• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

C. Tinjauan Khusus Museum (Lobby dan Ruang Pamer)

6. Sistem Keamanan

Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan pengunjung ruang pamer dari kerusakan dan gangguan yang disebabkan oleh bencana alam dan ulah manusia dalam bentuk pencurian, perampokan, kebakaran, vandalisme atau tangan-tangan jahil, konflik politik, kerusuhan, banjir, gempa bumi dan sebagainya. (IGN Soekono, 1996 : 3)

Tujuan pengamanan museum ialah terciptanya suatu museum yang utuh, lengkap dan tentram dimana para pengunjung museum merasa tentram, nyaman dan tenang selama berada dan menikmati benda – benda yang dipamerkan. Demikian pula para staf museum yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta tenaga administrasi dapat bekerja dengan tenang, karena museum bebas dari gangguan keamanan, baik yang datang dari luar maupun dalam.

Sifat kerja pengamanan museum adalah dinamis. Di dalam pelaksanaan teknisnya, sifat kerja pengamanan museum dapat dibedakan atas dua macam yaitu: yang bersifat stasis, dan yang bersifat dinamis /

mobile (keliling).

Sifat pengaman museum statis ditujukan khusus pada pengunjung museum. Ia melaksanakan tugas pengawasan yaitu mengawasi para pengunjung yang sedang melihat pameran di ruang pameran tetap, jadi tugasnya menjaga ruangan pameran. Pengamanan museum yang kedua bersifat dinamis atau mobile (keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke ruangan – ruangan, pameran tetap, auditorium, ruang admistrasi, ruang kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi dan laboratorium serta kompleks museum dimana terdapat koleksi – koleksi yang terbuka.

Adapun waktu pengamanan museum tersebut adalah ketika museum akan dibuka, museum sedang dibuka, maupun ketika museum menjelang ditutup serta pada malam hari.

Ada beberapa faktor unsur pengamanan museum yang perlu diperhatikan antara lain :

commit to user

a. Manusia, meliputi :

1) Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan tujuan serta kepentingan yang berbeda satu sama lain, sebagai contoh, misalnya ada pengunjung museum yang memanfaatkan untuk mengadakan studi atau penelitian, ada sekedar untuk berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang – barang koleksi yang ada di museum.

2) Di samping itu ada pula yang secara iseng mengotori, membuat corat – coret di dinding tembok dan pagar atau merusak taman dan halaman yang merugikan pihak museum. Ulah dan tingkah laku para tuna wisma yang ada di sekelilingnya dengan membuang sampah dan kotoran dengan sembarangan, juga menimbulkan gangguan kenyamanan, kenikmatan dan ketertiban pengunjung museum.

b. Fisik bangunan, meliputi :

1) Bahan – bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak disimpan di tempat yang baik dan aman.

2) Pintu jendela dan lemari – lemari koleksi tidak terpasang dengan kunci – kunci yang baik dan kuat

3) Pemilihan serta penentuan bahan – bahan bangunan sebaiknya memilih bahan yang tidak mudah terbakar oleh api. Dll

c. Peralatan dan Sarana, meliputi :

1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul bahaya kebakaran akan berakibat fatal dan tidak tertolong lagi.

2) Pada umumnya saluran air dari hydrant (wall dan freezing hydrant) sulit diperoleh, karena jaraknya yang terlalu jauh atau hanya pada lokasi gedung yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari PAM. dll

d. Alam dan Lingkungan, meliputi :

commit to user

2) gangguan hewan atau binatang sejenis insect yang menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, kertas dan juga jenis jamur untuk koleksi perunggu, batu dan sebagainya.

3) terjadinya bencana alam yang secara tiba – tiba dan tak terduga yang bisa berakibat rusaknya bangunan museum maupun koleksi di dalamnya. Dll

Cara pengamanan benda – benda koleksi dapat dilakukan dengan cara:

a. Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang

Untuk menjamin keamanan benda – benda koleksi ini maka perlu ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara para petugas. Adapun tugas – tugas itu antara lain:

(1) Memeriksa ruang – ruang penyimpanan secara rutin / berkala (2) Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh fasilitas

penyimpanan.

(3) Membuat peraturan yang ketat

Dan dalam perencanaan sebuah gedung harus diperhatikan hubungan antara ruang – ruang penyimpanan dan bagian gedung lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian atau perusakan oleh tangan – tangan jahil. Pengunjung ruang penyimpanan harus diantar oleh seorang petugas kurator dan harus melalui ruang registrasi yang merupakan ruang pengawasan.

b. Pengamanan Terhadap Pencurian dan Tangan – tangan Jahil

Ada dua jenis pengamanan untuk maksud ini. Dan alat tersebut sebaiknya dipakai di seluruh bangunan. Alat yang dimaksud adalah: 1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems)

Sistem ini dipakai untuk melindungi bangunan terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama ditujukan pada jendela, pintu, atap, lubang ventilasi dan dinding – dinding yang mudah tembus.

