• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA SURAKARTA"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI

KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI Oleh :

RIZKY TRI KURNIASARI

K6407044

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rizky Tri Kurniasari

NIM : K6407044

Jurusan/ Program Studi : P. IPS/ PPKn

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN

ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi

yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Oktober 2012

Yang membuat pernyataan

(3)

commit to user

iii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI

KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA

SURAKARTA

Oleh

RIZKY TRI KURNIASARI

K6407044

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Oktober 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Ch. Baroroh, M. Si. NIP. 19520706 198004 2 001

Pembimbing II

(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Triyanto, S. H., M. Hum

Sekretaris : Triana Rejekinigsih, S. H., KN, M. Pd

Pembimbing I : Dra. Ch. Baroroh, M. Si ...

Pembimbing II : Drs. H. Utomo, M. Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

Rizky Tri Kurniasari. K6407044. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta, (2) Mengetahui kecenderungan kejahatan kekerasan seksual dan partisipasi masyarakat di Kota Surakarta mengalami peningkatan ataukah penurunan dan solusinya.

Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan, peristiwa/aktivitas, dokumen dan arsip. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokumen. Validitas data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik trianggulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta, meliputi kegiatan pencegahan yang dilakukan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan masyarakat perorangan dengan memberikan sosialisasi kepada orang tua dan pemberian pendidikan seksual pada anak-anak, menfasilitasi anak untuk mengkampanyekan hak-hak anak, memberi kegiatan positif bagi anak

seperti: membentuk forum anak, mendirikan dan

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Rizky Tri Kurniasari. K6407044. SOCIETY PARTICIPATION IN OVERCOMING WITH CHILD SEXUAL ABUSE CRIME IN SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, October 2012.

The objectives of research were to: (1) Find out society participation in overcoming with child sexual abuse crime in Surakarta, (2) Find out whether the tendency of sexual abuse crime and society participation in Surakarta increases or decreases and the solution.

In line with the problem and objective of research, this research was conducted using a descriptive qualitative method with a single embedded research strategy. The data sources used in this research were informants, events or activities, documents and archives. The sampling techniques used purposive sampling and snowball sampling. Techniques of collecting data used interview, observation and documents analysis. The data validity in this research was obtained using data triangulation.

(8)

commit to user

viii MOTTO

Katakanlah kepada orang-

pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih

suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

-(QS. Al Maidah, 5:32).

f dan mencegah dari kemungkaran; mereka

itulah

orang-Anak belajar dari kehidupannya

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan perlakuan baik, ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar mempercayai

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyukai diri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar

menemukan cinta dalam kehidupann

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Bapak dan Ibu yang tidak henti-hentinya

mendoakan dan memberikan dukungan pada

penulis

Kakak-kakakku Wal Asri Isnaeni dan Nurul

Fajrin atas motivasinya

Anak-anak kuala koster lantai dua (Tata, Kikis,

Ilmi, Rosi, Mba Intan, Tiara) atas tawa dan

dukungannya selama ini

Sahabat terbaik disaat kuliah (Indriyani

Cahyaningrum, Nur Aprilia, dan Rosiana

Rahayu)

Pembaca yang budiman

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul :

jahatan Kekerasan Seksual pada

Anak di Kota Surakarta

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari prasyarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah menyetujui penyusunan skripsi

ini.

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan FKIP UNS Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

menyusun skripsi.

4. Dra. Ch. Baroroh, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

5. Drs. H. Utomo, M.Pd., selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis

(11)

commit to user

xi

6. Dr. Triyanto, S. H., M. Hum., selaku Ketua Penguji skripsi yang telah

memberikan kritik dan masukan demi kebaikan skripsi ini.

7. Ibu Triana Rejekiningsing, S. H., K.N., M. Pd., selaku Sekretaris Penguji

skripsi yang telah memberikan kritik dan masukan demi kebaikan skripsi

ini.

8. Drs. H. Utomo, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi, bimbingan, dan pengarahan dengan baik selama

penulis menjalani masa studi sampai menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman PPKn Angkatan 2007 yang telah membantu menyelesaikan

skripsi ini dan juga yang telah mewarnai hari-hari penulis selama menjadi

mahasiswa.

11.Pihak-pihak terkait yang dengan kerelaannya membantu penulis dalam

pengumpulan data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis demi kelancaran penulisan

skripsi ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan atas

jasa-jasa yang telah diberikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan karena

keterbatasan penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2012

(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Tinjauan tentang Partisipasi ... 9

a. Pengertian Partisipasi ... 9

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 10

c. Syarat Tumbuhnya Partisipasi ... 11

d. Macam dan Bentuk Partisipasi ... 13

2. Tinjauan tentang Masyarakat ... 16

a. Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat ... 16

(13)

commit to user

xiii

3. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat dan Pentingnya

Partisipasi Masyarakat dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara 19

4. Tinjauan tentang Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak a. Pengertian Anak ... 21

b. Pengertian Kejahatan dan Kekerasan ... 22

c. Pengertian Kejahatan Kekerasan seksual pada Anak 24 d. Bentuk-bentuk Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak... 26

e. Tanda-tanda Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak 26 f. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Kekerasan Seksual ... 28

g. Anak-anak yang Rentan Mengalami Kejahatan Kekerasan Seksual ... 30

h. Dampak Kejahatan Kekerasan Seksual bagi Anak ... 31

i. Peraturan tentang Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak Menurut Hukum Positif ... 32

5. Tinjauan tentang Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak ... 37

a. Pengertian Menanggulangi dan Konsepsi dalam Menanggulangi Kriminalitas ... 37

b. Upaya Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual 38 pada Anak... c. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak ... 42

