• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kandungan Urin Anjing Kampung (Canis familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kandungan Urin Anjing Kampung (Canis familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KANDUNGAN URIN ANJING KAMPUNG (Canis

familiaris) UMUR 3 DAN 6 BULAN DENGAN

MENGGUNAKAN REAGENT STRIP TEST

BETTY CHANDRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Studi Kandungan Urin Anjing

Kampung (Canis familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent

Strip Test adalah hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

(3)

ABSTRAK

BETTY CHANDRI. Studi Kandungan Urin Anjing (Canis familiaris) Umur 3

dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test. Dibimbing oleh AGIK

SUPRAYOGI dan HUDA SALAHUDIN DARUSMAN.

Anjing kampung (Canis familiaris) sering digunakan untuk penelitian

dalam bidang biomedis, namun nilai fisiologis kandungan urin anjing kampung berdasarkan tingkat pertumbuhan umur belum banyak diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh nilai fisiologi kandungan urin anjing kampung. Digunakan dalam penelitian ini 6 ekor anjing kampung yang sehat secara klinis. Parameter urin yaitu berat jenis, pH, protein, leukosit, darah, glukosa, keton,

bilirubin, nitrit dan urobilinogen dianalisis dengan menggunakan Reagent Strip

Test. Penelitian ini menunjukan bahwa, berat jenis urin anjing kampung usia 3

bulan adalah 1.016±0.004 dan usia 6 bulan 1.020±0.006 (P>0.05). Sedangkan pH urin anjing kampung usia 3 bulan adalah 5.29±0.26 dan 6 bulan adalah 5.29±0.34 (P>0.05). Nilai leukosit dan darah mengalami penurunan pada usia 6 bulan sedangkan protein mengalami peningkatan pada usia 6 bulan. Nilai urobilinogen umur 3 dan 6 bulan adalah 3.5µmol/l dan glukosa, nitrit, keton, bilirubin tidak ditemukan dalam urin. Terjadinya perbedaan nilai tersebut kemungkinan karena umur yang terkait pada tingkat metabolismenya.

(4)

ABSTRACT

BETTY CHANDRI. Study of Urine Contents on Indonesian Native Dogs (Canis familiaris) 3 and 6 Months Old Using Reagent Strip Test. Under direction of

AGIK SUPRAYOGI andHUDA SALAHUDIN DARUSMAN.

Indonesian native dogs (Canis familiaris) are frequently used for research in biomedical field. However physiology value of urine in Indonesian native puppies have not established. The research was conducted in order to obtain the physiological value of urine in Indonesian native dog’s. Six healthy Indonesian native dogs were used in this research. The urines parameter that were specivic gravity, pH, protein, leukocyte, blood, glucose, ketone, bilirubin, nitrit and urobilinogen analyzed with Reagent Strip Test. This research showed that The urine’s specivic gravity of Indonesian native dog at the age 3 month was 1.016±0.004 and 6 month was 1.020±0.006 (P>0.05). Whereas the urine pH of 3 month was 5.29±0.26 and 6 month was 5.29±0.34 (P>0.05). The leukocyte and blood value decreased when it reach 6 month old as opposite to urine protein increased when 6 months old. Urobilinogen value 3 and 6 month 3.5µmol/l and glucose, nitrit, ketone, bilirubin weren’t found in urine. This values differences possibly because of with related to its metabolism phase.

(5)

STUDI KANDUNGAN URIN ANJING KAMPUNG (Canis

familiaris) UMUR 3 DAN 6 BULAN DENGAN

MENGGUNAKAN REAGENT STRIP TEST

BETTY CHANDRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul : Studi Kandungan Urin Anjing Kampung (Canis familiaris) Umur

3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test

Nama : Betty Chandri

NRP : B04104037

Disetujui

Dr. drh. Agik Suprayogi, MSc Pembimbing I

drh. Huda S Darusman pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(7)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Tuhan Yang

Maha Pangasih. Karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan

program sarjana di Institut Pertanian Bogor.

Dalam skripsi ini penulis membahas kandungan urin anjing kampung (Canis

familiaris) menggunakan reagent strip test sebagai dasar nilai normal anjing kampung asli Indonesia karena selama ini acuan nilai normal yang digunakan

untuk kepentingan klinik berasal dari anjing ras atau luar negeri, sehingga ada

kemungkinan terjadi perbedaan yang cukup signifikan mengingat suhu, jenis

makanan dan pemeliharaan antara anjing kampung dan anjing ras berbeda. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode strip test karena cepat, mudah dan

efisien apabila dilakukan di lapangan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Agik Suprayogi, MSc selaku

pembimbing skripsi I dan pembimbing akademik, drh. Huda S. Darusman sebagai

pembimbing skripsi II dan drh. Endang Rachman, MS selaku penguji. Terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Pak Joni, Qori dan keluarga besar Dr. Drh

Agik Suprayogi, MSc yang banyak membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian. Ungkapan terima kasih yang terdalam disampaikan kepada kedua

orangtua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu

terima kasih kepada Adjeng, Ana dan fajar sebagai rekan satu tim dalam

penelitian ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanah Datar, Sumatera Barat pada tanggal 30

Desember 1985. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan

Yahidirman dan Warnida.

Pendidikan formal dimulai dari taman kanak-kanak yang diselesaikan tahun

1992 di TK Aisyiah Tanjung Bonai. Kemudian pendidikan dasar diselesaikan

pada tahun 1998 di SDN 21 Tanjung Bonai. Pendidikan lanjutan tingkat pertama

diselesaikan tahun 2001 di SLTPN 03 Lintau dan pendidikan menengah umum

pada tahun 2004 di SMUN 1 Lintau.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas

Kedokteran Hewan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

tahun 2004. Selama perkuliahan penulis aktif sebagai pengurus dalam Himpunan

Minat dan Profesi Ruminansia periode 2005-2006, bidang keuangan Ikatan

Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) cabang IPB 2005-2006,

bendahara IMAKAHI cabang IPB 2006-2007, sekretaris departemen pengabdian

masyarakat BEM FKH IPB 2006-2007 dan anggota departemen keputrian DKM

AN-NAHL 2006-2007, selain itu penulis juga tergabung sebagai anggota dalam

Forum Mahasiswa Tanggap Flu Burung (FMTFB) daerah Jawa Barat. Penulis

juga mendapatkan Beasiswa Gerakan Kakak Asuh (GAKA) tahun 2007-2008 dan

(9)

DAFTAR ISI

Derajat Keasaman (pH)... 13

Berat Jenis ... 15

Reagent Strip Test... 20

MATERI DAN METODE Waktu dan tempat ... 22

Bahan dan alat ... 22

Protokol penelitian ... 22

Tahap persiapan dan adaptasi ... 22

Hewan yang digunakan ... 23

Tahap pemeliharaan ... 23

Parameter yang diamati ... 23

Pengambilan sampel ... 23

Analisis data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (pH) ... 25

Berat Jenis ... 27

Protein ... 28

Leukosit ... 29

Darah ... 29

Glukosa, keton, bilirubin dan nitrit ... 31

Urobilinogen ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Parameter biologis anjing... 6

2 Nilai normal parameter hematologis anjing... 7

3 Nilai normal kandungan urin anjing ... 13

4 Nilai pH dan berat jenis, protein dan leukosit urin anjing kampung ... 25

5 Nilai darah dalam urin anjing kampung umur 3 bulan ... 30

(11)

STUDI KANDUNGAN URIN ANJING KAMPUNG (Canis

familiaris) UMUR 3 DAN 6 BULAN DENGAN

MENGGUNAKAN REAGENT STRIP TEST

BETTY CHANDRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Studi Kandungan Urin Anjing

Kampung (Canis familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent

Strip Test adalah hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

(13)

ABSTRAK

BETTY CHANDRI. Studi Kandungan Urin Anjing (Canis familiaris) Umur 3

dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test. Dibimbing oleh AGIK

SUPRAYOGI dan HUDA SALAHUDIN DARUSMAN.

Anjing kampung (Canis familiaris) sering digunakan untuk penelitian

dalam bidang biomedis, namun nilai fisiologis kandungan urin anjing kampung berdasarkan tingkat pertumbuhan umur belum banyak diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh nilai fisiologi kandungan urin anjing kampung. Digunakan dalam penelitian ini 6 ekor anjing kampung yang sehat secara klinis. Parameter urin yaitu berat jenis, pH, protein, leukosit, darah, glukosa, keton,

bilirubin, nitrit dan urobilinogen dianalisis dengan menggunakan Reagent Strip

Test. Penelitian ini menunjukan bahwa, berat jenis urin anjing kampung usia 3

bulan adalah 1.016±0.004 dan usia 6 bulan 1.020±0.006 (P>0.05). Sedangkan pH urin anjing kampung usia 3 bulan adalah 5.29±0.26 dan 6 bulan adalah 5.29±0.34 (P>0.05). Nilai leukosit dan darah mengalami penurunan pada usia 6 bulan sedangkan protein mengalami peningkatan pada usia 6 bulan. Nilai urobilinogen umur 3 dan 6 bulan adalah 3.5µmol/l dan glukosa, nitrit, keton, bilirubin tidak ditemukan dalam urin. Terjadinya perbedaan nilai tersebut kemungkinan karena umur yang terkait pada tingkat metabolismenya.

