• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

Dalam landasan teoritis akan dibahas lebih lanjut mengenai Sistem Kepegawaian dan Sistem Penggajian. Penjabaran teori yang melandasi penelitian ini dengan tambahan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.2. Pengertian Pemeriksaan

Board of Directors IIA (2009) memberikan definisi baru audit internal sebagai berikut :

Audit Internal adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menetapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan pengendalian dan pengelolaan organisasi.

Sebagai ilmu pengetahuan, definisi auditing sendiri telah dirumuskan oleh beberapa ahli diantaranya menurut Arens, et al (2008:4) yang diterjemahkan oleh Gina Gania, yaitu “auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

Sedangkan pengertian auditing menurut Ely dan Siti (2010 : 14) menyatakan bahwa : “auditing adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

Agoes (2004) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Arens (2003) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Boynton et.al (2002) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.3. Jenis Audit

Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amin Abadi Jusuf dalam buku jasa audit dan assurance (2011 : 16) yang telah diterjemahkan oleh Desi Fitriani, mengemukakan tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan , audit operasional, dan audit kepatuhan.

2.3.1. Audit Laporan Keuangan

Menurut William C. Boynton, Raymon N Johnson dan Walter G. Kell yang diterjemahkan oleh Budi S. I (2003 : 7) audit laporan keuangan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Menurut Yusuf (2001 : 6) menyatakan audit atas laporan keuangan adalah salah satu bentuk jasa astestasi yang dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini, auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi peryataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum.

Menurut Boynton dan Kell (2003)

Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit :

1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit

2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus 3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan

4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

Dalam PSA no. 02 (IAI, 2001 : 110.1) dinyatakan bahwa :

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia.

Menurut Mulyadi (2002) di dalam laporan keuangan dapat terjadi kemungkinan adanya “information risk”, resiko ini menunjukkan kemungkinan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan usaha tidak tepat. Resiko informasi tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan organisasi yang bersangkutan.

Menurut Mulyadi (2002) dalam bukunya :

Kondisi masyarakat yang kompleks menjadi penyebab terdapat kemungkinan pengambil keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan. Penyebab information risk tersebut adalah :

a. Jauhnya sumber informasi

Informasi yang diperoleh pengambil keputusan sulit didapatkan secara langsung dari partner usaha, biasanya diperoleh dari pihak lain, hal ini akan menimbulkan ketidaktepatan informasi. Keterbatasan akses terhadap data akuntansi bagi pemakai laporan keuangan meliputi kendala waktu, ketelitian dan tenaga. Pemakai laporan keuangan kemudian lebih mempercayakan kepada pihak auditor independen untuk memeriksa laporan keuangan.

b. Motif penyedia informasi

Adanya motif tertentu pihak penyedia informasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasinya. Penyebab dari hal ini adalah karena adanya kepercayaan yang sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena adanya unsur kesengajaan memberi kesan baik kepada pihak lain.

Hal tersebut menjadikan informasi tidak benar, ketidakteraturan ini dapat berupa mark-up angka, dan penjelasan tidak memadai.

c. Banyaknya data

Luasnya usaha organisasi membuat semakin kompleks dan banyaknya transaksi usaha. Jika setiap departemen yang ada dalam organisasi tersebut tidak memiliki prosedur yang tepat dalam menjalankan usahanya, kemungkinan kesalahan baik kecil maupun besar tidak dapat terdeteksi, sehingga menyebabkan menumpuknya kesalahan yang akan berefek pada ketidaktepatan pencatatan informasi dalam pembukuan. Hal ini akan membuat ketidakakuratan laporan keuangan.

d. Kompleksitas transaksi

Perkembangan perusahaan yang pesat membuat transaksi keuangan semakin kompleks, dan semakin sulit untuk dicatat dengan baik. Peraturan akuntansi yang bersinggungan dengan entitas lain membuat masalah menjadi penting dan sulit. Penyajian laporan keuangan yang semakin kompleks karena dunia bisnis yang selalu berkembang pesat mengakibatkan semakin tingginya resiko kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Masalah ini tentunya akan mempengaruhi pemakai laporan keuangan yang semakin sulit dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu audit laporan keuangan diperlukan untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang telah dibuat manajemen.

e. Perbedaan kepentingan

Manajemen akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja yang baik, dengan meningkatkan laba dengan mengubah perlakuan akuntansi. Para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingan lain yang berbeda dengan manajemen, dimana pemegang saham mengharapkan deviden besar, tapi kreditur lebih senang jika tidak ada pembagian deviden. Sehingga dibutuhkan kepastian laporan keuangan yang bebas dari konflik kepentingan. Laporan keuangan perlu di audit untuk menentukan kewajaran laporan keuangan. Audit laporan keuangan diperlukan unuk meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan.

