• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Studi Kasus : SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

Julianita Mendan Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh lingkungan keluarga terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) pengaruh lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa kelas XII SMK Sanjaya Pakem Kaliurang Yogyakarta. Populasi penelitian adalah 287 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 87 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (ρ = 0,297 > α = 0,05); (2) tidak ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (ρ = 0,106 >

(2)

ix ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FAMILY AND SCHOOL ENVIRONMENT TOWARDS THE RELATION BETWEEN THE STUDENTS’ LEARNING

MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study: Sanjaya Vocational School Pakem Yogyakarta

Julianita Mendan Sanata Dharma University

2010

This research aims to find out: (1) the influence of family environment towards relationship between students’ learning motivation and students’ learning achievement; (2) the influence of school environment towards the relation between students’ learning motivation and students’ learning achievement.

This research is a case study of XII grade student of Sanjaya Vocational School Pakem Kaliurang Yogyakarta. The population of this research was 287 students. The sample in this research was 87 students. The technique of sample collection was purposive sampling. The methods of data collection were questionnaire and documentation. The technique of analysis the data was regression equation model developed by Chow.

(3)

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA

DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus : SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : JULIANITA MENDAN

NIM : 061334057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA

DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus : SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : JULIANITA MENDAN

NIM : 061334057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai ucapan syukur dan

terimakasih kepada:

Tuhan Yesus Kristus Sumber Pengharapan dan

Juru’slamatku

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendukung dengan

sabar baik material maupun spiritual dan setia mendoakan

Abang Martin, Dek Uchy, Dek Othy, Dek Vithree

yang selalu mendukung dan memberi perhatian serta terus

memotivasi aku

Seseorang yang spesial yang aku sayangi dan kasihi dan

selalu setia memberikan dorongan dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:

(8)

v

Motto

“Hidup bukanlah pilihan tetapi dalam hidup kita harus bisa membuat pilihan yang terbaik karena pilihan yang benar akan membuat hidup kita menjadi bernilai dan

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Studi Kasus : SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

Julianita Mendan Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh lingkungan keluarga terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) pengaruh lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa kelas XII SMK Sanjaya Pakem Kaliurang Yogyakarta. Populasi penelitian adalah 287 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 87 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (ρ = 0,297 > α = 0,05); (2) tidak ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (ρ = 0,106 >

(12)

ix ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FAMILY AND SCHOOL ENVIRONMENT TOWARDS THE RELATION BETWEEN THE STUDENTS’ LEARNING

MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study: Sanjaya Vocational School Pakem Yogyakarta

Julianita Mendan Sanata Dharma University

2010

This research aims to find out: (1) the influence of family environment towards relationship between students’ learning motivation and students’ learning achievement; (2) the influence of school environment towards the relation between students’ learning motivation and students’ learning achievement.

This research is a case study of XII grade student of Sanjaya Vocational School Pakem Kaliurang Yogyakarta. The population of this research was 287 students. The sample in this research was 87 students. The technique of sample collection was purposive sampling. The methods of data collection were questionnaire and documentation. The technique of analysis the data was regression equation model developed by Chow.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Lourentius Saptono S. Pd., M. Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Ibu Cornelio Purwantini, S. Pd., M. SA. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;

(14)

xi

6. Bapak Lourentius Saptono S. Pd., M. Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. B. Indah Nugraheni, S. Pd., S.I.P., M. Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

10. Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

11. Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMK Sanjaya Pakem Kaliurang Yogyakarta yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;

12. Bapak dan Ibu yang terkasih yang selalu memberikan dukungan baik material maupun spiritual;

13. Abang Martin Inoet, Dek Uchy, Dek Othy, Dek Vithree yang selalu memberi semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi ini;

14. Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2006, yang telah banyak memberikan kenangan indah selama kuliah;

15. Teman-teman mahasiswa Ikatan Dinas Kutai Barat yang sama-sama berjuang, jangan menyerah dan teruskan perjuanganmu

(15)

xii

17. Sahabatku Pristy, Sisil, Tika yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapi dan memberikan dukungan dan doa;

18. Teman-teman Asrama Kutai Barat Putra dan Putri terima kasih atas kebersamaan selama ini, tak akan terlupakan;

19. Pristy, Arni, Dety, Rara, Nita, Tio, Vivin teman seperjuangan yang selalu kompak dan memberi semangat;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(16)

xiii DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK.. ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

(17)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Teoritik ... 10

B. Kerangka Berfikir ... 39

C. Model Penelitian ... 44

D. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

D. Populasi dan Sampel ... 46

E. Definisi Operasional Variabel, Variabel Penelitian, dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Teknik Pengujian Kuesioner ... 55

1. Pengujian Validitas Kuesioner ... 55

2. Pengujian Reliabilitas ... 57

H. Teknik Analisis Data ... 59

1. Deskripsi Data ... 59

2. Uji Prasyarat Analisis ... 59

(18)

xv

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 71

A. Identitas Sekolah ... 64

B. Sejarah SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta ... 64

C. Latar Belakang Pendirian Sekolah ... 65

D. Perkembangan SMK Sanjaya Pakem ... 66

E. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 68

F. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 70

G. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem.. 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Deskripsi Data ... 72

