TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Anggrek Dendrobium
Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam famili Orchidaceae., suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri atas 800 genus dan tidak kurang dari 25.000 spesies (Gunawan, 2003). Dendrobium adalah satu diantara genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia,
diperkirakan terdiri atas 1600 spesies. Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua, yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga keluar dari ujung batang, dan akan berbunga kembali pada pertumbuhan anakan atau tunas baru. Contoh anggrek tipe simpodial adalah Dendrobium.
Dendrobium memiliki kekhasan tersendiri, yaitu dapat mengeluarkan
tangkai bunga baru di sisi - sisi batangnya. Pada umumnya, anggrek tipe simpodial bersifat epifit. Adapun anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh adanya titik tumbuh di ujung batang, pertumbuhannya lurus ke atas pada satu batang, bunga keluar dari sisi batang diatara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodil adalah Vanda dan Phalaenopsis (Widiastoety, 2003). Seperti tanaman lainnya, anggrek mempunyai bagian-bagian seperti akar, batang, daun, bunga dan buah.
Pada umumnya akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin, dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja yang berwarna hijau kekuningan. Akar yang sudah tua akan kelihatan coklat dan kering.
Bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudoblub). Berdasarkan pertumbuhannya batang anggrek dibedakan menjadi:
a. Simpodial, pada umumnya anggrek ini berumbi semu dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh anggrek anakan yang tumbuh di sampingnya. Contoh anggrek tipe ini adalah Cattleya, Oncidium, dan Dendrobium.
b. Monopodial, anggrek ini mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi semu. Tangkai bunga akan keluar di antara 2 ketiak daun. Contohnya Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis.
Bentuk daun anggrek bermacam-macam ada yang tebal ada yang tipis. Ada yang berbentuk agak bulat, lonjong, sampai lanset. Tebal daun juga beragam, dari tipis sampai bedaging, rata dan kaku. Daun anggrek tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Tepinya tidak bergerigi (rata). Daun memanjang, ujungnya berbelah, tulang daun sejajar dengan tepi daun hingga ke ujung daun.
Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Dilihat dari pertumbuhan daunnya, anggrek digolongkan menjadi dua kelompok sebagai berikut :
a. Evergreen (tipe daun tetap segar/hijau), yaitu helaian-helaian daun tidak gugur secara serentak.
b. Decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat.
Bunga anggrek akan tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum pada satu karangan bunga terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Bunga anggrek memiliki lima bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stemen (benang sari), pistil (putik), dan ovari (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral.
Buah anggrak berbentuk kapsular yang di dalamnya terdapat biji yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung. Biji-biji anggrek tersebut tidak memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga dalam perkecambahannya diperlukan nutrisi dari luar atau lingkungan sekitarnya (Widiastoety, 2003).
2.2 Tinjauan Tentang D. lasianthera J.J. Smith
Anggrek D. lasianthera J.J. Smith tercatat dalam daftar anggrek yang dilindungi dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999. Anggrek D. lasianthera J.J. Smith disebut sebagai anggrek stuberi (stroberi) yang hidup di Indonesia (Papua) dan Papua New Guinea. Di Indonesia dikenal sebagai anggrek stuberi, stroberi,
atau strawbery. Dalam bahasa Inggris biasa anggrek ini dikenal sebagai Wooly Pollina Dendrobium, atau dengan nama varietasnya semisal May River Red dan
Sepik Blue. Anggrek D. lasianthera J.J. Smith atau Wooly Pollina Dendrobium,
spesies ini sebenarnya sama dengan D. ostrinoglossum.
Anggrek D. lasianthera J.J. Smith merupakan tanaman epifit yang tumbuh di daerah lembab dan membutuhkan banyak cahaya. Di alam liar biasa ditemukan hidup di sekitar daerah aliran sungai, rawa-rawa, dan hutan di dataran rendah Papua. Ukuran tanaman anggrek D. lasianthera J.J. Smith cukup besar, bisa mencapai lebih dari 1 meter. Anggrek ini mempunyai bunga yang indah. Dalam satu tandon bunga bisa muncul antara 10 – 30 kuntum bunga. Warna bunganya pun sangat bervariasi mulai dari merah, putih, biru, dan kekuningan dengan gradasi indah ( Anonim,2012 ).
2.2.1 Klasifikasi D. lasianthera J.J. Smith
Anggrek D. lasianthera J.J. Smith merupakananggrek yang hidup di Indonesia (Papua) dan Papua New Guinea. Taksonomi anggrek D. lasianthera J.J. Smith (Simpson, 2006) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Asparagales Familia : Orchidaceae Genus : Dendrobium
Species : D. lasianthera J.J. Smith
2.2.2 Deskripsi Morfologi D. lasianthera J.J. Smith
Anggrek merupakan salah satu tanaman yang memiliki beragam warna pada bunganya. Ciri khas dari anggrek D. lasianthera J.J. Smith adalah sepal dan petal bunganya yang terpilin menyerupai spiral. Warna bunganya perpaduan warna coklat, merah marun dan ungu. Morfologi tanaman anggrek terdiri dari berbagai bagian yaitu, akar, batang, daun, bunga, dan buah. Akar anggrek D. lasianthera J.J. Smith bebentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Akar tampak berwarna putih keperakan dan hanya bagian ujung akar berwarna hijau atau tampak keunguan.
Akar mempunyai filamen, yaitu lapisan luar terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran akar (Destri dan Jodi, 2006). Filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu akar melekat pada benda yang ditumpanginya ( Gambar 2.1 ). Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh filamen dan ujung akar (Darmono, 2008).
Gambar 2.1 Akar anggrek D. lasianthera J.J. Smith (Sumber : Anonim, 2012)
Bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Batang anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial. Tipe simpodial mempunyai beberapa batang utama dan berumbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas.
Pada tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas, bentuk batang ramping tidak berumbi dan tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun. Anggrek D. lasianthera J.J. Smith termasuk dalam tipe simpodial karena pertumbuhan ujung batang terbatas dan mempunyai beberapa batang utama (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Batang Anggrek D. lasianthera J.J. Smith (Sumber: Anonim, 2012 )
Daun anggrek D. lasianthera J.J. Smith berbentuk bulat telur memanjang, dengan tebal daun agak berdaging dan kaku. Bagian tepi tidak bergerigi, tidak bertangkai, dan sepenuhnya duduk pada batang. Tulang daun sejajar dengan tepi daun berakhir di ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua.
Bunga anggrek D. lasianthera J.J. Smith tersusun dalam karangan bunga dan pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Anggrek D. lasianthera J.J. Smith memiliki lima bagian utama bunga seperti bunga anggrek Dendrobium lainnya (Gambar 2.3) yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil
(putik) dan ovarium (bakal buah). Sepal berjumlah tiga buah, sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Petal berjumlah tiga buah, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal, dan petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labellum.
Tangkai bunga dapat keluar dari ujung pseudobulb atau dari samping pseudobulb.
Gambar 2.3 Bagian-bagian Bunga Anggrek Dendrobium (Sumber: Anonim, 2012 )
Pada anggrek D. lasianthera J.J. Smith modifikasi sepal dan petal yang terlihat melintir menyerupai spiral tidak terlihat seperti layaknya sepal dan petal anggrek Dendrobium lainnya (Gambar 2.4). Column (tungu) yang terdapat di bagian tengah bunga merupakan tempat alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung column (tungu) terdapat anter atau kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak dibawah rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di bawah column,
Gambar 2.4 Bunga Anggrek D. lasianthera J.J. Smith, PD = Petal Dorsal, SD = Sepal Dorsal, SL = Sepal Lateral, L = Labellum.
(Sumber: Anonim, 2012 )
Bentuk buah anggrek berbeda - beda sesuai dengan jenisnya. Buah anggrek merupakan lentera atau capsular yang memiliki 6 rusuk. Tiga diantaranya merupakan rusuk sejati dan yang tiga lainnya adalah tempat melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah tadi dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan jutaan biji anggrek yang sangat lembut dalam ukuran yang sangat kecil.
Penelitian yang berhasil dilakukan Knudson C menunjukkan bahwa biji anggrek dapat berkecambah secara in vitro. Beberapa alasan untuk megecambahkan biji anggrek secara in vitro adalah :
1. Biji anggrek sangat kecil dan mengandung cadangan makanan yang sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Jika dikecambahkan in vivo kemungkinan besar bisa hilang atau cadangan makanan tidak mencukupi
PD
L SD
2. Perkecambahan dan perkembangan bibit sangat tergantung pada simbiosis dengan fungi. Jika ditumbuhkan tanpa fungi maka disebut perkecambahan asimbiotik.
3. Jika biji dihasilkan dari persilangan tertentu, maka perkecambahan secara in vitro akan meningkatkan persentase keberhasilannya.
4. Perkecambahan secara in vitro dapat membantu perkecambahan embrio anggrek yang belum berkembang atau belum matang sehingga memperpendek siklus pemuliaannya atau budidayanya
5. Perkecambahan dan perkembangan bibit dapat berlangsung lebih cepat dalam kondisi in vitro karena lingkungan yang terkendali dan tidak ada kompetisi dengan fungi atau bakteri yang tidak menguntungkan
Biji - biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan, sehingga untuk perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan biji. Perkecambahan di alam sangat sulit jika tanpa bantuan fungi (jamur) yang disebut mikoriza yang bersimbiosis dengan biji - biji anggrek tersebut. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, hifa atau benang dari mikoriza akan menembus embrio anggrek melalui sel – sel suspensor. Kemudian fungi tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai bahan energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji - biji anggrek.
Menurut Damayanti (2011), kematangan buah anggrek sangat tergantung pada jenis anggrek itu sendiri. Buah anggrek Dendrobium akan matang dalam
umur 3-4 bulan, buah anggrek Vanda setelah 6-7 bulan, sedangkan buah anggrek Cattleya baru matang setelah 9 bulan. Buah anggrek adalah buah lentera dan akan
pecah ketika matang. Bagian yang membuka adalah bagian tengahnya. Untuk kultur jaringan anggrek, pengambilan buah lebih baik sebelum buah pecah tetapi sudah mendekati masa matang sehingga biji siap untuk berkecambah. Adapun ciri-ciri buah siap panen adalah warna kulit buah lebih cerah agak kekuningan dan khususnya pada Dendrobium garis pada buah menjadi lebih lebar (Damayanti, 2006).
Menurut Pierik (1987) biasanya per polong atau buah terdapat 1.300-4.000.000 biji anggrek. Biji anggrek terdiri dari testa atau kulit biji yang tebal dan embrio. Sedangkan menurut Mursidawati (2007), biji anggrek dikenal dengan sebutan ‘dust seed’ karena ukurannya sangat kecil sehingga menyerupai butiran debu. Struktur biji anggrek hanya terdiri dari 4-200 sel saja sehingga kapasitasnya untuk membawa cadangan makanan menjadi sangat terbatas.