(14)

ABSTRACT

BETTY CHANDRI. Study of Urine Contents on Indonesian Native Dogs (Canis familiaris) 3 and 6 Months Old Using Reagent Strip Test. Under direction of

AGIK SUPRAYOGI andHUDA SALAHUDIN DARUSMAN.

Indonesian native dogs (Canis familiaris) are frequently used for research in biomedical field. However physiology value of urine in Indonesian native puppies have not established. The research was conducted in order to obtain the physiological value of urine in Indonesian native dog’s. Six healthy Indonesian native dogs were used in this research. The urines parameter that were specivic gravity, pH, protein, leukocyte, blood, glucose, ketone, bilirubin, nitrit and urobilinogen analyzed with Reagent Strip Test. This research showed that The urine’s specivic gravity of Indonesian native dog at the age 3 month was 1.016±0.004 and 6 month was 1.020±0.006 (P>0.05). Whereas the urine pH of 3 month was 5.29±0.26 and 6 month was 5.29±0.34 (P>0.05). The leukocyte and blood value decreased when it reach 6 month old as opposite to urine protein increased when 6 months old. Urobilinogen value 3 and 6 month 3.5µmol/l and glucose, nitrit, ketone, bilirubin weren’t found in urine. This values differences possibly because of with related to its metabolism phase.

(15)

STUDI KANDUNGAN URIN ANJING KAMPUNG (Canis

familiaris) UMUR 3 DAN 6 BULAN DENGAN

MENGGUNAKAN REAGENT STRIP TEST

BETTY CHANDRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul : Studi Kandungan Urin Anjing Kampung (Canis familiaris) Umur

3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test

Nama : Betty Chandri

NRP : B04104037

Disetujui

Dr. drh. Agik Suprayogi, MSc Pembimbing I

drh. Huda S Darusman pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(17)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Tuhan Yang

Maha Pangasih. Karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan

program sarjana di Institut Pertanian Bogor.

Dalam skripsi ini penulis membahas kandungan urin anjing kampung (Canis

familiaris) menggunakan reagent strip test sebagai dasar nilai normal anjing kampung asli Indonesia karena selama ini acuan nilai normal yang digunakan

untuk kepentingan klinik berasal dari anjing ras atau luar negeri, sehingga ada

kemungkinan terjadi perbedaan yang cukup signifikan mengingat suhu, jenis

makanan dan pemeliharaan antara anjing kampung dan anjing ras berbeda. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode strip test karena cepat, mudah dan

efisien apabila dilakukan di lapangan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Agik Suprayogi, MSc selaku

pembimbing skripsi I dan pembimbing akademik, drh. Huda S. Darusman sebagai

pembimbing skripsi II dan drh. Endang Rachman, MS selaku penguji. Terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Pak Joni, Qori dan keluarga besar Dr. Drh

Agik Suprayogi, MSc yang banyak membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian. Ungkapan terima kasih yang terdalam disampaikan kepada kedua

orangtua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu

terima kasih kepada Adjeng, Ana dan fajar sebagai rekan satu tim dalam

penelitian ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanah Datar, Sumatera Barat pada tanggal 30

Desember 1985. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan

Yahidirman dan Warnida.

Pendidikan formal dimulai dari taman kanak-kanak yang diselesaikan tahun

1992 di TK Aisyiah Tanjung Bonai. Kemudian pendidikan dasar diselesaikan

pada tahun 1998 di SDN 21 Tanjung Bonai. Pendidikan lanjutan tingkat pertama

diselesaikan tahun 2001 di SLTPN 03 Lintau dan pendidikan menengah umum

pada tahun 2004 di SMUN 1 Lintau.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas

Kedokteran Hewan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

tahun 2004. Selama perkuliahan penulis aktif sebagai pengurus dalam Himpunan

Minat dan Profesi Ruminansia periode 2005-2006, bidang keuangan Ikatan

Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) cabang IPB 2005-2006,

bendahara IMAKAHI cabang IPB 2006-2007, sekretaris departemen pengabdian

masyarakat BEM FKH IPB 2006-2007 dan anggota departemen keputrian DKM

AN-NAHL 2006-2007, selain itu penulis juga tergabung sebagai anggota dalam

Forum Mahasiswa Tanggap Flu Burung (FMTFB) daerah Jawa Barat. Penulis

juga mendapatkan Beasiswa Gerakan Kakak Asuh (GAKA) tahun 2007-2008 dan

(19)

DAFTAR ISI

Derajat Keasaman (pH)... 13

Berat Jenis ... 15

Reagent Strip Test... 20

MATERI DAN METODE Waktu dan tempat ... 22

Bahan dan alat ... 22

Protokol penelitian ... 22

Tahap persiapan dan adaptasi ... 22

Hewan yang digunakan ... 23

Tahap pemeliharaan ... 23

Parameter yang diamati ... 23

Pengambilan sampel ... 23

Analisis data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (pH) ... 25

Berat Jenis ... 27

Protein ... 28

Leukosit ... 29

Darah ... 29

Glukosa, keton, bilirubin dan nitrit ... 31

Urobilinogen ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran... 33

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Parameter biologis anjing... 6

2 Nilai normal parameter hematologis anjing... 7

3 Nilai normal kandungan urin anjing ... 13

4 Nilai pH dan berat jenis, protein dan leukosit urin anjing kampung ... 25

5 Nilai darah dalam urin anjing kampung umur 3 bulan ... 30

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Potongan melintang ginjal ... 8

2 Mikroskopik anatomi nefron ... 9

3 Reagent strip ... 21

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Analisis data hasil pemeriksaan pH urin anjing kampung ... 38

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anjing adalah hewan yang sangat dekat dengan manusia. Anjing

merupakan hewan kesayangan dengan jumlah ras terbanyak dan memiliki

perbedaan antara satu dengan yang lainnya sehingga mendorong manusia untuk

memberi perhatian lebih (Fierenzo 1978). Selain hewan kesayangan anjing sering

juga dimamfaatkan untuk penjaga rumah dan sebagai hewan percobaan

(Wolfensohn & Lloyd 1998). Anjing kampung adalah salah satu jenis anjing

yang mampu bersosialisasi dengan manusia dan tidak sulit pemeliharaannya.

Anjing kampung belum diketahui pasti asal usulnya karena berasal dari

perkawinan silang antar anjing-anjing sehingga menghasilkan ras baru yang

umumnya belum teridentifikasi (Dharmojono 2003).

Di Indonesia anjing kampung sering digunakan sebagai hewan percobaan

untuk kepentingan penelitian biomedis karena relatif murah dan mudah

mendapatkannya. Penggunaan anjing kampung sebagai hewan coba seharusnya

memiliki nilai fisiologis sebagai parameter acuan dari anjing yang sejenis

sehingga dalam percobaan tersebut mendapatkan hasil yang akurat. Selain untuk

hewan coba nilai fisiologis anjing kampung juga diperlukan oleh praktisi dokter

hewan, untuk mengetahui status kesehatan anjing kampung tersebut.

Sayangnya sampai saat ini nilai fisiologis anjing kampung belum banyak

diketahui, khususnya nilai fisiologis urin pada umur yang berbeda. Disamping itu

referensi ilmiah tentang nilai kandungan urin anjing masih diperoleh dari buku

teks luar negeri, mestinya hal ini sudah harus dipertimbangkan untuk

menggunakan nilai fisiologis spesies spesifik yaitu anjing kampung. Penelitian

ini dilakukan untuk memperoleh gambaran fisiologi kandungan urin anjing

kampung umur 3 dan 6 bulan. Informasi tentang nilai fisiologis kandungan urin

(24)

Tujuan

Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai fisiologis kandungan urin

anjing kampung. Khususnya berat jenis, pH dan kandungan protein, leukosit,

darah, glukosa, keton, bilirubin, nitrit dan urobilinogen urin anjing kampung pada

umur 3 dan 6 bulan.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang nilai

fisiologis kandungan urin anjing kampung yang sehat dalam masa pertumbuhan

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Anjing

Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari

serigala sejak 100.000 sampai 15.000 tahun yang lalu. Istilah anjing mengacu

pada anjing hasil domestikasi Canis lupus familiaris. Anjing pernah

diklasifikasikan sebagai Canis familiaris oleh Linneus pada tahun 1785. Namun

tahun 1993, Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli Mamalia Amerika

menetapkan anjing sebagai subspesies serigala abu-abu Canis lupus (Anonim

2008a).

