• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan tentang Pengelolaan Wakaf

a. Pengertian Pengelolaan Wakaf

Definisi pengelolaan wakaf tidak tercantum secara jelas dan tersurat baik dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf maupun dalam literatur lain. Namun, dari berbagai referensi, dapat diambil kesimpulan mengenai pengelolaan wakaf.

Kamus besar bahasa Indonesia memberikan definisi pengelolaan sebagai berikut :

1) proses, cara, perbuatan mengelola.

2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga

orang lain.

3) proses membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi.

4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat

dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Berdasar definisi atas, dapat disimpulkan bahwa definisi pengelolaan wakaf adalah proses mengelola wakaf, proses mengawasi semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan wakaf dan pencapaian tujuan wakaf.

Dalam pemahaman yang lain, kata manajemen sering disebutkan bersama dengan kata pengelolaan. Menurut James Stoner seperti yang dikutip oleh Eri Sudewo dalam bukunya Manajemen Zakat (2004: 63), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.

Dalam bahasa arab, kata manajemen disebut dengan kata idarah dan

commit to user

yang digunakan dalam Al-Quran, tetapi dalam bentuk kata kerja yudabbir,

di antaranya pada Quran Surat 10 ayat 3 dan31, di mana dalam ayat itu dijelaskan bahwa Allahlah yang memanage semua urusan di langit dan bumi seperti kehidupan, kematian, rizki, pendengaran, dan penglihatan (Farid Wadjdy dan Mursyid, 2007:174).

b. Ruang Lingkup Pengelolaan Wakaf

1) Prinsip Pengelolaan Wakaf

a) Asas Keabadian manfaat

Praktek pelaksanaan wakaf yang dianjurkan oleh nabi yang telah dicontohkan oleh Umar bin Khattab dan diikuti oleh beberapa sahabat nabi lainnya yang sangat menekankan pentingnya menahan eksistensi benda wakaf, dan diperintahkan untuk menyedahkahkan hasil dari pengelolaan benda tersebut. Pemahaman yang paling mudah untuk dicerna dari maksud Nabi adalah bahwa substansi ajaran wakaf itu tidak semata-mata terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tapi yang jauh lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut untuk kepentingan kebijakan umum.

b) Asas Pertanggungjawaban

Bentuk dari pertanggung jawaban tersebut adalah

pengelolaan secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasari oleh :

(1) Tanggung jawab kepada Allah SWT, yaitu atas perilaku

perbuatannya, apakah sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturanNya.

(2) Tanggung jawab Kelembagaan, yaitu tanggung jawab kepada

pihak yang memberikan wewenang (lembaga yang lebih tinggi).

(3) Tanggung jawab Hukum, yaitu tanggung jawab yang

dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.

commit to user

(4) Tanggung jawab Sosial, yaitu tanggung jawab yang terkait

dengan moral masyarakat.

c) Asas Profesional Manajemen

Manajemen pengelolaan menempati pada posisi paling urgen dalam dunia perwakafan. Karena yang paling menentukan benda wakaf itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada pola pengelolaan, bagus atau buruk. Pengelola wakaf itu sendiri harus memiliki sifat Nabi yang 4 yaitu Amanah (dapat dipercaya),

Shiddiq (jujur), Fathanah (cerdas/brilian), Tabligh (menyampaikan

informasi yang tepat dan benar)

d) Asas Keadilan Sosial

Penegakan keadilan sosial dalam Islam merupakan kemurnian dan legalitas agama. Orang yang menolak prinsip keadilan sosial ini dianggap sebagai pendusta agama (QS. 147/Al-Ma’un). Substansi yang terkandung dalam ajaran wakaf ini sangat tampak adanya semangat menegakkan keadilan sosial melalui pendermaan harta utuk kebajikan umum (Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Departemen Agama, 2007, hal 65-85).

2) Lembaga Pengelola Wakaf

Keberadaan lembaga pengelola wakaf mutlak diperlukan mengingat begitu besarnya aset wakaf yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. Kesadaran ini terwujud dengan lahirnya beberapa lembaga pengelola wakaf baik dalam skala lokal maupun nasional.

a) Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU DT) Jakarta

Dompet Peduli Ummat adalah Sebuah Lembaga Amil Zakat yang merupakan Lembaga Nirlaba yang bergerak dibidang penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat, infaq dan shodaqah. Didirikan oleh KH. Abdullah Gymnastiar pada tanggal 16 juni 1999, DPU-DT menjadi LAZNAZ (Lembaga Amil Zakat Nasional) sesuai SK Menteri Agama RI No. 410 tahun 2004.