B. Kerangka Berfikir... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

1. Tempat Penelitian ... 46

2. Waktu Penelitian ... 46

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 47

(14)

commit to user

xiv

2. Strategi Penelitian ... 47

C. Sumber Data ... 48

D. Teknik Sampling (Cuplikan) ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

F. Validitas Data ... 56

G. Analisis Data ... 57

H. Prosedur Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 62

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 62

1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Kota Surakarta ... 62

2. Gambaran Terjadinya Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ... 65

a. Pelaku dan Korban Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ... 66

b. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ... 68

3. Upaya Pihak Kepolisian Unit PPA dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak ... 75

a. Upaya Preventif (Pencegahan) ... 75

b. Upaya Represif (Penanganan) Secara Penal ... 76

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 1. Partisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ... 81

a. Partisipasi Yayasan KAKAK ... 81

b. Partisipasi Tokoh Masyarakat ... 97

c. Partisipasi Tokoh Agama ... 108

d. Partisipasi Masyarakat Biasa ... 111

2. Kecenderungan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak dan Partisipasi Masyarakat di Kota Surakarta Mengalami Peningkatan ataukah Penurunan dan Solusinya ... 118

(15)

commit to user

xv

pada Anak di Kota Surakarta Mengalami

Peningkatan atau penurunan ... 118

b. Kecenderungan Partisipasi Masyarakat mengalami Peningkatan atau Penurunan ... 119

c. Solusi ... 126

C. Temuan Studi ... 129

1. Partisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ... 129

2. Kecenderungan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak dan Partisipasi Masyarakat Mengalami Peningkatan ataukah Penurunan di Kota Surakarta dan solusinya... 133

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Implikasi ... 140

C. Saran ... 141

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan penelitian 46

Tabel 2. Luas Wilayah Kota Surakarta Per Kecamatan 62

Tabel 3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat

Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009 63

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut

di Kota Surakarta Tahun 2009 64

Tabel 5. Jumlah Penduduk Lima Tahun Ke Atas Menurut

Tingkat Pendidikan Di Kota Surakarta Tahun 2009 64

Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian

di Kota Surakarta Tahun 2009 65

Tabel 7. Data Jumlah Kasus Kekerasan Seksual pada Anak dan Wilayah

Terjadinya Kasus pada Tahun 2009-Juni 2011 yang Berhasil

Dipantau oleh Yayasan KAKAK Surakarta 71

Tabel 8. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual (Laki-laki: 7, Perempuan 70)

yang Berhasil Dipantau oleh Yayasan KAKAK Surakarta 72

Tabel 9. Data Kasus Kekerasan Seksual dengan Korban Anak

Selama Tahun 2010 (Bulan Januari-Desember) 73

Tabel 10. Data Kasus Kekerasan Seksual dengan Korban Anak

Selama Tahun 2011 (Bulan Januari-Desember) 74

Tabel 11. Ketentuan Umum PPT PA (Program Pelayanan Terpadu Bagi

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. ... 45

Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif ... 59

Gambar 3. Alur Pelaporan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual

pada Pihak Kepolisian ... 77

Gambar 4. Proses Penyidikan (Pemeriksaan) Perkara Kejahatan

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Informan. ... 147

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 154

Lampiran 3. Pedoman Observasi ... 158

Lampiran 4. Catatan Lapangan Wawancara dengan Anggota Kepolisian

Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta ... 159

Lampiran 5. Catatan Lapangan Wawancara dengan Pengurus

Yayasan KAKAK Surakarta ... 168

Lampiran 6. Catatan Lapangan Wawancara dengan Masyarakat ... 186

Lampiran 7. Trianggulasi Data ... 257

Lampiran 8. Materi Sosialisasi tentang Kekerasan pada Anak

dari Yayayasan pada Masyarakat ... 260

Lampiran 9. Materi Sosialisasi tentang Kekerasan pada Anak

dari Yayasan KAKAK pada Sekolah ... 262

Lampiran 10. Materi Kegiatan Capacity Building dari Yayasan KAKAK

kepada Pengurus PPT PA Kelurahan Jebres ... 265

Lampiran 11. Foto Kegiatan Penelitian ... 280

Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi

kepada Dekan FKIP UNS ... 289

Lampiran 13. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin

Penyusunan Skripsi ... 290

Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out

kepada Rektor UNS ... 291

Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out kepada Pimpinan

Yayasan KAKAK Surakarta ... 292

Lampiran 16. Surat Permohonan Pengantar Ijin Penelitian kepada

Walikota Surakarta ... 293

Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kapolres

(19)

commit to user

xix

Lampiran 18. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari

Polresta Surakarta ... 295

Lampiran 19. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari

Yayasan KAKAK Surakarta ... 296

Lampiran 20. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari

Kantor Kecamatan Jebres ... 297

Lampiran 21. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari

Kantor Kecamatan Pasar Kliwon ... 298

Lampiran 22. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari

(20)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechstaat), yang memiliki

beberapa ciri diantaranya menjunjung tinggi hukum dan HAM (Hak Asasi

Manusia). Semua hak dan kewajiban warga negara dijamin dalam UUD 1945

(Undang-Undang Dasar 1945) sebagai dasar negara. Salah satu hak dan kewajiban

warga negara yang dijamin oleh UUD 1945 yaitu hak dan kewajiban untuk ikut

berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Diantaranya ikut berpartisipasi membela negara dari berbagai ancaman dari luar

maupun dari dalam bangsa itu sendiri. Dalam hal ini yaitu partisipasi dalam

menanggulangi permasalahan yang timbul di dalam masyarakat, misalnya

kejahatan kekerasan seksual pada anak. Kekerasan seksual pada anak merupakan

suatu ancaman yang datang dari dalam bangsa dan sangat berbahaya bagi mental

dan moral generasi penerus bangsa.

Indonesia merupakan negara yang berpedoman pada ideologi Pancasila

yang di dalam kelima sila Pancasila tersebut terdapat nilai-nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang seharusnya digunakan

sebagai dasar untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia. Namun pada

kenyataannya tidak sedikit dari kita yang hidup tidak sejalan dan bertentangan

dengan pedoman hidup tersebut, misalnya hidup dengan cara liar, amoral, bebas

dan bertentangan dengan ajaran agama seperti halnya orang yang tidak mengakui

dan menggap adanya Tuhan. Kekerasan seksual pada anak merupakan salah satu

perbuatan yang bertentangan dengan ideologi bangsa dan merupakan perbuatan

yang asusila, amoral, biadab, tidak berperikemanusiaan, tidak berperikeadilan dan

merupakan kejahatan yang merugikan serta mendatangkan penderitaan bagi

korban dan keluarganya. Oleh sebab itu, perbuatan ini dapat merusak ketentraman

masyarakat karena sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di

(21)

commit to user

Kekerasan seksual pada anak merupakan tindak kejahatan karena

perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum dan melanggar pasal 287, 289,

290, 291, 292 293, 294 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana selanjutnya

disingkat KUHP dan pasal 81 dan 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak. Kartini, Kartono (2005: 152) mengatakan bahwa

ekerasan seksual pada anak termasuk dalam k .

