• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkat atau usaha yang dilakukan dan sebagainya. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:37) mengemukakan bahwa “hasil belajar yaitu kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.

Ahmad Susanto (2013:5) mengemukakan bahwa “hasil belajar yaitu perubahan perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan spikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar”.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Potensi perilaku manusia dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengelaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, efektif, dan psikomotorik. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengekibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

Dengan demikain peningkatan hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai, atau dilaksanakan dari hasil belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah kemampauan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengelaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, efektif, dan psikomotor. Hasil belajar ini dapat tercapai yaitu dengan belajar tekun, sungguh-sungguh, serta kemauan keras dalam belajar bagi peserta didik dan sebagai pendidik yang harus mempunyai semangat dan tanggung jawab penuh dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran merupakan suatu dasar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud.

Proses belajar adalah kegitan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar dapat dilhat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemapuan berpikir dan memcahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaanya.

Horward Kysley (dalam Sudjana 1990: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)

sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasiferbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kgnitif,(d) sikap, dan (e) keterampilan motoric.dalam pendidkan nasional rumusan pendidkan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakin ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, oraganisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemapuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative (Sudjana, 1990: 22)

b. Tipe-tipe Hasil Belajar

Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan menjadi tiga bidang atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiga bidang tersebut yaitu berikut:

1) Ranah kognitif meliputi:

a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) termasuk dalam pengetahuan hafalan ini adalah pengetahuan yang sifatnya faktual dan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu di ingat kembali seperti batas peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.

b) Tipe hasil belajar (comprehension) Ada tiga pemahaman yang berlaku umum yaitu:

c) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami kalimat bahasa inggris ke dalam bahasa indonesia, pengertian Bhineka Tunggal Ika dan lain-lain.

(1) Pemahaman penafsiran misalnya, memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda dan lain-lain.

(2) Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di balik yang tertulis, tersirat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.

d) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu konsep, ide, rumus, dan hukum dalam situasi baru, misalnya memecahkan persoalan dengan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan, jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori hukum dan rumus.

e) Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kemampuan untuk mengurangi suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang lebih kecil dan mempunyai arti.

f) Tipe hasil belajar sintesis

Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

g) Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai suatu berdasar pada kemampuan yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

2) Ranah afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang afektif yaitu:

a) Receiving atau attending adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang dari siswa, baik bentuk masalah situasi atau gejala.

b) Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Ranah psikomotor

a) Hasil belajar bidang psikomotor dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yaitu: Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.

c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretasi.

c. Metode Quantum Learning

Menurut DePorter & Hernacki (2006: 14) mengemukakan bahwa Quantum learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif disekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi “cahaya”. Semua kehidupan adalah energi.

Rumus yang terkenal dalam fisika Quantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya yang melejitkan potensinya (DePorter &

Hernacki, 2006: 14).

DePorter & Hernacki (2006: 14), Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov. Beliau adalah seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai

“suggestology” dan “sugestopedia”. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar,dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah dengan menempatkan peserta didik secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster besar untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan pendidik yang terlatih dengan baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah lain dari “suggestology” dan “suggestopedia” adalah

“pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai“ memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berfikir

positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur itu bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. Selain itu Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program Neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengaturinformasi. Program NLP ini meneliti hubungan antara Bahasa dan perilaku dandapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru (DePorter & Hernacki 2006: 14).

Quantum learning merupakan gabungan antara sugestologi, Teknik pemercepatan belajar, dan teori NLP serta teori, keyakinan dan metode dari DePorter. Quantum learning juga menggunakan konsep-konsep kunci dari berbagi teori dan strategi belajar lain: (1) Teori otak kanan/kiri, (2) Teori otak triune (3 in 1), (3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinetik), (4) Teori kecerdasan ganda, (5) Pendidikan holistic (menyeluruh) Belajar berdasarkan pengalaman, (6) Belajardengan symbol (metaphoric learning), 7) Simulasi permainan. Jadi maksud dari kedelapan kunci strategi Quantum learning adalah menggabungkan kegiatan yang secara seimbang antara bekerja dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi dengan kegiatan yang menggembirakan serta efektif digunakan oleh semua umur.

Quantum learning pertama kali di terapkan di Supercamp.

Menggunakan kurikulum yang secara harmonis dan merupakan kombinasi dari tiga unsur, ketrampilan akademis, prestasi fisik, dan ketrampilan hidup.

Sedangkan yang mendasarinya adalah filsafat dasar dimana belajar dapat

dan harus menyenangkan, karena belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Lingkungan fisik juga menentukan proses belajar, seperti memperindah taman, seni, musik dan ruangan harus terasa cocok untuk kegiatan pembelajaran yang optimal (DePorter & Hernacki, 2006: 8). Dapat dikatakan Quantum learning ini menawarkan kiat-kiat yang dapat menjadikan belajar itu menyenangkan sehingga diperoleh semangat baru dalam belajar. Dengan merasa belajar itu menyenangkan, maka minat belajarpun bertambah sehingga mengakibatkan hasil belajar akan lebih meningkat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Quantum learning merupakan suatu proses pembelajaran yang memadukan sugesti positif dan interaksi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan dan bermakna untuk menumbuhkan minat, motivasi dan keaktifan dalam mengikuti proses belajar sehingga dapat memaksimalkan potensi dan hasil belajar siswa. Quantum learning memberdayakan seluruh unsur yang ada dalam proses pembelajaran yang mencakup petunjuk-petunjuk untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik menyampaikan materi pembelajaran, memahami cara siswa menyerap informasi yang disampaikan dalam proses pembelajaran.

d. Karakteristik Umum Quantum learning

Menurut Sugiyanto (2010: 73-78) Quantum learning memiliki beberapa karakteristik umum, diantaranya sebagai berikut ;

1) Berpangkal pada psikologi kognitif.

2) Besifat humanistis dan kontruktivistis.

3) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.

4) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi.

5) Menekankan pada kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.

6) Menekankan pada kebermaknaan dan kebermututan proses pembelajaran.

7) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

8) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal atau material.

9) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

10) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

e. Asas Utama Quantum learning

Asas utama dari Quantum learning adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (DePorter, 2005: 6).

Konsep ini mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan dunia atau siswa. Memahami dunia dan kehidupan anak merupakan bentuk izin para guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan apa yang telah

diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiranatau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan ini terbentuk, guru dapat membawa mereka ke dalam dunianya serta memberi pemahaman akan misi dunia itu. Sehingga siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunianya dan menerapkannya pada situasi baru.

Dokumen terkait