• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

6. Tinjauan tentang Persepsi Anak terhadap Peran Orang Tua

a. Persepsi Anak terhadap Peran Orang Tua dalam Mengatur

Belajar Anak

Ketika anak memasuki dunia pendidikan yang disebut dengan sekolah dasar, tentu aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak mengalami perubahan dan pergeseran. Sewaktu belum bersekolah, mungkin aktvitas anak banyak dirumah bersama oarang tua ataupun bermain dengan teman sebaya. Namun, ketika bersekolah aktivitas anak bertambah seiring tuntutan dari program sekolah itu sendiri. Hal utama yang harus dipelajari anak ketika masuk sekolah dasar adalah calistung (baca, tulis, hitung), kemudian berkembang menjadi beberapa pokok bahasan dalam ilmu pengetahuan tertentu. Dalam hal ini orang tua mengharapkan anaknya untuk mampu menguasai kompetensi yang distandarkan oleh kurikulum. Namun orang tua tidak boleh salah menafsirkan, bahwa anak-anak yang sudah masuk sekolah menjadi tanggung jawab sekolah sepenuhnya. Orang tua masih harus tetap berpartisipasi terhadap pendidikan anak. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, bahwa orang tua ikut berperan dalam keberhasilan belajar siswa.

33

Menurut Mastur Faizi (2012: 50), orang tua dapat memberikan bimbingan belajar untuk anak agar berhasil dalam menempuh pendidikannya yaitu :

1) Menyediakan fasilitas belajar, seperti alat tulis, buku dan tempat untuk belajar.

2) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah, sehingga orang tua dapat memastikan anaknya belajar dengan baik.

3) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah, sehingga orang tua dapat mengetahui anaknya menggunakan waktu dengan teratur dan baik.

4) Mengetahui kesulitan anak dalam belajar, sehingga orang tua dapat membantu anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar.

5) Menolong anak mengatasi kesulitannya, yaitu dengan memberikan bimbingan belajar yang dibutuhkan oleh anaknya.

Sebagai orang tua yang baik pendidikan merupakan bekal untuk anak di masa depan. Namun, dunia anak bukan hanya untuk belajar. Jika anak hanya disuruh belajar dan belajar tanpa ada aktivitas yang lain tentu hal ini akan membuat anak merasa jenuh. Anak-anak memerlukan aktivitas yang lain seperti istirahat, olahraga, dan bermain. Oleh karena itu, orang tua dapat bekerja sama mengatur waktu atau jadwal kegiatan anak. Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 82) adalah sebagai berikut.

34

1) Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olahraga, bermain, dan lain-lain.

2) Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari. 3) Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-

jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari.

4) Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik. Sesudah waktu diketahui, kemudian pergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit. Pelajaran yang dianggap mudah dipelajari pada jam lain.

5) Berhematlah dengan waktu, janganlah ragu-ragu untuk memulai pekerjaan termasuk belajar.

Berbagai ilmu didapatkan anak ketika ia menuntut ilmu di sekolah, namun tidak semua ilmu bisa didapat di sekolah. Ada beberpa kemampuan dan keterampilan yang harus dikuasai anak pada usia Sekolah Dasar. Menurut Syamsu Yusuf (2006: 69), ada beberapa tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada usia Sekolah dasar, adalah sebagai berikut :

a) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan sebagai makhluk biologis.

b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk bilogis.

c) Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

d) Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya. e) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan

berhitung.

f) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. g) Mengembangkan kata hati.

h) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.

i) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga.

35

Orang tua berperan penting dalam keberhasilan anak di sekolah. Selain sebagai motivator utama dalam belajar, orang tuaa juga bisa menjadi teman dekat yang siap kapan saja bila anak membutuhkan bimbingan dan arahan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Hal terpenting yang perlu diupayakan oleh orang tua adalah bagaimana mengatur belajar anak, sehingga anak tidak hanya menggunakan waktu untuk bermain saja. Mohammad Takdir Ilahi (2013: 125) orang tua berperan dalam mengatur belajar anak antara lain: orang tua perlu mengatur jadwal belajar anak, mendengarkan keluh kesah atau permasalahan anak dalam mengatasi kesulitan belajar serta menyediakan tempat yang nyaman dan tenang dalam belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut, ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan perananya dalam mengatur belajar anak di rumah. Ketiga cara tersebut menjelaskan bahwa, orang tua dapat mengatur jadwal belajar anak, mendengarkan keluh kesah permasalah yang di hadapu anak dan dapat mengatasi kesulitan yang di alami anak saat belajar, dan orang tua dapat menyediakan fasilitas dan tempat yang nyaman untuk anak belajar. Melalui beberapa cara diatas, diharapkan hasil belajar yang dapat diperoleh oleh anak di sekolah dapat meningkat.