Selanjutnya menurut Irwanto, dkk (2008 : 5) mengatakan bahwa :

Anak-anak adalah masa depan. Bukan hanya masa depan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi juga masa depan bagi komunitas, bangsa dan negaranya. Mereka adalah masa depan bagi kemanusiaan, tanpa anak tidak ada masa depan bagi siapapun. Tidak memperhatikan kualitas hidup anak sama artinya dengan tidak memperhatikan kelangsungan hidup keluarga, komunitas, bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki

oleh orang dewasa. Berdasarkan Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

tentang Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1989 dinyatakan bahwa anak berhak

atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, partisipasi, serta berhak

mendapatkan perlindungan dari segala tindak kekerasan dan diskriminasi. Namun

ironisnya, meskipun pemerintah telah meratifikasi KHA international tersebut,

pada hakekatnya negara belum mampu mencegah dan melindungi anak dari

segala bentuk pelanggaran hak anak, tindak kekerasan dan diskriminasi. Irwanto,

tindakan yang melanggar hak-hak anak melalui penyalahgunaan kekerasan atas

diri anak yang dimanipulasi sedemikian rupa sehingga anak dijadikan korban dan

diperlakukan sebagai ob

Dunia anak yang seharusnya diwarnai dengan kegiatan yang

menyenangkan seperti bermain, berekreasi, belajar, dan berkreasi untuk

mengembangkan minat dan bakat demi pengembangan diri mereka demi masa

depan dirinya dan bangsanya. Namun pada kenyataanya, dunia anak justru banyak

diwarnai oleh peristiwa kelam dan menyedihkan (Abu Huraerah, 2007: 21).

Banyak anak-anak yang mengalami berbagai macam tindak kekerasan

(22)

commit to user

psikologis namun juga kekerasan seksual. Kekerasan seksual pada anak

merupakan salah satu peristiwa kelam yang sering mengiringi kehidupan anak,

padahal kekerasan ini merupakan kekerasan yang paling berbahaya karena sangat

kompleks dampak yang ditimbulkan, selain dampak fisik kekerasan ini juga

menimbulkan dampak psikologis seperti traumatis yang sulit dihilangkan dan

dampak sosial pada kehidupan di masa yang akan datang.

Tim Yayasan KAKAK (2011 : 3) dalam salah satu bukunya yang

berjudul Aku Ingin Jadi Matahari, mengatakan bahwa:

Kekerasan seksual adalah hubungan/interaksi antara seorang anak dengan seseorang yang lebih tua (dewasa) atau anak yang lebih banyak nalar seperti saudara kandung atau orang tua, orang asing dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas bagi kebutuhan seksual si pelaku. Perbuatan-perbuatan ini dilakukakn dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan. Kegiatan-kegiatan yang mengandung kekerasan seksual tidak harus melibatkan kontak badan antara pelaku dan anak tersebut.

Definisi kekerasan seksual lebih dari perkosaan, bahkan kekerasan

seksual tidak hanya mencakup pada hubungan seksual dengan kontak fisik tetapi

juga non kontak fisik misalnya yaitu berkomentar kotor, mempertontonkan alat

kelaminnya pada orang lain, dan menonton seorang anak sedang telanjang atau

menyuruh atau memaksa anak-anak untuk menonton gambar dan video porno

juga merupakan kekerasan seksual.

Pangkahila dalam Tim Yayasan KAKAK (2011: 4) mengatakan bahwa

fantasi, dan dorongan seksual

yang menimbulkan ketegangan seksual, dan membutuhkan pelepasan seksual

Kekerasan seksual pada anak merupakan cerminan dari mentalitas pelaku

yang tidak terbentuk secara matang. Dorongan nafsu seks yang dibarengi dengan

emosi yang tidak mapan membuat orang tidak dapat menempatkan dan menekan

hasrat seksual dengan baik. Anak-anak yang seharusnya dilindungi, dijaga dan

diberi kasih sayang justru dijadikan sebagai objek pemuas seksual mereka. Selain

(23)

commit to user

pelaku juga ikut mendorong pelaku cenderung tega untuk berbuat jahat tanpa

mempertimbangkan dampak dari perbuatannya yang dilakukan.

Kekerasan seksual pada anak merupakan praktik seksual yang menyimpang karena pelakunya sering menggunakan cara-cara yang jahat dan melanggar ajaran dan nilai-nilai agama yang disertai tipuan, ancaman, kekerasan dan paksaan hal tersebut dilakukan oleh pelaku untuk menunjukkan kekuatan yang digunakan sebagai alat untuk melancarkan niat jahatnya (Wahid dan Irfan, 2001 : 32).

Astri Purwakasari mengemukakan bahwa salah satu faktor pendorong

anak menjadi korban kekerasan seksual yaitu:

Anak-anak kerap menjadi korban perkosaan karena mereka innocent (polos) dan tidak berdaya, apalagi jika harus berhadapan dengan orang yang lebih dewasa terutama orang tua. Dalam perkosaan anak, pelakunya menggunakan kekerasan sebagai unsur unjuk kekuatan (show of force) dari pelaku pada korban. Biasanya pelaku adalah pengecut yang ingin menunjukkan kekuatannya pada si lemah (Astri Purwakasari, 2009: 4 diakses dalam http://kakak.org/home).

Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk 11.370 jiwa/km2, angka tersebut menyebabkan Kota Surakarta menjadi kota terpadat di Provinsi Jawa Tengah. Dengan kepadatan penduduk tersebut

menyebabkan Kota Surakarta memiliki potensi problem sosial yang cukup rawan

seperti perumahan, kesehatan termasuk kriminalitas. Pada Tahun 2006 Kota

Surakarta ditetapkan sebagai salah satu kota percontohan Kota Layak Anak di

Indonesia. Kota yang seharusnya layak bagi anak, dapat menjamin hak-hak anak,

serta mampu melindungi dan memberikan rasa aman bagi anak. Namun pada

kenyataannya masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan dunia anak,

salah satunya adalah masih adanya anak yang menjadi korban kejahatan

kekerasan seksual yang dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota

Surakarta belum bisa ditanggulangi secara tuntas.

