• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani tanaman

Sistematika tanaman padi menurut Purwono dan Purnamawati (2007) adalah Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Class Monocotyledoneae, Ordo Graminales, Famili Graminaceae Genus Oryza, Spesies : Oryza sativa L.

Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10 – 20 cm. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi juga dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang kondisinya aerob (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama saat stadia pengisian gabah. Penyebaran akar yang lebih luas di

dalam tanah akan menurunkan tahanan akar dalam menyerap air tanah (Suardi, 2002).

Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnya dipisah oleh suatu buku. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan

sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80-120 cm (Departemen Pertanian, 1977).

Daun terdiri dari helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai duan dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas bisaanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar. Banyak daun dan besar sudut yang dibentuk antara daun bendera dengan malai, tergantung kepada varietas-varietas padi yang ditanam. Besar sudut yang dibentuk dapat kurang dari 90° atau lebih dari 90° (Nurcahyani, 2010).

Pertambahan jumlah anakan akan menjadi faktor utama meningkatkan total luas daun dan dengan demikian juga akan meningkatka indeks luas daun. Luas daun yang berkorelasi dengan jumlah anakan dan total luas daun sejalan dengan peningkatan perubahan kedua komponen tersebut juga mengalami (Zulhendi, 2006).

Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, 6 buah benang sari, serta dua tangkai putik. Bakal buah mengandung air (cairan) untuk kebutuhan lodicula, warnanya keunguan / ungu tua. Benang sari terdiri dari tangkai sari, kepala sari, dan kandung serbuk. Tangkai sari padi tipis dan pendek, sedangkan pada kepala sari terletak kandung serbuk yang berisi tepung sari

(pollen). Lodicula merupakan daun mahkota yang telah berubah bentuk. Fungsi kelenjar lodicula ialah mengatur pembukaan bunga. Kandung serbuk yang berisi

tepung sari dapat terbuka, dan ini terjadi satu hari setelah keluar bulir

(AAK, 1990).

Suatu malai terdiri dari sekumpulan bunga – bunga padi (spikelet) yang timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari malai, sedang butir – butirnya terdapat pada cabang – cabang pertama maupun cabang – cabang kedua. Pada waktu berbunga, malai berdiri tegak kemudian terkulai bila butir telah berisi dan matang menjadi buah. Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai bulir diujung malai. Panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan kelilng. Panjang malai dapat pendek (20 cm), sedang (20 – 30 cm) dan panjang (lebih 30 cm). Panjang malai suatu varietas demikian pula banyaknya cabang tiap malai dan jumlah bulir tiap – tiap cabang, tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok

tanam. Banyak cabang tiap – tiap malai berkisar 7 – 30 buah (Departemen Pertanian, 1977).

Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam

endosperm. Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin akan

mempengaruhi mutu dan rasa nasi (pulen, pera, atau ketan) (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian – bagian sebagai berikut :

- Embrio (lembaga) : terletak pada bagian lemma. Pada lembaga ini terdapat daun lembaga (calon batang dan calon daun) serta akar lembaga (calon akar).

- Endosperm : merupakan bagian dari buah / biji padi yang besar.

Endosperm ini terdiri dari zat tepung, sedang selaput protein melingkupi zat tepung tersebut. Endosperm mengandung zat gula, lemak, serta dan bahan atau zat – zat anorganik, disampinh itu juga mengandung protein. - Bekatul : Bagian buah padi yang berwarna coklat.

Jadi sebenarnya gabah / buah padi ini adalah buah padi yang diselubungi oleh sekam / kulit gabah. Gabah / buah padi ini juga dapat rusak karena gangguan hama yang memakan buah padi. Gangguan tanaman padi yang penyebarannya sangat cepat ialah hama padi, karena dalam waktu yang sangat singkat populasi hama berkembang dengan cepat (AAK, 1990).