commit to user

Karena pada dasarnya lembaga ini adalah amil zakat, maka

pengelolaan wakaf juga baru ada setelah ada demand wakaf dari

jamaah (http://hendrakholid.net).

b) Tabung Wakaf Indonesia

Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom dari dan dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa REPUBLIKA, sebagai sebuah badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir Wakaf sebagaimana dimaksud Undang-undang Wakaf. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan / atau keagamaan Islam (http://www.tabungwakaf.net).

c) Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Lembaga yang khusus mengelola wakaf yang ada dan bersifat nasional yang berada di pusat sebagai produk langsung dari Undang-Undang No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (http://www.bwi.or.id).

3) Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Beberapa Negara Muslim

Dalam catatan sejarah Islam, wakaf sudah dipraktikkan baik dalam bentuknya yang masih tradisional/konvensional, dalam arti bentuk wakaf berupa benda-benda tidak bergerak maupun wakaf

produktif berupa wakaf uang atau wakaf tunai (cash waqf) bahkan,

wakaf tunai (cash waqf) ternyata sudah diperaktikan sejak awal abad

kedua Hijriyah. M Syafii Antonio mengutip hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, menjelaskan bahwa Imam az Zuhri (w. 124 H) salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar kondifikasi hadist

(tadwnin-al hadist) mengeluarkan fatwa yang berisi anjuran

melakukan wakaf dinar dan dirham untuk membangun sarana dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam. Adapun caranya adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha kemudian

commit to user

menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf (Ahmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, 2007: 27-44).

a) Turki

Di Turki terdapat pusat administrasi wakaf sebagai lembaga pengelola wakaf yang berkembang dengan baik, dan untuk memobilisasi sumber-sumber wakaf dan membiayai bermacam-macam jenis proyek joint venture telah didirikan Waqf Bank & Finance Coorporation.

b) Malaysia

Perkembangan wakaf di Malaysia masih cenderung stagnan,

karena wakaf memilik dua model yaitu ‘Am dan Khas. Cenderung lebih banyak wakaf Khas sehingga tidak berkembang.

c) Mesir

Ada badan wakaf yang didirikan oleh negara dan sepenuhnya bertugas membuat suatu perencanaan, mengelola, mendistribusikan hasil wakaf dan menyampaikan laporan kepada masyarakat.

d) Arab Saudi

Pemerintah kerajaan Saudi Arabia membuat peraturan bagi majelis tinggi wakaf dengan ketetapan No. 574 tanggal 16 Rajab 1386 sesuai dengan surat keputusan kerajaan No. M/35, Tanggal 18b Rajab 1386. Majelis tinggi wakaf diketahui oleh Menteri Haji dan Wakaf, yakni menteri yang menguasai wakaf dan menguasai permasalahan-permasalahan perwakafan sebelum dibentuk majelis tinggi wakaf. Majelis tinggi wakaf mempunyai wewenang untuk membelanjakan hasil pengembangan wakaf dan menentukan langkah-langkah dalam mengembangkan wakaf bedasarkan syarat-syarat yang ditentukan wakif dan menajemen wakaf. Tanah wakaf di sekitar Madinah dan Makkah dikelola secara khusus, yaitu dengan didirikan hotel dan hasilnya untuk merawat aset-aset penting dan disalurkan kepada yang memerlukan.

commit to user

e) Yordania

Secara administratif, pelaksanaan pengelolaan wakaf di kerajaan Yordania didasarkan pada Undang-Undang wakaf Islam No. 25/1947. Dalam Undang-Undang tersebut bahwa yang termasuk dalam urusan kementrian wakaf dan kementerian agama Islam adalah wakaf masjid, madrasa lembaga-lembaga Islam, rumah-rumah yatim, tempat pendidikan, lembaga-lembaga syariah, kuburan-kuburan Islam, urusan-urusan haji dan urusan fatwa.

f) Bangladesh

Di Bangladesh wakaf telah dikelolah oleh Social Investement Ltd (SIBL). Bank ini telah mengembangkan pasar

modal sosial (The Voluntary Capital Market). Instrumen-

instrumen keuangan Islam yang telah dikembangkan,antara lain: surat obligasi pembangunan perangkat wakaf, sertifikat wakaf tunai, sertifikat wakaf keluarga, obligasi pembangunan perangkat masjid, saham komunitas masjid, sertifikat pembayaran zakat,

sertifikat simpangan haji, dan lain-lain

commit to user

Dokumen terkait