• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Sistem Akuntansi dan Akuntansi 1) Pengertian Sistem

Sistem merupakan suatu institusi pemerintah yang sangat penting, karena dengan adanya sistem sangatlah menjadi menunjang terhadap kinerja perusahaan atau instansi pemerintah, baik yang berskala kecil maupun besar. Suatu sistem dapat berjalan dengan baik maka diperlukan kerjasama diantara unsur - unsur yang terkait dalam sistem tersebut. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa sistem bekerja dalam suatu jaringan kerja dari suatu prosedur yang saling berhubungan untuk menyelesaikan tujuan dan sasaran yang dimaksud hingga mencapai tujuan sistem itu sendiri.(Kaharuddin, 2017).Yang dimaksud dengan Karakteristik sistem, adalah adanya tujuan sistem, batas sistem, subsistem, hubungan sistem, lingkungan sistem, input, proses dan output.

2) Pengertian Akuntansi

Menurut peraturan pemerintah republik indonesia no 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan, Akuntansi adalah proses identifisikasi, pencatatan pengukuran, pengkalisifikasian, pengihktisaran kejadian dan transaksi keuangan penyajian laporan serta penginterpertasian atas hasilnya.(Muhammad Ismail, Ari Kuncoro Widogdo, 2016)

8

sedangkan akuntansi menurut American Accounting Assosiation (AAA) akuntansi Merupakan sebagai proses mengidentifisikasi pengukuran maupun pelaporan ekonomi untuk memastikan adanya penilain dan keputusan yang lebih jelas dan tegas bagi yang menggunakan informasi tersebut.(Tangkaroro, Kenny Larony, 2017) Sistem akuntansi merupakan organisasi formulir, catatan, dan laporan yang di koordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.(Tangkaroro, Kenny Larony, 2017)

Sistem Akuntansi meliputi formulir, catatan, prosedur yang dipergunakan sebagai alat untuk mengelolah sebuah data dalam satu kesatuan yang hemat sehingga bentuk laporan-laporan yang yang dibutuhkan oleh pihak manajemen dalam mengawasi usahanya.

Adapun tujuan dari sistem akuntansi yaitu:

a. Sebagai penyedia informasi bagi pengelola usaha

b. Untuk mampu meningkatkan informasi dari sistem sebelumnya baik dalam kualitas, penyajian maupun sistem informasinya

10

c. Untuk menyesuaikan pengelolaan internal dalam rangka untuk meningkatkan kecakupan informasi akuntansi, dan untuk menyiapkan pencatatan yang lengkap dalam perlindungan dan pertanggungjawawaban kekuasaan perusahaan.

d. Untuk mampu mengurangi beban pekerja dalam pencatatan akuntansi

Dari penjelasan diatas mengenai tujuan sistem akuntansi maka dapat disimpulkan bahwa aspek sistem akuntansi menjadi faktor utama bagi manajemen perusahaan untuk dapat menghasilkan informasi akuntansi yang tersusun yang mengandung makna.

Dalam sistem akuntansi berbagai unsur utama yang dikemukakan oleh (Mulyadi, 2001) yaitu :

a. Formulir, adalah dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi, data yang telah direkam dijadikan sebagai pencatatan awal.

b. Jurnal, adalah pencatatan akuntansi yang lebih awal dilakukan,dalam jurnal ini juga dilakukan peringkasan data yang hasilnya di masukkan ke ke rekening yang berhubungan dengan buku besar.

c. Buku besar, yang meliputi Rekening-rekening yang digunakan untuk merapikan data keuangan yang sebelumnya yang dicatat di jurnal, rekening buku besar ini disisi lain dapat dikatakan sebagai tempat untuk mengelomppokkan data keuanagan, disisi lain dapat juga dikatakan tempat pemberi infomasi laporan keuangan.

d. Buku pembantu, yaitu serangkaian dari rekening-rekening pembantu yang merujuk data keuangan yang tertera dalam buku besar, buku besar ataupun buku pembantu merupakan catatan akhir

e. Laporan, hasil akhir dimana yang disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasran, laporan Hpp,daftar umur piutang, daftar umur utang yang akan dibayarkan dan daftar saldo persedian yang mengalami keterlambatan dalam penjualannya.