Berdasarkan data yang peneliti dapat dari RPK (Ruang Pelayanan

Khusus) Unit PPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak) Sat Reskrim Polresta

Surakarta, dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2011 terdapat 19 kasus

(24)

commit to user

Unit PPA. Semua kasus yang dilaporkan, 100% korbannya adalah anak

perempuan dan rata-rata berusia 14-17 tahun yaitu anak-anak yang duduk

dibangku sekolah SMP-SMA. Sedangkan pelaku kebanyakan adalah orang-orang

yang sudah dikenal oleh korban sebelumnya seperti teman sebaya/teman bermain,

pacar, tetangga, dan kenalan baru lewat HP (handphone) atau facebook kemudian

kopi darat dan menjalin hubungan pertemanan.

Selain data yang peneliti dapat dari Unit PPA Sat Reskrim Polresta

Surakarta, peneliti juga mendapatkan data dari Yayasan KAKAK Surakarta yang

menyebutkan bahwa dari bulan Januari 2009 hingga bulan Juni 2011 terdapat 19

korban kekerasan seksual yang berhasil dipantau oleh Yayasan KAKAK.

Kebayakan korban yang berhasil dipantau yaitu anak yang berusia 15-16 tahun.

Kemudian untuk pelaku 90% orang yang sudah lama mereka kenal dan 10%

orang yang baru kenal. Tempat kejadian sendiri sebagian besar terjadi di rumah

korban, di rumah pelaku dan hotel atau tempat penginapan. Data tersebut tentu

hanya data yang nampak di permukaan karena data yang sesungguhnya bisa lebih

banyak lagi. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh salah satu staf Yayasan

KAKAK yaitu Kak Atur

kekerasan seksual pada anak merupakan fenomena gunung es artinya kasus yang

terlihat di permukaan hanyalah sebagian kecil saja dari kejadian yang sebenarnya

(Catatan Lapangan No. 4 selanjutnya disingkat CL. 4).

Secara legislatif negara Indonesia memang menunjukkan kemajuan yang

bermakna dalam komitmennya untuk memberikan sanksi lebih tegas bagi para

pelaku kekerasan seksual, hal ini terwujud dengan adanya UU Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak, yang memberikan sanksi khusus pada pasal 81

dan 82 bagi pelaku kekerasan seksual. Sanksi tersebut tentu menunjukkan adanya

kemajuan karena sebelumnya penjatuhan sanksi bagi pelaku kejahatan kekerasan

seksual pada anak mengacu pada KUHP yang hukumannya hanya berupa pidana

penjara paling lama sembilan tahun sedangkan dalam pasal 81 dan 82 UU Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pidana penjara paling singkat tiga

tahun dan paling lama yaitu 15 tahun serta denda uang paling banyak Rp

(25)

commit to user

kejahatan kekerasan seksual pada anak belum mendapatkan penanganan secara

memadai.

Sesuai dengan bunyi pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan

dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang

berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban

dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat .

Pasal 69 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, yang dimaksud perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan meliputi :

(1) Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui upaya :

a. Penyebarluasan dan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan; dan

b. Pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi.

(2) Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Masyarakat adalah kelompok yang memiliki kewajiban dan tanggung

jawab untuk melindungi anak, apalagi masyarakat sangat dekat dengan kehidupan

anak-anak, sehingga masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam berbagai bentuk

upaya perlindungan anak termasuk memecahkan berbagai permasalahan yang

menyangkut keselamatan anak. Dalam pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Masyarakat

berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam

Pasal (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga

sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan,

lembaga keagamaan, badan usaha, dan media massa. Kemudian pada Pasal 73

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diterangkan

Peran masyarakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku .

Menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak meliputi upaya

(26)

commit to user

kekerasan seksual pada anak bukan hanya tugas pemerintah, aparat penegak

hukum, namun juga dibutuhkan partisipasi dari masyarakat yang ada di dalamnya.

Kejahatan kekerasan seksual pada anak merupakan salah satu permasalahan yang

membahayakan mental generasi bangsa oleh sebab itu harus ditangani dan

ditanggulangi secara serius, agar tidak ada lagi korban lain yang berjatuhan.

Salah satu komponen yang dikembangkan oleh Pendidikan

Kewarganegaraan yaitu ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) yang salah

satunya adalah ketrampilan partisipasi (participation skills). Dalam konteks ini

warga negara yang dimaksud adalah masyarakat. Mengacu pada Pasal 72 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak partisipasi

masyarakat yang dimaksud adalah Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat

perorangan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk mengambil judul penelitian tentang

Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota

Surakarta

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan

seksual pada anak di Kota Surakarta ?

2. Bagaimana kecenderungan kejahatan kekerasan seksual pada anak dan

partisipasi masyarakat di Kota Surakarta mengalami peningkatan ataukah

penurunan, dan solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui

penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan

(27)

commit to user

2. Mengetahui kecenderungan kejahatan kekerasan seksual pada anak dan

partisipasi masyarakat di Kota Surakarta, mengalami peningkatan ataukah

penurunan dan solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi bidang studi PPKn

(Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dalam mengimplementasikan

mata kuliah Korupsi dan Patologi Sosial yang berkaitan dengan penyakit

masyarakat yaitu kejahatan kekerasan seksual pada anak, dan IKn (Ilmu

Kewarganegaraan) yang berkaitan dengan keterampilan warga negara untuk

berpartisipasi (civic skill participatoris).

b. Sebagai referensi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual

pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang

bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

membantu tugas lembaga penegak hukum, LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) dan instansi-instansi terkait, dalam memecahkan permasalahan

yang timbul di masyarakat terutama yang menyangkut keselamatan dan

eksistensi generasi penerus bangsa khususnya kejahatan kekerasan seksual

pada anak.

b. Memberikan motivasi dan menumbuhkan tanggungjawab serta kesadaran bagi

masyarakat akan pentingnya melakukan penanggulangan kejahatan kekerasan

seksual pada anak.

c. Menambah kepustakaan dalam bidang Ilmu Sosial di Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

(28)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

P to take part apabila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti ambil bagian .