Anjing adalah hewan sosial yang sangat dekat dengan manusia.

Kepribadian dan tingkah laku anjing tergantung pada perlakuan yang diterima dari

pemilik anjing atau lingkungannya. Anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal

bersama manusia dan diajak bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya.

Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing mirip dengan konsep manusia

tentang cinta dan persahabatan. Dalam mayarakat manusia, anjing sering dilatih

sebagai anjing pekerja, anjing penggembala, anjing pelacak dan anjing pelayanan.

Selain itu, peran anjing yang paling umum adalah sebagai binatang peliharaan

(Anonim 2008a).

Sejarah domestikasi anjing dijelaskan dalam beberapa teori antropologi,

diantaranya, teori pertama menyebutkan bahwa manusia peradaban tertarik pada

anjing setelah melihat kemampuan melacak binatang buruannya, sehingga

manusia menangkap, memelihara dan melakukan seleksi pada anak anjing untuk

mendapatkan keturunan yang baik dan jinak. Teori kedua menjelaskan bahwa

anjinglah yang pertamakali mendekati manusia karena tertarik pada sampah yang

merupakan produk khas peradaban. Teori ketiga, disebut sebagai teori adaptasi,

teori ini merupakan teori yang diyakini mendekati realita, dimana pertama kalinya

manusia dan anjing merupakan dua kelompok pemburu yang saling bersaing.

Seiring waktu berjalan dimana faktor alam tidak mendukung sehingga jumlah

buruan semakin berkurang mengakibatkan anjing mulai tergantung kepada

(26)

Penelitian sistematika molekuler menunjukkan anjing (Canis lupus familiaris) merupakan keturunan dari satu atau lebih populasi serigala liar (Canis lupus). Seperti bisa dilihat dari tata nama (nomenklatur) untuk anjing, leluhur anjing adalah serigala. Anjing juga bisa kawin silang dengan serigala (Anonim

2008a).

Klasifikasi anjing menurut Miller (1993) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Order : Carnivora

Family : Canidae

Genus : Canis

Species : Canis familiaris

Berdasarkan jenis anjing, menurut Sanusi (2004) anjing ras didefenisikan

sebagai anjing yang memiliki asal usul, jati diri dan kemurnian garis keturunan

secara tersendiri serta tercatat oleh Perkumpulan Kinologi Indonesia. Sedangkan

anjing kampung adalah anjing yang telah lama diketahui keberadaannya tetapi

galur keturunannya tidak dijaga (Boedhihartono dalam Supriadi 2004). Menurut

Untung (1999) anjing kampung memiliki tubuh yang kecil memanjang, telinga

dan moncongnya runcing, penciuman tajam dapat berlari dengan cepat dan

memiliki kemampuan untuk berenang. Anjing lokal adalah anjing yang

keberadaannya telah lama diketahui dan terisolir di lokasi tertentu di Indonesia

sehingga galur keturunannya relatif dapat dijaga, contoh anjing lokal Indonesia

adalah anjing Kintamani (Hartiningsih et al. 1999).

Diseluruh dunia anjing mencapai 300 jenis yang tersebar diberbagai negara

(Miller 1993). Perbedaan jenis anjing tidak hanya dari karakter fisik saja tetapi

juga berdasakan tingkahlakunya. Perbedaan jenis anjing berdasarkan tingkahlaku

(27)

Sayer (1994) mengelompokan anjing berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Sporting

Anjing yang termasuk dalam kelompok sporting dikenal sebagai

anjing yang bekerja di lapangan. Anjing ini digunakan untuk berburu dan

pelacakan oleh lembaga kepolisian. Contohnya: Pointer, Retriver, Setter

dan Spaniel.

2. Hounds

Anjing kelompok hounds terutama dimamfaatkan untuk berburu

binatang di Sabana. Ciri-ciri anjing jenis ini adalah bertubuh ramping,

berbulu pendek dan kepala runcing sehingga bersifat aerodinamis sewaktu

berlari mengejar mangsanya. Contoh anjing dalam kelompok ini adalah:

Beagle, Basenji dan Basset Haund.

3. Working Dog

Working Dog merupakan jenis anjing yang berfungsi sebagai penjaga rumah atau properti lainnya. Anjing kelompok ini biasanya

bersifat galak, bertampang menyeramkan dan hanya mau bersahabat

dengan tuannya. Contoh anjing dalam kelompok ini adalah Rootwailer,

Herder, Doberman dan Boxer.

4. Terrier

Ciri utama anjing kelompok terrier adalah kepala lonjong, mata

terbenam kedalam rongga mata, dan ekor mencuat ke atas. Fungsi anjing

kelompok terrier mirip dengan hounds tapi terrier biasanya dikhususkan

untuk memburu binatang-binatang kecil. Contoh anjing dalam kelompok

ini adalah Staffodshire Bull Terrier.

5. Toys

Anjing yang termasuk dalam kelompok toys merupakan anjing yang

dimamfaatkan untuk teman bermain, contohnya Chihuahua, Pug, Mini

Pincher, Pomeranian dan Poodle.

6. Non-sporting

Ciri khas kelompok anjing ini adalah memiliki kecerdasan yang

relatif tinggi sehingga mudah dilatih. Anjing ini digunakan dalam

(28)

Untuk mengetahui kondisi kesehatan anjing, data fisiologis normal

merupakan suatu patokan yang dapat digunakan apakah organ hewan tersebut

dalam kondisi sehat. Data fisiologis tersebut selalu dalam keadaan yang

seimbang. Dengan asumsi bahwa asupan pakan yang tercukupi sempurna dan

keadaan lingkungan yang seimbang dan sehat. Penyimpangan dari patokan

tersebut menandakan bahwa satu atau beberapa organ dari hewan tidak bekerja

secara normal dan hewan dinyatakan sakit (Soerono. 1975). Data fisiologis pada

setiap hewan memiliki nilai yang berbeda, tergantung jenis hewan, genetik, umur,

jenis kelamin dan kondisi lingkungan sekitar. Suprayogi et al. (2007)

menyebutkan bahwa perbedaan nilai fisiologis pada umur yang lebih muda dapat

disebabkan oleh perbedaan umur, terutama tingkat metabolisme dan pertumbuhan

anatomis tubuhnya yang berbeda. Hal ini terjadi karena pengaruh proses

pertumbuhan pada sehingga organ-organ tubuh belum berfungsi dengan baik

(Todd & Sanford 1974).

Nilai normal dari beberapa parameter anjing dapat dilihat pada Tabel 1 dan

2 sebagai berikut:

Tabel 1 Parameter biologis anjing (Smith & Mangkoewidjojo 1988; Bower &

Youngs 1990)

Parameter Kisaran normal

Temperatur 38- 89oC

Pulsus 70-120x/menit Respirasi 10-30x/menit

Takanan darah 110 sistol; 60 diastol

Konsumsi oksigen 580 ml/kg/jam

Volume darah 70-90 ml/kg

Protein plasma 5.3-7.5 g/100 ml

Aktivitas tubuh Diurnal (siang hari)

Kecepatan tumbuh Tergantung pada bangsa, jika bangsa sedang

6 kg pada umur 16 minggu. Bangsa besar 60 kg pada umur 16 minggu

Berat dewasa 2-90 kg

Berat lahir Tergantung pada bangsa. Bangsa sedang

adalah 0.23-0.34. Sedangkan bangsa besar adalah 0.39-0.52 kg

Siklus kelamin Monoestrus

Periode estrus ± 9 hari

Perkawinan Pada saat estrus

Fertilisasi Beberapa hari sesudah kawin

(29)

Tabel 2 Nilai normal parameter hematologis anjing

Parameter hematologis

Anjing Anjing kampung

dewasa

Hematokrit 49.3±3.4 %c 45.9±12.5 %d 34.41±0.94%e

Protein Plasma 6 – 7.8 g/100 mla 12.85±1.24 g/100 mlb -

Keterangan : a. Dukes (1984); b.Hariyati (1988) c. Jain (1993); d. Wirajaya (2005); e. Nugraha

(2007)

Anjing yang sehat terlihat aktif, mata bersinar dan selalu waspada, rambut

tubuh mengkilap, serta giginya putih dan licin. Anjing membutuhkan satu kali

makan setiap harinya dan sebaiknya makanan yang diberikan mengandung nilai

gizi yang seimbang. Selain itu dalam perawatan anjing juga dibutuhkan

vaksinasi, deworming, deticking guna mencegah serangan penyakit (Bower &

Youngs 1990).

Masa hidup anjing bergantung pada jenis rasnya. Anjing yang berukuran

besar rata-rata hanya bisa hidup sampai 7-8 tahun. Sedangkan anjing yang

berukuran kecil bisa hidup sampai 20 tahun. Harapan hidup rata-rata anjing

berukuran sedang dan anjing kampung adalah sekitar 13-14 tahun. Namun hal

tersebut harus ditunjang dengan makanan yang benar, berolahraga dan adanya

pemeriksaan kesehatan secara berkala (Anonim 2008a).

Berdasarkan umurnya anjing dibagi menjadi enam periode. Periode pertama

adalah Neonatal. Selama periode Neonatal pertumbuhan dalam kedaan pasif dan

sedikit sekali memperlihatkan respon terhadap ransangan. Periode ini dimulai

saat lahir dan berlanjut sampai dua minggu selama masa anak-anak. Periode

kedua merupakan periode Transisional yang berlangsung pada minggu kedua

sampai minggu ketiga. Pada masa ini organ indera seperti telinga dan mata mulai

berfungsi, anak anjing mulai bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Periode

ketiga merupakan periode Sosialisasi, periode ini merupakan periode kritis

tahapan pertumbuhan, apabila pada periode ini anak anjing tidak bisa beradaptasi

dan kontak dengan anjing lainnya maka pada usia selanjutnya anjing akan selalu

(30)

lingkungan sekitarnya dan mencoba melakukan aktivitas baru. Masa ini

berlangsung pada minggu ketiga sampai sembilan (Robinson 1990). Periode

keempat adalah periode muda (remaja), dimulai saat anjing berumur 10 minggu

sampai tujuh bulan. Pada periode ini, sistim saraf dan fisik sudah berkembang

dengan sempurna. Selanjutnya anjing masuk pada periode dewasa pada umur 12

bulan. Pada periode ini anjing tidak hanya matang secara seksual tapi juga dari

sikap dan tingkah laku, kemampuan, kesiapan untuk menerima latihan dan

kepercayaan diri menghadapi situasi apapun. Terakhir merupakan periode tua,

pada periode ini anjing mulai mudah menderita sakit. Batasan umur pada periode

ini bervariasi tergantung ras (Jackson 1994).

Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi tempat pembuangan sisa metabolisme tubuh.

Pada hewan mamalia ginjal terdiri dari satu pasang kiri dan kanan. Letak ginjal

kiri dan kanan pada beberapa spesies berbeda. Ginjal kiri lebih kaudal

dibandingkan dengan ginjal kanan karena pada ruang abdomen kiri terdapat organ

hati yang menekan ginjal kiri. Ginjal terletak pada bagian belakang abdomen

atas, dibelakang peritonium. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh

bantalan lemak yang tebal (Frandson 1992, Budras 2002; Price 2005).

Gambar 1 Potongan melintang ginjal (Anonim 2006)

Ginjal memiliki tiga bagian utama yaitu, korteks (bagian luar), medulla, dan

pelvis renalis (rongga ginjal). Bagian korteks ginjal mengandung nefron. Nefron

merupakan unit fungsional ginjal (Guyton & Hall 1997). Jumlah nefron tiap jenis

hewan berbeda contohnya kucing memiliki kira-kira 200.000 nefron perginjal.

(31)

terdiri dari komponen korpuskulus renalis, tubulus proksimalis, ansa Henle dan

tubulus distalis (Colville & Joanna 2002). Ansa Henle terletak antara tubulus

proksimalis dan tubulus distalis.

Gambar 2 Mikroskopik anatomi nefron (Colville & Joanna 2002)

Korpuskulus renalis terletak pada bagian korteks ginjal, terdiri dari

glomerulus dan kapsula Bowman’s. Glomerulus merupakan kumpulan dari

kapiler. Fungsinya adalah untuk menyaring darah sebagai tahap awal dari

pembentukan urin. Cairan hasil filtrasi dari darah tersebut dinamakan filtrat

glomerulus. Setelah korpuskulus renalis dilanjutkan dengan tubulus proksimalis.

Tubulus proksimalis merupakan bagian yang paling panjang. Pada bagian ini

terjadi proses reabsorbsi dan sekresi. Cairan yang telah melewati tubulus ini

dinamakan filtrat tubular. Ansa Henle merupakan lanjutan dari tubulus

proksimalis, bagian descendensnya mencapai medula ginjal kemudian membentuk

lengkung mencapai daerah korteks. Dari ansa Henle kemudian menuju ke tubulus

distalis yang berakhir pada saluran pengumpul. Saluran pengumpul merupakan

bagian yang penting untuk volume urin karena merupakan tempat pertama Anti

Diuretik Hormon (ADH) bekerja. Selain itu saluran pengumpul merupakan

tempat regulasi kalium dan mengontrol keseimbangan asam-basa (Colville &

(32)

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekskresikan zat

terlarut dan air secara selektif (Price 2005).

Guyton dan Hall (1997) membagi fungsi ginjal menjadi 7 bagian :

1. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit oleh ginjal berfungsi untuk

menjaga homeostasis tubuh. Ekskresi air dan elektrolit harus sesuai

dengan asupan. Jika asupan melebihi ekskresi jumlah zat dalam tubuh

akan meningkat sebaliknya, jika asupan kurang dari ekskresi jumlah

zat dalam tubuh akan berkurang.

2. Pengaturan keseimbangan asam-basa

Ginjal bersama dengan sistem pernapasan dan cairan tubuh mengatur

asam–basa. Biasanya ginjal dapat mengeluarkan kira-kira 500 milimol

asam atau basa setiap harinya. Ginjal merupakan satu-satunya organ

untuk membuang tipe-tipe asam tertentu dari tubuh yang dihasilkan

oleh metabolisme protein, seperti asam sulfat dan fosfat.

3. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa

metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini

meliputi urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan

hemoglobin, dan metabolit dari berbagai hormon.

4. Pengaturan tekanan arteri

Bila tubuh mengandung terlalu banyak cairan ekstraselular, tekanan

arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian memberi

pengaruh langsung yang menyebabkan ginjal mengekskresi kelebihan

cairan ekstraselular, sehingga mengembalikan tekanan menjadi normal

kembali.

5. Sintesis glukosa

Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya

selama masa puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis.

Kapasitas ginjal untuk menambah glukosa pada darah selama puasa

(33)

6. Pengaturan produksi eritrosit

Ginjal menyekskresikan eritropoietin, yang merangsang pembentukan

sel darah merah. Kira-kira 90% dari seluruh eritropoitin dibentuk

dalam ginjal. Keadaan hipoksia pada jaringan tubuh lain akan

merangsang ginjal untuk merangsang sekresi eritropoitin.

7. Pengaturan produksi 1.25-Dihidroksi vitamin D3

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1.25-Dihidroksi

vitamin D3, yang memegang peranan penting dalam pengaturan

kalsium dan fosfat.

Urin

Urin atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi

urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di

dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang

keluar tubuh melalui uretra ( King 1973; Ganong 2001).

Mekanisme pembentukan urin meliputi filtrasi, reabsorbsi dan sekresi.

Pembentukan urin dimulai dengan proses filtrasi glomerulus plasma. Aliran darah

ginjal setara dengan 25% curah jantung atau 1.200 ml/menit (Price 2005). Proses

filtrasi pada glomerulus dinamakan ultrafiltrasi glomerulus. Sel-sel darah dan

molekul-molekul protein yang besar atau protein bermuatan negatif secara efektif

tertahan oleh seleksi ukuran dan seleksi muatan yang merupakan ciri khas dari

sawar membran filtrasi glomerular, sedangkan molekul yang berukuran lebih kecil

atau dengan beban yang netral atau positif akan tersaring. Tekanan-tekanan yang

berperan dalam proses laju filtrasi glomerulus bersifat pasif dan tidak dibutuhkan

energi metabolik untuk proses filtrasi tersebut. Tekanan filtrasi berasal dari

perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula

Bowman’s (Robinson & Huxtable 2003). Zat-zat yang difiltrasi dalam

glomerulus adalah, elektrolit, nonelektrolit dan air. Beberapa elektrolit yang

paling penting adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium

(34)

penting adalah glukosa, asam amino, dan metabolit yang merupakan produk akhir

dari proses metabolisme protein, urea, asam urat dan kreatinin (Price 2005).

Reabsorbsi selektif zat-zat yang sudah difiltrasi merupakan langkah kedua

dalam proses pembentukan urin setelah filtrasi. Sebagian besar zat yang difiltrasi

direabsorbsi melalui pori-pori kecil yang terdapat dalam tubulus sehingga

akhirnya zat-zat tersebut kembali lagi kedalam kapiler peritubulus yang

mengelilingi tubulus. Disamping itu beberapa zat juga disekresi dari pembuluh

darah peritubulus sekitar ke dalam lumen tubulus. Proses reabsorbsi dan sekresi

ini berlangsung melalui mekanisme transpor aktif dan pasif. Glukosa dan asam

amino direabsorbsi seluruhnya di sepanjang tubulus proksimal melalui transpor

aktif. Kalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorbsi secara aktif dan

keduanya disekresi di dalam tubulus proksimal. Proses reabsorbsi natrium terjadi

pada lengkung Henle, tubulus distal dan pengumpul. Air, klorida dan urea

direabsorbsi dalam tubulus proksimal melalui transpor pasif. Ion hidrogen (H+),

asam organik seperti para-amino-hipurat (PAH), penisilin dan kreatinin (basa

organik) secara aktif disekresi ke dalam tubulus proksimal. Sedangkan bikarbonat

direabsorbsi secara tidak langsung dari tubulus proksimal (Price 2005).

