• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

KAJIAN LITERATUR

2.3 TINJAUAN KHUSUS MUSEUM ( LOBBY dan RUANG PAMER ) .1Tinjauan Ruang Museum .1Tinjauan Ruang Museum

2.3.4 Tinjauan Sirkulasi

a. Pengertian

Menurut Francis DK ching dalam bukunya Arsitektur : bentuk, ruang dan susunan jalan sirkulasi dapat diartikan sebagai tali

commit to user

yang terlihat yang menghubungkan ruang – ruang suatu bangunan

atau suatu deretan ruang – ruang dalam maupun luar bersama.

b. Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang – ruang museum)

Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer, polanya berdasarkan dari lay out bangunan, namun tidak menutup kemungkinan tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Perilaku pengunjung dapat diketahui dari apa yang akan dilakukan orang dalam ruangan tersebut.

Penggunaan tangga juga sangat diperlukan dalam sirkulasi di sebuah gedung, gunanya sebagai penghubung antar lantai. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan bagi penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula kemudahan

untuk memindahkan barang – barang.

Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan

tidak terpisah – pisah, seperti ada 2 – 3 tingkat dari ruang depan ke

lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer disebelahnya, demikian

pula untuk ruang – ruang lainnya.

Tangga utama sebaiknya dihubungkan dengan lobby dengan pertimbangan kenyamanan dan ekonomis ruang, tidak semestinya diletakkan di ruang pamer, karena akan mengganggu sirkulasi dan maupun penataan benda koleksi. Untuk penanggulangan kebakaran,

sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan pintu –

pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat.

Anak tangga sebaiknya disusun sederhana sehingga tidak mengganggu sirkulasi yang tidak penting serta dibuat senyaman

mungkin. Tangga – tangga harus mempunyai penerangan buatan

yang cukup. Elevator juga dapat dipasang pada bangunan museum, jumlahnya tergantung pada kondisi museum. Museum besar umumbya memiliki dua elevator. Elevator untuk manusia dan barang

commit to user

secara otomatis. Untuk barang, pintu elevator terbagi dua secara horizontal di tengah dan dibuka ke atas dan bawah.

Sebagai alternatif pengganti tangga dan elevator, dapat

dipergunakan jalur landai ( Ramp ) dan escalator yang banyak

dipergunakan pada bangunan modern. Untuk bangunan museum, penggunaan jalur landai maupun escalator dianggap masih baru dan

umumnya dipakai untuk membentuk ruang. Ramp atau jalur landai

tidak mahal dalam pengkontruksian maupun pengoperasionalnya, sedangkan escalator lebih mahal baik dalam hal pemasangan maupun pengoperasiannya

c. Penerapan Sistem Sirkulasi pada Bangunan

1) Sirkulasi Eksternal Bangunan

a) Sistem Pencapaian Bangunan

Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai

arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur

informatif dan memerlukan akses yang mendukung kondisi tersebut, pencapaian berputar juga sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut.

b) Pengolahan Sistem Eksternal

Karena bangunan yang direncanakan merupakan bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku kegiatan, maka

perlu dilakukannya pemisahan entrance site tiap-tiap pelaku

tersebut. Pemisahan entrance site juga dilakukan antara

sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service.

2) Sirkulasi Internal Bangunan

a) Sirkulasi Vertikal

Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga

commit to user

ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga, eskalator dan lift.

b) Sirkulasi Horizontal

(1) Sistem Memusat

Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat entrance dari

berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada diagram berikut :

(2) Sistem Jalur Tunggal

Sistem dengan menggunakan koridor sebagai

penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang pertemuan.

commit to user

d. Sirkulasi Koleksi

.

Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di dalam Museum

A,B,C,D, dan E : daerah dan tempat dimana koleksi diadakan atau asal dimana koleksi diperoleh. Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89) A B C D E Kolektor Ruang Isolasi / karantina Ruang Penerimaan Barang Ruang Produksi

Ruang Sortir Ruang

Restorasi Registrasi Bangunan Museum Gudang / Storage Ruang Pemeran Temporer Ruang Pameran Tetap Ruang Ekspedisi Pameran Keliling

commit to user

e. Sirkulasi Pengunjung Museum

Skema Arus dan sirkulasi Pengunjung di dalam Museum Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)

Mencari informasi Perorangan

Rombongan

Penjaga pintu / loket tiket

Penitipan Barang R. tunggu R. Informasi Ingin menambah pengetahuan R. tunggu / R. tamu R. Studi Koleksi Perkantoran dan Administrasi Auditorium R. pamer khusus R. pamer tetap R. pamer temporer

PENGUNJUNG MUSEUM ( tidak termasuk yang bersifat bisnis )

Gudang Ruang

Pengamanan

commit to user

f. Sirkulasi Khusus Pengunjung

Menurut D.A. Robillard sirkulasi dalam museum dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :

Gambar Tipe Sirkulasi

a. Langsung (Straight ), alur lintasan pengunjung

diarahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi yang lainnya.

b. Linier ( Linear ), sirkulasi diarahkan oleh

rancangan bangunan yang permanen,

pengunjung biasanya memakai pintu masuk keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak perduli masih pada area yang sama.

c. Terbuka ( Open ), dalam hal ini tidak

disertakan dinding display permanen didalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan

ruang pamer benar – benar menyatu. Ruang –

ruang dari jenis pola terbuka in cenderung

simetris, dan jalan – jalan masuk yang ada

tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung.

d. Memutar ( Loop ), partisi / dinding pembatas

menjadi suatu yang dominan pada pola ini.

Ruang – ruang pamer diletakkan sejajar atau

saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarahkan pengunjung untuk mengitari pusat ruang tersebut, seperti

courtyard, dan kelompok yang lainnya.

e. Membentuk cabang (Branch, Lobby Foyer),

suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang kemudian menyebar menuju arah ruang

commit to user

pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi.

f. Membentuk cabang ( Branch, Gallery

Lobby)

g. Membentuk cabang ( Branch, Linear )

Tabel 2.3

Pola sirkulasi dalam museum

(Sumber: D.A Robilard, Public Space Design in Museum : 41)

g. Hubungan Sirkulasi dan Ruang Pamer

Beberapa pola keterkaitan ruang pamer dan sirkulasi antara lain :

Gambar Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi

a. Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to

room), pengunjung mengunjungi ruang

pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutnya.

b. Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer

(coridor to room), memungkinkan

pengujung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melalui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki ke suatu ruang pamer tertentu maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.

c. Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer

(nave to room), disini pengunjung dapat

melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer, sehingga memudahkan pengunjung untuk memilih memasuki

commit to user

ruang pamer yang disukai.

d. Sirkulasi terbuka ( open ), sirkulasi

pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dipajang dapat terlihat secara langsung oleh pengunjung dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati.

e. Sirkulasi linier, dalam suatu ruang pamer

terdapat sirkulasi utama yang membentuk

linier dan menembus ruang pamer

tersebut.

Tabel 2.4

Pola hubungan antara sirkulasi dan ruang pamer (Sumber: D.A Robilard, Public Space Design in Museum: 47)

Selain itu, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik bergerak mengunjungi

ruang – ruang pamer, antara lain :

1) Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik

memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh pengalaman yang berbeda pula

2) Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama,

sehingga memudahkan pengunjung pada suatu uang pamer untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama yang dirasakan cepat.

3) Peta – peta dan tanda – tanda pada jalan masuk ruang pamer.

4) Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan

menciptakan kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar.

5) Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom – kolom

commit to user

Laurence Vail Colemen (1950) juga membahas tentang tingkah laku pengunjung dalam mengamati koleksi pameran di museum. Ada yang hanya mengamati koleksi pameran di museum. Ada yang hanya mengamati benda secara sepintas saja, tetapi ada pula yang mengamati secara cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan adanya satu sistem yang sesuai dengan tuntutan itu. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mengamati lebih mendalam koleksi pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hnya melihat secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruang yang lebih luas dan lebih banyak peralatannya.

Gambar 2.1

Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamernya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara

cermat / detail.

( Sumber : Laurence Vail Coleman, Museum Building,1950:146 )

Dalam buku Exhebition a Survey of International Design

mengemukakan ada tujuh cara untuk mengarahkan gerak pengunjung pameran, ketujuh cara tersebut adalah :

1) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata

pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.

commit to user

2) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan

tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.

3) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan

tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.

4) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan

tata pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau dua arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar yang sama.

5) Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang

bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.

6) Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang

saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.

h. Orientasi

Antara sirkulasi dan orientasi yang berupa isyarat – isyarat

spasial memiliki keterkaitan erat. Pengaruh isyarat tersebut terhadap

pengunjung selama memasuki ruang – ruang museum harus

diperhatikan secara terpadu. Selain itu, rasa bingung para pengunjung akibat dari kurang memadainya sistem sirkulasi dan

isyarat – isyarat spasial yang ada, ternyata dapat pula menimbulkan

kelelahan pengunjung. Untuk melawan tekanan dan rasa bingung, pengunjung memerlukan suatu sistem orientasi yang dapat memberikan ingatan yang kuat.

commit to user

Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda –

tanda dan peta – peta pada titik – titik lintasan utama seperti tangga,

elevator, eskalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.

o Terlalu banyak pilihan membingungkan pengunjung

o Kebanyakan pengunjung bingung terhadap posisi arah di dalam ruang pamer seperti barat, timur, utara dan selatan

o Pengunjung menghendaki petunjuk arah untuk membantu mereka dalam menentukan arah.

o Kebanyakan pengunjung menemukan peta denah yang sulit untuk diikuti

o Kebanyakan pengunjung kembali mengikuti jalur semula selama mengunjungi ruang – ruang pamer

o Pengunjung menggunakan peta untuk mencapai semua tempat mengikuti petunjuk–petunjuk yang dianggap menunjukkan arah yang menyenangkan dan menetukan jalur khusus

o Pengunjung lebih cenderung tertarik dengan petunjuk arah daripada membaca peta.

commit to user

o Pengunjung yang memanfaatkan buku pedoman, membaca petunjuk arah daan menanyakan kepada penjaga cenderung tinggal lebih lama daripada yang tidak sama sekali.

o Pengunjung yang tidak terarah cenderung cepat merasa bosan dan langsung cepat meninggalkan ruang pamer.

o Petunjuk yang tidak memadai merupakan penyebab utama timbulnya kelelahan pengunjung

o Alat petunjuk biasanya berupa peta dan denah, buku pedoman, tanda– tanda staf informasi dan isyarat– isyarat penting lainnya.

o Pengunjung memerlukan sistem orientasi fisik yang menunjukkan arah yang akan dikunjungi baik jenis koleksi maupun jalur pencapaian yang mudah dan cepat.

o Pengunjung mencari titik utama sebagai acuan arah seperti foyer, penyeberangan, pertemuan koridor dan lainnya.

o Beberapa pengunjung cenderung mengikuti suatu rangkaian sesuai maksud dari merancang ruang pamer

Tabel 2.5

Pencarian Orientasi oleh Pengunjung Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer

commit to user

Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (focal point),

pemandangan (vista), dan perubahan suasana. Selain itu, harus

menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakan kedalam pemikirannya seluruh konfigurasi jalur-jalur yang ada dalam museum.

Beberapa tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark dalam bentuk ruang, landmark dalam bentuk benda, arah sirkulasi, kesinambungan dan skala jalur, pemakaian peta dan petunjuk yang jelas, serta penempatan lokasi peta, petunjuk dan landmark yang jelas.

Gambar 2.2

Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.

Gambar 2.3

Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user

Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah

yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang

materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest), tentu

tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihat-lihat yang lain.

Gambar 2.4

Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

i. Pemilihan Rute

Pemilihan rute merupakan motivasi pengunjung untuk memilih rute-rute kunjungan yang lebih jelas dan pasti, berusaha menemukan tempat-tempat terbaik, seperti halnya berusaha mencari hall dan ruang pameran utama.

Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek di antara pintu masuk dan pintu keluar.

commit to user

Setelah memasuki ruang pamer kebanyakan pengunjung akan belok ke kiri membentuk rute pengamatan berlawanan dengan arah jarum jam. Faktor yang mempengaruhi

pengunjung untuk belok ke kanan setelah memasuki ruang pamer adalah posisi pintu keluar ruang pamer, arah petunjuk pada pintu masuk jarak dinding dari pengunjung

pada titik pintu masuk, ukuran luas ruangan galeri dan kebiasaan berjalan pengunjung.

Faktor yang mempengaruhi pencarian sebuah rute adalah lokasi pintu masuk dan keluar, jalur dari pintu masuk ke pintu keluar yang dianggap dapat memberikan suatu hal – hal baru, landmark dan ruang pamer yang menarik, lebar dan keteraturan jalur yang dilalui

Pengunjung tidak akan memasuki ruang pamer yang tidak memiliki pintu keluar atau yang pintu keluarnya tidak terlihat dengan jelas.

Pengunjung cenderung melalui jalur yang searah dari pintu ke pintu.

commit to user

Kebanyakan pengunjung tidak memulai untuk memasuki ruang pamer secara sistematis (seperti lantai pertama, kedua dan ketiga).

