• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan variabel penting dalam hubungannya dengan proses dan hasil belajar pelajar. Pengertian motivasi tidak dapat terlepas dari pengertian motif. Motivasi barasal dari kata Inggris

motivation yang berarti dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motiv sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak Echols, (1984).

Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan Suryabrata, (1984). Hal yang sama di ungkapkan oleh Winkle (1987) bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, menjamin

kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Winkel, (1987). Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya Palardi, (1975).

Secara garis besar, motivasi dapat dibedakan menjadi dua, ialah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam tanpa ada rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar.

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2008:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya“feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald (Sardiman, 2008:74), ini mengandung 3 elemen penting, yaitu :

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Ada beberapa ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana dikemukakan Brown, (Imron Ali, 1996:88) sebagai berikut:

1. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh

2. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan

3. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru

4. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas 5. Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain

6. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri 7. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali 8. Selalu terkontrol oleh lingkungannya

Sadirman (2008:83), mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah :

1. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama

2. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh

3. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar

4. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain 5. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, karena dianggap kurang

kreatif

6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini 8. Senang mencari dan memecahkan masalah.

b. Pentingnya Motivasi

Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar. Pembelajar yang memiliki motivasi yang tinggi, umumnya baik perolehan belajarnya. Sebaliknya, pembelajar yang rendah motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Demikian juga pembelajar yang sedang-sedang saja motivasinya, umumnya perolehan belajarnya juga sedang-sedang saja.

Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini, kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi ini tidak hanya dalam belajar. Dalam kerjapun, motivasi ini juga sangat penting. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai

prestasi yang lebih tinggi. Pegawai atau karyawan yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi juga menunjukkan performansi profesional yang diharapkan atau di atas rata-rata teman sejawatnya.

Bahkan dewasa ini, ada juga yang mengembangkan motivasi berprestasi atau motivasi belajar ini menjadi motif berkompetensi. Yang dimaksud dengan motivasi berkompetensi adalah dorongan- dorongan untuk menguasai kompetensi keahliannya. Terbukti dengan jelas, bahwa mereka yang mempunyai motivasi kompetensi yang tinggi cenderung lebih menguasai bidang-bidangnya dibandingkan dengan mereka yang rendah motif kompetensinya.

Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen dalam peningkatan perolehan belajar. Dalam khasanah kepustakaan kependidikan, motivasi sering disebut secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar. Bahkan orang yang sukses di segala bidang, lebih banyak disebabkan oleh tingginya motivasi yang mereka miliki.

c. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan atas motivasi intrinsik dan atau motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar individu.

Pada orang yang tingkat motivasi intrinsiknya rendah, justru motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang

diberikan secara tepat, justru secara perlahan dapat mencangkokkan motivasi intrinsik untuk belajar manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan bagi pembelajar. Bahkan kalau sudah sampai di tahap mempribadi, seseorang akan tinggi motivasi belajarnya secara intrinsik.

Suatu kenyataan, bahwa anak manusia itu tidak sama, termasuk motivasinya. Ketidaksamaan dalam motivasi intrinsik yang dipunyai ini, dapat dikurangi dengan memberikan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah :

1. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan

juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar- mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

d. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur tersebut adalah :

1. Cita-cita/aspirasi pembelajar 2. Kemampuan pembelajar 3. Kondisi pembelajar

4. Kondisi lingkungan belajar

5. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran 6. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi belajar senantiasa bergelombang. Ada kalanya bergerak naik dan adakalanya bergerak turun. Tidak jarang, motivasi belajar hanya mendatar saja. Oleh karena demikian “watak” motivasi tersebut, maka diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Dengan demikian, motivasi belajar yang dipunyai oleh pembelajar bisa cenderung naik dan atau minimal menetap. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pembelajar, yaitu :

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

Prinsip tersebut adalah :

a. Prinsip perhatian dan motivasi belajar b. Prinsip keaktifan belajar

c. Prinsip keterlibatan langsung pembelajar d. Prinsip pengulangan belajar

e. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari

f. Prinsip pemberian balikan dan penguatan dalm belajar g. Prinsip perbedaan individual antar pembelajar

Ketujuh prinsip ini perlu diterapkan secara optimal agar pembelajar mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.

2. Mengoptimalkan Unsur-Unsur Dinamis Belajar/Pembelajaran Bagaimana cara mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar atau pembelajaran? Pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar pembelajaran tersebut dalam setting belajar pembelajaran. Penyediaan secara kreatif ini perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada guru hanya menerima kondisi tersebut apa adanya. Sebagai contoh, peralatan pengajaran yang mungkin tidak tersedia, atau tak terjangkau, dapat disediakan dengan merancang sendiri bersama-sama dengan pembelajar.

Kedua, memanfaatkan sumber-sumber diluar sekolah sehingga keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah dapat ditanggulangi. Hal demikian dapat dilakukan dengan banyak

mengadakan kerja sama dengan sejumlah lembaga di luar sekolah bahkan di luar dunia pendidikan.

3. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman/Kemampuan yang Telah Dimiliki dalam Belajar.