2.3.2.Audit Operasional

Menurut William P. Leonard (2002) Audit operasional sebagai suatu pengujian yang menyeluruh dan konstruktif dari struktur organisasi suatu perusahaan, lembaga atau cabang dari pemerintah atau setiap komponen dari padanya, seperti suatu divisi atau departemen, dan rencana dan tujuannya, alat operasionalnya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik.

Menurut Tunggal, A. W. (2008), audit operasional merupakan audit atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai ekonomi, efisiensi, dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada keinginan manajemen.

Disamping itu dalam bukunya, Boynton, Johnson & Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, P. A, Gania, G, & Budi, I. S. (2003 : 498) menyatakan “audit operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.

Menurut Amir Abadi Yusuf (2006 : 4) dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu, menyatakan bahwa audit kepatuhan merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi dari suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.

Menurut Amin Wijaya Tunggal (2001), meskipun terdapat beberapa

perbedaan dari

1. Proses yang sistematis

Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional juga mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan terorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat, mendapatkan dana secara objektif serta menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.

2. Menilai operasi organisasi

Penilaian operasi organisasi didasarkan pada suatu kriteria yang ditetapkan atau yang disetujui. Dalam audit operasional, kriteria sering dinyatakan dalam standar kinerja (performance standards) yang ditetapkan oleh manajemen. Namun dalam beberapa hal, standar-standar ini mungkin juga ditetapkan oleh industri. Kriteria penilaian organisasi ini sering kali kurang jelas didefinisikan dibandingkan kriteria yang digunakan dalam audit laporan keuangan. Pemeriksaan operasional mengukur tingkat

korespondensi antara kinerja aktual dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

3. Efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi

organisasi yang diaudit untuk dapat memperbaiki efektivitas, efisiensi dan ekonomi operasi organisasinya. Ini berarti bahwa audit operasional memfokuskan pada masa yang akan datang dan hal ini berlawanan langsung dengan audit laporan keuangan yang mempunyai fokus historis.

4. Melaporkan kepada orang yang tepat

atau individual yang meminta diadakannya audit, kecuali kalau pelaksanaan audit tersebut diminta oleh pihak ketiga, dan pembagian laporan dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan. Dalam kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit

menerima salina

5. Rekomendasi atau perbaikan

Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak berakhir sampai dengan pelaporan hasil temuan audit, melainkan diperluas untuk dibuatkannya rekomendasi-rekomendasi yang

bertujuan untuk perbaika

Mulyadi (2002 : 32) menyatakan tujuan audit operasional adalah untuk :

1. Mengevaluasi kinerja

2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Karena luasnya ruang lingkup pelaksanaan evaluasi terhadap keefektifan operasional adalah tidak mungkin untuk menentukan ciri-ciri pelaksanaan audit operasional secara pasti.

Menurut Agoes (2004), tujuan dilakukannya audit operasional adalah sebagai berikut :

1. Untuk menilai kinerja manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.

2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak.

4. Memastikan ketaatan kebijakan manajerial yang telah ditetapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah. 5. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk

menentukan tindakan preventif yang akan diambil.

6. Untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada manajemen puncak untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi dari kegiatan operasional perusahaan.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya audit operasional menurut Tunggal (2000 : 14) adalah :

1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.

2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan pengendalian.

3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.

4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil.

5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan.

6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.

7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan.

Menurut Guy dkk, (2003 : 421) audit operasional biasanya dirancang untuk memenuhi satu atau lebih tujuan berikut :

1. Menilai Kinerja. Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi yang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatan organisasi dengan tujuan, seperti kebijakan, standar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan kriteria penilaian lain yang sesuai.

2. Mengidentifikasi Peluang Perbaikan. Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor dapat mengidentifikasi peluang perbaikan tertentu dengan

mewawancari individu (apakah dari dalam atau dari luar organisasi), mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar industri, menggunakan mertimbangan profesional berdasarkan pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai.

3. Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan Lebih Lanjut. Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama pelaksanaan audit operasional.

Audit operasional dikenal sebagai audit yang berkonsentrasi pada efektivitas dan efisiensi organisasi. Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatu organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan sumberdayanya dalam mencapai tujuannya.

Menurut Guy dkk, (2003 : 421-424) struktur umum dari audit operasional adalah proses lima tahap, yaitu :

1. Pengenalan

Sebelum memulai suatu audit operasional, auditor (atau konsultan) terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang di audit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor menelaah latar belakang informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian kegiatan atau fungsi yang sedang di audit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara keseluruhan.

2. Survei

Selama tahap survei dari audit operasional, yang lebih dikenal sebagai survei pendahuluan (preliminary survey), auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang di audit.

3. Pengembangan Program

Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan, berdasarkan tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas bidang-bidang yang dianggap "penting" dari hasil survei pendahuluan. Disamping itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personel yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam penugasan, serta menelaah kertas kerja audit.

