BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Dalam menunjang penelitian yang akan dilakukan, penulis mencoba membahas beberapa jurnal dan penelqqitian lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian penulis, di antaranya:
1. Maman Surahman dan Panji Adam, “Penerapan Prinsip Syariah Pada Akad Rahn di Lembaga Pegadaian Syariah”, Jurnal Law and Jastice, Vol. II, No. 2, Oktober 2017.
Penelitian ini menjelaskan bahwa pegadaian syariah harus memiliki tiga prinsip, yaitu prinsip Tauhid (keimanan), Ta’awun (tolong menolong), dan Tijarah (bisnis). Pertama prinsip tauhid atau keimanan, prinsip ini mengutamakan ketaatan kepada Allah sehingga pembiayaan bukan hanya sebatas untuk memanfatkan dan mengembangkan harta dan menyebabkan penumpukkan, tetapi berusaha agar harta yang dikembangkan dapat berputar kepada semua kalangan karena dalam Islam mengajarkan bahwa dalam harta pribadi terdapat hak orang lain. Kedua prinsip ta’awun atau tolong menolong, prinsip ini menjelaskan bahwa setiap melalui gadai diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan memperkuat ikatan. Ketiga prinsip tijarah atau bisnis, dalam melakukan bisnis pelaku usaha harus menerapkan keadilan dan bermoral.
55 Zainal Arifin dan Dahlia Husin, Norma dan Etika Ekonomi Islam,(Jakarta: Gema
29
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian ini terletak pada segi perlindungan hukum konsumen pergadaian syariah. Selan itu penulis juga akan menganalisis kesesuaian klausul baku akad murabahah dengan peraturan yang berlaku dan perlindungan hukum terhadap pelanggaran klausula baku oleh Otoritas Jasa Keuangan.
2. Hidayatulloh, “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Akad Pembiayaan di Pegadaian Syariah”, Istinbath: Jurnal Hukum Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2016.
Penelitian ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap penerapan prinsip syariah pada Pegadaian Syariah menurut perundang-undangan di Indonesia dan hukum syariah. Hidayatulloh menjelaskan bahwa setelah melakukan perjanjian maka nasabah secara sah memiliki hubungan hukum dengan Pegadaian, perjanjian tersebut menimbulkan berlakunya hak dan kewajiban. Dalam perundang-undangan di Indonesia pengawasan dan pembinaan hak konsumen dilakukan oleh OJK, dalam kasus ini Pegadaian harus menjamin beberapa hak konsumen untuk menjaga kredibilitasnya.
Pertama yaitu hak transparansi informasi produk secara benar
sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 4 huruf c UUPK. Pegadaian harus menjamin bahwa informasi produk yang diberikan kepada konsumen telah benar adanya untuk meminimalisir kerugian yang dapat dialami konsumen. Kedua hak kesetaraan dan keseimbangan dalam perjanjian, umumnya ketika melakukan perjanjian kontrak yang berlaku telah distandarisasi oleh pegadaian dengan maksud menghemat biaya, waktu dan tenaga, hal ini masih diperbolehkan selama tidak mengandung perjanjian baku yang dapat merugikan konsumen. Ketiga hak mendapatkan kompensasi dan kerugian sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 huruf h UUPK.
Hukum Islam mengatur mengenai perlindungan hak nasabah yang harus penuhi oleh pelaku usaha yang disebut dengan konsep
30
usaha harus menjamin bahwa transaksi yang dilakukan bebas dari penipuan baik mengenai kualitas dan kuantitas produk (taghrir
al-i’laanaat al-tijaariyah), harga (al-khiyanah fii al-ikhbaar ‘an al-tsaman),
waktu dan lain-lain, tujuannya adalah untuk menghindari kerugian dan kesalah pahaman antara para pihak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu penulis akan memfokuskan untuk menganalisis kontrak akad rahn atas jual beli emas pada produk MULIA dengan akad murabahah yang digunakan di Pegadaian Syariah Malabar dan perlindungan hukum terhadap konsumen jasa keuangan berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
3. Ahmad Saputra, “Implementasi Investasi Logam Mulia Pada Bisnis Gadai Syariah Mega”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
Penelitian ini menjelaskan mengenai ketentuan operasional investasi logam mulia di Bank Mega Syariah, produk ini memberikan fasilitas berupa pinjaman dana dengan menggadaikan barang berharga berupa emas batangan dan perhiasan dengan jangka waktu selama 4 bulan.
Pertama calon rahin akan melakukan fasilitas gadai dengan akad
rahn dan selanjutnya rahin menyerahkan barang gadai kepada Bank
Mega (murtahin), selanjutnya Bank mega akan menaksir barang jaminan yang dtetapkan dari harga pasar barang. Setelah barang gadai ditaksir Bank Mega dapat memberikan menentukan besarnya pembiayaan yang akan diberikan kepada rahin, selanjutnya rahin dapat membayar pembiayaan dengan mencicil setiap bulan yang meliputi biaya pokok pinjaman dan biaya jasa simpan (ijarah).
Apabila rahin tidak dapat melunasinya maka Bank Mega akan mengeksekusi barang gadai dengan dua cara, yatu lelang terbuka yang diikuti masyarakat dan lelang tertutup yang hanya diikuti pihak tertentu
31
saja dengan harga minimum lelang sebesar harga pokok dan biaya sewa (ijarah).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada objek penelitian yaitu pegadaian syariah. Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus pada analisis kontrak akad rahn di pegadaian syariah dan bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna kontrak baku berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. 4. Arif Priyo Pambudi, “Kontrak Baku Pada Polis Asuransi Syariah Dalam
Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen (Studi Pada Polis Asuransi Umum)” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).
Penelitian ini menganalisis keseuaian penggunaan klausul baku pada polis umum (Asuransi Tugu Pratama, Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General) dengan POJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan UUPK. Penelitian ini menjelaskan bahwa umumnya asuransi telah menyesuaikan kontrak dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meskipun demikian kontrak yang digunakan belum dapat dikatakan ideal berdasarkan SEOJK No.13/SEOJK.07/2014 karena masih memuat beberapa hal yang dilarang seperti mencantumkan kata yang sulit dipahami dan pengetikkan klausul yang terlau kecil sehingga sulit untuk dibaca.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan pernulis terletak pada objek penelitian yaitu peneliti akan berfokus pada analisis kontrak baku di pegadaian syariah dan perlindungan hukum nasabah.
5.
Rati Maryani Palilati, “Perlindungan Hukum Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan” Jurnal IUS: Kajian Hukum dan Keadilan, Vol. IV, No. 3, Desember 2016.Penelitian ini menjelaskan bahwa penanganan perlindungan konsumen yang dilakukan oleh OJK merupakan salah satu tujuan
32
didirikannya OJK sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang OJK, selanjutnya untuk memberikan kepastian hukum bagi konsumen maka OJK menerbitkan berbagai macam regulasi seperti:
a. POJK Nomor 1 tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
Peraturan ini menjelaskan ketika mendapatkan komplain, pelaku usaha jasa keuangan diwajibkan untuk meminta maaf dan menawarkan ganti rugi atau perbaikan produk dan/atau layanan. Apabila tidak mendapatkan kesepakatan maka kedua belah pihak bisa menyelesaikan sengketa melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang diatur dalam POJK Nomor 1 tahun 2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan. b. POJK Nomor 1 tahun 2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa di Sektor Jasa Keuangan
Peraturan ini menjelaskan bahwa penyelesaian sengketa konsumen baik jalur litigasi maupun non litigasi dapat dilakukan jika konsumen telah menyelesaikan sengketa di lembaga jasa keuangan terlebih dahulu, dlam peraturan ini lembaga alternatif penyelesaian sengketa setidaknya memiliki layanan mediasi, ajudikasi dan arbitrase yang memiliki prinsip aksesibilitas, independensi, keadilan, efektivitas dan efisiensi.
c. SEOJK Nomor 1 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Edukasi Dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan Kepada Konsumen dan/atau Masyarakat
Peraturan ini mewajibkan pelaku usaha untuk melakukan edukasi kepada konsumen dan melaporkannya kepada OJK setiap tahun
Untuk mencegah terjadinya kerugian pada konsumen jasa perbankan, OJK melakukan edukasi kepada konsumen, menyediakan fasilitas pengaduan konsumen di setiap lembaga jasa keuangan dan
33
memberikan langkah-langkah lain yang dianggap perlu. Sedangkan untuk melindungi konsmen jasa perbankan OJK dapat menunjuk perbankan yang bersangkutan untuk menangani pengaduan yang dilakukan oleh konsumen, selanjutnya konsumen dapat mengajukan gugatan jika ingin mendapatkan kembali hartanya mapun mendapatkan ganti rugi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada objek yang diteliti, dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan perlindungan hukum terhadap konsumen jasa pegadaian syariah, selain itu penelitian ini juga akan menganalisis isi kontrak dan menjelaskan perlindungan hukum yang timbul dari penerapan klausula eksonerasi dalam kontrak.
34