• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Tinjauan tentang Regulasi Diri

Teori Bandura menjadi dasar berkembangnya regulasi diri. Hal tersebut sesuai dengan Bandura, 1997; Pintrich, 2004; Pintrich & Zusho, 2002, B. Zimmerman, 2000; Zimmerman & Schunk, 2004 (dalam Schunk, 2012: 552) yang menyatakan bahwa prinsip teori kognitif sosial dari Albert Bandura telah diterapkan secara luas pada pengaturan (regulasi) diri. Teori tersebut menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan (Sugihartono, et.al., 2013: 101). Dari perspektif sosial kognitif, regulasi diri membutuhkan pilihan bagi peserta didik. Ini tidak berarti bahwa peserta didik selalu mengambil keuntungan dari pilihan yang tersedia, khususnya ketika mereka tidak memahami tentang apa yang dilakukan dan kemudian bertanya kepada guru.

Regulasi diri merupakan suatu alat bagi peserta didik untuk menyalurkan keinginan mereka dalam memenuhi kebutuhan kompetisinya (Elliot & Dweck, 2005: 6). Hal ini sejalan dengan pendapat Zimmerman (dalam Schunk, 2012: 545) menyatakan bahwa regulasi (pengaturan) diri merupakan proses yang digunakan peserta didik untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan tindakan

14

secara sistematis untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, regulasi diri berkaitan dengan proses pencapaian tujuan.

Schunk (2012: 561) menjelaskan bahwa regulasi diri merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam menjalani proses pendidikannya. “Self-regulated learning refers to ability to controll all aspects of one’s learning, from advance planning to how one evaluates performance afterward” (Bruning, et.al., 2011: 114). Artinya regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengontrol semua aspek pembelajaran, dari perencanaan hingga bagaimana mengevaluasi perilaku setelahnya. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki regulasi diri akan muncul motivasi dalam dirinya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa “motivasi terkait erat dengan pengaturan diri” (Pintrich, 2003; Wolters, 2003 dalam Schunk, 2012: 585).

Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa regulasi diri merupakan kemampuan mengontrol diri sendiri yang mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan yang direncanakan untuk mencapai tujuan personal. Peserta didik yang memiliki regulasi diri akan muncul motivasi dalam dirinya.

b. Aspek regulasi diri

Proses self regulation dilakukan agar seseorang atau individu dapat mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan, seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, sosial, pengendalian emosi yang baik sehingga membawa seseorang kepada self regulation yang baik. Ajisuksmo (1958: 27) menyebutkan enam aspek regulasi

15

diri, yaitu mengecek, merencanakan, mengawasi, menguji, memperbaiki, dan mengevaluasi diri melalui proses pembelajaran yang aktif.

Schunk (2012: 141) menyebutkan tiga aspek utama dalam regulasi diri, yaitu pengawasan diri (perhatian yang disengaja terhadap aspek-aspek tertentu dari perilaku seseorang), pengajaran diri, dan penguatan diri (menguatkan diri sendiri untuk melakukan respon yang benar). Tiga aspek pengaturan diri menurut Ormrod (2008: 30) antara lain standar dan tujuan yang ditetapkan diri sendiri, cara memonitor dan mengevaluasi diri sendiri, dan konsekuensi yang ditentukan sendiri untuk setiap kesuksesan maupun kegagalan.

Sedangkan Zimmerman (dalam Schunk, 2012: 560) mengembangkan regulasi diri mencakup tiga fase, yaitu pemikiran, kinerja atau kendali, dan refleksi diri. Fase pemikiran mendahului kinerja aktual dan mengacu pada proses yang terjadi selama pembelajaran dan memengaruhi perhatian dan tindakan. Dalam fase ini, peserta didik membuat tujuan, terlibat dalam perencanaan strategi untuk mencapai tujuan. Kendali kinerja melibatkan strategi belajar yang memengaruhi motivasi. Selama refleksi diri, peserta didik melakukan evaluasi terhadap kinerja mereka. Berikut fase siklus pengaturan diri.