2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah suatu cara dari proses pengumpulan data baik dari pencatatan, pengiktisaran sampai dengan pelaporan keuangan dan pertanggung jawaban APBD yang telah dilakukan secara manual atau menggunakan komputer. Sistem akuntansi pemerintah daerah memiliki karakteristik sesuai dengan pemerintah pusat. (Harnita, 2019)

Otonomi daerah kemungkinan dapat memberikan kontribusi ataupun manfaat untuk mencapai alokasi produktif melalui pergantian pengambilan keputusan umum ke tingkat pemerintahan yang rendah yang mendapatkan informasi lengkap, namun tingkat pemerintahan yang paling rendah itu desa. Oleh karena itu peran otonomi desa benar- benar merupakan kebutuhan yang harus direalisasikan karena pengimplementasian daerah otonom bagi desa akan menjadi penopang bagi pemerintah desa dalam mengurus, mengatur maupun pengeloaan rumah tangganya, tanggung jawab pemerintah desa juga bertambah dalam hal pengelolaan anggaran.

12

Otonomi daerah, Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang menjelaskan tentang maksud pemerintah daerah adalah mengenai penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip yang luas dengan sistem prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. (Muhammad Ismail, Ari Kuncoro Widogdo, 2016)

3. Pengertian Desa dan Pemerintah Desa

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memilikikewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Desa berfungsi sebagai ujung tombak di dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang baik di bidang Pemerintahan, pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas pembantuan yang merupakan pembangunan integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang meliputi kehidupan dan penghidupan masyarakat.(Zai, 2018)

Desa merupakan bagian terkecil dari Negara Republik Indonesia.

Desa juga menjadi salah satu yang mempunyai peran terbesar dalam berkembangnya suatu negara, tentunya tanggung jawab suatu desa juga besar pula. (Harnita, 2019) Pemerintah desa adalah penyelenggara mengenai urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa dijalankan oleh Kepala Desa

dan di bantu oleh Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Selain kepala desa dan aparat desa terdapat juga Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintah dan anggotanya wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah sesuai dengan yang telah di tetapkan secara demokratis. desa merupakan bagian dari daerah yang terintegrasi dengan pemerintah daerah. Kerena kabupaten/kota dan provinsi terdiri dari kumpulan desa-desa hingga membentuk pemerintah yang jenjangnya lebih tinggi.

Desa atau kata lain yang mempunyai sebutan lain yang beragam di Indonesia, yang pada awalnya hanya merupakan organisasi komunitas lokal yang memiliki batas wilayah, dihuni oleh penduduk, yang memiliki adat istiadat sebagai proseses pengembangan dirinya sendiri yang sering disebut dengan self-governing communityketika dilihat dari peran dan funginya, desa dapat dikategorikan beberapa jenis yaitu :

a) Desa Adat

Desa adat adalah desa nusantara yang mengacu pada suku dan mempunyai batas-batas wilayah, memiliki ontonomi asli yang sistem pemerintahan yang asli menurut hukum adat dan menghidupi masyarakat secara umum

b) Desa Otonom

Adalah desa yang memiki kekurangan pengaruh desa terhadap adat di desa, memiliki kewenangan dan otonomi baikdalam hal perencanaan, keuangan dan pelayanan publik

14

(mendapatkan anggaran dari pendapatan dan belanja desa) serta mempunyai sistem yang demokrasi

c) Desa Administratif

Adalah desa yang memiliki batas-batas wilayah yang jelas sub sistem pemerintahan baik kabupaten ataupun kota namun, desa ini tidak memiliki otonomi yang sangat terbatas dan tidak jelas.

Akuntabilitas adalah kewajiban yang memiliki tanggung jawab atau memegang penuh amanah kepala desa mengungkapakan bahwa segala aktivitas dan kegitan yang sudah menjadi tanggung jawabnya karena telah diberikan amanah. (Taufik, 2017) , kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak maupun kewenangan untuk meminta

pertanggung jawaban baik dalam hal pengelolaan keuangan maupun kegiatan yang akan dilakukan kepala desa harus transparan kepada masyarakat dengan resiko sebagai pemerintah desa sangat besar.

Perwujudan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dibutuhkan pengendalian untuk kegiatan yang dilakukan. Pengendalian dilakukan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP) sebagai tolak ukur pengendalian standar dana desa. Pengendalian intern membantu menjaga sistem operasi pemerintah agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masyarakat pada umumnya masih banyak yang belum memahami pentingnya akuntabilitas keuangan desa dan bagaimana dana desa itu dimanfaatkan. Seharusnya masyarakat sebagai pemilik dana desa seharusnya mengetahui penggunaan dan pemanfaatan dana desa, dengan adanya partisipasi masyarakat terhadap pengawalan

dan desa agar tujuan dari dana desa yang menciptakan masyarakat desa yang mandiri dapat terwujud.

4. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa

Sesungguhnya desa memiliki banyak sekali pos-pos pendapatan, Selain menerima dana yang disalurkan melalui hibah Dana Desa, desa juga mendapatkan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar 10 persen dari APBD kabupaten/kota yang berupa dana bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Desa juga memperoleh bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD kabupaten atau kota. Pendapatan desa bersumber dari Pendapatan Asli Desa terdiri dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan pendapatan lain yang sah. Kebijakan ini memaksa aparat desa untuk memahami tata cara dan tata kelola keuangan yang baik sebagai salah satu komponen good governance. Good governance dipandang sebagai paradigma baru dalam manajemen pembangunan(Rustiarini, 2016).

Tujuan alokasi dana desa ada beberapa point diantaranya yaitu : a) Mampu Mengurangi angka kesenjangan dan kemiskinan.

b) Meningkatkan perencanaan dan anggaran pembangunan desa dan pemberdayaan terhadap masyarakat.

c) Meningkatkan pembangunan infrastruktur desa.

d) Peningkatan sosial terhadap masyarakat.

e) Meningkatkan ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

16

f) Memberikan pelayanan yang baik dan menegembangakan kegiatan sosial dan ekonomi.

g) Mampu meningkatkan pendapatan desa maupun masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Alokasi Dana Desa (ADD) dapat diartikan juga sebagai dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (otonom) sebagai pendanaan kebutuhan daerah fungsional. Jumlah dana perimbangan yang mengalokasikan setiap tahun anggaran dalam APBN. (APBD) baik dari Kabupaten maupun Kota paling sedikit 10 % dari dana perimbangan yang telah diterima dari kabupaten maupun kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangkan dengan dana alokasi khusus(Rahman, 2020).

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) sama halnya dengan pengelolaan keuangan desa, dalam pengelolaan keuangan desa menggunakan rumus berdasarkan landasan atau disebut dengan Azas, sadapun azas yang merata yaitu besarnya alokasi yang sudah di tentukan untuk setiap desa itu sama,adapun Azas desa adil yaitu besarnya bagian alokasi dana desa berdasarkan nilai suatu bobot desa yang dihitung berdasarkan nilai variabel tertentu misal, kemiskinan, keterjangkauan, kesehatan dan lain-lain.

Dalam beberapa situasi, penggunaan alokasi dana desa ini rawan terhadap penyelewengan dana oleh pihak yang seharusnya bisa dipercaya oleh masyarakat dalam membangun desa menjadi lebih maju dan berkembang. Disinilah pentingnya peran masyarakat sebagai pengawas

langsung dan tidak lepas dari peran pemerintah kabupaten selaku pemberi dana untuk selalu memonitor jalannya pembangunan di desa. Hal ini dilakukan karena sebesar 70% dari alokasi dana desa diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat dan 30% untuk penyelengaraan pemerintah desa.(Mambuhu, 2007)

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tidak bisa juga dipisahkan dengan APBDes karena ADD adalah serangkaian pendapatan desa yang sumbernya dari pemerintah daerah/kota yang di transfer pemerintah ke daerah kepada pemerintah desa dengan pemindah bukuan rekening kas umum desa ke rekening kas desa. ADD diahlikan sebagai penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah desa, tunjangan dan operasional badan permusyawaratan desa, rukun warga maupun rukun masyarakat, bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Dana Desa merupakan dana yang di ternasfer oleh pemerintah pusat ke rekening kas desa dengan jumlah yang lebih besar dari alokasi dana desa, anggaran tersebut diharapkan mampu mengalami perubahan kepada masyarakat desa baik dari pemeberdayaan masyarakat ataupun pembangunan agar masayarakat tidak mengalami keterbelakangan dalam era modern saat ini.

Pengelola keuangan desa menurut undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 adalah semua hak mengenai kewajiban desa yang biasa diniai dengan uang serta segala hal yang berhubungan dengan manifestasi hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban menimbulkan, pendapatan,

18

belanja dan pembiayaan yang harus diubah dalam melakukan pengelolaan keuangan desa yang baik

Keuangan desa yang dikelola berdasarkan praktek-praktek pemerintahan yang baik dalam permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel parsitipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran yaitu:

a) Transparan, yaitu dengan prinsip yang mengharuskan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang keuangan desa. Asas yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif mengenai pengelolaan pemerintah desa dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan. Pemerintah harus transparan dalam melakukan pengelolaan keuangan desa.