Setiap pembelajar mempunyai kemampuan dan pengalaman- pengalaman tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kemampuan dan pengalaman yang berbeda demikian ini hendaknya tidak justru menjadi kendala dalam aktivitas belajarnya. Kemampuan/pengalaman masa lalu ini bisa didapatkan oleh pembelajar melalui aktivitas belajar, dan bisa juga didapatkan oleh pembelajar melalui aktivitas lain atau aktivitas non belajar. Yang harus diupayakan guru agar kemampuan dan pengalaman masa lalu justru mendukung terhadap aktivitas belajar adalah :

a. Biarkan pembelajar dapat menangkap apa yang dipelajari sekarang ini dari perspektif kemampuan dan pengalaman masa lalunya. Jangan dipaksa menggunakan perspektif gurunya b. Kaitan aktivitas belajar pembelajar pada masa sekarang ini

dengan kemampuan dan pengalaman yang sudah dipunyai oleh pembelajar.

c. Gali dulu pengalaman dan kemampuan yang sudah dimiliki oleh pembelajar melalui tes lisan atau tertulis sebelum menyampaikan materi berikutnya.

yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4. Mengembangkan Cita-Cita/Aspirasi dalam Belajar

Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang. Kegiatan-kegiatan seseorang, utamanya kegiatan belajar, lebih banyak teraksentuasi pada pengajaran dan atau pencapaian cita-cita atau aspirasi tersebut. Maka dari itu, cita-cita/aspirasi tersebut harus senantiasa dikembangkan dalam pembelajaran. Bagaimana agar aspirasi/cita-cita tersebut dapat dikembangkan dalam belajar pembelajaran? Beberapa langkah berikut dapat ditempuh :

a. Kenalilah aspirasi dan cita-cita pembelajar. Pengenalan ini dapat dilakukan melalui penyebaran daftar isian yang dapat memuat sejumlah cita-cita tersebut, pembelajar masih diharapkan untuk merangking dari yang paling diminati sampai dengan yang paling tidak diminati. Pengenalan aspirasi ini, dapat juga dilakukan dengan mengadakan tes minat kepada pembelajar. Dengan tes minat, akan diketahui jenis-jenis pekerjaan apa di masa depan yang paling diminati dan menjadi cita-cita pembelajar.

b. Hasil pengenalan atas cita-cita aspirasi tersebut dapat dikomunikasikan kepada siswa dan orang tuanya. Orang tua ini patut juga diberi tahu, agar tidak memaksakan kehendaknya kepada putra-putrinya, karena mungkin pembelajar tersebut

mempunyai cita-cita/aspirasi yang berbeda dengan orang tuanya.

c. Sediakan program-program yang dapat mengembangkan aspirasi dan cita-cita tersebut. Setelah program-program tersebut disediakan, barulah para pembelajar diberi kesempatan untuk mengambil program yang sesuai dengan aspirasi dan cita-citanya. Persoalannya hanyalah, apakah mungkin hal demikian dilakukan di sekolah-sekolah kita mengingat kurikulum yang tersentralkan dari pusat.

f. Ada 3 Fungsi Motivasi, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang

baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

g. Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif- motif yang aktif itu sangat bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a) Motif-motif bawaan.

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.

b) Motif-motif yang dipelajari.

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif- motif yang diisyaratkan secara sosial sebab manusia hidup di dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

Di samping itu frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini, yaitu:

a. Cognitive Motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self-Expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-Enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis (Sardiman, 2008:88), yaitu:

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan

kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni, motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti, misalnya: reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen, yaitu:

a. Momen timbulnya alasan. b. Momen pilih.

c. Momen putusan.

d. Momen terbentuknya kemauan.

h. Ada Beberapa Bentuk dan Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di Sekolah, yaitu :

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai nilai/angka yang baik. sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport yang angkanya baik-baik. 2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. 4. Egoinvolvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para

siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. 5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. 6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannnya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh

karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10. Minat

Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara- cara sebagai berikut:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang ingin diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

i. Karakteristik dari motivasi, adalah :

1. Sebagai hasil dari kebutuhan 2. Terarah kepada suatu tujuan

3. Menopang perilaku

j. Prinsip-Prinsip Motivasi, yaitu :

1. Prinsip kompetisi, yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.

2. Prinsip pemacu, yang dimakud adalah dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu

3. Prinsip ganjaran dan hukuman, yang dimaksud dengan ganjaran dan hukuman adalah ganjaran maupun hukuman yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran maupun hukuman itu.

4. Kejelasan dan kedekatan tujuan, makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.

5. Pemahaman hasil, hasil yang dicapai seseorang akan merupakan balikan dari upaya yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya.

6. Pengembangan minat, prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

7. Lingkungan yang kondusif, lingkungan kerja maupun belajar yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.

8. Keteladanan, perilaku seorang guru yang baik akan dapat meningkatkan motivasi belajar para siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar para siswa, jika perilaku seorang guru dikatakan kurang baik.

k. Cara memotivasi siswa belajar, yaitu:

1. Kebermaknaan, siswa akan suka dan bermotivasi belajar apabila hal- hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.

2. Modeling, siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu perilaku yang dapat disaksikan dan ditirunya. 3. Komunikasi terbuka, siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa.

4. Prasyarat, guru hendaknya berusaha mengetahui/ mengenali prasyarat-prasyarat yang telah mereka miliki.

5. Novelty, siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru(novelty)atau masih asing.

6. Latihan/praktek yang aktif dan bermanfaat, siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran.

7. Latihan terbagi, siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek.

8. Kurangi secara sistematik paksaan belajar, pada waktu mulai belajar siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan, tetapi begitu siswa

sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhir lambat laun siswa dapat belajar sendiri.

9. Kondisi yang menyenangkan, siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan.

Dokumen terkait