meningkat sebaliknya, jika asupan kurang dari ekskresi jumlah zat dalam tubuh akan berkurang.

2. Pengaturan keseimbangan asam-basa

Ginjal bersama dengan sistem pernapasan dan cairan tubuh mengatur asam–basa. Biasanya ginjal dapat mengeluarkan kira-kira 500 milimol asam atau basa setiap harinya. Ginjal merupakan satu-satunya organ untuk membuang tipe-tipe asam tertentu dari tubuh yang dihasilkan oleh metabolisme protein, seperti asam sulfat dan fosfat.

3. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin, dan metabolit dari berbagai hormon.

4. Pengaturan tekanan arteri

Bila tubuh mengandung terlalu banyak cairan ekstraselular, tekanan arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian memberi pengaruh langsung yang menyebabkan ginjal mengekskresi kelebihan cairan ekstraselular, sehingga mengembalikan tekanan menjadi normal kembali.

5. Sintesis glukosa

Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya

selama masa puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis.

Kapasitas ginjal untuk menambah glukosa pada darah selama puasa yang panjang dapat menyaingi hati.

6. Pengaturan produksi eritrosit

Ginjal menyekskresikan eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah merah. Kira-kira 90% dari seluruh eritropoitin dibentuk dalam ginjal. Keadaan hipoksia pada jaringan tubuh lain akan merangsang ginjal untuk merangsang sekresi eritropoitin.

7. Pengaturan produksi 1.25-Dihidroksi vitamin D3

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1.25-Dihidroksi

vitamin D3, yang memegang peranan penting dalam pengaturan

kalsium dan fosfat.

Urin

Urin atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra ( King 1973; Ganong 2001).

Mekanisme pembentukan urin meliputi filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan proses filtrasi glomerulus plasma. Aliran darah ginjal setara dengan 25% curah jantung atau 1.200 ml/menit (Price 2005). Proses filtrasi pada glomerulus dinamakan ultrafiltrasi glomerulus. Sel-sel darah dan molekul-molekul protein yang besar atau protein bermuatan negatif secara efektif tertahan oleh seleksi ukuran dan seleksi muatan yang merupakan ciri khas dari sawar membran filtrasi glomerular, sedangkan molekul yang berukuran lebih kecil atau dengan beban yang netral atau positif akan tersaring. Tekanan-tekanan yang berperan dalam proses laju filtrasi glomerulus bersifat pasif dan tidak dibutuhkan energi metabolik untuk proses filtrasi tersebut. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula Bowman’s (Robinson & Huxtable 2003). Zat-zat yang difiltrasi dalam glomerulus adalah, elektrolit, nonelektrolit dan air. Beberapa elektrolit yang

paling penting adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium

penting adalah glukosa, asam amino, dan metabolit yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme protein, urea, asam urat dan kreatinin (Price 2005).

Reabsorbsi selektif zat-zat yang sudah difiltrasi merupakan langkah kedua dalam proses pembentukan urin setelah filtrasi. Sebagian besar zat yang difiltrasi direabsorbsi melalui pori-pori kecil yang terdapat dalam tubulus sehingga akhirnya zat-zat tersebut kembali lagi kedalam kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus. Disamping itu beberapa zat juga disekresi dari pembuluh darah peritubulus sekitar ke dalam lumen tubulus. Proses reabsorbsi dan sekresi ini berlangsung melalui mekanisme transpor aktif dan pasif. Glukosa dan asam amino direabsorbsi seluruhnya di sepanjang tubulus proksimal melalui transpor aktif. Kalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorbsi secara aktif dan keduanya disekresi di dalam tubulus proksimal. Proses reabsorbsi natrium terjadi pada lengkung Henle, tubulus distal dan pengumpul. Air, klorida dan urea

direabsorbsi dalam tubulus proksimal melalui transpor pasif. Ion hidrogen (H+),

asam organik seperti para-amino-hipurat (PAH), penisilin dan kreatinin (basa organik) secara aktif disekresi ke dalam tubulus proksimal. Sedangkan bikarbonat direabsorbsi secara tidak langsung dari tubulus proksimal (Price 2005).

Proses selanjutnya adalah augmentasi yaitu proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1.5% garam, 2.5 % urea dan sisa substansi lainnya (Price 2005).

Hal-hal yang mempengaruhi produksi urin adalah Anti Diuretik Hormon (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjer hipofise posterior yang akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karena meningkatkan permeabilitas sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Jumlah air yang diminum akan mempengaruhi produksi urin, apabila air yang diminum banyak akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif, hasilnya urin yang diproduksi banyak. Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang, akibatnya filtrasi kurang

efektif karena tekanan darah menurun. Banyak sedikitnya hormon insulin juga mempengaruhi produksi urin, apabila hormon insulin kurang misalnya pada penderita diabetes melitus, kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distalis, kelebihan kadar gula dalam tubulus distalis mengganggu proses penyerapan air sehingga pengeluaran urin akan sering (Colville & Joanna 2002).