Transparansi merupakan karakteristik yang memungkinkan terbangunya kepercayaan masyarakat terhadap apa yang diartikulasikan pemerintah dalam hal kepentingan dan kebutuhan masyarakat

b) Akuntabel, yaitu hasil dari kewajiban untuk mempertanggung jawabkan baik dalam pengelolaan dan penegendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, setiap hasil dari kegiatan pemerintah desa harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan perturan perundang-undanagan.

c) Partisipatif, yaitu pengelolaan pemerintah desa yang melibatkan kelembagaan dan unsur masyarakat desa. Partisipasi ini dapat

mengambil bentuk dukungan atau tantangan, kaitanya dengan penegelolaan keuangan desa, mengenai partisipasi masyarakat yang dibutuhakn dalam siklus pengelolaan keuangan desa baik dalam konteks perencanaan musrembang desa dan pelaksanaan setiap kegiatan yang membutuhkan penggunaan dana.

d) Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus merujuk pada aturan atau acuan yang menjadi landasan.

Akuntansi desa merupakan pencatatan yang terjadi pada saat proses transaksi yang terjadi di desa yang meliputi nota, pencatatan, dan pelaporan keuangan sehingga dapat membuat informasi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan oleh pihak pemerintah desa. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah desa tertentu dalam pengelolaan keuangan desa yang lebih nyata dan dapat dipertanggung jawabkan oleh pemerintah desa. Laporan keuangan desa yang berdasarkan standar akuntansi pemerintahan atau SAP No 71 Tahun 2010 adalah esensial akuntansi yang telah diterapkan baik dalam menyusun maupun pada saat menyajikan laporan keuangan pemerintahan, peraturan ini menjelaskan mengenai pencatatan pemerintah desa yang berbasis kas dimana mengakui pendapatan, belanja maupun pembiayaan.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa dalam mengatur kewenangan yang ditugaskan berdasarkan hak asal usul, kewenangan dalam konteks lokal berskala desa, dan kewenangan lainnya sesuai keten- tuan yang ditugaskan pemerintah. (Liliana, 2017)

20

Pelaksanaan mengenai anggaran desa yang telah timbul transaksi mengenai penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan aparat desa, keseluruhan penerimaan baik pengeluaran maupun penerimaan dalam rangka untuk mencapai kewenangan desa itu melalui rekening kas desa.

Sedangkan desa yang belum mendapatkan pelayanan perbankan di wilayahnya maka yang menetapakan pengaturanya yaitu pemerintah kabupaten/kota, segala transaksi penerimaan ataupun pengeluaran desa harus memberikan bukti yang lengkap, adapun beberapa aturan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan keuangan desa

a) Setiap pemerintah desa dilarang melakukan pungutan liar sebagai penerimaan desa kecuali telah ditetapkan dalam peraturan desa.

b) Bendahara menyimpan kas desa dengan jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan desa baik dari operasional atapun kebutuhan lainya.

c) Jumlah uang kas yang disimpan di kas desa ditetapkan oleh peraturan bupati ataupun walikota.

d) Pengeluaran desa yang menimbulkan beban pada APBDesa tidak dapat diterapkan sebelum rancangan peraturan APBDesa ditetapkan sebagai paraturan desa.

e) Pengeluaran desa tidak termasuk belanja bagi pegewai yang bersifat ataupun operasional perkantoran yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa.

f) Dalam penggunaan biaya yang tidak diduga, sebelumnya harus dibuatkan rincian anggaran yang telah disetujiu oleh kepala desa

g) Pengelola kegiatan yang telah memberikan usulan pendanaan untuk melkasanakan suatu kegiatan harus didukung dengan dokumen misal rencana anggaran biaya

h) Perencanaan pengelolaan anggaran biaya diperiksa oleh Sekertaris Desa dan Di Sahkan Oleh Kepala Desa.

i) Dalam melaksanakan kegiatan terhadap tindakan pengeluaran buku pembantu kas sebagai alat pertanggung jawaban.