Ada empat fase dalam pertumbuhan padi sejak dari bibit hingga panen, yaitu fase – fase : vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduksi dan pemasakan.

- Fase pertama : vegetatif cepat. Mulai dari pertumbuhan bibit sampai

jumlah anakan maksimum. Selama fase ini jumlah anakan, tinggi tanaman dan berat jerami terus bertambah. Jumlah anakan bertambah dengan cepat. Tinggi tanaman maksimum dapat digolongkan : sangat rendah (kurang dari 70 cm), rendah (71 – 100 cm), sedang (101 – 130 cm), tinggi (131 – 160 cm) dan sangat tinggi (lebih dari 160 cm). Jumlah anakan maksimum biasanya dicapai pada minggu ke enam atau ke tujuh setelah tanam. Jumlah anakan maksimum perbatang dapat digolongkan : sangat rendah

(kurang dari 5 batang), rendah (5-8 batang), sedang (9 – 12 batang), tinggi (13 -16batang) dan sangat tinggi (lebih dari 16 batang).

- Fase kedua : vegetatif lambat. Mulai dari saat jumlah anakan maksimum

sampai keluarnya primordia (bakal malai) disebut fase vegetatif lambat. Primordia keluar biasanya pada umur 50 hari setelah tanam dan hal ini penting untuk memulai pemupukan Nitrogen yang kedua atau ketiga. Pada fase ini beberapa anak akan mati dengan demikian jumlah anakan menjadi berkurang. Tinggi tanaman dan berat jerami terus bertambah, tetapi tidak pada secepat fase vegetatif aktif.

- Fase ketiga : Reproduksi. Mulai dari fase keluarnya primordia sampai

malai berbunga. Tinggi dan berat jerami bertambah cepat.

- Fase keempat : Pemasakan. Mulai keluarnya bunga sampai panen. Berat

malai bertambah dengan cepat, sedang berat jerami menurun. (Departemen Pertanian, 1977).

Syarat tumbuh Iklim

Tanaman Padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23°C ke atas,

sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Curah hujan yang baik rata – rata 200 mm/bulan atau sekitar 1500 – 2000 mm/tahun. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi adalah 0 – 1500 meter. Padi membutuhkan sinar matahari dan angin yang dapat membantu proses fotosintesis dan penyerbukan (AAK, 1990).

Temperatur udara dapat mempengaruhi kehampaan suatu varietas padi. Beberapa varietas padi unggul yang ditanam di daerah yang ketinggian lebih dari

500 m di atas permukaan laut, menunjukkan nilai kehampaan yang lebih besar. Angin dapat mengakibatkan kerebahan. Faktor iklim dapat menyebabkan perbedaan potensial dan produksi tanaman padi yang ditanam pada musim hujan dan yang ditanam pada musim kemarau. Secara teoritis, potensi produksi padi musim kemarau pada umumnya lebih tinggi daripada musim hujan, karena radiasi maksimum pada fase reproduksi banyak diperoleh tanaman padi pada musim kemarau (Departemen Pertanian, 1977).

Pada tanaman padi, cahaya matahari juga sangat diperlukan. Cahaya sebagai salah satu faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses fotosintesis. Hal ini terlihat apabila suatu tanaman kecil yang tidak mengalami penyinaran (tidak mendapat cahaya) maka tanaman tersebut tampak menjadi pucat. Faktor lain yang berpengaruh terhadap terbentuknya klorofil yaitu mineral – mineral (misalnya Fe, Mn, K, Zn, Copper, Mg, N). Apabila tumbuhan mengalami kekurangan unsur – unsur tersebut, makan akan terjadi gejala klorosis (Abidin, 1984).