Gambar 1. Fase Siklus Pengaturan Diri (Zimmerman dalam Schunk, 2012: 560) Pemikiran

Kinerja atau kendali

16

Berdasarkan hasil uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa regulasi diri (self regulation) terdiri dari beberapa aspek. Regulasi diri menurut Zimmerman terdiri dari proses pemikiran yang mengawasi, mengatur, dan menguatkan diri, kemudian terdapat reaksi diri berupa kinerja yang menggunakan beberapa strategi untuk mencapai tujuan, serta diakhiri dengan proses refleksi yang di dalamnya terdapat proses evaluasi diri terhadap kinerja yang telah dilakukan.

c. Karakteristik regulasi diri

Schunk (2012: 561) menyebutkan “peserta didik bisa mengubah proses pengaturan diri dengan bekerja lebih keras, lebih tekun, mengadopsi apa yang mereka yakini sebagai strategi yang lebih baik, atau mencari bantuan dari guru dan teman.” Zimmerman (1990: 7) menyebutkan empat belas strategi regulasi diri dalam belajar antara lain adalah sebagai berikut.

1) Self evaluation, yaitu peserta didik menunjukkan inisiatifnya untuk mengevaluasi kualitas atau kemajuan kerja yang sudah dilakukannya. 2) Organization and transformation, yaitu peserta didik menunjukkan

inisiatifnya untuk mengatur atau menyusun kembali materi pelajaran untuk mempermudah proses belajarnya.

3) Goal setting and planning, yaitu peserta didik menetapkan tujuan akademik dan perencanaan aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

17

4) Seeking information, yaitu peserta didik menunjukkan usaha yang dilakukan untuk mencari sumber yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas dari sumber-sumber nonsosial.

5) Record keeping and self monitoring, yaitu peserta didik berinisiatif merekam suatu peristiwa atau hasil yang telah dicapai.

6) Environmental structuring, yaitu peserta didik mengatur lingkungan belajarnya agar dapat belajar lebih baik, baik lingkungan fisik maupun psikologis.

7) Giving self-consequences, yaitu peserta didik menunjukkan konsekuensi terhadap keberhasilan maupun kegagalannya.

8) Rehearsing and memorizing, yaitu peserta didik mengingat materi pelajaran dengan latihan.

9) Seeking social assistance from peers, yaitu peserta didik meminta bantuan kepada teman dalam kelompoknya.

10)Seeking social assistance from teachers, yaitu peserta didik meminta bantuan kepada guru.

11)Seeking social assistance from other adults, yaitu peserta didik meminta bantuan kepada orang dewasa lainnya.

12)Reviewing notes, yaitu peserta didik berinisiatif melihat kembali catatan. 13)Reviewing books, yaitu peserta didik berinisiatif melihat kembali buku

pelajaran.

14)Reviewing tests, yaitu peserta didik berinisiatif melihat kembali soal- soal ujian yang pernah dilakukan.

18

Sedangkan menurut Vermunt (dalam Ajisuksmo, 1996: 31) menjelaskan delapan aktivitas regulasi adalah menetapkan tujuan (orienting),

merencanakan (planning), memantau (monitoring), menguji (testing),

mendiagnosa (diagnosing), mengevaluasi (evaluating), dan merefleksi

(reflecting). Clara R.P. Ajisuksmo (1996: 31) juga menambahkan bahwa salah satu komponen penting dalam regulasi diri adalah peserta didik memahami makna belajar, sehingga mereka mengetahui cara mengatur dirinya saat proses pembelajaran.

Ormrod (2008: 38) menjelaskan delapan karakteristik proses regulasi diri adalah sebagai berikut.

1) Penetapan tujuan (goal setting)

Peserta didik mengatur dirinya tentang apa yang ingin mereka capai ketika belajar. Dengan kata lain peserta didik telah mampu menetapkan pencapaian/target saat belajar. Selain itu, peserta didik juga mengaitkan tujuan-tujuan aktivitas belajar dengan tujuan dan cita-cita jangka panjang.

2) Perencanaan (planning)

Peserta didik mengatur diri dalam menggunakan waktu dan segala sumber daya atau fasilitas belajar yang ada. Dalam hal ini peserta didik mampu merencanakan waktu dan fasilitas belajar yang dapat mendukung aktivitas belajarnya.