(Rahman, 2020)Adapun penjelasan mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan permandegri No. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa yaitu :

1. Perencanaan

Perencanaan dalam pembangunan desa dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat desa melaui musyawarah bersama baik dalam perencanaan maupun pembangunan desa. Secara dokumen dalam perencanaan dan pembangunan desa tercatat dalam Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang berlaku 6 tahun rencana pembangunan desa (RKPDes) dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes) yang berlaku 1 tahun,yang menjadi acuan adalah (RKPDes) dalam menyusun (APBDes)

.RPJMDes ditetapkan pada saat kepala desa dilantik . sedangkan RPDES disusun dan ditetapkan pemerintah desa pada saat musrembang desa, setalah penetapan RKPDes selanjutnya penetapan APMDes.

22 2. Pelaksana

Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa terdapat beberapa prinsip yang harus di patuhi yang mencakup penerimaan maupun pengeluaran, salah satu prinsipnya yaitu pengeluaran dan penerimaan desa dilakukan melalui rekening kas desa. Pelaksana kegiatan memberikan permohonan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan yang harus disertai dengan dokumen Rincian Anggaran Biaya (RAB). Pelaksana kegiatan memiliki tanggung jawab terhadap tindakan pengeluaran yang menimbulkan atas beban anggaran belanja kegiatan yang dilakukan oleh bendahara desa sebagai penyimpan rekening kas desa.

3. Penatausahaan

Penatausahaan keuangan desa adalah kegitan pencatatan yang dilakukan khusus oleh bendahara desa, bendahara desa wajib melakukan segala pencatatan terhadap semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran, bendahara melakukan proses pencatatan yang sistematis dan berurutan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi kepala desa. Adapun sistem yang digunakan dalam penatausahaan yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dalam penausahaan keuangan desa harus terlebih dahulu menetapkan bendahara desa, penetapan bendahara desa harus harus ditetapkan sebelum dilaksanakannya tahun anggaran yang telah dibuat oleh Kepala Desa. Dalam permandegri No. 133 Tahun 2014 laporan atau pertanggung jawaban yang wajib dibuat bagi bendahara desa adalah

a) Buku kas umum digunakan untuk mencatat segala kegiatan yang menyagkut mengenai penerimaan maupun peneeluaran kas.

b) Baik secara tunai maupun secara kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi atau kesalahan pencatatan dalam pembukuan, buku kas umum biasa juga disebut dengan sumber dokumen transaksi.

c) Buku pembantu pajak,buku pembantu pajak digunakan untuk membantu dalam pencatatan buku kas umum baik dalam penerimaan ataupun pengeluaran yang memiliki keterkaitan dengan pajak.

d) Buku bank, digunakan sebagai buku pembantu buku kas umum baik dalam penerimaan atupun pengeluaran yang memiliki keterkaitan dengan bank.

4. Pelaporan

Dalam melaksanakan pelaporan tugas pertanggungung jawawaban baik dari tugas kewenangan maupun hak kewajiban, kepala desa memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan.

Laporan tersebut disampaikan dalam waktu 6 bulan sekali maupun dalam waktu tahunan yang di sampaikan ke bupati/kota. Laporan kegiatan yang dilaporkan pertama kali yaitu laporan realisasi APBDes.

Laporan pertama realisasi di laporkan paling lambat bulan juli tahun berjalan beda halnya bentuk pelaporan yang dilakukan oleh bendahar desa ke kepala desa, bendahara desa melaporkan paling lambat 10 tanggal bulan berikutnya ke kepala desa

24

5. Pertanggung Jawaban

laporan peratanggung jawaban APBDes pada saat akhir tahun anggaran di sampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat yang meliputi, pendapatan, belanja , dan pembiayaan yang ditetapkan oleh peraturan desa. Setelah BPD dan pemerintah desa melakukan kesepakatan terhadap laporan pertanggung jawaban mengenai pelaksana APBDes dalam bentuk aturan pemerintah desa, maka perintah desa disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagai suatu kesatuan dari laporan penyelenggaraan pemerintah desa.

Kekuasaan pengelolaan keuangan desa yang berada ditengah yang didukung oleh pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD). Kepala desa merupakan pemegang kekuasaan dalam melakukan pengelolaan keuangan desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang telah dipisahkan, kewenangan kepala desa meliputi :

a) Menentukan kebijakan mengenai APBDes

b) Menetukan pelaksanaan teknis pengelolaan keuangan desa c) Menentukan petugas yang melakukan pemungutan

penerimaan desa

d) Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDes

e) Melukukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDes.

Dokumen terkait