• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Tinjauan tentang Motivasi Berprestasi

Motivasi menurut Oemar Hamalik (2015: 158) adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan Aunurrahman (2012: 114) yang menyatakan bahwa “motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat.”

Adapun Greenberg (dalam Djaali, 2014: 101) menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Dimyati & Mudjiono (2006: 80) memandang motivasi sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku dalam belajar. Komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau tugas tertentu sehingga mampu mencapai suatu tujuan. Dalam proses pembelajaran, motivasi erat kaitannya dengan pencapaian

31

prestasi. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu ”presesatie” yang

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil usaha. Motivasi berprestasi menjadi hal yang utama dalam proses pembelajaran untuk mencapai prestasi tersebut. Achievement motivation (motivasi berprestasi) menurut Elliot & Church (dalam Schunk, 2012: 491) adalah “usaha untuk menjadi kompeten dalam aktivitas yang penuhperjuangan”. Mc Clelland mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian (Djaali, 2014: 103).

Hal ini sejalan dengan Djaali (2014: 107) yang menjelaskan “motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan tugas dengan sebaik- baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motivasi berprestasi bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.”

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat dinyatakan motivasi berprestasi merupakan dorongan pada diri seseorang baik dari dalam maupun dari luar untuk melakukan aktivitas dengan semaksimal mungkin agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji atau unggul. Dalam proses pembelajaran, peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimum.

b. Teori motivasi

Lima teori motivasi menurut Siagian (2012: 140-179) antara lain sebagai berikut.

32 1) Teori kebutuhan

Teori kebutuhan memfokuskan pada apa yang dibutuhkan individu untuk hidup secara berkecukupan. Teori ini berfokus pada pemahaman bahwa seseorang menjadi termotivasi jika belum mencapai kebutuhan/kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Abraham Maslow mengembangkan hierarki kebutuhan, yang mengelompokkan kebutuhan menjadi lima macam sebagaimana digambarkan pada hierarki berikut.

Gambar 2. Hierarki Kebutuhan menurut Maslow

Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Djaali, 2014: 101-102).

a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya dengan segera seperti keperluan untuk makan,minum, berpakaian, dan bertempat tinggal.

b) Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan, atau perlindungan

Aktuali- sasi diri Harga diri Kebutuhan

sosial

Kebutuhan aman dan nyaman Kebutuhan Fisiologis

33

dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya.

c) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

d) Kebutuhan akan harga diri, yaitukebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.

2) Teori penentuan tujuan

Kejelasan tujuan yang hendak dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang semakin besar. Ditekankan dalam teori ini bahwa semakin besar partisipasi seseorang dalam menentukan tujuan itu, semakin besar pula motivasinya untuk meraih keberhasilan (Siagian, 2012: 174).

3) Teori penguatan

Teori penguatan mengasumsikan bahwa motivasi dapat dimodifikasi akibat adanya faktor dorongan dari luar yaitu adanya penguatan dan pengekangan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu. Penguatan dapat diciptakan oleh lingkungan sosial atau oleh suatu regulasi yang mengatur individu. Penguatan positif (positive reinforcement) baik berupa hadiah atau peningkatan status untuk pencapaian sesuatu dapat membangkitkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya adanya penguatan negative (negative reinforcement) dapat menyebabkan seseorang berusaha untuk menghindari sesuatu.

34 4) Teori keadilan

Teori ini berasumsi bahwa motivasi dapat timbul akibat kondisi ketidakadilan. Ketidakadilan dapat dipersepsikan sebagai kondisi nyata ketidakadilan maupun sebagai “ketidakadilan yang dipersepsi.” Ketidakadilan nyata dapat terjadi akibat adanya diskriminasi hak dan kewajiban.