Proses selanjutnya adalah augmentasi yaitu proses penambahan zat sisa dan

urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang

dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1.5% garam, 2.5 % urea dan sisa

substansi lainnya (Price 2005).

Hal-hal yang mempengaruhi produksi urin adalah Anti Diuretik Hormon

(ADH) yang dihasilkan oleh kelenjer hipofise posterior yang akan mempengaruhi

penyerapan air pada bagian tubulus distal karena meningkatkan permeabilitas sel

terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga

urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya jika hormon ADH banyak,

penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Jumlah air yang diminum

akan mempengaruhi produksi urin, apabila air yang diminum banyak akan

menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein

menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif, hasilnya urin yang diproduksi

banyak. Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus

(35)

efektif karena tekanan darah menurun. Banyak sedikitnya hormon insulin juga

mempengaruhi produksi urin, apabila hormon insulin kurang misalnya pada

penderita diabetes melitus, kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus

distalis, kelebihan kadar gula dalam tubulus distalis mengganggu proses

penyerapan air sehingga pengeluaran urin akan sering (Colville & Joanna 2002).

Urin terdiri dari berbagai macam zat sisa maupun zat-zat yang masih

dibutuhkan oleh tubuh sebagai hasil dari metabolisme yang terjadi didalam tubuh.

Urin yang dihasilkan ginjal tergantung pada status nutrisi dari hewan tersebut,

kemudian kondisi metabolisme tubuhnya serta kondisi ginjal yang memproduksi

urin tersebut (Todd & Sanford). Adapun beberapa nilai kandungan urin dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai normal kandungan urin anjing

Parameter Nilai normal

pH 4.5-8.5

Berat jenis 1.015-1.045

Protein 50mg/dl

Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom

hidrogen. Asam merupakan molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang

dapat melepaskan ion-ion hidrogen dalam larutan, apabila penambahan atom-atom

hidrogen ini berlebihan dalam tubuh maka tubuh akan mengalami asidosis.

Sedangkan basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen dan

kondisi tubuh dimana terjadi kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen disebut

alkalosis (Guyton & Hall 1997).

Tubuh memiliki tiga mekanisme utama untuk mengatur keseimbangan asam

basa tubuh. Pertama, sistem penyangga (bufer) asam basa yang segera bergabung

dengan setiap asam atau basa sehingga mencegah perubahan konsentrasi ion

(36)

ion hidrogen berubah pusat pernapasan segera terangsang untuk mengubah

kecepatan ventilasi paru-paru. Mekanisme terakhir yang mengatur keseimbangan

asam basa dalam tubuh adalah ginjal dengan mengekskresikan urin yang asam

atau basa (Guyton 1995).

Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen terutama dengan meningkatkan

atau menurunkan konsentrasi ion bikarbonat di dalam cairan tubuh. Mekanisme

pertama yaitu sekresi ion hidrogen oleh tubulus proksimalis, tubulus distalis dan

tubulus pengumpul. Sekresi ion hidrogen ini diatur oleh konsentrasi karbon

dioksida di dalam cairan ekstraseluler makin besar konsentrasi karbon dioksida di

dalam cairan ekstraseluler makin cepat proses reaksi tersebut dan makin besar

kecepatan sekresi ion hidrogen. Selanjutnya, reabsorbsi ion bikarbonat yang

dimulai dengan suatu reaksi di dalam tubulus di antara ion bikarbonat dan ion

hidrogen yang disekresikan oleh tubulus (Guyton 1995).

Komposisi urin terdiri dari asam-asam yang dihasilkan oleh aktivitas

metabolik tubuh yang tidak mudah menguap dan tidak bisa diserap oleh

paru-paru. Terutama asam sulfat, asam fosfat dan asam klorida. Selain itu terdapat

juga dalam jumlah yang lebih kecil asam piruvat, asam laktat, asam sitrat dan

beberapa badan keton. Asam-asam tersebut diekskresikan melalui glomerulus

dalam bentuk kation terutama sodium. Pada sel tubulus distalis terjadi pertukaran

ion hidrogen dari sodium dengan filtrat glomerular sehingga urin menjadi asam

(Todd & Sanford 1974; Meyer & Harvey 2004).

Derajat keasaman (pH) urin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah makanan. Hewan herbivora menghasilkan urin yang basa, sedangkan pada

karnivora dan omnivora cendrung menghasilkan urin yang asam karena pengaruh

asupan protein yang tinggi pada makanannya (Meyer & Harvey 2004). Hal lain

yang mempengaruhi derajat keasaman urin adalah kondisi respirasi dan

metabolisme tubuh.

Ginjal akan menghasilkan urin yang asam pada keadaan patologis kerusakan

pusat pernapasan yang menyebabkan berkurangnya pernapasan, obstuksi saluran

pernapasan, pneumonia, berkurangnya luas permukaan membran paru-paru dan

faktor lain yang mengganggu pertukaran gas diantara darah dan udara alveolus.

(37)

yang menyebabkan tubuh kehilangan natrium bikarbonat dalam jumlah besar.

Kemudian uremia sebagai penyebab kegagalan ginjal untuk membersihkan tubuh

dari sejumlah asam normal yang terbentuk setiap hari oleh proses metabolik

tubuh. Selanjutnya, diabetes melitus dimana terjadi kekurangan sekresi insulin

yang menghambat penggunaan normal glukosa untuk metabolisme, sehingga

lemak dipecah menjadi asam asetoasetat sebagai sumber energi, jumlah asam

yang tinggi dalam tubuh akan menghasilkan urin yang asam (Guyton 1995;

Clarenburg 1992).

Urin basa dihasilkan pada kondisi hiperventilasi paru-paru sehingga tubuh

kehilangan karbon dioksida yang tinggi. Kondisi alkalosis metabolisme seperti

pemakaian obat alkali berlebihan, muntah hebat sehingga hilangnya ion klorida

dalam jumlah besar serta aldosteron yang berlebihan juga menyebabkan urin

menjadi basa (Guyton 1995).

Berat Jenis

Berat jenis urin menunjukkan kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin

pekat atau encer. Volume sekresi urin dan kepekatan urin yang dihasilkan

merupakan mekanisme kerja ginjal untuk menjaga homeostasis dari cairan tubuh

dan elektrolit. Kepekatan urin dipengaruhi oleh pasokan air, kondisi ginjal dan

anti diuretik hormon (Guyton & Hall 1997).

Ginjal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk berbagai

proporsi zat terlarut dan air dalam urin sebagai respon terhadap perubahan.

Apabila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal akan mereabsorbsi kelebihan

zat terlarut sementara tidak mereabsorbsi kelebihan air sehingga ginjal

mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar dan urin menjadi encer (Guyton &

Hall 1997).

Kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang pekat penting untuk

kelangsungan hidup mamalia yang hidup di darat. Air secara terus menerus

hilang dari tubuh melalui berbagai cara diantaranya melalui pernapasan, kelejenr

keringat dan saluran gastrointestinal. Asupan cairan dibutuhkan untuk menutupi

kehilangan cairan ini. Apabila asupan cairan tubuh kurang, ginjal akan

(38)

sementara meningkatkan reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang

terbentuk. Kebutuhan dasar untuk membentuk urin pekat adalah kadar ADH yang

tinggi yang meningkatkan permeabilitas tubulus distalis dan duktus koligentes

terhadap air sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini mereabsorbsi air

cukup banyak. Selain ADH osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medula

ginjal juga membentuk urin yang pekat (Guyton & Hall 1997).

Urin adalah larutan mineral, garam-garam dan air sebagai pelarutnya

sehingga berat jenis urin lebih besar dari 1.000. Hadirnya substansi abnormal

pada urin akan meningkatkan berat jenis urin. Misalnya glukosa, protein dan

bahan-bahan lainnya yang terdapat pada urin. Apabila terjadi peningkatan sekresi

ADH maka berat jenis urin akan meningkat. Kondisi tubuh dalam keadaan stres,

trauma, operasi dan obat-obatan juga akan meningkatkan berat jenis urin (Kaneko

1980).

Kondisi umum yang menyebabkan rendahnya berat jenis urin adalah pada

kasus diabetes insipidus, dimana akan terjadi penurunan jumlah hormon ADH

sehingga volume urin meningkat. Glomerulonepritis dan pyelonephritis

menyebabkan penurunan volume dan berat jenis urin, pada penyakit ini terjadi

kerusakan pada tubulus ginjal yang mengakibatkan kemampuan ginjal untuk

reabsorbsi air sebagai akibatnya urin akan cair. Selain itu, penyebab rendahnya

berat jenis urin adalah pada kasus gagal ginjal (Bush 1991).

