• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Kerugian dan Ganti Kerugian Terhadap Barang Kiriman

1. Syarat sah perjanjian

2.3 Tinjauan Umum Tentang Kerugian dan Ganti Kerugian Terhadap Barang Kiriman

2.3 Tinjauan Umum Tentang Kerugian dan Ganti Kerugian Terhadap

andai kata perjanjian dilaksanakan secara baik atau tidak terjadi perbuatan melanggar hukum (Ahmadi Miru, 2014:80).

Tindakan kerugian dapat berdampak pada si pengirim barang sehingga perusahaan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pasal 1365 KUH Perdata yang menyatakan:

Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.

Pasal 1366 KUHPerdata mengatakan: “Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesemberonoannya”.

Perusahaan pengiriman barang sering mengalami masalah dalam peditribusian barang yang cukup fatal yang disebabkan oleh kelalaian perusahaan itu sendiri. Hal yang biasa terjadi jika pihak perusahaan lalai atau tidak berhati-hati mengirimkan barangnya.

Dalam proses pengiriman barang sewaktu-waktu biasa terjadi kerusakan, kehilangan bahkan keterlambatan.

1. Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan dimana tidak ada lagi terlihat atau lenyapnya suatu barang

2. Kerusakan

Kerusakan adalah tidak sempurnanya barang atau suatu komponen tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Keterlambatan

Dalam melakukan pengiriman barang ketetapan waktu adalah faktor yang harus diperhatikan, Karena sangat penting mengingat ketepatan waktu sampainya barang yang telah dipesan harus segera mungkin sampai sehinggga dapat meningkatkan pelanggan itu sendiri pada saat pengriman barang. Apabila tidak sesuai waktu yang telah disepakati atau terjadi keterlambatan dalam pengriman barang, pelanggan akan merasan kekecewaan terhadap jasa pengriman barang karena terjadi faktor keterlambatan.

Dalam Undang-undang No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 1 angka 30 menyatakan: Keterlambatan adalah terjadinya perbedaan waktu antara waktu keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan”.

a. Pengertian Ganti Kerugian

Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karna kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 1307 KUH Perdata mengenai ganti rugi “Penetapan hukuman dimaksudkan sebagai ganti penggantian biaya, kerugian dan bunga, yang diderita karena tidak dipenuhi perikatan pokok. Ia tidak dapat menuntut utang pokok dan hukumannya bersama-sama, kecuali jika hukuman itu ditetapkan hanya untuk terlambatnya pemenuhan”.

Berdasarkan pasal di atas diketahui mengenai penetapan hukuman sebagai ganti kerugian karena tidak dipenuhinya prestasi.

Ganti kerugian dalam hal ini selalu berupa uang, dengan demikian ancaman hukuman yang di maksud berupa ancaman pembayaran dan denda (Titik Triwulan Titik,2008, 221).

Disamping itu perihal ganti rugi atas barang yang hilang tersebut diperjelas dalam pasal 193 UU No. 22 Tahun 2009 yang berbunyi “Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.

2.3.2 Unsur-Unsur Kerugian

Perbuatan melawan hukum di atur dalam pasal 1356 KUH Perdata:

Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.

Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:

1. ada perbuatan melawan hukum;

2. ada kesalahan;

3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;

4. ada kerugian.

Kesalahan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan. Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu konsekuensi dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain. Jika suatu barang mengalami kerusakan dan kehilangan maka perusahaan berhak mengganti rugi baik dengan uang maupun berupa barang

Sesuai dengan pasal 1366 KUHPerdata mengatakan: Setiap orang bertanggung jawab bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesemberonoan.

Sedangkan kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain.Namun demikian adakalanya suatu keadaan tertentu dapat meniadakan unsur kesalahan, misalnya dalam hal keadaan memaksa (overmacht). Pada pasal 1244-1245 KUH Perdata mengatur mengenai keadaan memaksa. Pasal 1244 “Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. Bila iya dapat membuktikan

bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. Walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya”. Pasal 1245 yaitu tidak ada penggantian biaya. Kerugian dan bunga. Bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, karena terhalang untuk melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya”.

2.3.3 Bentuk Ganti Rugi

Ganti rugi merupakan kompensasi yang harus dibayarkan oleh pelanggan terhadap kerugian yang timbul akibat tindakan anti persaingan yang dilakukannya. Besar kecilnya ganti rugi ditetapkan berdasarkan pada pembuktian kerugian senyatanya oleh pelaku usaha yang merasa dirugikan.

Dalam ilmu hukum, pengertian ganti rugi dapat dibedakan kedalam beberapa kategori, yaitu:

1. Ganti rugi nominal, yaitu ganti rugi berupa pemberian sejumlah uang, meskipun kerugian sebenarnya tidak bisa dihitung dengan uang, bahkan tidak ada kerugian materil sama sekali.

2. Ganti rugi penghukuman, yaitu suatu ganti rugi dalam jumlah besar yang melebihi dari jumlah kerugian yang sebenarnya.

3. Ganti rugi actual, yaitu kerugian yang benar-benar diderita secara actual dan dapat dihitung dengan mudah sampai kenilai rupiah.

4. Ganti rugi campur aduk, yaitu suatu variasi dari berbagai taktik dimana pihak krediur berusaha untuk memperbesar haknya jika pihak debitur

wanprestasi/menghapus kewajibannya jika digugat oleh pihak lain dalam kontrak tersebut (Susanti Adi Nugroho,2012:566).

Perusahaan pengiriman barang berhak melakukan ganti rugi apabila terjadi kerugian dalam hal ini keruskaan, kehilangan dan keterlambatan barang. Pasal 246 KUH Dagang “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap pertanggungan dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapatkan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa tidak pasti”.

Pasal 1236 KUHPerdata: si berutang adalah wajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada si berpiutang, apabia ia telah membawa dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebendannya, atau telah tidak merawat sepatutnya guna menyelamatkannya.

Pasal 1243 KUHPerdata mengatakan: Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukanya.