TINJAUAN PUSTAKA
A.
A. Landasan TeoriLandasan Teori
1.
1. Diabetes MellitusDiabetes Mellitus a.
a. Definisi Diabetes MellitusDefinisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagai
dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagai thethe
great
great imitator imitator , karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011).
dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011).
DM disebabkan oleh kelainan sekresi insulin atau kerja insulin. DM disebabkan oleh kelainan sekresi insulin atau kerja insulin. Insulin adalah hormon atau cairan kimia yang mengatur dan Insulin adalah hormon atau cairan kimia yang mengatur dan mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, sebuah kelenjar buntu yang kecil terdapat tepat di bawah lambung. Di sebuah kelenjar buntu yang kecil terdapat tepat di bawah lambung. Di dalam pank
dalam pank reas itu, terdapat “selreas itu, terdapat “sel--sel beta” yang khas disebut pulausel beta” yang khas disebut pulau-pulau-pulau
Langerhans mengeluarkan insulin langsung ke aliran darah
Langerhans mengeluarkan insulin langsung ke aliran darah
mengendalikan jumlah glukosa di dalam darah (Johnson, 1998). mengendalikan jumlah glukosa di dalam darah (Johnson, 1998).
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amin), namun pada penderita DM proses ini glukosa baru dari asam-asam amin), namun pada penderita DM proses ini akan menimbulkan hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa darah akan menimbulkan hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM penyaring dan diagnosis DM
(dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta : (dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2009)
Balai Penerbit FK UI, 2009)
Adanya kadar glukosa yang meningkat secara abnormal Adanya kadar glukosa yang meningkat secara abnormal merupakan kriteria yang menjadi penegakan diagnosis DM. Uji merupakan kriteria yang menjadi penegakan diagnosis DM. Uji diagnostik DM dilakukan pada individu yang menunjukkan gejala atau diagnostik DM dilakukan pada individu yang menunjukkan gejala atau tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang tidak bergejala yang mempunyai risiko DM mengidentifikasi pasien yang tidak bergejala yang mempunyai risiko DM (Smeltzer & Bare, 2002).
(Smeltzer & Bare, 2002).
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus
No.
No. Kriteria DiagKriteria Diagnosis nosis KeteranganKeterangan 1.
1. Gejala Gejala klasik klasik DM DM dandan glukosaplasma
glukosaplasma sewaktu ≥ 200 mg/dl sewaktu ≥ 200 mg/dl
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
pemeriksaan sesaat sesaat pada pada suatu suatu hari hari tanpatanpa memperhatik
memperhatikan waktu an waktu makan terakhir.makan terakhir. 2.
2. Gejala Gejala klasik klasik DM DM dandan glukosa plasma puasa ≥ glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl
126 mg/dl
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
tambahan sedikitnya 8 jam
3.
3. Glukosa Glukosa plasma plasma 2 2 jamjam pada
pada TTGO TTGO ≥ ≥ 200200 mg/dl
mg/dl
TTGO dilakukan dengan standar WHO, TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
dilarutkan ke dalam air
(dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta : (dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2009).
Balai Penerbit FK UI, 2009).
Jenis
Jenis Pengukuran Pengukuran Jenis Jenis Sampel Sampel Darah Darah BukanBukan DM DM Belum Belum Pasti DM Pasti DM DM DM
Kadar glukosa darah Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) sewaktu (mg/dl) Plasma vena Plasma vena Darah kapiler Darah kapiler < 110 < 110 < 90 < 90 110-199 110-199 90-199 90-199 ≥ 200 ≥ 200 ≥ 200 ≥ 200
Kadar glukosa darah Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) puasa (mg/dl) Plasma vena Plasma vena Darah kapiler Darah kapiler < 110 < 110 < 90 < 90 110-125 110-125 90-105 90-105 ≥ 126 ≥ 126 ≥ 110 ≥ 110
Tanda dan gejala pada penyakit DM menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011 adalah sebagai berikut:
1) Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipotonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran Anti Diuretic Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa
haus.