Tanah

Tanaman padi pada hakekatnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tergantung dari jenis padi itu sendiri. Misalya padi gogo dari jenis kering akan lebih baik tumbuhnya di tanah kering dengan sedikit air, sedangkan padi sawah dapat tumbuh dan berhasil dengan baik jika ditanam disawah. Jika kedua jenis padi diatas ditanam pada lahan yang sebaliknya, padi akan tetap tumbuh tetapi hasilnya tidak seperti yang diinginkan. Kesuburan tanah merupakan syarat mutlak yang dibutuhkan tanaman padi. Tingkat kesuburan tanah cenderung bersifat

sementara. Artinya pada suatu ketika kesuburan tanah dapat menurun bahkan hilang (Yandianto, 2003).

Di Pulau Jawa, menurut penelitian, padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 – 22 cm, terutama tanah muda dengan pH antara 4 – 7. Sedangkan lapisan olah tanah sawah, menurut IRRI adalah dengan kedalaman 18 cm. Tanah sawah yang mempunyai persentase fraksi pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah meloloskan air. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang memerlukan tanah subur, dengan kandungan ketiga fraksi dalam perbandingan tertentu (AAK, 1990).

Padi tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus menerus maka tanah sawah harus

memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung (Suparyono dan Setyono, 1997).

Mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Nitrogen bebas merupakan komponen terbesar udara. Unsur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan pengambilan khususnya melalui akar. Pembentukan nitrat dari nitrogen ini dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus bakteri secara sinergetik. Azotobacter yang diinokulasi dari tanah atau biji dengan Azotobacter efektif meningkatkan hasil tanaman budidaya pada tanah yang dipupuk dengan kandungan bahan organik yang cukup. Azotobacter juga diketahui mampu

mensintesis substansi yang secara biologis aktif seperti vitamin-vitamin B, asam indol asetat, dan giberelin dalam kultur murni. Organisme ini memiliki sifat dapat menghambat pertumbuhan jamur (fungistatik) bahkan jamur tertentu yang sangat patogen seperti Alternaria dan Fusarium. Sifat Azotobacter ini dapat menjelaskan pengaruh menguntungkan yang dapat diamati pada bakteri ini dalam meningkatkan tingkat perkecambahan biji, pertumbuhan tanaman, tegakan tanaman, dan pertumbuhan vegetatif (Iqbal, 2010).

Fungsi lain dari mikroorganisme adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat yang dikeluarkan oleh mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dan nutrisi ke seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produksi tanaman karena penyaluran air dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancar (Parnata, 2010).

Peranan unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau bahan dasar protein dan pembentukan klorofil, karena itu unsur N mempunyai fungsi :

1. Membuat bagian – bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak

mengandung butir – butir hijau dan yang penting dalam proses fotosintesa.

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah

tinggi tanaman dan merangsang jumlah anakan.

3. Menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas

4. Menambah kadar protein beras.

5. Menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad- jasad renik) yang

bekerja menghancurkan bahan – bahan organik didalam tanah. (Departemen Pertanian, 1977).

Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan – bahan organik berupa sisa – sisa tanaman, fosil manusia dan hewan, kotoran hewan, dan batu – batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran hewan selama ratusan tahun. Pupuk organik juga dapat berasal dari limbah industri, seperti limbah rumah potong hewan, limbah industri minyak atsiri, ataupun air limbah industri yang telah diolah, sehingga tidak lagi mengandung bahan beracun (Agromedia, 2007).

Penggunaan pupuk organik, terutama di lahan – lahan pertanian, dapat memberikan banyak keuntungan. Salah satunya adalah dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah lebih berkaitan dengan unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Pada kondisi tertentu seperti pH tanah terlalu asam atau basa beberapa unsur hara tidak dapat diserap akar tanaman, karena terikat oleh unsur lain. Selain itu, ada jenis unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang mudah hilang akibat penguapan atau terbawa perkolasi. Dengan adanya pupuk organik unsur hara ini akan diikat oleh bahan organik sehingga tidak mudah tercuci dan dapat tersedia bagi tanaman. Pemberian pupuk organik juga dapat membantu memperbaiki keasaman tanah. Aplikasi kapur atau pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah. Pada tanah yang bersifat basa, pemberian pupuk sulfat dan pupuk organik akan menurunkan pH tanah. Keuntungan lain yaitu

harga pupuk organik di pasaran biasanya lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk anorganik. Karena itu, penggunaan pupuk organik dapat menekan biaya

yang dikeluarkan oleh petani, tetapi mampu meningkatkan hasil panennya (Parnata, 2010).