B. Analisis Data ... 76

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 76

a. Uji Normalitas ... .76

b. Uji Linearitas ... 77

2. Pengujian Hipotesis ... 78

C. Pembahasan ... 80

1. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan Prestasi Belajar Siswa ... 80

(19)

xvi

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Keterbatasan ... 87

C. Saran ... 88

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Prestasi Belajar Siswa ... 51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kuesioner Variabel Motivasi Belajar Siswa ... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kuesioner Variabel Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah ... 53

Tabel 3.4 Skor Variabel Motivasi Belajar Siswa, Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah ... 54

Tabel 3.5 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.6 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Lingkungan Keluarga ... 56

Tabel 3.7 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Lingkungan Sekolah ... 57

Tabel 3.8 Kesimpulan Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Tabel 5.1 Motivasi Belajar ... 73

Tabel 5.2 Lingkungan Keluarga ... 74

Tabel 5.3 Lingkungan Sekolah ... 75

Tabel 5.4 Prestasi Belajar ... 76

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Normalitas ... 76

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I ... 94

A. Data Motivasi Siswa. ... 94

B. Data Lingkungan Keluarga………. 97

C. Data Lingkungan Sekolah………....100

D. Data Prestasi……….103

LAMPIRAN II ... 106

A. Kuesioner ... 109

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114

LAMPIRAN III ... 114

A. Perhitungan Mean, Median, dan Modus Prestasi dan minat ... 116

B. PAP II ... 116

C. Hasil Uji Normalitas ... 118

D. Hasil Uji Liniearitas ... 119

LAMPIRAN IV ... 128

Hasil Uji Hipotesis ... 128

LAMPIRAN V ……….... 122

Data Distribusi Frekuensi Variabel………..………... 122

LAMPIRAN VI……… 127

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Tujuan Pendidikan menurut UU SISDIKNAS (2003:20) adalah:

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kompetensi hasil pendidikan diakui oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat. Tujuan pendidikan nasional di atas akan dapat tercapai apabila ada tanggung jawab dari semua pihak yaitu murid, orang tua, guru, pemerintah, lembaga pendidikan (sekolah) serta masyarakat.

(23)

Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi : kondisi lingkungan belajar seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar siswa adalah motivasi. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. (Sardiman, 2006:75). Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar - mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar siswa berguna untuk memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki mahasiswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi tinggi dalam dirinya. Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan dan merupakan bagian dari belajar. Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan mana yang akan dikerjakan.

(24)

tes prestasi adalah tes yang mengukur prestasi yang dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar. Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar. Pembelajar yang memiliki motivasi yang tinggi umumnya baik pula perolehan belajarnya atau prestasinya. Sedangkan, pembelajar yang memiliki motivasi yang rendah maka rendah pula prestasinya. Demikian juga pembelajar yang sedang saja motivasinya, umumnya prestasinya pun akan sedang-sedang saja (Imron, 1996:89).

Imron (1996:89), mengemukakan tentang banyaknya riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai prestasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen

dalam peningkatan perolehan belajar atau prestasi. Motivasi sering disebut sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar atau prestasi. Banyak orang sukses di segala bidang, lebih disebabkan oleh tingginya motivasi yang mereka miliki.

(25)

pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah keluarga. Banyak waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang (Tulus, 2004:16). Pemberi dukungan pertama untuk belajar di rumah, memperhatikan kebutuhan sekolah anak, menyediakan fasilitas belajar anak, membiayai pendidikan anak dan memberikan perhatian baik secara fisik maupun psikologis. Siswa senantiasa berhadapan dengan lingkungan keluarga dan merupakan anggota keluarga. Sebagai anggota keluarga, siswa selalu berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua. Pendapat Slameto (2003: 61) sebagai berikut :

“Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak /kurang berhasil dalam belajarnya”.

Orang tua harus berperan aktif dalam mendukung keberhasilan siswa, orang tua di samping menyediakan alat-alat yang dibutuhkan anak untuk belajar yang lebih penting bagaimana memberikan bimbingan, pengarahan agar anak lebih bersemangat untuk berprestasi. Siswa yang kurang termotivasi dikarenakan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya dan kurangnya perhatian terhadap proses belajar siswa di rumah.

(26)

anaknya pada sekolah, padahal seharusnya orang tua memberikan perhatian dan dorongan belajar yang lebih, karena waktu di rumah lebih banyak daripada di sekolah. Namun menyadari bahwa orang tua tidak mungkin sanggup mendidik dengan segala ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk bekal hidup anaknya, maka usaha pendidikan dalam keluarga perlu dibantu. Berkaitan dengan hal ini, dirasakan perlu adanya suatu lembaga yang membantu orang tua dalam usaha mendidik anak-anaknya. Usaha untuk membantu pendidikan tersebut, akhirnya diusahakan dengan membentuk suatu lembaga pendidikan.