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar)
4) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
5) Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul
Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
6) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati 7) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan
protein
protein banyak banyak diformulasikan diformulasikan untuk untuk kebutuhan kebutuhan energi energi sel sel sehinggasehingga bahan
bahan yang yang dipergunakan dipergunakan untuk untuk penggantian penggantian jaringan jaringan yang yang rusakrusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
penderita DM. 8)
8) Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensiPada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
Penderita DM mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat Penderita DM mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testoteron dan sistem yang berperan.
kerusakan testoteron dan sistem yang berperan. 9)
9) Mata kaburMata kabur
Disebabkan oleh katarak atau gangguan refraksi perubahan pada lensa Disebabkan oleh katarak atau gangguan refraksi perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan pada korpus vitreum. oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan pada korpus vitreum. b.
b. Klasifikasi DMKlasifikasi DM
Menurut Smeltzer & Bare (2002), diabetes mellitus ini terdapat Menurut Smeltzer & Bare (2002), diabetes mellitus ini terdapat beberapa klasifikasinya yakni sebagai berikut:
beberapa klasifikasinya yakni sebagai berikut: 1)
1) DM tergantung insulin (DM tipe 1). Diabetes mellitus ini dikenalDM tergantung insulin (DM tipe 1). Diabetes mellitus ini dikenal sebagai tipe
sebagai tipe juvenileonist juvenileonist dan tipe dependen insulin yang dapat terjadi dan tipe dependen insulin yang dapat terjadi disembarang usia. DM tipe ini terjadi akibat tubuh tidak mampu disembarang usia. DM tipe ini terjadi akibat tubuh tidak mampu memproduksi insulin sama sekali. Hal tersebut dikarenakan adanya memproduksi insulin sama sekali. Hal tersebut dikarenakan adanya disfungsi proses autoimun dengan kerusakan sel-sel beta. Kemudian disfungsi proses autoimun dengan kerusakan sel-sel beta. Kemudian penyebab
penyebab lainnya lainnya yaitu yaitu idiopatik, idiopatik, tidak tidak ada ada bukti bukti adanya adanya autoimunautoimun dan tidak diketahui sumbernya.
dan tidak diketahui sumbernya. 2)
2) DM tak tergantung insulin (DM tipe 2). Dikenal sebagai tipe nonDM tak tergantung insulin (DM tipe 2). Dikenal sebagai tipe non dependen insulin. Dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin dependen insulin. Dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin
sebagaimana mestinya. Pada diabetes ini terdapat dua masalah utama sebagaimana mestinya. Pada diabetes ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan yang berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Insulin yang dihasilkan tidak terikat oleh reseptor sekresi insulin. Insulin yang dihasilkan tidak terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel. Pada tipe ini tidak terjadi ketoasidosis khusus pada permukaan sel. Pada tipe ini tidak terjadi ketoasidosis diabetikum karena masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat diabetikum karena masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
menyertainya. 3)
3) DM kehamilan atauDM kehamilan atau Gestasional Onset Diabetes Mellitus (GODM Gestasional Onset Diabetes Mellitus (GODM ).). GODM ini terjadi pada wanita yang tidak menderita DM sebelum GODM ini terjadi pada wanita yang tidak menderita DM sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi skrining pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah kemungkinan diabetes. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada
pada wanita wanita yang yang menderita menderita diabetes diabetes gestasional gestasional akan akan kembalikembali normal. Walaupun begitu, banyak wanita yang mengalami diabetes normal. Walaupun begitu, banyak wanita yang mengalami diabetes gestasional ternyata kemudian hari menderita diabetes tipe 2. Oleh gestasional ternyata kemudian hari menderita diabetes tipe 2. Oleh karena itu, semua wanita yang menderita diabetes gestasional harus karena itu, semua wanita yang menderita diabetes gestasional harus mendapatkan konseling guna mempertahankan berat badan idealnya mendapatkan konseling guna mempertahankan berat badan idealnya dan melakukan latihan secara teratur sebagai upaya untuk dan melakukan latihan secara teratur sebagai upaya untuk menghindari awitan diabetes tipe 2.
menghindari awitan diabetes tipe 2. 4)
4) DM tipe lain dapat disebabkan oleh sindrom atau kelainan lain,DM tipe lain dapat disebabkan oleh sindrom atau kelainan lain, infeksi, obat atau zat kimia, pankreatektomi, insufisiensi pankreas infeksi, obat atau zat kimia, pankreatektomi, insufisiensi pankreas akibat pankreatitis, dan gangguan endokrin.
c.