Keunggulan lainnya dari pupuk organik adalah

1. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur sehingga

pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik.

2. Meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman memadai.

3. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah karena bahan organik

menjadi makanan utama bagi organisme (cacing, semut, dan mikroorganisme) di dalam tanah yang dapat membantu menjaga kegemburan tanah.

4. Mengurangi tersekatnya fosfat dan meningkatkan ketersediaan unsur – unsur hara bermanfaat. Bahan organik mengandung asam humus yang membebaskan unsur – unsur yang tersekat, sehingga mudah diserap tanaman.

(Agromedia, 2007).

Pupuk organik yang telah umum dikenal masyarakat yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau,dan pupuk Guano alias kotoran burung. Pupuk – pupuk tersebut dapat dianggap sebagai pupuk organik alami. Selain pupuk – pupuk tersebut, kini banyak beredar pupuk – pupuk organik produksi pabrik di pasaran. Bahan dasar pembuatannya tetap berupa bahan organik, tetapi telah diproses secara modern untuk memenuhi tuntutan konsumen. Pupuk organik

dijual dipasaran cukup mudah didapat, mudah pendistribusian dan pengaplikasiannya serta tidak diragukan kualitasnya (Agromedia, 2007).

Tanaman memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan, terutama pada fase vegetatif-pertumbuhan daun, batang, dan cabang, Nitrogen juga berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri atas nitrogen (Parnata, 2010).

Tanaman mengambil nitrogen dari tanah terus – menerus dan kebutuhan terhadap nitrogen biasanya meningkat sejalan dengan meningkatkan ukuran tanaman. Ketersediaan nitrogen yang cukup dapat membuat tanaman berkembang pesat dan menghasilkan produksi yang tinggi dan daun – daun yang hijau. Tanaman yang kekurangan nitrogen umumnya kecil dan tumbuh lambat karena kekurangan nitrogen yang diperlukan untuk memproduksi bahan struktural dan genetik yang memadai (Eckert, 2010).

Pupuk anorganik mengandung beberapa keutamaan seperti kadar unsur hara tinggi, daya higroskopisitasnya atau kemampuan menyerap dan melepaskan airnya tinggi serta mudah larut dalam air sehingga gampang diserap tanaman. Dengan sifat tersebut pupuk anorganik memiliki beberapa keistimewaan diantaranya sedikit pemakaiannya, praktis dan hemat dalam pengangkutan, komposisi unsur hara pasti, efek kerjanya cepat sehingga pengaruhnya pada tanaman dapat dilihat. Dibalik keunggulannya pupuk ini juga mengalami kekurangan. Pasalnya tidak semua pupuk anorganik mengandung unsur hara lengkap, sehingga perlu ditambah pupuk pelengkap mikro. Pemakaian secara

berlebihan dan terus menerus dapat merusak tanah karena tanah cepat mengeras, tidak gembur dan cepat menjadi masam (Agromedia, 2007).

Pupuk kimia juga dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah dan air. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pupuk kimia dalam jumlah yang sama dari tahun ke tahun tidak meningkatkan produktivitas. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dengan dosis yang meningkat setiap tahunnya justru dapat menyebabkan tanah menjadi keras dan keseimbangan unsur hara

tanah terganggu. Tentunya, keadaan ini akan sangat merugikan petani

(Parnata, 2010).