Tabel 2.6

Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

j. Alur Lintasan

Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung.

Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih sering dilakukan pengunjung daripada dari kiri ke kanan

Pengelompokan sculpture, tempat duduk dan lainnya letaknya di tengah ruangan akan menggangu alur lintasan.

commit to user

Peletakan kelompokan koleksi benda di tengah ruang pamer cenderung mempercepat alur lintasan pengunjung.

Ruang pamer yang memberikan pengontrolan terhadap alur lintasan pengunjung adalah lebih baik dibanding yang tanpa kontrol

Tabel 2.7

Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

k. Kejenuhan Terhadap Obyek dan Ruang Pamer

Faktor penunjang kejenuhan juga bisa diakibatkan oleh kejenuhan terhadap obyek dan ruang pamer (kemonotonan penataan obyek koleksi baik mengenai gayanya, periode, pengelompokkan subyek, dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat pengunjung memiliki keterkaitan dengan sususnan pameran yaitu

keragaman, kekontrasan antara ruang-ruang pamer yang

commit to user

Kurangnya keragaman dan kekontrasan dalam rancangan ruang pamer (seperti pencahayaan, kontras spesial dan lainnya) akan memperpendek waktu pengamatan terhadap area pameran yang dilalui.

Kurangnya keragaman dan kontras ini menyebabkan masalah kejenuhan pengunjung yang paling utama daripada kelelahan fisik setelah mengamati koleksi.

Pengunjung mengamati sedikit lama pada obyek yang diminati dan melewati banyak koleksi dan ruang pamer yang tidak diminati.

Pengunjung menambah kecepatan berjalannya bila tidak ada sesuatu yang menarik pada ruang pamer tersebut. Pengunjung tinggal lebih lama

pada ruang pamer pertama dari pada ruang pamer selanjutnya.

commit to user

Pengunjung tinggal memberikan perhatian secara luas kadangkala berhenti sejenak pada obyek tertentu dan melewatkan beberapa obyek yang tidak diminatinya

Lamanya waktu yang dihabiskan di depan sebuah pameran dan jumlah obyek yang diminati semakin berkurang setelah memasuki ruang pamer.

Di ruang pamer yang besar kemungkinan bahwa pengunjung akan mengamati beberapa obyek yang tersedia adalah lebih kecil daripada di ruang pamer kecil

Banyaknya obyek yang dipamerkan kadangkala sedikit waktu diluangkan pengunjung untuk mengamatinya daripada area yang memiliki obyek tidak terlalu banyak.

Tabel 2.8

Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user

l. Luas Pengerakan dalam Ruang Pamer

Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi karena keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya dan memasuki ruangan yang belum pernah dilihat dan dialaminya. Warna lantai, dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar dapat mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer.

Pengunjung lebih banyak memanfaatkan area dinding sebelah kanan dibanding area sebelah kiri ruang pamer.

Pengunjung lebih sedikit berjalan-jalan di ruang tersebut pintu keluar.

Pengunjung cenderung lebih banyak berjalan-jalan di ruang pamer yang warna lantai, dinding dan atapnya yang sedikit lebih gelap bila dibandingkan dengan ruang pamer yang bewarna lebih terang.

Pengunjung pria lebih banyak mengunjungi area pamer dibandingkan pengunjung wanita.

Pengumjung pria lebih banyak berjalan-jalan di dalam ruang pamer.

commit to user

Pengunjung akan berlama-lama dan banyak berjalan-jalan dalam ruang pamer bila terpampang banyak informasi yang dibutuhkan pengunjung bila terdapat kekontrasan di dalam ruang pamer. Tabel 2.9

Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

m. Penarikan dan Pengalihan Perhatian

Penataan seluruh bagian ruang pamer juga sama pentingnya dengan obyek lokasi itu sendiri. Segala sesuatunya bisa dilakukan untuk menghindari konflik antara obyek pameran atau keadaan sekitarnya, dan berusaha untuk meningkatkan mutu museum agar dapat melakukan komunikasi yang lebih baik dengan para pengunjung dari berbagai kalangan dan pengunjung yang hanya bersifat sementara.

Peletakan pintu ruang pamer (terutama pintu keluar) yang kurang tepat bisa menyebabkan pengunjung menuju pintu keluar tanpa memperhatikan obyek yang dipamerkan.

commit to user Tabel 2.10

Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Dokumen terkait