Urin terdiri dari berbagai macam zat sisa maupun zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh sebagai hasil dari metabolisme yang terjadi didalam tubuh. Urin yang dihasilkan ginjal tergantung pada status nutrisi dari hewan tersebut, kemudian kondisi metabolisme tubuhnya serta kondisi ginjal yang memproduksi urin tersebut (Todd & Sanford). Adapun beberapa nilai kandungan urin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai normal kandungan urin anjing

Parameter Nilai normal

pH 4.5-8.5

Berat jenis 1.015-1.045

Protein 50mg/dl

Leukosit 15 Leu/μl

Sel darah merah -

Glukosa Tidak ada

Nitrit Tidak ada

Bilirubin Tidak ada

Keton Tidak ada

Urobilinogen 8-17 μmol/l

Sumber: Bush (1991)

Derajat Keasaman (pH)

Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Asam merupakan molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion-ion hidrogen dalam larutan, apabila penambahan atom-atom hidrogen ini berlebihan dalam tubuh maka tubuh akan mengalami asidosis. Sedangkan basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen dan kondisi tubuh dimana terjadi kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen disebut alkalosis (Guyton & Hall 1997).

Tubuh memiliki tiga mekanisme utama untuk mengatur keseimbangan asam

basa tubuh. Pertama, sistem penyangga (bufer) asam basa yang segera bergabung

dengan setiap asam atau basa sehingga mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Kedua, melalui sistem pernapasan. Jika konsentrasi

ion hidrogen berubah pusat pernapasan segera terangsang untuk mengubah kecepatan ventilasi paru-paru. Mekanisme terakhir yang mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh adalah ginjal dengan mengekskresikan urin yang asam atau basa (Guyton 1995).

Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen terutama dengan meningkatkan atau menurunkan konsentrasi ion bikarbonat di dalam cairan tubuh. Mekanisme pertama yaitu sekresi ion hidrogen oleh tubulus proksimalis, tubulus distalis dan tubulus pengumpul. Sekresi ion hidrogen ini diatur oleh konsentrasi karbon dioksida di dalam cairan ekstraseluler makin besar konsentrasi karbon dioksida di dalam cairan ekstraseluler makin cepat proses reaksi tersebut dan makin besar kecepatan sekresi ion hidrogen. Selanjutnya, reabsorbsi ion bikarbonat yang dimulai dengan suatu reaksi di dalam tubulus di antara ion bikarbonat dan ion hidrogen yang disekresikan oleh tubulus (Guyton 1995).

Komposisi urin terdiri dari asam-asam yang dihasilkan oleh aktivitas metabolik tubuh yang tidak mudah menguap dan tidak bisa diserap oleh paru-paru. Terutama asam sulfat, asam fosfat dan asam klorida. Selain itu terdapat juga dalam jumlah yang lebih kecil asam piruvat, asam laktat, asam sitrat dan beberapa badan keton. Asam-asam tersebut diekskresikan melalui glomerulus dalam bentuk kation terutama sodium. Pada sel tubulus distalis terjadi pertukaran ion hidrogen dari sodium dengan filtrat glomerular sehingga urin menjadi asam (Todd & Sanford 1974; Meyer & Harvey 2004).

Derajat keasaman (pH) urin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah makanan. Hewan herbivora menghasilkan urin yang basa, sedangkan pada karnivora dan omnivora cendrung menghasilkan urin yang asam karena pengaruh asupan protein yang tinggi pada makanannya (Meyer & Harvey 2004). Hal lain yang mempengaruhi derajat keasaman urin adalah kondisi respirasi dan metabolisme tubuh.

Ginjal akan menghasilkan urin yang asam pada keadaan patologis kerusakan pusat pernapasan yang menyebabkan berkurangnya pernapasan, obstuksi saluran pernapasan, pneumonia, berkurangnya luas permukaan membran paru-paru dan faktor lain yang mengganggu pertukaran gas diantara darah dan udara alveolus. Gangguan metabolisme yang menyebabkan urin menjadi asam adalah diare berat

yang menyebabkan tubuh kehilangan natrium bikarbonat dalam jumlah besar. Kemudian uremia sebagai penyebab kegagalan ginjal untuk membersihkan tubuh dari sejumlah asam normal yang terbentuk setiap hari oleh proses metabolik tubuh. Selanjutnya, diabetes melitus dimana terjadi kekurangan sekresi insulin yang menghambat penggunaan normal glukosa untuk metabolisme, sehingga lemak dipecah menjadi asam asetoasetat sebagai sumber energi, jumlah asam yang tinggi dalam tubuh akan menghasilkan urin yang asam (Guyton 1995; Clarenburg 1992).

Urin basa dihasilkan pada kondisi hiperventilasi paru-paru sehingga tubuh kehilangan karbon dioksida yang tinggi. Kondisi alkalosis metabolisme seperti pemakaian obat alkali berlebihan, muntah hebat sehingga hilangnya ion klorida dalam jumlah besar serta aldosteron yang berlebihan juga menyebabkan urin menjadi basa (Guyton 1995).

Berat Jenis

Berat jenis urin menunjukkan kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin pekat atau encer. Volume sekresi urin dan kepekatan urin yang dihasilkan merupakan mekanisme kerja ginjal untuk menjaga homeostasis dari cairan tubuh dan elektrolit. Kepekatan urin dipengaruhi oleh pasokan air, kondisi ginjal dan

anti diuretik hormon (Guyton & Hall 1997).

Ginjal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk berbagai

Dokumen terkait