Hasil analisis statistik pada penelitian “Kajian Penggunaan Bahan Organik pada padi sawah” terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa rataan tertinggi terdapat pada perlakuan B (250 kg Urea + 150 kg/ha SP – 36 + 100 kg/ha KCl + 100 kg/ha Bahan Organik) dan hasil rataan produksi gabah kering tertinggi terdapat pada perlakuan E (250 kg Urea + 50 kg/ha SP – 36 + 50 kg/ha KCl + 2000 kg/ha Bahan Organik). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perlakuan dengan rataan tinggi tanaman tertinggi belum tentu menghasilkan produksi yang tertinggi juga. Dengan berbagai kelebihan dan manfaat pemberian bahan organik pada tanah, maka peningkatan komponen hasil dan hasil padi sawah pada berbagai perlakuan pemberian bahan organik ini, diduga karena pengaruh positif pemberian bahan organik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang selanjutnya berakibat pada perbaikan pertumbuhan dan hasil tanaman (Pramono, 2004).

Bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan binatang yang secara terus menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh proses

fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tersebut terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi mikro organisme tanah. Bahan organik secara fisik mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan daya pegang air. Apabila tidak ada masukan bahan organik ke dalam tanah akan terjadi masalah pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organik yang masih terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan total C tanah semakin berkurang. Pupuk memiliki kandungan nitrogen di dalamnya. Unsur nitrogen yang ada dalam pupuk ini mudah larut. Pemberian nitrogen berlebih di samping menurunkan efisiensi pupuk, juga dapat memberikan dampak negatif di antaranya meningkatkan gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu , perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah tersebut, sehingga pengolahan sumber daya secara efektif, efisien dan aman lingkungan dapat diberlakukan (Sakina, 2010).

Unsur hara harus tercukupi dan seimbang. Akibat kekurangan satu unsur hara saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, meskipun jumlah unsur hara yang lain banyak. Unsur hara yang kurang ini akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Sebaliknya unsur hara yang diberikan berlebih juga akan mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman (Parnata, 2010).

Beberapa pupuk organik buatan pabrik adalah Pupuk Organik Granular (POG) dan Pupuk Organik Bali Super Organik (BSO).

Pupuk Organik Granular ( POG )

Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Granul adalah bentuk pupuk organik berupa butiran seperti kacang hijau sampai ukuran bentuk kacang kedelai, dengan ukuran 2 mm sampai 4 mm (Isroi, 2009).

Pupuk Organik Granul (POG) mengandung unsur hara makro dan mikro diperkaya dengan mikroorganisme menguntungkan yang dapat menekan bakteri yang merugikan/penyakit, mempercepat proses penyuburan tanah, memperbaiki tingkat pertukaran kation dalam tanah, sehingga memudahkan unsur-unsur hara terserap oleh akar tanaman. Kandungan POG adalah sebagai berikut C/N RATIO 19, P2O5 3,56 %, K2O 1,04 %, Fe 3985 ppm, Mn 960 ppm, Cu 95 ppm,dan Zn 385 ppm. Manfaat pupuk organik granul adalah dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, sehingga memudahkan akar tanaman menembus dalam tanah, membantu penyediaan hara bagi tanaman secara teratur dan seimbang, dapat menghemat penggunaan pupuk kimia hingga 50 % (sanghyangseri, 2010).

Pupuk Bali Super Organik ( BSO )

Pupuk Bali Super Organik adalah pupuk organik yang memiliki kandungan C organik 18,09 %, N-Total 1,15%, C/N Rasio 15,73%, P2O5 0,35%,

K2O 0,76%, Fe 0,13 ppm, B 706,29 ppm, Mo 2,85 ppm dan Zn 26,98 ppm. Pupuk

ini berupa butiran berwarna biru, diproduksi oleh PT.Tiga Mestika Raya dan berasal dari Amerika Serikat. Pupuk ini merupakan produk terbaru dan

diharapkan dapat meningkatkan produksi padi karena kandungan yang terdapat didalamnya.

Dokumen terkait