Sedangkan partisipasi dalam pengertian umum diartikan dengan peran serta,

keikutsertaan seseorang atau sekumpulan orang dalam suatu kegiatan

bersama. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia erilahal turut berperan serta

dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta Untuk

mengetahui lebih lanjut tentang pengertian partisipasi akan disajikan beberapa

pendapat tentang pengertian partisipasi yaitu, sebagai berikut :

Bornby dalam Totok Mardikanto (1988: 101) mendefinisikan

partisipasi sebagai indakan mengambil bagian yaitu kegiatan atau

pernyataan untuk mengambil bagian dari suatu kegiatan dengan maksud untuk

memperoleh manfaat

Hal senada diungkapkan oleh Teodorson dalam Totok Mardikanto

asi merupakan keikut-sertaan

seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan

masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri

Murbyarto dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102) mengartikan

artisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program

sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri

sendiri

pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah

(29)

commit to user

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

merupakan peran serta, keikutsertaan, pengambilan bagian dalam suatu

kegiatan, untuk membantu mewujudkan keberhasilan program tersebut sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki di luar profesinya tanpa mengorbankan

kepentingan pribadi, dengan tujuan memperoleh manfaat dari keikutsertaanya

tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Angell dalam Sacafirmansyah mengatakan bahwa :

Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: 1) Usia, 2) jenis kelamin, 3) pendidikan, 4) pekerjaan dan penghasilan, serta 5) lamanya tinggal (Sacafirmansyah, 2009: 7-8 diakses dalam www.sacafirmansyah.wordpress.com).

Di bawah ini adalah penjabaran dari kelima faktor tersebut :

1) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai

dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang

berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2) Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan

bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama

adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran

perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan

pendidikan perempuan yang semakin baik.

3) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

(30)

commit to user

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan

kesejahteraan seluruh masyarakat.

4) Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang

akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan

dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat

mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu

kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa

memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam

partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

c. Syarat Tumbuhnya Partisipasi

Margono Slamet dalam Totok Mardikanto (1988: 109) mengatakan

bahwa: ntuk menumbuhkan partisipasi itu sendiri sebagai kegiatan nyata

diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Adanya kesempatan; 2)

kemampuan; dan 3) kemauan warga masyarakat untuk berpartisipasi

Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Adanya kesempatan untuk berpartisipasi

Dalam kenyataan, banyak program pembangunan kurang

memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang

diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak, juga

sering dirasakan t

masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau

dituntut untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud di sini

(31)

commit to user

a) Kemampuan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam

pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan sejak perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan

hasil pembangunan; sejak dari tingkat pusat sampai dijajaran yang

paling bawah.

b) Kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan.

c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam, dan

manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.

d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang

tepat (termasuk peralatan pelengkap penunjangnya).

e) Kesempatan ikut berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan

menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus

dilaksanakan, dan

f) Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu

menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan, serta

memelihara partisipasi masyarakat.

2) Kemampuan untuk berpartisipasi

Perlu disadari bahwa adanya kesempatan-kesempatan yang

disediakan/ditumbuhkan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat akan

tidak banyak berarti, jika masyarakatnya memiliki kemampuan untuk

berpartisipasi, yang dimaksud dengan kemampuan di sini adalah :

a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-

kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang

untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).

b) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki.

c) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang

tersedia secara optimal.

(32)

commit to user

Kesempatan dan kemampuan yang cukup, juga belum merupakan

jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika

mereka sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membangun.

Kemampuan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang

mereka miliki, yang menyangkut :

a) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat

pembangunan.

b) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.

c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

diri.

d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya

tujuan pembangunan.

e) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk

memperbaiki mutu hidupnya.

d. Macam-Macam dan Bentuk-Bentuk Partisipasi

1) Macam-macam Partisipasi

Berdasarkan derajat kesukarelaan partisipasi, Dusseldorp dalam

Totok Mardikanto (1988: 105) embedakan macam-macam partisipasi

dalam: a) Partisiasi bebas, b) partisipasi paksaan atau partisipasi tertekan,

dan c) partisipasi karena kebiasaan

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Partisipasi bebas, yaitu partisipasi yang dilandasi oleh rasa

kesukarelaan yang bersangkutan untuk mengambil bagian dalam suatu

kegiatan. Partisipasi bebas ini dibedakan dalam :

(1)Partisipasi spontan, yaitu partisipasi yang tumbuh secara spontan

dari keyakinan atau pemahamannya sendiri, tanpa adanya

pengaruh yang diterimanya dari penyuluhan atau bujukan yang

dilakukan oleh pihak lain (baik individu maupun lembaga

(33)

commit to user

(2)Partisipasi terinduksi, jika partisipasi sukarela itu tumbuh karena

terpengaruh oleh bujukan atau penyuluhan agar ia secara sukarela

berpartisipasi dalam kegiatan tertentu yang dilaksanakan

dalam/oleh masyarakatnya. Partisipasi terinduksi ini, dapat

dibedakan lagi berdasarkan pihak-pihak yang mempengaruhinya,

yaitu :

(a) Pemerintah, atau kelompok/organisasi sosial yang diikutinya.

(b) Lembaga sukarela di luar masyarakatnya sendiri.

(c) Seseorang individu atau lembaga-lembaga sosial setempat.

b) Partisipasi paksaan atau partisipasi tertekan yang pada dasarnya

dibedakan dalam dua macam yaitu:

(1)Partisipasi tertekan oleh hukum atau peraturan, yaitu keikutsertaan

dalam suatu kegiatan yang diatur oleh hukum/peraturan yang

berlaku yang bertentangan dengan keyakinan atau pendiriannya

sendiri, tanpa harus memerlukan persetujuannya terlebih dahulu.

(2)Partisipasi paksaan karena keadaan sosial-ekonomi. Partisipasi

seperti ini seolah-olah dapat disamakan dengan partisipasi bebas,

karena partisipasi sama sekali tidak memperoleh tekanan atau

paksaan secara langsung dari siapapun juga untuk berpartisipasi.