Protein

Protein dalam urin dinamakan proteinuria. Pada kondisi normal, protein

ditemukan dalam jumlah yang kecil di dalam urin. Hal penting yang harus

diketahui adalah apabila keberadaan protein tersebut masih dalam jumlah normal

atau sudah mencapai tingkat abnormalitas (Kaneko 1980). Pada ginjal, protein

direabsorbsi di tubulus proksimalis, tetapi protein ditemukan dalam urin pada saat

melalui tubulus distalis, pelvis, ureter, vesika urinaria, uretra dan saluran genital

(Henry 2001).

Albumin dan globulin merupakan jenis protein yang sering ditemukan

(39)

prealbumin, produk dari fibrinogenolisis, tansferrin, haptoglobulin, ceruloplasmin

dan fraksi ikatan immunoglobulin (Tood & Sanford 1974).

Reagent strip test yang digunakan dalam pengujian protein dalam urin

mengandung tetrabromphenol blue sebagai indikator yang mengalami perubahan

warna apabila terdapat protein dalam urin (Kaneko 1980). Reagent ini hanya

sensitif terhadap albumin. Meningkatnya jumlah protein yang ditemukan dalam

urin terjadi karena meningkatnya permeabilitas membran glomerulus yang umum

terjadi pada kasus glomerulonephritis dan amiloidosis renalis (Jackson 2007).

Leukosit

Leukosit yang terdeteksi dalam urin berupa neutrofil dan makrofag sebagai

akibat terjadinya peradangan pada saluran urinarius. Variasi jumlah leukosit

dipengaruhi oleh ras, kebuntingan, musim dan umur hewan, selain itu stess dan

rangsangan juga mempengaruhi jumlah leukosit (Jain 1993). Positif palsu terjadi

karena adanya formaldehid dan negatif palsu terjadi karena adanya cephalotine

dan tetrasiklin (Fogazzi et al. 2008). Prinsip pengukuran jumlah leukosit dalam

urin menggunakan reagent strip berdasarkan adanya reaksi antara leukosit dengan

naphthol chloroacetate yang menghasilkan warna ungu untuk hasil positif. Kontaminasi urin oleh cairan genital dapat menyebabkan hasil yang positif (Henry

Meningkatnya jumlah leukosit dalam urin terjadi pada kasus-kasus

peradangan seperti cystitis, pyelonephritis, abses renal, kerusakan tubulus ginjal,

uretritis dan protatitis (Bush 1991).

Glukosa

Glukosa pada ginjal direabsorbsi pada tubulus proksimal. Kapasitas

reabsorbsi glukosa oleh tubulus kira-kira 160 mg/100ml. Glukosa dalam urin

dinamakan glukosuria, kondisi ini bisa terjadi pada kasus-kasus seperti diabetes

militus, tingginya konsentrasi epinefrin, pankreatitis, hyperthiroidism, akromegali,

tingginya sekresi glukagon pada tumor sel alfa pankreas, kelaparan, gangguan

hati, asphyxia dan penyakit pada tubulus ginjal (Tood & Sanford 1974).

Pengukuran glukosa dengan reagent strip berdasarkan pada oksidasi

(40)

enzim yang terdapat pada reagent strip. Kontaminasi urin oleh H2O2 atau sodium

hipoklorit akan menghasilkan positif palsu pada pengujian ini (Kaneko 1980).

Sedangkan hasil negatif palsu terjadi pada kondisi urin terkontaminasi oleh

bakteri dan asam askorbat. Reagent strip sensitif terhadap konsentrasi glukosa 0.5

sampai 20 g/L (Fogazzi et al. 2008).

Keton

Keton dihasilkan dari metabolisme lemak yang tidak sempurna untuk

menghasilkan energi pada kondisi tubuh sedang mengalami kekurangan. Keton

ini terdiri dari aceton, acetoacetic dan asam β-hodroksibutirat (Bush 1991).

Pengujian keton dalam urin menggunakan reagent strip berdasarkan reaksi antara

aceton dan acetoacetat dengan nitropussid dan glisin sebagai sumber nitrogen

untuk memberikan perubahan warna. Sedangkan β-hodroksibutirat tidak dapat

terdeteksi (Smith et al. 1977).

Ketonuria adalah kondisi dimana urin mengandung keton, kondisi ini

berkaitan dengan kasus diabetes melitus dan beberapa kondisi tubuh mengalami

kehilangan energi misalnya, anoreksia, puasa yang panjang, diare, demam dan

kelaparan (Bush 1991; Barratt 2007; Fogazzi et al 2008).

Bilirubin

Bilirubin (bilirubin bebas atau unconjugat bilirubin) merupakan turunan dari

degradasi haemoglobin yang ditransportasikan ke hati, bergabung dengan asam

glukoronik dan disekresi di empedu. Unconjugat bilirubin ini dibungkus oleh

albumin dan tidak larut dalam air sehingga tidak bisa diekskresi oleh ginjal.

Positif palsu pada pengujian bilirubin dapat terjadi apabila tingginya jumlah

metabolisme chlorpromazine (Bush 1991). Pengujian bilirubin menggunakan

reagent strip berdasarkan reaksi antara bilirubin dengan garam diazonium dalam media asam (Henry 2001).

Bilirubin tidak normal ditemukan didalam urin. Adanya bilirubin didalam

urin terjadi karena terjadi penyumbatan pada saluran empedu khususnya pada

(41)

Nitrit

Nitrit merupakan hasil reduksi nitrat oleh bakteri (Bush 1991). Pengujian

nitrit dalam urin untuk memperlihatkan kemampuan bakteri mereduksikan nitrat

menjadi nitrit (Fogazzi et al. 2008). Bakteri ini berasal dari kelompok gram

negatif misalnya Escherichia coli. Namun tidak semua bakteri dapat mereduksi

nitrat menjadi nitrit sehingga hasil negatif palsu bisa terjadi pada saat adanya

bakteri dalam urin tapi bakteri tersebut tidak mampu mereduksikan nitrat menjadi

nitrit. Contoh bakteri tersebut adalah Streptococci, Staphylococci dan

Pseudomonas spp. Hasil negatif palsu juga bisa terjadi karena tingginya tingkat asam askorbat dalam urin, terutama pada urin anjing dan kucing sehingga

pengujian nitrit pada anjing dan kucing kurang akurat untuk menentukan adanya

kandungan nitrit sebagai indikasi adanya bakteri dalam urin dalam kasus infeksi

saluran urinarius (Bush 1991; Barrat 2007). Faktor lain yang menyebabkan hasil

negatif palsu adalah terapi antibakteri, polyurea, anorexia dan kondisi urin dengan

berat jenis yang tinggi. Sedangkan positif palsu bisa terjadi jika urin yang diuji

tidak segar atau lama tersimpan (lebih dari 3-4 jam) karena kontaminasi normal

urin dari uretra akan berkembang selama masa penyimpanan, adanya

phenazopyridine atau phenytoin yang digunakan dalam obat akan menyebabkan

perubahan warna reagent strip seperti hasil positif nitrit (Bush 1991).

Darah

Reagent strip yang digunakan untuk mengujian darah dalam urin terdiri dari indikator kromogen yang mengalami oksidasi dan perubahan warna apabila

kontak dengan peroksidase organik. Apabila dalam urin terdapat darah pada saat

terjadi haemolisis, reagent strip yang digunakan untuk menguji urin tersebut akan

bereaksi dengan darah karena aktivitas dari darah sama dengan peroksidase,

sehingga dapat terdeteksi oleh reagent strip (Bryant & James 2008). Namun hasil

positif palsu dapat terjadi karena kemampuan reagent strip ini untuk bereaksi

dengan haemoglobin dan mioglobin sehingga menunjukkan hasil positif dalam

pemeriksaan sel darah merah walaupun dalam pengujian sedimen urin tidak

ditemukan. Kemudian adanya hidrogen peroksida dan bakteri penghasil

(42)

menghasilkan positif palsu pada pengujian ini (Bush 1991; Bryant & James 2008;

Fogazzy et al. 2008). Sedangkan negatif palsu dapat terjadi akibat adanya asam

askorbat dan formalin (Bush 1991; Fogazzy et al. 2008).

Darah dalam kondisi normal dapat ditemukan dalam urin pada saat latihan

dan aktivitas yang tinggi (Henry 2001). Namun apabila jumlah darah yang

ditemukan dalam urin tinggi merupakan kondisi abnormalitas yang biasanya

berasal dari saluran urinarius dan genital, misalnya adanya peradangan, tumor,

trauma dan infeksi (Bryant & James 2008).