c. Faktor risiko terjadinya DMFaktor risiko terjadinya DM 1)
1) UsiaUsia
Penelitian antara umur terhadap kejadian DM menunjukan adanya Penelitian antara umur terhadap kejadian DM menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Kelompok umur dibawah 40 tahun hubungan yang signifikan. Kelompok umur dibawah 40 tahun merupakan kelompok yang kurang berisiko menderita DM tipe 2. merupakan kelompok yang kurang berisiko menderita DM tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72,0% lebih rendah dibandingkan Risiko pada kelompok ini 72,0% lebih rendah dibandingkan kelompok umur ≥40 tahun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kelompok umur ≥40 tahun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan intoleransi glukosa. Selain itu pada individu usia lebih tua terdapat intoleransi glukosa. Selain itu pada individu usia lebih tua terdapat penurunan
penurunan aktivitas mitokondria aktivitas mitokondria di sel-sel di sel-sel otot sebesar otot sebesar 35,0%. Hal 35,0%. Hal iniini berhubungan
berhubungan dengan dengan peningkatan peningkatan kadar kadar lemak lemak di di otot otot sebesar 30,0sebesar 30,0%,%, dan memicu terjadinya resistensi insulin (Potter & Perry, 2006).
dan memicu terjadinya resistensi insulin (Potter & Perry, 2006). 2)
2) Jenis kelaminJenis kelamin
Berdasarkan penelitian
Berdasarkan penelitian Santono, Lian Santono, Lian & Yudi & Yudi (2006) dalam (2006) dalam KarwajiKarwaji (2013), angka kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi dari (2013), angka kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi dari laki-laki. Wanita lebih berisiko mengalami peningkatan indeks massa laki. Wanita lebih berisiko mengalami peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Selain itu pada perempuan memiliki tingkat tubuh yang lebih besar. Selain itu pada perempuan memiliki tingkat kecemasan atau stress yang lebih tinggi dari laki-laki. Pada kondisi kecemasan atau stress yang lebih tinggi dari laki-laki. Pada kondisi stres, hormon stres yang berada dalam tubuh akan dikeluarkan yang stres, hormon stres yang berada dalam tubuh akan dikeluarkan yang kemudian dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah kemudian dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Smeltzer & Bare, 2001).
(Smeltzer & Bare, 2001). 3)
3) PendidikanPendidikan
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian DM tipe 2. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian DM tipe 2. Orang dengan pendidikan yang tinggi biasanya akan memiliki Orang dengan pendidikan yang tinggi biasanya akan memiliki
pengetahuan tentang kesehatan yang memadai. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011) mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Dalam penelitian Gautam et al (2009) dalam Yusra (2011) juga didapatkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan kejadian DM. 4) Aktifitas
Menurut Trisnawati (2012), kurangnya aktifitas fisik juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya DM tipe 2, dikarenakan aktifitas fisik yang rendah tidak dapat mengontrol gula darah dengan baik. Aktifitas fisik yang rendah dapat mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, sehingga dapat meningkatkan kadar gula dalam darah yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya DM (Kurniawan, 2010).
5) Obesitas
Menurut Wiardani (2007) menyatakan bahwa kelompok obesitas mempunya risiko DM lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang memiliki IMT normal.
d. Komplikasi kronik DM dapat menyerang semua sistem organ dalam tubuh. Kategori komplikasi kronik DM meliputi:
1) Mikrovaskuler a) Nefropati
Penyakit DM turut menyebabkan kurang lebih 25% dari pasien- pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang memerlukan dialisis atau transplantasi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Penderita DM memiliki risiko sebesar 20% hingga 40% menderita penyakit ginjal. Penderita DM tipe 1 sering memperlihatkan tanda-tanda permulaan penyakit ginjal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sementara pasien DM tipe 2 dapat terkena penyakit ginjal dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis diabetes ditegakkan. Banyak pasien DM tipe 2 ini sudah menderita diabetes selama bertahun-tahun sebelum penyakit tersebut didiagnosis dan diobati. b) Retinopati
Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Retina mata merupakan bagian yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Retinopati diabetik bukan merupakan satu-satunya komplikasi DM yang dapat mengganggu penglihatan. Katarak, hipoglikemia dan hiperglikemia, neuropati, dan glaukoma dapat mengganggu penglihatan juga.
