• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Partisipasi

P to take part apabila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti ambil bagian . Sedangkan partisipasi dalam pengertian umum diartikan dengan peran serta, keikutsertaan seseorang atau sekumpulan orang dalam suatu kegiatan bersama. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia erilahal turut berperan serta

dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian partisipasi akan disajikan beberapa pendapat tentang pengertian partisipasi yaitu, sebagai berikut :

Bornby dalam Totok Mardikanto (1988: 101) mendefinisikan partisipasi sebagai indakan mengambil bagian yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari suatu kegiatan dengan maksud untuk memperoleh manfaat

Hal senada diungkapkan oleh Teodorson dalam Totok Mardikanto asi merupakan keikut-sertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri

Murbyarto dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102) mengartikan artisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri

pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang di

commit to user

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan peran serta, keikutsertaan, pengambilan bagian dalam suatu kegiatan, untuk membantu mewujudkan keberhasilan program tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di luar profesinya tanpa mengorbankan kepentingan pribadi, dengan tujuan memperoleh manfaat dari keikutsertaanya tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Angell dalam Sacafirmansyah mengatakan bahwa :

Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: 1) Usia, 2) jenis kelamin, 3) pendidikan, 4) pekerjaan dan penghasilan, serta 5) lamanya tinggal (Sacafirmansyah, 2009: 7-8 diakses dalam www.sacafirmansyah.wordpress.com).

Di bawah ini adalah penjabaran dari kelima faktor tersebut : 1) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2) Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan

bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

commit to user

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4) Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

c. Syarat Tumbuhnya Partisipasi

Margono Slamet dalam Totok Mardikanto (1988: 109) mengatakan bahwa: ntuk menumbuhkan partisipasi itu sendiri sebagai kegiatan nyata diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Adanya kesempatan; 2) kemampuan; dan 3) kemauan warga masyarakat untuk berpartisipasi

Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Adanya kesempatan untuk berpartisipasi

Dalam kenyataan, banyak program pembangunan kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak, juga sering dirasakan t

masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud di sini adalah :

commit to user

a) Kemampuan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan hasil pembangunan; sejak dari tingkat pusat sampai dijajaran yang paling bawah.

b) Kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan.

c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam, dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.

d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat (termasuk peralatan pelengkap penunjangnya).

e) Kesempatan ikut berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan, dan

f) Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan, serta memelihara partisipasi masyarakat.

2) Kemampuan untuk berpartisipasi

Perlu disadari bahwa adanya kesempatan-kesempatan yang disediakan/ditumbuhkan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat akan tidak banyak berarti, jika masyarakatnya memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, yang dimaksud dengan kemampuan di sini adalah :

a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan- kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).

b) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki.

c) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

commit to user

Kesempatan dan kemampuan yang cukup, juga belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membangun. Kemampuan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang mereka miliki, yang menyangkut :

a) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.

b) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya. c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

diri.

d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya tujuan pembangunan.

e) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

d. Macam-Macam dan Bentuk-Bentuk Partisipasi 1) Macam-macam Partisipasi

Berdasarkan derajat kesukarelaan partisipasi, Dusseldorp dalam Totok Mardikanto (1988: 105) embedakan macam-macam partisipasi dalam: a) Partisiasi bebas, b) partisipasi paksaan atau partisipasi tertekan, dan c) partisipasi karena kebiasaan

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Partisipasi bebas, yaitu partisipasi yang dilandasi oleh rasa kesukarelaan yang bersangkutan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi bebas ini dibedakan dalam :

(1)Partisipasi spontan, yaitu partisipasi yang tumbuh secara spontan dari keyakinan atau pemahamannya sendiri, tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari penyuluhan atau bujukan yang dilakukan oleh pihak lain (baik individu maupun lembaga masyarakat)

commit to user

(2)Partisipasi terinduksi, jika partisipasi sukarela itu tumbuh karena terpengaruh oleh bujukan atau penyuluhan agar ia secara sukarela berpartisipasi dalam kegiatan tertentu yang dilaksanakan dalam/oleh masyarakatnya. Partisipasi terinduksi ini, dapat dibedakan lagi berdasarkan pihak-pihak yang mempengaruhinya, yaitu :

(a) Pemerintah, atau kelompok/organisasi sosial yang diikutinya. (b) Lembaga sukarela di luar masyarakatnya sendiri.

(c) Seseorang individu atau lembaga-lembaga sosial setempat. b) Partisipasi paksaan atau partisipasi tertekan yang pada dasarnya

dibedakan dalam dua macam yaitu:

(1)Partisipasi tertekan oleh hukum atau peraturan, yaitu keikutsertaan dalam suatu kegiatan yang diatur oleh hukum/peraturan yang berlaku yang bertentangan dengan keyakinan atau pendiriannya sendiri, tanpa harus memerlukan persetujuannya terlebih dahulu. (2)Partisipasi paksaan karena keadaan sosial-ekonomi. Partisipasi

seperti ini seolah-olah dapat disamakan dengan partisipasi bebas, karena partisipasi sama sekali tidak memperoleh tekanan atau paksaan secara langsung dari siapapun juga untuk berpartisipasi. Tetapi, jika ia tidak berpartisipasi dalam kegiatan tertentu, ia akan menghadapi tekanan, ancaman atau bahkan bahaya yang akan menekan kehidupannya sendiri dan kelurganya, misalnya keikutsertaan seseorang dalam partai politik, keikutsertaan petani kecil dalam kelompok patron-client tertentu, ataupun keanggotaan petani dalam kelompok tani.

c) Partisipasi karena kebiasaan, yaitu suatu bentuk partisipasi yang dilakukan karena kebiasaan setempat, seperti kebiasaan-kebiasaan karena jenis kelamin, ras, agama/aliran kepercayaan, dan sebagainya.

2) Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut Sacafirmansyah dalam artikelnya yang berjudul

commit to user

Solaeman, Capin, Hamijoyo, Pasaribu dan Simanjuntak, menyebutkan bahwa:

Bentuk-bentuk partisipasi yaitu: partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi ketrampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif (Sacafirmansyah, 2009: 4-5 diakses dalam www.sacafirmansyah.wordpress.com).

Di bawah ini merupakan penjelasan dari delapan bentuk-bentuk partisipasi diatas, adalah sebagai berikut :

a) Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

b) Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

c) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

d) Partisipasi ketrampilan, yaitu memberikan dorongan melalui ketrampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya, dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. e) Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

f) Partisipasi sosial, partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban, misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

commit to user

g) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

h) Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

2. Tinjauan tentang Masyarakat

Dokumen terkait