RIWAYAT HIDUP
LEACHED MEAT
2.6 Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan
Beberapa studi terdahulu telah banyak yang membahas
permasalahan yang terkait dengan industri perikanan, antara lain Alhadar (1998) memformulasikan strategi industri pengolahan hasil yang membahas permasalahan yang terkait dengan industri perikanan, diantaranya memformulasikan strategi industri pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Maluku Utara, melalui metode analisis Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) Hasil kajian menyatakan bahwa sarana prasarana dan potensi sumberdaya alam relatif mendukung, tetapi belum ada teknologi pengolahan yang memadai, serta terdapat keterbatasan modal untuk membangun industri pengolahan hasil perikanan laut dalam rangka memperluas pasar. Adapun strategi yang direkomendasikan adalah diperlukan fokus pada kegiatan-kegiatan utama yang berpengaruh secara langsung pada proses perencanaan produksi.
Sarinah (1999) melakukan kajian pengembangan industri pengolahan hasil perikanan laut di Sulawesi Tenggara dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk menentukan produk unggulan di wilayahnya dan
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisa strategi pengembangan. Stategi pengembangan yang terpilih dari penelitian tersebut adalah pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang tujuan utama pengembangan industri pengolahan ikan, yaitu pengembangan teknologi agar diperoleh produk berkualitas tinggi.
Hasil yang tidak jauh berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Atmanto (1999) yang melakukan kajian perencanaan pengembangan agroindustri perikanan rakyat di daerah Maluku. Besar potensi bahan baku yang tidak didukung dengan ketersediaan sarana prasarana mengakibatkan bahan baku tersebut tidak dapat dijadikan produk unggulan bagi Provinsi Maluku. Atmanto (1999) juga melakukan pengelompokan kecamatan dengan
cluster analysis dimana kriteria yang digunakan meliputi (1) ketersediaan bahan baku, (2) ketersediaan tenaga, (3)jumlah industri kecil pengolahan, (4) aksesibilitas, (5) jumlah lembaga keuangan, dan (6) ketersediaan tenaga listrik.
Agustedi (1994) membuat model perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut orientasi ekspor. Dalam hal ini produk yang menjadi bahan kajian adalah teri asin. Pada penilitian ini dirancang perangkat lunak Sistem Pengambilan Keputusan/SPK dengan model AGROSILA yang terdiri dari submodel pengadaan bahan baku dan perencanaan produksi (DAKUSI), submodel teknologi (TEKNO), sub model pembiayaan, kelayakan dan resiko usaha (PKRESIKU), sub model nelayan (NELAYAN), sub model mutu (MUTU), submodel produktivitas (PRITAS) dan submodel perkiraan harga (HARGA).
Kajian lain yang terkait dengan bidang industri pengolahan hasil perikanan diantaranya dilakukan oleh Yuliyanthi (2004) yang membahas tentang pemilihan komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan, penentuan produk unggulan dan analisis kelayakan produk terpilih serta penyusunan strategi pengembangan dari komoditas terpilih. Komoditas unggulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah bawang merah dengan produk unggulan adalah bawang goreng. Prioritas utama strategi pengembangan agroindustri komoditas unggulan adalah mempercepat agroindustri yang telah ada.
Materi yang dibahas dalam penelitian Novenra (2003) adalah kondisi eksternal dan internal yang meliputi aspek bahan baku, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional, aspek hukum, aspek lingkungan dan aspek finansial. Penelitian tersebut dibatasi pada tahap kelayakan pendirian industri penyamakan kulit ikan pari. Untuk menilai kelayakan finansialnya dengan kelayakan investasi pendirian industri penyamakan kulit ikan pari apakah layak atau tidak layak untuk dikembangkan. Dengan kondisi modal sendiri sebesar 40% dan modal pinjaman sebesar 60%. Total investasi yang diperlukan sebesar Rp. 903.628.000,- dan modal kerja selama 3 bulan sebesar Rp. 315.126.125,- Dari hasil perhitungan kriteria investasi, NPV sebesar Rp. 125.296.550,-,
discount factor 20%, Net b/c 1,76; IRR sebesar 25,2%; PBP selama 3,9 tahun merupakan waktu yang relatif singkat untuk pengembalian modal investasi.
Rangkuman isi dari penelitian Oryzanty (2003) adalah Sistem Penunjang Keputusan untuk menentukan kapasitas bahan baku minyak pala,
kelayakan finansial usaha tani pala dan agroindustri minyak pala yang berbasis di daerah Bogor. Penelitian hanya difokuskan pada pengembangan industri minyak pala tidak termasuk pengembangan industri antaranya (intermediate industry). Hasil penelitian ini menunjukkan umur proyek 10 tahun usaha tani pala layak untuk dikembangkan dengan NPV sebesar Rp. 1.972.135,-; BEP sebesar Rp.44.589.650,-; B/C Ratio 2,97; IRR sebesar 18,5% dan PBP selama 7,48 tahun. Demikian pula terhadap agroindustri minyak pala layak untuk dikembangkan dengan NPV sebesar Rp. 880.533.521,-; BEP sebesar Rp. 4.539.002.486,-; B/C Ratio 1,09; IRR sebesar 33,78% dan PBP selama 5,44 tahun. Analisis kelayakan agroindustri pola bagi hasil dengan menggunakan sisten pembiayaan syari'ah menunjukkan bahwa untuk umur proyek 10 tahun, agroindustri minyak pala layak untuk dikembangkan dengan NPV sebesar Rp. 57.980.612,-; BEP sebesar Rp. 3.383.429.707,-; B/C Ratio 1,02; IRR sebesar 23,04% dan PBP selama 5,44 tahun.
Kurniawan (2006) membahas sistem penunjang keputusan untuk pengembangan agroindustri komoditas perikanan di kabupaten Cirebon. Materi yang dibahas adalah menentukan komoditas perikanan unggulan berdasarkan nilai ekonomi dan permintaan industri, memberikan gambaran alternatif produk unggulan yang berasal dari komoditas perikanan unggulan, merancang model sistem pengambilan keputusan untuk pengembangan agroindustri komoditas perikanan di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menghasilkan rancangan paket program perangkat lunak komputer yang bernama SPK Perikanan yang terdiri dari sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen basis data, sistem manajemen dialog dan sistem manajemen basis model. Sub model SPK Perikanan untuk pemilihan komoditas produk unggulan yang paling potensial adalah pengasinan ikan dan prioritas berikutnya adalah pengasapan ikan.
Giyatmi (2005), membahas sistem pengembangan agroindustri perikanan laut di propinsi Jawa Tengah. Materi penelitian yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengkaji dan merumuskan cara pengelompokan wilayah pada kawasan pengembangan dan pusat pertumbuhan agroindustri perikanan laut, mengidentifikasi dan merumuskan cara pemilihan komoditas
potensial dan produk unggulan agroindustri perikanan laut serta kelayakan usahanya dimasing-masing kawasan pengembangan, menyusun strategi pengembangan dan cara pemberdayaan kelembagaan agroindustri perikanan laut, mengembangkan alternatif model pengembangan agroindustri perikanan laut berbasis Sistem Penunjang Keputusan. Berdasarkan hasil penelitian maka produk unggulan agroindustri perikanan laut kota Pekalongan adalah ikan layang asin, untuk kabupaten Pati adalah ikan layang pindang dan untuk kabupaten Cilacap adalah ikan tuna kaleng. Berdasarkan analisis sensitivitas kelayakan finansial agroindustri ikan asin masih layak bila terjadi penurunan produksi sampai 55,56%, adanya kenaikan harga bahan baku tidak melebihi 3,63% atau harga produk turun sampai 3,06%. Usaha ikan pindang hanya layak bila penurunan produksi tidak lebih dari 55,34% kenaikan harga bahan baku maksimal 2,68% atau harga produk turun sampai 2,11%