Di sekolah, nilai-nilai kehidupan ditumbuhkankembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi seorang siswa (Tulus, 2004:18). Lingkungan sekolah yang kondusif akan mendukung proses kegiatan belajar -mengajar berjalan dengan baik. Upaya guru atau sekolah meningkatkan motivasi belajar tersebut dilakukan dengan cara : mengoptimalkan peranan prinsip-prinsip belajar, mengoptimalkan unsur-unsur belajar/pembelajaran, mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar dan mengembangkan cita-cita dan aspirasi pembelajar. Lingkungan sekolah memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.

(27)

baik atau dapat dikatakan tinggi akan dapat mendorong siswa meraih prestasi yang tinggi pula. Masih sejalan dengan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.

Namun kenyataannya, tingkat motivasi belajar siswa di sekolah antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Dikarenakan adanya pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda pula. Hal ini dapat di lihat pada siswa SMK Sanjaya Pakem. Beberapa dari mereka banyak mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pelajar yang ditunjukkan dalam sikap dan tindakannya seperti : tidak masuk kelas sebelum guru datang dan menegur mereka walaupun bel sudah berbunyi, ramai di kelas saat guru menjelaskan, melalaikan tugas yang diberikan guru, melanggar tata tertib sekolah, membolos, yang kesemuanya itu mencerminkan kurangnya motivasi belajar mereka. Salah satu hal yang mendasari motivasi belajar siswa adalah timbulnya kesadaran siswa untuk mau melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik, sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Kenyataannya, di SMK Sanjaya Pakem masih banyak ditemui siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Siswa akan selalu berhubungan dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar, serta membutuhkan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

(28)

umumnya dan pencapaian prestasi belajar pada khususnya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik dan mengadakan penelitian dengan judul“Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hubungan Antara Motivasi Belajar Siswa Dengan

Prestasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem”.

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang (faktor internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang (faktor-faktor ekstrinsik). Faktor internal meliputi faktor-faktor bawaan seperti: intelegensi, bakat, minat, motivasi, aspirasi, harapan, militansi, keuletan, kerajinan, ketangguhan, kemandirian dan masih banyak lagi. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi : kondisi lingkungan belajar seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Penelitian ini terbatas hanya mengungkap faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu : pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, motivasi dan prestasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(29)

motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap hubungan antara

motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar siswa ditinjau dari lingkungan keluarga.

2. Menganalisis hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar siswa ditinjau dari lingkungan sekolah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi

penelitian selanjutnya dan memberi masukan dalam pemecahan masalah

terutama yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi dan prestasi belajar

siswa, serta menambah referensi bagi mahasiswa Universitas Sanata

Dharma yang membutuhkan.

2. Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah, penelitian ini sebagai masukan dalam usaha

(30)

3. Bagi Guru

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar akuntansi siswanya. 4. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini, memberi masukan bagi orang tua untuk lebih memberikan dukungan bagi anak-anak, agar lebih termotivasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

5. Bagi Peneliti

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Motivasi Belajar Siswa

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan variabel penting dalam hubungannya dengan proses dan hasil belajar pelajar. Pengertian motivasi tidak dapat terlepas dari pengertian motif. Motivasi barasal dari kata Inggris

motivation yang berarti dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motiv sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak Echols, (1984).

Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan Suryabrata, (1984). Hal yang sama di ungkapkan oleh Winkle (1987) bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, menjamin

(32)

kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Winkel, (1987). Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya Palardi, (1975).

Secara garis besar, motivasi dapat dibedakan menjadi dua, ialah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam tanpa ada rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar.

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2008:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya“feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald (Sardiman, 2008:74), ini mengandung 3 elemen penting, yaitu :

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

(33)

dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Ada beberapa ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana dikemukakan Brown, (Imron Ali, 1996:88) sebagai berikut:

1. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh

2. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan

3. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru

4. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas 5. Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain

6. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri 7. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali 8. Selalu terkontrol oleh lingkungannya

Sadirman (2008:83), mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah :

(34)

2. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh

3. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar

4. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain 5. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, karena dianggap kurang

kreatif

6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini 8. Senang mencari dan memecahkan masalah.

b. Pentingnya Motivasi

Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar. Pembelajar yang memiliki motivasi yang tinggi, umumnya baik perolehan belajarnya. Sebaliknya, pembelajar yang rendah motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Demikian juga pembelajar yang sedang-sedang saja motivasinya, umumnya perolehan belajarnya juga sedang-sedang saja.

(35)

prestasi yang lebih tinggi. Pegawai atau karyawan yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi juga menunjukkan performansi profesional yang diharapkan atau di atas rata-rata teman sejawatnya.

Bahkan dewasa ini, ada juga yang mengembangkan motivasi berprestasi atau motivasi belajar ini menjadi motif berkompetensi. Yang dimaksud dengan motivasi berkompetensi adalah dorongan-dorongan untuk menguasai kompetensi keahliannya. Terbukti dengan jelas, bahwa mereka yang mempunyai motivasi kompetensi yang tinggi cenderung lebih menguasai bidang-bidangnya dibandingkan dengan mereka yang rendah motif kompetensinya.

Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen dalam peningkatan perolehan belajar. Dalam khasanah kepustakaan kependidikan, motivasi sering disebut secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar. Bahkan orang yang sukses di segala bidang, lebih banyak disebabkan oleh tingginya motivasi yang mereka miliki.

c. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan atas motivasi intrinsik dan atau motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar individu.

(36)

diberikan secara tepat, justru secara perlahan dapat mencangkokkan motivasi intrinsik untuk belajar manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan bagi pembelajar. Bahkan kalau sudah sampai di tahap mempribadi, seseorang akan tinggi motivasi belajarnya secara intrinsik.

Suatu kenyataan, bahwa anak manusia itu tidak sama, termasuk motivasinya. Ketidaksamaan dalam motivasi intrinsik yang dipunyai ini, dapat dikurangi dengan memberikan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah :

1. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

2. Motivasi ekstrinsik

(37)

juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

d. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur tersebut adalah :

1. Cita-cita/aspirasi pembelajar 2. Kemampuan pembelajar 3. Kondisi pembelajar

4. Kondisi lingkungan belajar

5. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran 6. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi belajar senantiasa bergelombang. Ada kalanya bergerak naik dan adakalanya bergerak turun. Tidak jarang, motivasi belajar hanya mendatar saja. Oleh karena demikian “watak” motivasi tersebut, maka diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Dengan demikian, motivasi belajar yang dipunyai oleh pembelajar bisa cenderung naik dan atau minimal menetap. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pembelajar, yaitu :

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

(38)

Prinsip tersebut adalah :

a. Prinsip perhatian dan motivasi belajar b. Prinsip keaktifan belajar

c. Prinsip keterlibatan langsung pembelajar d. Prinsip pengulangan belajar

e. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari

f. Prinsip pemberian balikan dan penguatan dalm belajar g. Prinsip perbedaan individual antar pembelajar

Ketujuh prinsip ini perlu diterapkan secara optimal agar pembelajar mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.

2. Mengoptimalkan Unsur-Unsur Dinamis Belajar/Pembelajaran Bagaimana cara mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar atau pembelajaran? Pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar pembelajaran tersebut dalam setting belajar pembelajaran. Penyediaan secara kreatif ini perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada guru hanya menerima kondisi tersebut apa adanya. Sebagai contoh, peralatan pengajaran yang mungkin tidak tersedia, atau tak terjangkau, dapat disediakan dengan merancang sendiri bersama-sama dengan pembelajar.

(39)

mengadakan kerja sama dengan sejumlah lembaga di luar sekolah bahkan di luar dunia pendidikan.

3. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman/Kemampuan yang Telah Dimiliki dalam Belajar.

Setiap pembelajar mempunyai kemampuan dan pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kemampuan dan pengalaman yang berbeda demikian ini hendaknya tidak justru menjadi kendala dalam aktivitas belajarnya. Kemampuan/pengalaman masa lalu ini bisa didapatkan oleh pembelajar melalui aktivitas belajar, dan bisa juga didapatkan oleh pembelajar melalui aktivitas lain atau aktivitas non belajar. Yang harus diupayakan guru agar kemampuan dan pengalaman masa lalu justru mendukung terhadap aktivitas belajar adalah :

a. Biarkan pembelajar dapat menangkap apa yang dipelajari sekarang ini dari perspektif kemampuan dan pengalaman masa lalunya. Jangan dipaksa menggunakan perspektif gurunya b. Kaitan aktivitas belajar pembelajar pada masa sekarang ini

dengan kemampuan dan pengalaman yang sudah dipunyai oleh pembelajar.

c. Gali dulu pengalaman dan kemampuan yang sudah dimiliki oleh pembelajar melalui tes lisan atau tertulis sebelum menyampaikan materi berikutnya.

(40)

yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4. Mengembangkan Cita-Cita/Aspirasi dalam Belajar

Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang. Kegiatan-kegiatan seseorang, utamanya kegiatan belajar, lebih banyak teraksentuasi pada pengajaran dan atau pencapaian cita-cita atau aspirasi tersebut. Maka dari itu, cita-cita/aspirasi tersebut harus senantiasa dikembangkan dalam pembelajaran. Bagaimana agar aspirasi/cita-cita tersebut dapat dikembangkan dalam belajar pembelajaran? Beberapa langkah berikut dapat ditempuh :

a. Kenalilah aspirasi dan cita-cita pembelajar. Pengenalan ini dapat dilakukan melalui penyebaran daftar isian yang dapat memuat sejumlah cita-cita tersebut, pembelajar masih diharapkan untuk merangking dari yang paling diminati sampai dengan yang paling tidak diminati. Pengenalan aspirasi ini, dapat juga dilakukan dengan mengadakan tes minat kepada pembelajar. Dengan tes minat, akan diketahui jenis-jenis pekerjaan apa di masa depan yang paling diminati dan menjadi cita-cita pembelajar.