Tetapi, jika ia tidak berpartisipasi dalam kegiatan tertentu, ia akan

menghadapi tekanan, ancaman atau bahkan bahaya yang akan

menekan kehidupannya sendiri dan kelurganya, misalnya

keikutsertaan seseorang dalam partai politik, keikutsertaan petani

kecil dalam kelompok patron-client tertentu, ataupun keanggotaan

petani dalam kelompok tani.

c) Partisipasi karena kebiasaan, yaitu suatu bentuk partisipasi yang

dilakukan karena kebiasaan setempat, seperti kebiasaan-kebiasaan

karena jenis kelamin, ras, agama/aliran kepercayaan, dan sebagainya.

2) Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut Sacafirmansyah dalam artikelnya yang berjudul

(34)

commit to user

Solaeman, Capin, Hamijoyo, Pasaribu dan Simanjuntak, menyebutkan

bahwa:

Bentuk-bentuk partisipasi yaitu: partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi ketrampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif (Sacafirmansyah, 2009: 4-5 diakses dalam www.sacafirmansyah.wordpress.com).

Di bawah ini merupakan penjelasan dari delapan bentuk-bentuk

partisipasi diatas, adalah sebagai berikut :

a) Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar

usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan

bantuan.

b) Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang

harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

c) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk

tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang

keberhasilan suatu program.

d) Partisipasi ketrampilan, yaitu memberikan dorongan melalui

ketrampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang

membutuhkannya, dengan maksud agar orang tersebut dapat

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

e) Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa

ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun

program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga

untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan

pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

f) Partisipasi sosial, partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai

tanda paguyuban, misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya

dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam

(35)

commit to user

g) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat

dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan

yang terkait dengan kepentingan bersama.

h) Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara

memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam

organisasi atau panitia.

2. Tinjauan tentang Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat dan Ciri-ciri Masyarakat

1) Pengertian Masyarakat

Masyarakat secara etimologis berasal dari bahasa A syarak

musyarak aling

bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai , yang

sebelumnya berasal dari kata L societa

,

yang berarti kawan, teman. Sehingga arti society berhubungan erat dengan

kata sosial. Maka masyarakat dapat diartikan sebagai orang-orang yang

hidup bersama.

Koentjaraningrat dalam Basrowi (2005: 39) menyatakan bahwa

asyarakat ialah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama

Kemudian menurut Auguste Comte dalam Basrowi (2005: 39)

-kelompok

makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut

pola perkembangan yang tersendiri

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa

adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan/atau

(36)

commit to user

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat adalah perseorangan atau sekelompok manusia termasuk

organisasi-organisasi sosial yang hidup bersama dalam arti seluas-luasnya

dan terikat oleh adat istiadat dan rasa identitas bersama, berkembang

menurut pola-pola perkembangannya sendiri.

2) Ciri-ciri Masyarakat

Soerjono Soekanto dalam Basrowi (2005: 40) mengatakan bahwa

ciri-ciri masyarakat meliputi :

a) Manusia yang hidup bersama, b) Bercampur untuk waktu yang lama,

c) Mereka sadar bahwa mereka suatu kesatuan, d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Pendapat lain dikemukakan oleh Abdul Syani yang menyebutkan

bahwa masyarakat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Adanya interaksi;

b) Ikatan pola tingkah laku yang khas di dalam semua aspek kehidupan yang bersifat mantap dan kontinu;

c) Adanya rasa identitas terhadap kelompok, dimana individu yang bersangkutan menjadi anggota kelompoknya. (Basrowi, 2005: 41)

Jadi dapat dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

dari suatu masyarakat yaitu manusia yang hidup bersama dalam waktu

yang lama yang menyadari sebagai suatu kesatuan yang memiliki sistem

hidup bersama, saling berinteraksi memiliki ikatan dan pola tingkah laku

yang khas sebagai identitas kelompok.

b. Lapisan Masyarakat (Stratifikasi Sosial)

Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali.

Lapisan masyarakat tetap ada sekalipun dalam masyarakat kapitalistis,

demokratis, komunistis dan sebagainya. Lapisan masyarakat ada sejak

manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi

sosial, misalnya pada masyarakat dengan kebudayaan yang masih sederhana.

Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks (jenis

(37)

commit to user

bukan budak, pembagian kerja, dan berdasarkan pada kekayaan. Semakin

rumit dan semakin maju teknologi suatu masyarakat semakin kompleks pula

sistem lapisan masyarakat (Soerjono Soekanto, 2002: 228).

Soerjono Soekanto, (2002: 237-238) menyebutkan bahwa

kuran/kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan masyarakat

ke dalam suatu lapisan yaitu meliputi: 1) Ukuran kekayaan, 2) ukuran

kekuasaan, 3) ukuran kehormatan dan 4) ukuran ilmu pengetahuan

Di bawah ini adalah penjabaran dari keempat ukuran/kriteria tersebut:

1) Ukuran kekayaan.

Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam

lapisan atas. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah

yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara menggunakan pakaiain

dan bahan pakaian yang dikenakan, kemudian kebiasaan berbelanja

barang-barang mahal dan seterusnya.

2) Ukuran kekuasaan.

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang memiliki wewenang,

menempati lapisan atas.

3) Ukuran kehormatan.

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran

kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,

mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada

masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka

yang pernah berjasa.

4) Ukuran ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang

menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut ukuran

tersebut kadang-kadang menyebabkan akibat-akibat yang negatif, karena

ternyata bukan mutu ilmu pengetahuaanya yang dijadikan ukuran tetapi

gelar kesarjanaannya meskipun segala usaha yang digunakan mendapatkan

(38)

commit to user

3. Tinjauan Tentang Partisipasi Masyarakat dan Pentingnya Partisipasi

dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Untuk mengetahui pengertian partisipasi masyarakat dapat dirujuk dari

pendapat Isbandi Rukminto Adi (2007: 27) dalam bukunya yang berjudul

Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju

Penerapan mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah :

Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. (Sacafirmansyah, 2009: 1 diakses dalam

www.sacafirmansyah.wordpress.com).