19 3) Motivasi diri (self-motivation)

Peserta didik dengan regulasi diri yang baik akan menyelesaikan suatu tugas dengan sukses. Mereka mengarahkan proses belajar agar lebih menyenangkan, mengingatkan diri mereka sendiri akan pentingnya mengerjakan tugas dengan baik, dan menjanjikan kepada diri mereka sendiri hadiah tertentu begitu suatu tugas selesei dikerjakan.

4) Kontrol atensi (attention control)

Peserta didik mengatur dirinya dengan berusaha memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang sedang berlangsung dan menghindari diri dari hal-hal yang mengganggu.

5) Penggunaan strategi belajar yang fleksibel (flexible use of learning strategies)

Peserta didik dengan regulasi diri baik akan memiliki strategi belajar yang berbeda tergantung tujuan spesifik yang akan mereka capai. Dalam hal ini, peserta didik mampu menetapkan berbagai strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6) Monitor diri (self-monitoring)

Peserta didik dengan regulasi diri baik akan terus memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan.

7) Mencari bantuan yang tepat (appropriate help seeking)

Peserta didik dengan regulasi diri yang baik tidak selalu harus berusaha sendiri. Mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain dan mencari bantuan semacam itu.

20 8) Evaluasi diri (self-evaluation)

Peserta didik yang mampu mengatur diri menentukan apakah yang mereka pelajari telah memenuhi tujuan awal mereka.

Dari beberapa uraian tersebut, maka peneliti menggunakan karakteristik menurut Ormrod sebagai indikator instrumen regulasi diri, yaitu penetapan tujuan, perencanaan, motivasi diri, kontrol atensi, penggunaan strategi belajar yang fleksibel, monitor diri, mencari bantuan yang tepat, dan evaluasi diri. d. Faktor-faktor yang memengaruhi regulasi diri

Feist dan Gregory J. Feist (2013: 219-222) menjelaskan dua faktor yang memengaruhi regulasi diri (self regulation), yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Faktor eksternal dalam regulasi diri

Faktor eksternal memengaruhi regulasi diri dengan dua cara: a) Standar

Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku diri individu sendiri. Standar tidak hanya berasal dari daya-daya internal saja, namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan. Anak akan belajar melalui orang tua dan gurunya.

b) Penguatan (reinforcement)

Faktor eksternal memengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Individu membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan eksternal. Insentif untuk dapat menyelesaikan suatu proyek biasanya dalam bentuk penghargaan, sedangkan untuk

21

performa yang mengecewakan akan mendapat hukuman dari lingkungan.

2) Faktor internal dalam regulasi diri

Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura (dalam Feist, 2013: 220-221) mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal adalah sebagai berikut.

a) Observasi diri (self observation)

Observasi diri dilakukan dengan memonitor penampilan diri sendiri, meskipun tidak lengkap atau akurat. Selain itu, perlu adanya perhatian secara selektif terhadap beberapa aspek perilaku dan melupakan yang lainnya sepenuhnya.

b) Proses penilaian (judgmental process)

Proses penilaian bergantung pada empat hal, yaitu standar pribadi, performa rujukan, pemberian nilai pada kegiatan, dan atribusi terhadap performa. Standar pribadi bersumber dari pengamatan model, misalnya orang tua atau guru. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar aktivitas mengevaluasi performa dengan membandingkan dengan standar acuan.

Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan nilai yang didapatkan individu dalam sebuah aktivitas. Sehingga regulasi diri akan mendorong individu mencari penyebab-penyebab tingkah laku untuk mencapai tujuan personal.

22 c) Reaksi diri (self response)

Setiap individu akan merespon perilakunya, baik secara positif maupun negatif. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Misalnya seorang peserta didik yang rajin dan telah menyelesaikan tugas dapat memberikan penghargaan pada dirinya sendiri dengan menonton program televisi kesukaannya.

Berdasarkan hasil uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi regulasi diri seseorang ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari standar dan penguatan (reinforcement), sedangkan faktor internal terdiri dari observasi diri (self observation), proses penilaian (judgmental process), dan reaksi diri (self response).

2. Tinjauan tentang Konsep Diri

Dokumen terkait