Persepsi seseorang tentang keadilan perlakuan terhadap dirinya sangat dipengaruhi oleh pandangan orang yang bersangkutan mengenai dirinya sendiri (Siagian, 2012: 179). Contohnya jika seorang peserta didik mendapatkan nilai yang kurang baik, sementara peserta didik lainnya mendapatkan nilai yang lebih baik; maka dia dapat menganggap bahwa terjadi “ketidakadilan” karena keduanya telah sama-sama berusaha belajar, sehingga timbul upaya untuk mengejar dengan belajar lebih giat untuk mencapai prestasi.

5) Teori harapan

Teori harapan mengasumsikan bahwa kuatnya motivasi seseorang berprestasi tergantung pada pandangannya tentang betapa kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai apa yang diusahakan untuk dicapai (Siagian, 2012: 180). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teori motivasi menurut Siagian terdiri dari teori kebutuhan, penentuan tujuan, penguatan, keadilan, dan harapan.

35 c. Karakteristik motivasi berprestasi

Ausubel mengemukakan bahwa motivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan kognitif, an ego-enhacing one, dan komponen afilasi. Dorongan kognitif adalah keinginan peserta didik untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya. An ego-enhanching one adalah keinginan peserta didik untuk meningkatkan status dan harga dirinya (self esteem), misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponen afilasi adalah keinginan peserta didik untuk selalu berafiliasi dengan peserta didik lain (Djaali, 2014: 104).

Ormrod (2008: 126) menyebutkan karakteristik motivasi peserta didik tingkat kelas 3-5 antara lain: 1) munculnya minat yang agak stabil, 2) meningkatnya fokus pada tujuan, 3) pengakuan bahwa usaha dan kemampuan saling mengimbangi, 4) meningkatnya kepercayaan tentang kemampuan bawaan, dan 5) meningkatnya kesadaran tentang jenis-jenis atribusi yang akan memunculkan reaksi positif dari orang lain. Djaali (2014: 109-110) menyebutkan enam karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah sebagai berikut.

1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

2) Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

3) Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperolah umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

36

5) Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

6) Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya,ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Hal tersebut sejalan dengan Sardiman A.M. (2007: 85) yang menyebutkan delapan karakteristik seseorang yang memiliki motivasi berprestasi adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, serta senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menggunakan enam karakteristik motivasi berprestasi menurut Sardiman sebagai indikator instrumen penelitian. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut

1) Tekun menghadapi tugas, artinya peserta didik akan bekerja keras terus- menerus dalam waktu yang lama dan sungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas belajar.

2) Ulet menghadapi kesulitan, artinya peserta didik tidak mudah putus asa dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya. Peserta didik akan tetap berusaha mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diraihnya.

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, artinya peserta didik menunjukkan adanya rasa suka dan senang berpartisipasi dalam memecahkan masalah.

37

4) Lebih senang bekerja mandiri, artinya peserta didik akan lebih senang mengerjakan suatu aktivitas tanpa bantuan orang lain.

5) Cepat bosan pada tugas yang rutin, artinya peserta didik cenderung menyukai tantangan dan cenderung menolak tugas yang rutin.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya, artinya peserta didik cenderung teguh pendirian dan tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

d. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan suatu proses psikologis dengan usaha yang semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan dengan predikat unggul. Menurut Martianah (Sugiyanto, 2007: 5-6) motivasi berprestasi sebagai proses psikologis dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai berikut.

1) Faktor individu (intern)

Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu, yaitu sebagai berikut.

a) Kemampuan

Kemampuan merupakan kekuatan yang dimiliki sesorang sebagai pendorong atau penggerak dalam melakukan suatu tindakan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi biasanya didukung oleh kemampuan yang tinggi pula.

b) Kebutuhan

Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa

38

kebutuhan dasar hidup manusia terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Djaali, 2014: 101-102).

c) Minat

“Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.” (Slameto, 2013: 180). Individu yang memiliki minat, akan ditunjukkan melalui partisipasinya dalam suatu aktivitas. Individu tersebut cenderung akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

d) Harapan/keyakinan

Menurut Atkinson (dalam Djaali, 2014: 105) menyatakan bahwa “makin besar harapan seseorang terhadap suatu objek dan makin tinggi nilai objek itu bagi orang tersebut, berarti makin besar motivasinya.” Seseorang yang memiliki harapan dan keyakinan yang kuat, maka akan mendorongnya untuk menggapai harapan tersebut dengan usaha yang tinggi.

e) Regulasi Diri

“Motivation is intimately linked with self-regulation (Pintrich dalam Schunk, 2009: 503). Motivasi berhubungan erat dengan regulasi diri. Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik akan termotivasi untuk mencapai tujuan.