Urobilinogen

Urobilinogen merupakan hasil hidrolisis oleh bakteri di dalam usus yang

berasal dari conjugat bilirubin. Urobilinogen ini normalnya direabsorbsi kembali

pada sirkulasi portal untuk diekskresi kembali oleh hati. Namun beberapa bagian

diekskresi di urin. Adanya urobilinogen dalam urin merupakan kondisi normal

(Todd & Sanford 1974; Raphael 1987). Pengujian urobilinogen menggunakan

reagent strip berdasarkan pada reaksi ehrlich aldehyde dengan urobilinogen yang terdapat pada urin (Henry 2001).

Jumlahnya akan meningkat dalam urin apabila ekskresi di empedu oleh

hati meningkat, hal ini terjadi pada kasus haemolitik jaundice, dan kerusakan hati

dan menurun pada kondisi penyumbatan saluran empedu dan beberapa kerusakan

hati (Bush 1991).

Reagent strip test

Reagent strip adalah strip test untuk urinalisis secara cepat, mudah digunakan dan efektif untuk menguji kimia urin. Ada beberapa parameter yang

dapat diuji dengan reagent strip ini, diantaranya glukosa, protein, pH, leukosit

nitrit, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan berat jenis urin. Pada satu lembar

strip terdapat blok-blok kecil yang memiliki reagent specifik untuk

masing-masing parameter. Blok-blok reagent tersebut akan bereaksi dengan urin dan

menghasilkan perubahan warna yang bisa terlihat oleh mata sebagai suatu ukuran

atau nilai yang didapat. Pembacaan hasil pada tiap-tiap parameter memiliki waktu

(43)

semi kuantitatif (Henry 2001). Reagent strip bukanlah suatu alat untuk mendiagnosa tapi merupakan alat untuk mendeteksi nilai dari suatu parameter

(Anonim 2008b).

Gambar 3 Reagent strip (Anonimous 1988)

Prosedur penggunaan reagent strip test (Henry 2001; Meyer & Harvey

2004) adalah sebagai berikut:

1. Urin ditampung dengan plastik yang bersih dan kering.

2. Reagent strip diambil dari tempatnya dan dengan cepat ditutup kembali

tempat reagent tersebut untuk menghindari terpaparnya reagent yang

masih ada dalam tempatnya.

3. Reagent strip dicelupkan kedalam contoh urin sampai semua blok terendam urin dan kemudian diangkat kembali.

4. Setelah reagent strip diangkat, sisa urin dibersihkan terlebih dahulu

dengan meletakkan di atas tisu atau bahan lain yang dapat menyerap sisa

urin tersebut. Kemudian diposisikan secara horizontal untuk menghindari

kontaminasi silang dari zat kimia pada blok sebelahnya.

5. Warna yang dihasilkan pada reagent strip tersebut dapat dibaca

(44)

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kandang Karyo Mendo Farm Cihideung Ilir

Ciampea Bogor, pada bulan Februari-Juni 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan selama penelitian ini adalah Obat cacing

(Combantrin®), Obat anti ektoparasit (Asuntol®) dan reagent strip test (Verify®). Sedangkan peralatan yang digunakan adalah kontainer penampung urin, tisu,

timbangan, termometer dan alat pengukur kelembaban.

Protokol Penelitian

Adaptasi pengambilan sampel pemeliharaan

partus pemeliharaan pemeliharaan pengambilan sampel

0 1 2 3 4 5 6

waktu penelitian (bulan ke-) Gambar 4 Skema Metodelogi Penelitian

Anjing dipelihara dari umur 2 bulan sampai umur 6 bulan, sedangkan

pengambilan sampel dilakukan pada bulan ke-3 dan ke-6, dengan waktu

pengambilan sampel tiap minggu pada setiap bulan pengambilan.

Tahap Persiapan dan Adaptasi

Kandang yang digunakan dalam penelitian terdiri dari beberapa ruangan

untuk masing-masing anjing didalam suatu kandang besar. Sebelum digunakan

kandang tersebut dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dilakukan desinfeksi pada

ruangan kandang. Selain itu, disediakan drum penampungam air, tempat makan

dan minum anjing serta peralatan kebersihan kandang.

Nilai kelembaban dan suhu udara pada kandang tersebut adalah pagi hari

99.37±0.38% dan 17.97±0.15oC; siang hari 73.84±0.34% dan 27.03±0.47oC; sore

(45)

Hewan yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan 6 ekor anak anjing kampung dari umur 2

sampai 6 bulan yang terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina dan berasal dari

induk yang sama. Anjing ini merupakan turunan ke-3 dari indukan yang sama

yang dinyatakan sehat secara klinis. Dengan indukan yang sama diharapkan dapat

mengurangi keragaman genetik, sifat, pola tingkahlaku dan kebiasaan.

Tahap Pemeliharaan

Selama pemeliharaan, anjing-anjing tersebut diberi pakan sesuai takaran

dan minum secara ad libitum, diberi obat anti endoparasit dan anti ektoparasit.

Pemberian minum ad libitum dikarenakan anjing butuh banyak air agar tidak

dehidrasi. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan

sore.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah nilai kandungan urin

diantaranya berat jenis, pH, protein, leukosit, darah, glukosa, keton, bilirubin,

nitrit dan urobilinogen.

Pengambilan Sampel

Pengambilan urin dilakukan dengan menampung urin dalam kontainer yang

telah disuci hamakan. Kemudian reagent strip dicelupkan beberapa saat kedalam

urin tersebut. Bekas urin yang yang masih menetes dibersihkan dengan tisu

selanjutnya hasil dibaca sesuai dengan nilai yang tertera pada label.

Dilakukan pada pagi hari karena volume urin yang didapat lebih banyak,

tidak ada pengaruh luar seperti makanan dan aktivitas dan kemungkinan dapat

menemukan unsur abnormal dari urin tersebut. Sampel yang dianalisis dalam

keadaan segar (real time) untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari bakteri

(46)

Analisis Data

Analisis data menggunakan metode T-test untuk data kuantitatif (data yang

dapat ditentukan pasti nilainya). Sedangkan untuk data semikuantitatif

menggunakan metode rataan (tidak diolah secara statistik).

Hipotesa data menggunakan metode T-test adalah:

H1: X1=X2 (tidak berbeda nyata)

H0: X1≠X2 (berbeda nyata)

Nilai propabilitas (P) kurang dari 0.05 diterima sebagai hal yang berbeda

nyata (H0), sedangkan apabila lebih dari 0.05 maka diterima sebagai hal yang

tidak berbeda nyata (H1) (Mattjik & Sumertajaya 2000). X1 merupakan hasil

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi urin yang dihasilkan oleh ginjal dipengaruhi oleh tiga faktor

utama yaitu status nutrisi, proses metabolisme dan kemampuan fungsi ginjal

(Todd & Sanford 1974). Apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor tersebut

maka komposisi urin yang dihasilkan oleh ginjal akan berubah.

Pada pemeriksaan kandungan urin anjing kampung umur 3 dan 6 bulan

didapatkan hasil berupa data kuantitatif dan semikuantitatif dengan parameter pH,

berat jenis, protein, leukosit, darah, glukosa, nitrit, keton, bilirubin dan

urobilinogen seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai pH, berat jenis, protein dan leukosit urin anjing kampung umur 3

dan 6 bulan

Umur

(bulan) pH Berat jenis Protein (mg/dL)

Leukosit

(Leu/μL)

3 5.29±0.26 1.016±0.004 14.17±6.77 108.96±4.58

6 5.29±0.34 1.020±0.006 26.04±12.61 74.38±12.95

3 dan 6 5.29±0.29 1.018±0.005 19.17±11.32 91.67±20.56

Normal* 4.5 - 8.5 1.015 -1.045 50 15

Keterangan: * Bush (1991)

Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH urin anjing kampung umur 3 dan 6 bulan menggunakan reagent

strip didapatkan hasil berupa data kuantitatif yaitu suatu nilai yang dapat diukur secara pasti seperti dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil yang diperoleh yaitu nilai pH urin yang tidak berbeda nyata (P>0.05)

antara umur 3 bulan dan 6 bulan. Nilai pH urin yang didapat adalah 5.29±0.26

pada usia 3 bulan dan 6 bulan adalah 5.29±0.34. Nilai normal pH urin anjing

secara umum menurut Bush (1991) berkisar antara 4.5-8.5, bila dilihat dari hasil

penelitian berarti pH urin anjing kampung umur 3 dan 6 bulan berada dalam

kisaran nilai normal.

Menurut Guyton & Hall (1997) pengaturan asam basa oleh ginjal

merupakan salah satu mekanisme penting yang digunakan oleh tubuh untuk

(48)

dengan pengeluaran urin asam atau basa. pH urin yang dihasilkan tergantung

pada status asam basa cairan ekstraseluler. Pengaturan ginjal terhadap

keseimbangan pH cairan ekstraseluler melalui mekanisme sekresi ion-ion

hidrogen, reabsorbsi ion-ion bikarbonat dan produksi ion-ion bikarbonat baru.