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat diperlukan partisipasi

dan dukungan dari masyarakat yang ada di dalamnya. Kemampuan masyarakat

untuk berpartisipasi merupakan suatu ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap

masyarakat sebagai warga negara. Ketrampilan partisipasi (participation skill) itu

sendiri merupakan salah satu ketrampilan kewarganegaraan (civic skill).

Ketrampilan kewarganegaraan merupakan salah satu komponen pokok yang ingin

dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan selain civic knowledge

(pengetahuan kewarganegaraan) dan civic values/dispositions (karakter

kewarganegaraan).

Winarno, Wijianto (2010: 60) mengatakan bahwa Civic Skill sendiri

berkenaan dengan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh warga negara bagi

Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 33) mengatakan

Participation skills such as: communicate, negotiate, cooperate, manage

conflict, peacefully and fairly, reach consensus .

Artinya ketrampilan partisipasi meliputi ketrampilan melakukan

komunikasi, negosiasi, kooperasi atau mengadakan kerjasama dengan pihak lain,

mampu menghadapi dan mengelola suatu konflik, memiliki sikap keterbukaan dan

mampu menciptakan perdamaian, dan mampu mencapai suatu

(39)

commit to user

Hal senada juga dikemukanan oleh Diknas (Departemen Pendidikan

Nasional) yang menyebutkan bahwa :

Ketrampilan berpartisipasi meliputi ketrampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), ketrampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses pengambilan keputusan politik, ketrampilan memecahkan masalah sosial, ketrampilan mengadakan koalisi, kerjasama dan mengelola konflik (Winarno dan Wijianto, 2010 : 55).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan

berpartisipasi warga negara meliputi berperan serta aktif mewujudkan masyarakat

madani ketrampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan

proses pengambilan keputusan politik, ketrampilan memecahkan masalah sosial,

ketrampilan mengadakan koalisi, kerjasama dan mengelola konflik. Dan

ketrampilan-ketrampilan tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan bernegara

dan bernegara. Partisipasi masyarakat sendiri tidak harus selalu diartikan

mendukung pembangunan tetapi juga menciptakan pembangunan. Sehingga

partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting di segala aspek kehidupan,

termasuk proses pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat itu

sendiri. Begitu pula dengan menjaga stabilitas, ketertiban dan keamanan

masyarakat seperti menanggulangi kejahatan sebagai masalah sosial juga

membutuhkan perhatian dan keterlibatan masyarakat. Tanpa kepedulian dan

keikutsertaan masyarakat maka segala program dan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah tidak akan tercapai.

Sesuai dengan konsepsi dalam menaggulangi kriminalitas menurut

Walter C. Reckless dalam Abdulsyani (1987: 28-29) yang menyebutkan bahwa:

dalam menanggulangi kejahatan yaitu dengan cara memadukan

unsur-unsur yang berhubungan dengan pemantapan penegak hukum serta peradilan

pidana dan juga partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan

penanggulangan kriminalitas yang terjadi di masyarakat itu sendiri .

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang, termasuk masalah

(40)

commit to user

maksimal tanpa dukungan dan keikutsertaan dari masyarakat yang ada

didalamnya apalagi masyarakat adalah kelompok yang sangat dekat dengan

kehidupan anak-anak di lingkungannya.

4. Tinjauan tentang Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak

a. Pengertian Anak

1) Anak Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia

Menurut bunyi Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

engertian anak

adalah manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum

Dalam hal ini anak juga mempunyai hak asasi yang melekat pada dirinya

yang harus diakui, dilindungi dan dihormati seperti halnya orang dewasa.

2)Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak

Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, Anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan . Jadi apabila usianya 18 lebih 1 haripun sudah tidak

dapat digolongkan sebagai anak-anak lagi melainkan sudah tergolong

dewasa.

3) Anak Menurut Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tentang Hak

Anak (Convention on the Rights of the Child) yang disahkan oleh Majelis

Umum PBB pada tanggal 20 November tahun 1989

Menurut pasal 1 Konversi PBB tentang Hak Anak mendefinisikan

anak sebagai n, kecuali

berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa

(Sthepanie Delaney, 2006: 10).

Berdasarkan beberapa pengertian anak dari berbagai sumber di atas

(41)

commit to user

belum menikah dan masih berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun termasuk

anak yang belum lahir atau masih dalam kandungan.

a. Pengertian Kejahatan dan Kekerasan

1) Pengertian Kejahatan

Kejahatan adalah perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan

jahat. Sedangkan orang yang melakukan perbuatan tersebut disebut

dengan penjahat. Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya

kejahatan. Bisa disebut kriminalitas karena ia menunjukkan suatu

perbuatan atau tingkah laku kejahatan. Seperti yang diartikan oleh S.

Wojowasiton dan WJS. Poerwadarminto dalam Wahid dan Irfan (2001: 2),

Crime adalah kejahatan dan criminal dapat

diartikan jahat atau penjahat, maka kriminalitas dapat diartikan sebuah

perbuatan kejahatan

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dapat kita lihat beberapa batasan

yang telah dikemukakan oleh para sarjana kriminalitas, yaitu antara lain:

Kartini Kartono, (2005: 143-145) efinisi

kejahatan terbagi menjadi dua yaitu: a) definisi secara yuridis formal dan

b) secara sosiologis

Berikut ini adalah penjabaran dari definisi tersebut :

a) Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang

bertentangan dengan moral kemanusiaan (amoral), merugikan

masyarakat, sifatnya antisosial dan melanggar hukum serta

Undang-Undang Pidana.

b) Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan,

dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial-psikologis

sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan

menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup

dalam Undang-Undang maupun yang belum tercantum dalam

(42)

commit to user

W. A Bonger, (1982: 25) mengemukakan

adalah perbuatan yang sangat anti-sosial yang memperoleh tantangan

dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan (hukuman atau

tindakan

Pendapat lain juga dikemukakan oleh J. E Sahetapy dan B.