39 f) Konsep Diri

Fernald & Fernald (dalam Zusy Aryanti, 2003) mengungkapkan salah satu faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi adalah konsep diri. Apabila seorang individu meyakini dirinya mampu melakukan suatu hal, maka individu tersebut akan berusaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

2) Faktor lingkungan (ekstern)

Mc Clelland (dalam Sugiyanto, 2007: 6-7), beberapa faktor lingkungan yang dapat membangkitkan motivasi berprestasi adalah sebagai berikut.

a) Adanya norma standar yang harus dicapai

Lingkungan akan berpengaruh terhadap standar kesuksesan yang harus dicapai dalam setiap penyelesaian tugas, sehingga mendorong seseorang untuk berbuat dengan sebaik-baiknya.

b) Ada situasi kompetisi

Situasi kompetisi tidak akan memengaruhi motivasi seseorang, apabila seseorang tersebut tidak mampu beradaptasi dengan baik di dalamnya.

c) Jenis tugas dan situasi menantang

Tugas dan situasi yang menantang akan memungkinkan kesuksesan atau kegagalan. Untuk menghindari kegagalan, biasanya sesorang akan termotivasi untuk mengerjakannya dengan baik.

40 d) Keluarga

Moh. Sochib (2010: 2) menjelaskan pentingnya peran orang tua dalam mencapai tujuan pendidikan. Ki Hajar Dewantara (dalam Moh. Sochib, 2010: 3-4) menyebutkan bahwa esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya berpartisipasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga menjadi kunci keberhasilan anak-anaknya. Hal tersebut diperkuat oleh Hurlock (1978: 201) yang menyatakan bahwa salah satu sumbangan keluarga pada perkembangan anak, yaitu sebagai perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kemampuan, kebutuhan, minat, dan harapan/keyakinan, regulasi diri, dan konsep diri. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari adanya norma standar yang harus dicapai, ada situasi kompetisi, serta jenis tugas dan situasi menantang, dan keluarga.

e. Fungsi motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan peserta didik dalam belajar. Sardiman A.M (2007: 85) menyebutkan tiga fungsi motivasi, yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan menyeleksi perbuatan dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

41

Hal tersebut sejalan dengan Dimyati & Mudjiono (2006: 85-86) yang menyebutkan pentingnya motivasi berprestasi dalam belajar bagi peserta didik antara lain: 1) menyadarkan kedudukan pada awal, proses, dan hasil akhir belajar, 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya, 3) mengarahkan kegiatan belajar, 4) membesarkan semangat belajar, dan 5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Motivasi berprestasi juga penting diketahui oleh guru yang berfungsi sebagai berikut: 1) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat peserta didik dalam belajar, 2) mengetahui dan memahami motivasi belajar peserta didik di kelas yang bermacam-macam, 3) meningkatkan dan menyadarkan guru akan perannya, dan 4) memberi peluang guru untuk „unjuk kerja‟ rekayasa pedagogis.

Dari beberapa uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa fungsi motivasi berprestasi bagi peserta didik antara lain dapat mendorong, mengarahkan, dan menyeleksi kegiatan belajar, meningkatkan semangat, serta memberikan pemahaman bahwa belajar berkaitan erat dengan masa depannya. Dalam hal ini, guru memiliki peran untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat peserta didik agar mencapai tujuan pembelajaran dengan predikat unggul. Dengan demikian diperlukan upaya secara sinergis antara guru dengan diri peserta didik untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik.

42

4. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Dokumen terkait