c) Neuropati
Neuropati dapat menyerang semua tipe saraf bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena. Dua tipe neuropati yang paling
sering dijumpai yaitu polineuropati sensorik (gejalanya rasa tertusuk, kesemutan, kaki terasa baal dan rasa terbakar) dan neuropati otonom (kardiovaskuler, gastrointestinal, urinarius, kelenjar adrenal, neuropati sudomotorik, dan disfungsi seksual). 2) Makrovaskuler
a) Penyakit arteri koroner
Penyakit DM cenderung untuk mengalami komplikasi akibat infark miokard. Penyakit arteri koroner menyebabkan 50% hingga 60% dari semua kematian pada pasien DM .
b) Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan arterosklerosis dalam pembuluh darah serebral akan menimbulkan serangan iskemia dan stroke. Kesembuhan serangan stroke dapat menjadi hambatan pada pasien dengan kadar glukosa darah yang tinggi.
c) Pembuluh vaskular perifer
Tanda dan gejala penyakit ini seperti berkurangnya denyut nadi perifer dan nyeri pantat atau betis ketika berjalan (Smeltzer &
Bare, 2002).
Berbagai komplikasi dapat terjadi lebih buruk lagi jika tidak diberikan penanganan DM tersebut. Penanganan DM memiliki tujuan akhir yaitu turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
e. Penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemia oral (OHO), dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan (PERKENI, 2011).
Menurut PERKENI (2011), penatalaksanaan DM terdiri dari 4 pilar mencakup edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan terapi
farmakologis. 1) Edukasi
DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Edukasi yang dapat diberikan yaitu tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hiperglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri setelah mendapat pelatihan khusus.
2) Terapi Nutrisi Medis (TNM)
TNM merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Setiap penyandang DM sebaiknya mendapat TNM sesuai kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. 3) Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging , dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relative sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
4) Terapi farmakologis
a) Berdasarkan cara kerjanya, obat hiperglikemia oral (OHO) dibagi menjadi 5 golongan yaitu pemicu sekresi insulin (insulin
secretagogue) : sulfoniurea dan ginid, peningkat sensitivitas
terhadap insulin : metformin dan tiazolidindion, penghambat gluconeogenesis: metformin, penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa, dan DPP-IV inhibitor.
b) Terapi insulin
Pada DM tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada DM tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan OHO tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien DM tipe 2 yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer
selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.
Selain itu terdapat program dari Asuransi Kesehatan yang terbilang masih baru yang disebut Program Penanggulangan Penyakit Kronis (Prolanis) (PERKENI, 2011). Dalam program ini lebih berfokus dalam promotif dan preventif untuk pemeliharaan kesehatan. Pasien yang memenuhi kriteria akan menjalani pemeriksaan kesehatan (medical check-up) terseleksi. Semua penyakit, khusunya DM yang ditemukan pada peserta Asuransi Kesehatan akan ditata laksana. Untuk penanganan jangka panjang, peserta tersebut akan dialihkan ke dokter keluarga yang akan memberikan penyuluhan, memberikan obat yang efektif, memastikan pengobatan teratur, memberika informasi, serta melakukan pengawasan lebih lanjut.
2. Kualitas Hidup Penderita DM
Menurut WHO dalam Skevington (2004), kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai dimana ia tinggal dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya. Selain itu, menurut WHO dalam Skevington (2004) juga mendefinisikan kualitas hidup sebagai suatu kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang dan berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan dengan bidang kehidupan yang penting bagi mereka. Kualitas hidup yang baik pada penderita DM merupakan perasaan puas dan
bahagia akan hidupnya secara umum khususnya hidup dengan DM tersebut (Kurniawan, 2008).
Menurut Post, Witte, dan Schrijvers (1999), ada tiga cara yang dapat digunakan untuk mengoperasionalkan konsep dari kualitas hidup yaitu melihat kualitas hidup sebagai kesehatan, sebagai kesejahteraan, dan sebagai konstruk yang bersifat global ( superordinate construct ).
Secara umum terdapat 5 bidang (domain) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO dalam Silitonga (2007), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktifitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik ( physical health): kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktifitas seksual, tidur dan istirahat.
b. Kesehatan psikologis ( psychological health): cara berpikir, belajar memori dan konsentrasi.
c. Tingkat aktifitas (level of independence): mobilitas, aktifitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja.
d. Hubungan sosial ( sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. e. Lingkungan (environment ), keamanan, lingkungan rumah, kepuasan
kerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita DM tipe 2 yaitu sebagi berikut: