• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 2010:2). Menurut Syah (2008:89), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Hamalik (2008:154) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan makhluk lain. Belajar yang dilaksanakan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya berlangsung seumur hidup, kapan saja dan di mana saja baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya

2.1.2 Teori Belajar

Teori-teori belajar menurut Rifa‟I dan Anni (2009:105-149) dibedakan menjadi 3 macam:

1. Teori Belajar Behavioristik

Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang diperoleh dari hasil belajar dan bersifat permanen, dalam arti bahwa perubahan perilaku akan bertahan dalam waktu relatif lama. Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respons. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspons oleh siswa.

2. Teori Belajar Kognitif

Berbeda dengan teori behavioristik, menurut teori kognitif hasil belajar (perubahan perilaku) tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan/potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Teori kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan

kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengolahan dan informasi.

3. Teori Belajar Humanistik

Fokus utama dalam teori humanistik ini adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, seperti belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik. Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri ( self-directing) dan mandiri (independent). Disamping itu pendekatan ini memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kretivitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu. Sehingga kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik, dan kewajiban hadir di sekolah kurang ditekankan dalam pendekatan humanistik.

Berdasarkan penjelasan teori diatas, maka penelitian ini menggunakan teori belajar behavioristik. Guru merupakan salah satu contoh rangsangan

(stimulus) dari luar yang mempengaruhi hasil belajar, fasilitas belajar dan lingkungan sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajardari luar, sehingga faktor kompetensi professional guru, fasilitas belajar, dan lingkungan sekolah masuk dalam teori belajar behavioristik.

2.1.3 Ciri-Ciri Perilaku Belajar

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku

belajar yang terpenting adalah: 1. Perubahan itu intensional. 2. Perubahan itu positif dan aktif.

3. Perubahan itu efektif dan fungsional. (Syah, 2008:116) 2.1.4 Jenis-Jenis Belajar

Ada sebelas jenis-jenis belajar menurut Slameto (2010:5-8), yaitu:

1. Belajar bagian, yaitu belajar dengan cara memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.

2. Belajar dengan wawasan, yaitu belajar dengan menjadikan wawasan sebagai pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. 3. Belajar diskriminatif, yaitu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau

stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4. Belajar keseluruhan, yaitu belajar dengan cara mempelajari keseluruhan bahan pelajaran sampai pelajar menguasainya.

5. Belajar insidental, yaitu belajar tanpa instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

6. Belajar instrumental, yaitu belajar dengan pembentukan tingkah laku. 7. Belajar intensional, yaitu belajar dalam arah tujuan.

8. Belajar laten, yaitu belajar dimana perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera.

9. Belajar mental, yaitu belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain.

10. Belajar produktif, yaitu belajar dengan transfer yang maksimum.

11. Belajar verbal, yaitu belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan ingatan.

2.1.5 Tujuan Belajar

Menurut Sardiman (2011:26-28) secara umum tujuan dari belajar ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan yang bersifat jasmani (keterampilan yang dapat dilihat) maupun keterampilan rohani (keterampilan yang abstrak, menyangkut penghayatan).

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan

tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

2.2 Tinjauan tentang Hasil Belajar

Dokumen terkait