Faktor yang mempengaruhi sekresi asam oleh ginjal adalah perubahan tekanan

CO2 intraseluler, kadar K+, kadar anhidrase karbonat dan beberapa hormon seperti

aldosteron, steroid adrenokorteks, dan angiotensin II (Ganong 2003).

Nilai pH urin asam akan didapat pada saat terjadi respiratori asidosis.

Keadaan ini terjadi pada saat penurunan ventilasi paru-paru. Biasanya pada

penyakit pneumonia, oedema pulmonar, penyumbatan pada aliran udara dan

kegagalan jantung yang menyebabkan hipoksemia. Kondisi lain yang

menyebabkan pH urin menjadi asam adalah muntah hebat yang diikuti oleh

dehidrasi dan asidosis laktat, yang menyebabkan kehilangan alkalin dan

meningkatnya reabsobsi hidrogen dan klorida. Selain itu kondisi ketoasidosis

yang sering terjadi pada penderita diabetes militus dan kekurusan (starvation)

menyebabkan metabolik asidosis, diare hebat yang menyebabkan hilangnya ion

bikarbonat, azotemia yang menyebabkan kondisis asidosis kronis atau akibat

kegagalan ginjal akut menyebabkan asam organik dari protein akan terpecah,

peningkatan katabolisme protein akibat diet yang tinggi protein dan peningkatan

pasokan makanan yang tinggi asam turut menyebabkan pH urin menjadi asam.

Kemudian penggunaan obat-obatan yang bersifat asam seperti fosfat, methionin,

ammonium klorida dan natrium klorida juga menyebabkan pH urin menjadi asam

(Bush 1991).

Nilai pH basa disebabkan oleh kondisi respiratori alkalosis yang

menyebabkan terjadinya peningkatan ventilasi paru-paru pada gangguan respirasi

sehingga terjadi pengeluaran karbon dioksida yang berlebihan. Muntah yang

menyebabkan kehilangan ion hidrogen, obat-obatan yang bersifat alkali misalnya

natrium bikarbonat, natrium laktat dan kalium sitrat. Selain itu infeksi saluran

urinarius oleh bakteri penghasil urease misalnya Proteus spp atau Staphylococci

juga menyebabkan pH urin menjadi basa. Kondisi lain yang menyebabkan pH

urin meningkat adalah retensi urin akibat obstruksi saluran urinarius dan makanan

(49)

Berat Jenis

Berat jenis urin anjing kampung umur 3 dan 6 bulan menggunakan reagent

strip test dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa berat jenis urin anjing kampung umur 3 bulan lebih rendah dibandingkan dengan 6

bulan. Berat jenis urin anjing cendrung naik seiring dengan bertambahnya umur

walaupun tidak menunjukkan suatu hal yang berbeda nyata (p>0.05). Nilai Berat

jenis urin anjing umur 3 bulan adalah 1.016±0.004 dan usia 6 bulan adalah

1.020±0.006 dengan nilai rata-rata 1.018±0.005. Menurut Bush (1991) nilai berat

jenis urin anjing secara umum berkisar antara 1.015-1.045. Berdasarkan data

normal tersebut maka nilai berat jenis urin anjing kampung yang didapatkan

berada dalam kisaran normal.

Pengukuran berat jenis urin digunakan untuk mengetahui kemampuan

tubulus ginjal untuk memekatkan atau mencairkan filtrat glomerular. Faktor

hormonal yang mempengaruhi berta jenis urin adalah antidiuretik hormon (ADH),

apabila terjadi peningkatan sekresi ADH maka akan dihasilkan urin yang pekat

dan berat jenis urin akan tinggi dan sebaliknya bila sekresi ADH rendah urin yang

dihasilkan encer sehingga berat jenis urin akan rendah (Guyton & Hall 1997).

Asupan cairan ke dalam tubuh juga mempengaruhi berat jenis urin baik dari

minum ataupun makanan. Sedangkan faktor eksternal yang turut mempengaruhi

berat jenis urin adalah suhu lingkungan, dimana berat jenis urin akan meningkat

dengan meningkatnya temperatur (Todd & Sanford 1974).

Berat jenis urin berhubungan dengan empat kondisi umum. Pertama,

kondisi dimana terjadi peningkatan kehilangan air melalui urin tanpa terjadi

peningkatan pemekatan urin sehingga berat jenis urin menjadi rendah. Misalnya

pada penyakit-penyakit yang mempengaruhi hypothalamic-hypophysial dan

diabetes insipidus. Pada kondisi ini berat jenis urin berada dibawah 1.015 bahkan

mencapai 1.007. Kedua, terjadi peningkatan kehilangan air melalui urin dan

pemekatan urin oleh ginjal juga meningkat sehingga berat jenis urin normal.

Ketiga, penurunan kehilangan air melalui urin tanpa sejalan dengan penurunan

pemekatan urin oleh ginjal yang menyebabkan tingginya berat jenis urin, hal ini

diakibatkan oleh kondisi dehidrasi, pendarahan, penurunan kardiak output pada

(50)

meningkatnya kemampuan untuk memekatkan filtrat glomerular. Terjadi pada

gagal ginjal akut dan kronis akibat penurunan fungsi nefron sehingga berat jenis

urin yang dihasilkan bermacam-macam yang berkisar antara 1.007-1.029 (Bush

1991).

Protein

Protein yang ditemukan dalam urin anjing kampung umur 3 dan 6 bulan

menggunakan reagent strip test adalah 14.17±6.77 dan 26.04±12.61 dapat dilihat

pada Tabel 4. Nilai ini merupakan nilai semikuantitatif yang berada antara +

sampai ++. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai protein dalam urin anjing

kampung umur 3 dan 6 bulan menunjukkan hasil yang berbeda dimana pada umur

3 bulan lebih rendah dibandingkan umur 6 bulan atau dengan kata lain bahwa nilai

protein dalam urin anjing meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Nilai

tersebut berada dibawah kisaran normal 50mg/dL (Bush 1991). Hal ini bisa

terjadi karena pada usia pertumbuhan organ-organ tubuh belum sempurna

berkembang sehingga beberapa proses dalam tubuh masih belum stabil (Todd &

Sanford 1974). Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan nilai protein

dalam urin umur 6 bulan mendekati nilai normalnya. Selain itu, menurut Henry

(2001) pemeriksaan urin menggunakan reagent strip hanya sensitif terhadap

albumin dalam urin sedangkan protein-protein lainnya tidak dapat terdeteksi

sehingga pengujian terhadap nilai protein akan didapatkan hasil yang lebih rendah

dibandingkan dengan metode lain, misalnya presipitasi asam yang dapat

mendeteksi semua jenis protein dalam urin.

Keberadaan protein yang tinggi dalam urin pada kondisi abnormal dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah gangguan pada ginjal baik

yang ringan, sedang, sampai parah, gagal ginjal kronis dan gangguan primer

glomerular. Faktor diluar ginjal yang mempengaruhi peningkatan protein urin

adalah peradangan pada saluran genital, haematuria, haemoglobinaemia,

Gambar

Tabel 1  Parameter biologis anjing (Smith & Mangkoewidjojo 1988; Bower &
Tabel  2  Nilai normal parameter hematologis anjing
Gambar 1  Potongan melintang ginjal (Anonim 2006)
Gambar 2  Mikroskopik anatomi nefron (Colville & Joanna 2002)
+6

Referensi

Dokumen terkait

asiaticatidak menunjukkan perbedaan antara awal dan akhir perlakuan sedangkan pada kelompok Plasebo tampak perbedaan bermakna.Kesimpulan dari penelitian ini adalah

Hasil simulasi data acak dari distribusi Normal, Cauchy, dan Chi-Square dengan ukuran sampel

Makalah: Menyemai Karakter Bangsa Melalui Budaya Masyarakat Jawa Dalam Novel Centhini 3: Malam Ketika Hujan karya Gangsar R. Eva

Angka kumulatif survivor (hidup) diperoleh dari menjumlahkan hewan uji yang tetap hidup pada dosis terkecil yang tidak menyebabkan kematian (100% hewan uji tetap hidup) dengan jumlah

Penggunaan media kartu bilangan juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV di MIN Pemurus Dalam Banjarmasin.. Hal ini

Dalam klasifikasi rentang orang, dilakukan proses menyeleksi kondisi untuk menangani kasus dimana saat orang sedang berjalan, maka lebar dari blob pun akan

Apabila penyakit yang diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin dokter dimaksud, maka diberi penjelasan kepada pasien atau keluarga, dan bila pasien atau keluarga

Pengetahuan pegawai dan petugas kesehatan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru tentang pengelolaan limbah cair tinggi, tapi pada pengaturan kondisi proses dan operasi