Persepsi atau penilaian anak terhadap peran orang tua dalam mengatur belajar anak adalah penilaian anak tentang seberapa besar peran orang tua dalam mengatur belajar anak di rumah. Penilaian anak tentang

36

peran orang tua, terutama dapat dilihat dari seberapa besar peran orang tua dalam mengatur belajar anak di rumah. Orang tua yang peduli dan selalu memperhatikan pendidikan anaknya, maka anak dengan sendirinya akan mempunyai persepsi atau penilaian yang positif terhadap orang tuanya, dan anak akan beranggapan orang tua selalu berperan dalam mengatur belajar anak di rumah. Tetapi sebaliknya, apabila orang tua kurang berperan dalam mengatur belajar anak di rumah atau tidak memperdulikan pendidikan anaknya, maka anak akan mempunyai persepsi ayang negatif terhadap orang tuanya.

b. Persepsi Anak terhadap Peran Orang Tua dalam Mengatur

Bermain Anak

Anak juga memerlukan waktu untuk bermain, karena pada dasarnya bermain merupakan kesenangan setiap orang pada masa kanak-kanak. Adapun hal-hal yang dilakukan orang tua dalam mengatur bermain anak seperti yang diungkapkan oleh Al Tridhonanto (2013: 8), yaitu:

“1)Memastikan jadwal kegiatan anak, masih terdapat waktu luang

untuk bermain. 2)Bermain bersama anak dan memahami kegembiraan, ketakutan dan kebutuhan anak. 3)Mendukung kreativitas permainan anak, sejauh apa yang diperbuat anak dalam permainan bukanlah perbuatan yang kurang ajar, tidak merugikan, tidak menyakiti bahkan tidak membahayakan diri sendiri dan orang

lain.”

Sedangkan Marcia L. Tate (2011: 76) mengemukakan berbagai cara orang tua dalam mengatur bermain anak, antara lain : (1) sediakan waktu untuk anak-anak bermain di luar rumah, (2) matikan televisi dan komputer dan bawalah anak-anak bermain di luar ruangan, (3) berikan anak beberapa

37

waktu istirahat, waktu istirahat disini adalah waktu untuk berpikir, menciptakan permainan sendiri, atau menciptakan sendiri cara untuk menghibur dirinya sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas, ada tiga cara orang tua berperan dalam mengatur bermain anak. Ketiga cara tersebut yaitu orang tua dapat memastikan bahwa anak masih mempunyai waktu luang untuk bermain, artinya bahwa orang tua seharusnya memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan catatan bahwa waktu untuk bermain anak tidak mengganggu waktu anak untuk belajar. Kemudian orang tua dapat bermaian bersama anak, sehingga anak merasa diperhatikan dan juga orang tua dapat memahami kebutuhan anak saat bermain. Selain itu, orang tua dapat memberikan pengawasan saat anak bermain, dengan demikian orang tua dapat mengetahui permainan apa saja yang bermanfaat untuk anak, sehingga anak dapat bermain sambil belajar.

Berdasarkan pendapat diatas bermain merupakan hal yang penting bagi anak usia Sekolah Dasar. Anak dapat bermain sambil belajar, sehingga melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan untuk mengoptimalkan kemampuan yang ada pada diri anak. Namun, orang tua hendakanya dapat memilih permainan apa saja yang bermanfaat untuk anak serta memberikan pengawasan ketika anak bermain.

Persepsi atau penilaian anak terhadap peran orang tua dalam mengatur bermain anak adalah penilaian anak tentang seberapa peran orang tua dalam mengatur bermain anak. Penilaian dapat dilihat dari seberapa

38

berperan orang tua dalam mengatu bermaian anak di rumah. Orang tua yang berperan secara optimal dalam mengatur bermain pasti akan memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain, dapat meluangkan waktu untuk bermaian bersama anak, serta memberikan pengawasan kepada anak saat bermain, maka dari itu anak akan mempunyai persepsi yang positif terhadap orang tua. Namun sebaliknya, orang tua yang tidak berperan secara optimal dalam mengatur bermain anak cenderung tidak peduli dengan aktivitas bermain yang dilakukan anak, sehingga anak mempunyai persepsi yang negatif terhadap orang tua.

Dokumen terkait