(41)

mempunyai cita-cita/aspirasi yang berbeda dengan orang tuanya.

c. Sediakan program-program yang dapat mengembangkan aspirasi dan cita-cita tersebut. Setelah program-program tersebut disediakan, barulah para pembelajar diberi kesempatan untuk mengambil program yang sesuai dengan aspirasi dan cita-citanya. Persoalannya hanyalah, apakah mungkin hal demikian dilakukan di sekolah-sekolah kita mengingat kurikulum yang tersentralkan dari pusat.

f. Ada 3 Fungsi Motivasi, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

(42)

baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

g. Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a) Motif-motif bawaan.

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.

b) Motif-motif yang dipelajari.

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial sebab manusia hidup di dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

(43)

a. Cognitive Motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self-Expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-Enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis (Sardiman, 2008:88), yaitu:

(44)

kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni, motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti, misalnya: reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen, yaitu:

a. Momen timbulnya alasan. b. Momen pilih.

c. Momen putusan.

d. Momen terbentuknya kemauan.

h. Ada Beberapa Bentuk dan Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi

dalam Kegiatan Belajar di Sekolah, yaitu :

(45)

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai nilai/angka yang baik. sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport yang angkanya baik-baik. 2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. 4. Egoinvolvement

(46)

siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. 5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. 6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannnya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8. Hukuman

(47)

karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10. Minat

Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang ingin diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

i. Karakteristik dari motivasi, adalah :

(48)

3. Menopang perilaku

j. Prinsip-Prinsip Motivasi, yaitu :

1. Prinsip kompetisi, yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.

2. Prinsip pemacu, yang dimakud adalah dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu

3. Prinsip ganjaran dan hukuman, yang dimaksud dengan ganjaran dan hukuman adalah ganjaran maupun hukuman yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran maupun hukuman itu.

4. Kejelasan dan kedekatan tujuan, makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.

5. Pemahaman hasil, hasil yang dicapai seseorang akan merupakan balikan dari upaya yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya.

6. Pengembangan minat, prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

(49)

8. Keteladanan, perilaku seorang guru yang baik akan dapat meningkatkan motivasi belajar para siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar para siswa, jika perilaku seorang guru dikatakan kurang baik.

k. Cara memotivasi siswa belajar, yaitu:

1. Kebermaknaan, siswa akan suka dan bermotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.

2. Modeling, siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu perilaku yang dapat disaksikan dan ditirunya. 3. Komunikasi terbuka, siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa.

4. Prasyarat, guru hendaknya berusaha mengetahui/ mengenali prasyarat-prasyarat yang telah mereka miliki.

5. Novelty, siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru(novelty)atau masih asing.

6. Latihan/praktek yang aktif dan bermanfaat, siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran.

7. Latihan terbagi, siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek.

(50)

sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhir lambat laun siswa dapat belajar sendiri.

9. Kondisi yang menyenangkan, siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan.

2. Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Prestasi

Prestasi pada prinsipnya merupakan pengungkapan hasil belajar yang ideal yang meliputi segenap ranah yang berubah sebagai akibat dari pengalaman proses belajar (Muhibbin Syah). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1986:48), prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan.

Jadi, prestasi belajar adalah hasil dari perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik karena penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang bisa diukur dengan tes atau evaluasi hasil belajar.

Menurut Ketut (1988:51), menyatakan bahwa prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai, sedangkan tes prestasi adalah tes yang mengukur prestasi yang dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar.

(51)

berikut :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri (internal)

1. Faktor jasmaniah (fisiologi) yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk dalam faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat tubuh, atau perkembangan yang tidak sempurna.

2. Faktor psikologis, baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas :

1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu potensial yang dimiliki.

2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penugasan diri.

3. Faktor kematangan fisik dan psikis. 2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

(52)

d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

b. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat

intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau di ukur.

3. Perkembangan Prestasi

(53)

4. Prestasi Sebagai Isu Remaja

Dalam masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi seseorang dipandang amat penting. Lembaga-lembaga pendidikan menekankan pentingnya penampilan belajar yang baik, persaingan dan berhasil baik dalam menempuh tes, baik tes pengetahuan maupun tes kemampuan.

Dan para siswa pun menyadari benar akan hal itu. Mereka peka terhadap bagaimana cara guru memperlakukan murid-murid yang berprestasi dan murid-murid yang kurang pandai, mereka mudah iri terhadap prestasi teman-temannya dan mudah pula menjadi gugup dan cemas kalau-kalau mengalami kegagalan.

Persoalan prestasi ini juga berlanjut sepanjang masa dewasa. Tidak sedikit orang yang berganti-ganti pekerjaan karena minat mereka berubah-ubah. Seperti halnya para remaja, orang dewasa pun menganggap penting keberhasilan itu. Nilai seseorang dan harga dirinya ditentukan oleh keberhasilan tersebut.

Persoalan prestasi atau keberhasilan itu mendapat perhatian khusus karena beberapa alasan, yaitu:

1. Kenyataan bahwa masa remaja itu merupakan saat persiapan untuk bekerja di kemudian hari menimbulkan masalah apa dan bagaimana persiapan itu dilakukan.

(54)

datang.

3. Pada masa remaja, anak-anak banyak dihadapkan pada macam-macam pilihan, baik sekolah maupun masa depan kerja.

4. Pada masa remajalah timbulnya kemampuan-kemampuan untuk melihat akibat-akibat yang mungkin dihadapi di kemudian hari sebagai akibat pilihan-pilihannya mengenai sekolah dan pekerjaan.