Mardjono Reksodipuro dalam Abdulsyani (1987: 13-14) yang menyatakan

bahwa:

Kejahatan adalah setiap perbuatan (termasuk kelalaian), dilarang oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat dan diberi sangsi berupa pidana oleh negara. Perbuatan tersebut diberi hukuman pidana karena melanggar norma-norma sosial masyarakat, yaitu harapan masyarakat mengenai tingkah laku yang patut dari seorang warga negaranya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kejahatan

merupakan perbuatan yang bersifat anti-sosial bertentangan dengan moral

kemanusiaan dan dilarang oleh hukum karena melanggar norma-norma

sosial masyarakat dan juga Undang-Undang Hukum Pidana, selain itu

perbuatan tersebut merugikan masyarakat sehingga dapat dikenai sanksi

pidana oleh negara.

2) Pengertian Kekerasan

, dan dari

yang berarti memakai kekuatan. Sehingga

kekerasan dapat diartikan sebagai pemakaian kekuatan untuk menyerang,

melukai, membahayakan, merusak harta benda atau orang secara fisik

maupun psikis. Dalam definisi ini yang perlu digarisbawahi dalam

pengertian kekerasan yaitu pemakaian kekuatan yang membahayakan

pihak lain.

Barker dalam Abu Huraerah (2007: 47) mengemukakan bahwa

ekerasan adalah perilaku tidak layak yang mangakibatkan kerugian atau

bahaya secara fisik, psikologi atau finansial baik yang dialami individu

atau kelompok

Pendapat lain dikemukakan oleh Arif Gosita (2007: 225) yang

(43)

commit to user

yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang terhadap orang lain, baik

untuk kepentingan diri sendiri atau orang lain, dan yang menimbulkan

penderitaan mental, fisik dan sosial

Menurut Arif Gosita (2007: 227) Perwujudan tindak kekerasan

meliputi perbuatan-perbuatan penganiayaan ringan/berat, memaksa orang

melakukan sesuatu yang melanggar hukum, membuat orang pingsan,

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan

adalah tidakan melawan hukum, yang dilakukan oleh satu orang atau

sekelompok orang kepada individu maupun kelompok dengan

menggunakan kekuatan dan bertujuan untuk menekan, menyakiti, melukai,

menciderai bahkan membuat korban menderita secara fisik maupun secara

mental dan sosial untuk kepentingan pribadi, orang lain maupun

kelompoknya.

b. Pengertian tentang Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak

Kekerasan seksual

dapat juga disebut dengan istilah sexual violance, sex dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai jenis kelamin dan jenis kelamin disini lebih dipahami

sebagai persoalan hubungan persetubuhan antara laki-laki .

Dalam jurnal nasional tentang HAM oleh Ifdhal Kasim, (2004: 60)

berdasarkan Statuta International Criminal Tribunal for the former Rwanda

atau disingkat ICTR mendefinisikan:

Kekerasan seksual sebagai setiap tindakan yang bersifat seksual yang dilakukan terhadap orang dalam kondisi yang bersifat paksa, dan tidak terbatas pada serangan fisik terhadap tubuh manusia (namun) bisa mencakup tindakan-tindakan yang tidak melibatkan penetrasi penis atau bahkan kontak fisik sekalipun.

Sthepanie Delaney (2006: 9-10) mendefinisikan kekerasan seksual

pada anak sebagai :

(44)

commit to user

jawab untuk memelihara anak tersebut seperti orang tua atau pengasuh) dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas bagi kebutuhan seksual mereka.

Pendapat lain dikemukakan oleh Tim Yayasan KAKAK (2011: 3)

yang mengatakan bahwa :

Kekerasan seksual adalah hubungan/interaksi antara seorang anak dengan seseorang yang lebih tua (dewasa) atau anak yang lebih banyak nalar seperti saudara kandung atau orang tua, orang asing dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas bagi kebutuhan seksual si pelaku. Perbuatan-perbuatan ini dilakukakan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan. Kegiatan-kegiatan yang mengandung kekerasan seksual tidak harus melibatkan kontak badan antara pelaku dan anak tersebut.

Sedangkan menurut Suharto dalam Abu Huraerah (2007: 48)

mengemukakan bahwa Kekerasan terhadap anak secara seksual dapat berupa

pra kontak seksual antara anak dan orang yang lebih besar (melalui kata,

sentuhan, gambar visual, exbihitionism), maupun perlakuan kontak seksual

secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan dan

eksploitasi seksual) .

Di bawah ini yang juga termasuk tindakan-tindakan kekerasan seksual

antara lain :

Mempertontonkan alat kelaminnya pada orang lain. Voeyorisme seperti orang dewasa yang menonton seorang anak sedang telanjang atau menyuruh atau memaksa anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan seksual dengan orang lain sedangkan pelaku tersebut menonton atau merekam kegiatan seksual tersebut. Para pelaku sering kali orang yang memiliki tanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan anak tersebut sehingga sudah ada hubungan kepercayaan diantara mereka. (Tim Yayasan KAKAK, 2011: 3)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kekerasan seksual pada anak merupakan hubungan atau interaksi seksual

yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa atau lebih nalar terhadap anak,

baik perlakuan secara non kontak fisik maupun kontak fisik secara langsung,

dengan menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, tipuan, dan paksaan

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. .................................................
Gambar 1.  Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, terdapat hasil yang berbeda dalam penelitian yang dilakukan oleh Rejeki (2015) yang menyatakan keadilan organisasional tidak mempunyai pengaruh

Langkah-langkah pewarnaan titik pada graf dual Pr3* dari graf piramid adalah sebagai berikut : Menentukan dan memberi warna pada titik yang terhubung langsung dengan titik terluar

Setelah menonton video , siswa mampu menyusun informasi dalam bentuk tabel tentang peran Indonesia dalam berbagai bentuk kerja sama di bidang sosial budaya bersama teman

Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor tersebut akan dibahas lebih lanjut tentang status gizi, masalah makan dan perilaku makan di sekolah favorit (SMU Negeri 3 Bogor)

I Nyoman Puriska (2009: dalam http://www.undiksha.ac.id) menyatakan, jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari

Oleh karena itu, persoalan pokok dalam kajian ini adalah bagaimana para cendekiawan Kalbar merespon dan memformulasikan pemikiran perdamaian yang kemudian dituangkan dalam

1. Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar atau selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai modal yang diperlukan

Maksud disusunnya Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2018 adalah untuk memberikan gambaran kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang jelas,