Didalam ruang pamer ada beberapa kekuatiran dan kerusakan benda koleksi pameran, seperti yang dikemukakan oleh Dadang

commit to user

Udansyah dalam bukunya berjudul Sarana Pameran di Museum, antara lain yaitu :

a) Vandalisme

Kebiasaan Vandalisme ini banyak terjadi karena keisengan dan kurangnya kesadaran akan benda – benda yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilai – nilai kebudayaan bangsa kebiasaan ini misalnya, menusuk – nusuk, menggoresi benda koleksi, mencorat – coret, dan sebagainya. b) Touch Complex (penyakit ingin meraba)

Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih penasaran apabila tidak meraba benda – benda koleksi yang dilihatnya

c) Kelalaian yang dilakukan oleh pengunjung

Bersandar pada benda koleksi, panil atau benda lainnya, membuang sampah sembarangan, meludah, menaikkan kaki pada benda koleksi merupakan sedikit contoh kelalaian yang sering dilakukan oleh pengunjung.

d) Kebiasaan merokok

Didamping asap rokok yang bisa menyebabkan polusi udara, terutama apabila ruangan tersebut menggunakan AC, abu rokokpun menyebabkan ruangan menjadi kotor, apalagi bila membuang puntung rokok tidak pada tempatnya, apabila puntung rokok tersebut masih menyala dapat mengakibatkan kebakaran.

e) Pencurian

Meskipun pencurian jarang terjadi, tetapi apabila ini sampai terjadi akan sangat merugikan sekali baik bagi pihak museum maupun pihak pengunjung sendiri.

2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems)

Jenis ini sangat bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata sistem perimeter gagal berfungsi, misalnya bila pencuri / penjahatnya telah berhasil menyelinap masuk dan

commit to user

bersembunyi di dalam gedung sebelumnya saatnya pintu – pintu ditutup. Contoh yang paling sederhana dari jenis ini ialah kunci.

Kalau alat diatas banyak pula ragamnya. Ada yang bekerja secara mekanis, ada yang secara elektris. Diantaranya adalah: a) Saklar magnetic ( magnetic contact switch )

b) Pita kertas logam (metal foil tape)

c) sensor pemberitahuan / pencegahan bila kaca pecah (glass breaking sensor)

d) Kamera pemantau (photoelectronic eyes) e) Pendeteksi getaran (vibration detectors)

f) pemberitahuaan/peringatan getaran (internal vibration sensor) g) alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door

control)

h) pengubah sinar infra merah (passive infra – red)

c. Pengaman Tehadap Kebakaran

Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dapat dimulai dengan pemasangan kontruksi bangunan tahan api terutama di ruangan yang mudah terbakar. Ruangan juga perlu memliki pintu – pintu api. Juga dapat pula digunakan dinding – dinding khusus.

Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat. Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat dinding dan pintu.

Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan museum terbagi dua :

1) Ruangan – ruangan di mana air untuk memadamkan api dapat juga merusak seperti halnya api itu sendiri. Contoh : Ruang Pamer, Ruang Kuratorial, Ruang Penyimpanan.

2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius. Contoh : Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan peralatan, peti.

commit to user

Ruang yang disebutkan pertama sebaiknya tidak menggunakan air sebagai pemadam tapi CO2 yang dapat dipasang otomatis ataupun portabel.

Ruangan yang punya perlindungan air otomatis biasanya adalah

basement sehingga dapat dipasang instalasi air di sana. Sedangkan ruang bagian atas basement tidak memerlukanya tetapi perlu diawasi atau dijaga jika ada keadaan darurat. Juga dipasang alarm api atau alat deteksi. Di bagian – bagian tertentu harus disediakan selang air dan perlengkapan kebakaran yang lain.

Berkaitan pula dengan perlindungan terhadap api adalah masalah yang timbul akibat resiko perang dan juga gempa bumi. Resiko bahaya dari hal ini dapat muncul dengan pemakaian kaca di atas kepala yang terlalu berlebihan atau kontruksi lain yang rendah tingkat keselamatannya.

Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal, yaitu :

1) Pendeteksi panas ( thermal detector ), yang akan bereaksi terhadap perubahan suhu.

2) Pendeteksi asap ( smoke detector ), yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran.

Mengenai alat pemadam kebakaran dapat dipilih di bawah ini : 1) Sistem penyemprotan ( sprinkle system )

2) Sistem pemadaman dengan gas (gas system)

3) Tabung pemadaman api (portable fire extinguisher)

Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka portable fire extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical extinguisher kiranya paling menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda. (IGN Soekono, 1996 : 15)

Dokumen terkait