5. Munculnya masalah prestasi itu berkait dengan perubahan-perubahan jasmaniah pada masa pubertas; pada masa remajalah munculnya perbedaan prestasi belajar antara anak laki-laki dan anak perempuan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Prestasi Belajar

1. Faktor internal

a) N.Ach (Need for Achievement) ialah dorongan atau motif untuk berprestasi. N. Ach adalah suatu motif intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu. Menurut hasil penelitian Winterbottom

(1985), Rosen dan D’Andrade (1959) remaja-remaja yang mempunyai dorongan kuat untuk berprestasi berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki standar tinggi dalam berprestasi, yang memberikan imbalan hadiah terhadap keberhasilan berprestasi dan yang memberikan dorongan untuk mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain.

b) Takut gagal

(55)

masalah yang sulit, dapat mengganggu keberhasilan dalam berprestasi. Murid-murid yang merasa sangat gugup selama menempuh ujian, akan memperoleh hasil yang lebih buruk ketimbang mereka yang tenang dan santai.

c) Takut sukses

Takut sukses mungkin lebih karakteristik pada wanita ketimbang pada pria. Apabila cukup kuat, takut sukses itu dapat mendorong N. Ach seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negatif terhadap prestasi yang baik. seorang gadis remaja mungkin mempunyai keinginan yang kuat untuk berhasil di sekolah; tetapi kalau dia takut keberhasilannya itu akan membuatnya tidak popular, keinginan tersebut bisa jadi tidak diwujudkan ke dalam nilai-nilai angka yang tinggi.

2. Faktor eksternal

(56)

Sudah barang tentu bukan lingkungan sekolah saja, tetapi juga lingkungan yang lain, seperti: lingkungan rumah tangga. Kualitas lingkungan keluarga: ada tidaknya pesawat TV, kamus, ensiklopedi, surat kabar, almari es dan sebagainya.

Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi, yaitu :

1. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, motivasi dan sebagainya

2. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri si anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, menurut

Mahmud (1990 : 87), yaitu :

a) Status sosial ekonomi orang tua

Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap prestasi akademik ialah status sosial ekonomi orang tua.

b) Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi dalam kemampuan intelektual dan motivasi.

(57)

c) Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi dalam kesempatan.

Bukan hanya perbedaan kemampuan dan motivasi saja yang menyebabkan berbeda-bedanya prestasi akademik di sekolah, tetapi juga faktor lingkungan.

2. Lingkungan Belajar Siswa

a. Pengertian Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar di rumah mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan belajar anak di rumah, yang pada akhirnya memengaruhi prestasi belajar anak disekolah. Lingkungan belajar menurut (Pidarta, 1995) adalah benda-benda disekitar tempat belajar itu yang teratur rapi dan sedap dipandang dan lengkap peralatannya. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat (Hutabarat, 1986) ”lingkungan belajar ialah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar”.

Sedang (Nasution, 1993), lingkungan belajar yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia dan representatifnya maupun berwujud hal-hal lain.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat belajar adalah segala sesuatu berupa benda-benda di sekitar tempat belajar, seperti ruang belajar, penerangan, kursi, meja, dan suhu.

(58)

baik seperti yang diharapkan. Prestasi belajar itu salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Menurut Dunn dan Dunn Mudhofir, (1999) kondisi belajar dapat memengaruhi konsentrasi, pencerapan, dan penerimaan informasi. Senada dengan hal di atas Rachman (1998/1999) menyatakan lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Sedang Nasution (1993) menyatakan baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa lingkungan belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Dengan demikian, lingkungan belajar yang perlu diperhatikan itu adalah ruangan belajar, cahaya, penerangan, ventilasi, suhu udara, perabotan belajar, kebisingan, kursi, meja, perabotan, musik, tanaman, gambar. Karena lingkungan belajar mempunyai dampak terhadap prestasi belajar, maka De Porter (2001) menyarankan ciptakan lingkungan belajar yang optimal.

b. Lingkungan Keluarga

(59)

Orang tua dalam mendidik anak seharusnya tidak memanjakan atau menekan dengan keras si anak, karena hal itu dapat menjadikan anak kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan.

2. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Karena dengan adanya dorongan dan pengertian dari orang tua maka si anak akan merasa terbantu dan termotivasi dalam menentukan masa depannya.

3. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukupkanlah sarana yang diperlukan anak sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

4. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi anak dalam bersikap. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk mewujudkan harapannya.

(60)

harapannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

c. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal pengetahuan dan berkebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang mulai dari saat lahir sampai mencapai usia tua. Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institute yang mendampingi anak dalam belajarnya dan menyalurkan pengalaman-pengalaman belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan yang diharapkan. Institute ini disebut sekolah (W.S. Winkel, 1987:2).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan adanya sarana dan prasarana lain yang dapat menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak dalam belajar.

B. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh positif lingkungan keluarga terhadap hubungan antara

motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

(61)

prestasi belajar. Seorang siswa yang bermotivasi tinggi umumnya prestasinya akan tinggi, sebaliknya jika seorang siswa mempunyai motivasi yang rendah maka prestasi belajarnya akan rendah pula.

Menurut Winkel (1987:93), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi menggapai tujuan tertentu. Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendalami materi pelajaran yang dipelajari sehingga prestasi yang dicapai juga maksimal.

Prestasi dapat diartikan hasil belajar dari suatu kegiatan. Winkel (1996:164) mengemukakan bahwa: “prestasi sebagai suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai”. Dari pengertian prestasi tersebut selanjutnya Winkel mengartikan prestasi belajar sebagai berikut : ”Prestasi belajar sebagai suatu bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam usaha memperoleh suatu perubahan, cara bersikap, bertingkah laku yang baru, bertindak cepat dan secara optimal setelah proses belajar mengajar berlangsung”.

Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu

semua individu dengan memotivsai diri untuk belajar maka hasilnya dapat

dicapai. Setiap individu menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh

sebab itu, setiap individu harus selalu termotivasi untuk belajar dengan

(62)

motivasi, siswa akan mempunyai keinginan untuk lebih rajin lagi dalam

belajar sehingga prestasi siswa akan lebih meningkat. Hal tersebut akan

diperkuat dengan lingkungan keluarga yang baik dan nyaman.

Tulus (2004:16), mengemukakan bahwa lingkungan keluarga juga

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Pengaruh pertama dan

utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah

keluarga. Banyak waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan

berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi tersebut sangat

besar pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang.

Legiawati (2002), menemukan adanya pengaruh positif motivasi

belajar terhadap prestasi belajar siswa. Karena tinggi rendahnya prestasi

dapat diprediksi dari tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki

siswa. Pernyataan serupa juga diungkapkan dalam penelitian Suryantono

(2004), menemukan adanya pengaruh positif dari lingkungan belajar

(keluarga) dan prestasi belajar. Hal ini disebabkan karena lingkungan

keluarga sebagai lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi

kegiatan belajar siswa. Lingkungan yang tenang, nyaman dan kondusif

dapat membuat siswa berkonsentrasi dengan baik untuk belajar, sehingga

dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Jadi dapat diduga bahwa bila

lingkungan keluarga mendukung akan mempererat hubungan motivasi

(63)

2. Pengaruh positif lingkungan sekolah terhadap hubungan antara

motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

Menurut M. Dalyono (1997:235), motivasi dapat menentukan baik

tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan

semakin besar kesuksesan dalam belajar. Prestasi belajar merupakan tolok

ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan

belajar selama waktu yang telah ditentukan. Siswa yang motivasinya besar

dan kuat akan dapat berprestasi tinggi dalam hasil belajarnya.

Sardiman (2005:73), menyatakan bahwa motif adalah daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata

motif tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau

mendesak.

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran

yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan guru (Tulus, 2004:75). Dengan adanya motivasi, siswa akan

mempunyai keinginan untuk lebih rajin lagi dalam belajar sehingga

prestasi siswa akan lebih meningkat. Hal tersebut akan diperkuat dengan

(64)

Menurut Yusuf (2001:54), sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya. Motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru dapat membuat siswa termotivasi dalam belajar. lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tulus, 2004: 81).

(65)

Dari uraian di atas, dapat diduga bahwa hubungan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa akan semakin erat bila didukung oleh lingkungan sekolah yang kondusif.

C. Model atau Paradigma Penelitian

Pengaruh motivasi dan prestasi di tinjau dari lingkungan belajar (keluarga dan sekolah) dapat di ilustrasikan paradigma atau model penelitian sebagai berikut :

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di atas penulis merumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

= Ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

= Ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

MOTIVASI PRESTASI

(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi dan prestasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem Kaliurang tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan di luar subyek penelitian. Jadi hasil penelitian ini hanya berlaku pada SMK Sanjaya Pakem Kaliurang, tidak bisa dibandingkan dengan tempat lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta, yang beralamat di Jl. Kaliurang KM 17 Yogyakarta. Alasan peneliti memilih SMK Sanjaya Pakem karena sewaktu peneliti melakukan PPL di sekolah tersebut, terjadi penurunan prestasi belajar siswa dan mempunyai latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda-beda.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2010

(67)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta. 2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah : a. Motivasi Belajar Siswa b. Prestasi Belajar Siswa. c. Lingkungan Keluarga d. Lingkungan Sekolah

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur yang memiliki karakteristik yang sama. (Arikunto, 2006 : 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Sanjaya Pakem Kaliurang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil yang diambil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006 : 131). Sampel penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin (Sumarno, 2003: 102):

2 1 Ne

N n

(68)

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

E = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir, misalnya 1%. Batas kesalahan yang ditolerir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, atau 10%.

3. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Asumsi dari metode purposive sampling adalah bahwa dengan pertimbangan yang cermat dan strategi yang tepat, peneliti dapat menentukan kasus-kasus untuk dimasukkan ke dalam anggota sampel. Dengan demikian, peneliti ingin mendapatkan sampel yang sesuai dengan sesuatu yang diharapkan. Teknik ini mengambil kasus-kasus yang dianggap mewakili populasinya (Soegeng, 2007:76).

Dalam teknik purposive sampling anggota populasi yang diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari populasi yang tidak dipilih. Sampel yang dipilih peneliti adalah seluruh siswa kelas XII, pertimbangannya siswa kelas XII sudah beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya dalam waktu yang cukup lama dan siswa kelas XII juga telah memiliki prestasi belajar dalam bentuk hasil rapot.

(69)

dalam penelitian ini, karena kelas X dianggap masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan belajar disekolah dan belum memiliki prestasi belajar di sekolah dalam bentuk rapot.

Dan kelas XI saat ini sedang melakukan kegiatan Praktek Industri (PI) diluar sekolah, sehingga peneliti tidak bisa mengambil sebagai sampel penelitian.

E. Definisi Operasional Variabel, Variabel Penelitian, dan Pengukuran

Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

a. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Winkel, (1987). Ketidaksamaan dalam motivasi intrinsik yang dipunyai ini, dapat dikurangi dengan memberikan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah :

1) Motivasi intrinsik

(70)

terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

b. Prestasi Belajar Siswa

Menurut W.S. Winkel (1986:48), prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan.

c. Lingkungan Keluarga

(71)

harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

d. Lingkungan Sekolah

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan adanya sarana dan prasarana lain yang dapat menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak dalam belajar.

2. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian

a. Variabel terikat/dependen

Variabel terikat/dependen merupakan variabel akibat atau variabel tak bebas atau variabel tergantung (Suharsimi Arikunto. 2002:97). Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.

Pengukuran Variabel terikat/dependen

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang diukur berdasarkan nilai raport kelas XI semester 2. Prestasi belajar siswa dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.

(72)
[image:72.595.85.512.195.632.2]

diberi skor sebagai berikut :

Tabel 3.1

Prestasi Belajar Siswa

Kategori Syarat Pengukuran

Tinggi Lebih dari Mean

Rendah Kurang/sama dengan Mean

Mean dicari dengan rumus sebagai berikut : (Hadi, 1998 : 41)

Mean =

Keterangan : ∑ f x= Total Skor

N = Jumlah Sampel

b. Variabel bebas/independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi (Suharsimi Arikunto, 2002:97). Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah Motivasi belajar siswa.

Pengukuran Variabel bebas/independen

Untuk variabel bebas motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan skala likert yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner bersumber dari :

a) Tinjauan pustaka

(73)
[image:73.595.84.510.213.631.2]

terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kuesioner

Variabel Motivasi Belajar Siswa

Variabel Indikator

No. Item

positif

No. Item

Negatif

1.Motivasi Belajar

a. Frekuensi belajar

b. Sikap saat menghadapi kegagalan c. Sikap saat menghadapi kesulitan

belajar

d.Keinginan dan keaktifan dalam kegiatan belajar-mengajar e. Keinginan untuk berprestasi

-4

5, 6, 7, 8, 11, 12

13

1 2 3

9, 10

-c. Variabel Moderator

(74)
[image:74.595.87.516.175.712.2]

Pengukuran Variabel Moderator

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kuesioner Variabel Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah

Variabel Indikator No. Item

Positif

No. Item Negatif

1.Lingkungan Keluarga

a. Dukungan dan dorongan orang tua b. Ketersediaan fasilitas yang

disediakan orang tua

c. Hubungan yang baik dengan anggota keluarga

d. Orang tua membuat aturan dalam hal belajar dan bermain.

e. Perhatian orang tua terhadap anak saat belajar dan mengerjakan PR di rumah.

f. Perhatian orang tua terhadap kegiatan anak saat dis

Gambar

Tabel 3.1Prestasi Belajar Siswa
Tabel 3.2Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kuesioner
Tabel 3.3
Tabel 3.4Skor Variabel Motivasi Belajar Siswa, Lingkungan Keluarga,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan transmisi synchronous, ada level lain dari synchronisasi yang perlu agar receiver dapat menentukan awal dan akhir dari suatu blok data.. Untuk itu, tiap blok dimulai

Selain itu dari pengamatan ini mahasiswa praktikan memperoleh gambaran mengenai seorang guru dalam proses belajar mengajar, yang meliputi cara memgelola kelas, membuka

Gl* ft$n), P'*dh r,q7 po Gds, (d ).. !r l

kegiatan pada jangka menengah. Pengukuran indikator hasil lebih utama. menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang

Perceraian didefenisikan sebagai suatu gejala/keadaan terputusnya ikatan hubungan perkawinan antara suami dan istri, dan mereka berhenti melakukan kewajiban peran

Guru dapat memancing siswa untuk menyebutkan beberapa peristiwa penting dalam keluarga yang mereka ketahui.. Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, dan bercerita

Penerapan Model CICR ( Cooperative Integrated Reading Composition) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas II. Universitas Pendidikan Indonesia

Kendalanya yaitu pada waktunya mbak, memang dari sekolah sudah difasilitasi cuman ya kurang waktu sekian itu. Tidak semua siswa dapat setoran hari itu mbak, jadi