4. Pelaksanaan Audit

Pelaksanaan audit merupakan tahap utama dari audit operasional. Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam

program audit untuk mengumpulkan bukti-bukti, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi. Selama melakukan pekerjaan lapangan, auditor harus menyelesaikan setiap langkah audit yang spesifik dan mencapai tujuan audit secara keseluruhan untuk mengukur efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi.

5. Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap yang penting bagi keberhasilan keseluruhan audit operasional yang dilakukan. Laporan audit operasional pada umumnya mengandung dua unsur utama, yaitu tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan, serta temuan-temuan khusus dan rekomendasi.

Masalah-masalah yang dapat diungkapkan melalui audit operasional antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kekurangan dalam perencanaan seperti kurang atau tidak adanya rencana standar, kebijakan dan prosedur yang baik dalam ruang lingkup fungsional maupun operasional kegiatan perusahaan

2. Lemahnya struktur organisasi dan pola penempatan personil 3. Kelemahan dalam pengelolaan bahan dan fasilitas

4. Sistem pengawasan manajemen tidak efektif 5. Prosedur administrasi intern yang buruk

Menurut Effendi, Antonius (2004) dalam bukunya peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektifitas Penjualan, tumbuhnya rasa tidak puas dan adanya tuntutan yang meningkat terhadap akuntabilitas manajemen dari perusahaan publik mengakibatkan perlunya mempertimbangkan kemungkinan audit kinerja sebagai sebuah mandatori

2.3.3.Audit Kepatuhan

Menurut Mulyadi (2002) Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu . Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda.

Menurut Abdul Halim (2003 : 5-7) Audit kepatuhan adalah pengevaluasian yang dilakukan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu telah sesuai dengan aturan, regulasi dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.

Menurut Amir Abadi Yusuf (2006 : 4) dalam bukunya “Auditing Pendekatan Terpadu”, menyatakan bahwa: audit kepatuhan Bertujuan mempertimbangkan apakah pengguna laporan telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah audit telah mengikuti kebijakan, prosedur dan peraturan yang telah ditentukan pihak otoritasnya lebih tinggi.

Manajemen bertanggung jawab untuk menjamin bahwa entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku atas aktivitasnya. Tanggung jawab ini mencakup pengidentifikasian peraturan yang berlaku dan penyusunan pengendalian intern yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan.

Hasil audit kepatuhan berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan. Hasil audit kepatuhan dilaporkan kepada pemberi tugas yaitu

pimpinan organisasi, karena pimpinan organisasi yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan.

2.4. Pemeriksaan Intern

Pengertian audit internal menurut Guy, Wayne dan Alan yang diterjemahkan oleh Paul A Rajoe dan Ichsan Setia Budi (2003 : 408) dalam bukunya Auditing 2, adalah sebagai berikut : “Suatu fungsi penilai independen yang dibentuk dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatannya sebagai jasa bagi organisasi.”

Pengertian lain mengenai audit internal menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Internal Auditing (2005 : 3) adalah sebagai berikut : “Audit internal adalah pekerjaan penilaian yang bebas (independen) didalam suatu organisasi meninjau kegiatan-kegiatan perusahaan guna memenuhi kebutuhan pimpinan.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah suatu kegiatan independen dalam suatu organisasi yang memberikan jasa untuk memeriksa, mengevaluasi dan memberikan nilai tambah bagi kegiatan operasi perusahaan Audit internal merupakan bagian dari fungsi pengawasan pengendalian internal yang menguji keefektifan pengendalian lain.

IAI (2001: 319.2) mendefinisikan :

“Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan, yaitu:

1. keandalan pelaporan keuangan, 2. efektivitas dan efesiensi operasi, dan

Pengertian rekomendasi auditor menurut Sawyer dalam bukunya Internal Auditing, yang diterjemahkan oleh Desi Andhariani (2000 : 11) yaitu : “Rekomendasi auditor merupakan pendapat auditor yang dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu dan harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian auditor mengenai pokok persoalannya dalam arti apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.”

Hiro Tugiman dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal (2001 : 45), menyatakan bahwa “Rekomendasi adalah sasaran yang menganjurkan, membenarkan, dan menguatkan”.

Dari dua pengertian ditas dapat disimpulkan bahwa rekomendasi merupakan pendapat auditor berupa sasaran yang menganjurkan mengenai suatu situasi tertentu. Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi yang memerlukan perbaikan. Rekomendasi harus disusun secara logis namun tidak berarti bahwa rekomendasi tersebut hanya berhubungan dengan masalah-masalah diidentifikasikan dalam temuan-temuan pengauditan. Biasanya rekomendasi juga harus dihubungkan dengan pribadi dari prilaku-prilaku masing-masing. Rekomendasi tertentu harus ditujukan untuk temuan-temuan tertentu sehingga ada mata rantai hubungan antara temuan dan rekomendasi.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

Definisi efektivitas menurut R. A. Supriyono dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen (2000 : 33), Efektivitas adalah hubungan antara

keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang dicapai semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tertentu maka dapat dikatakan semakin efektif unit tersebut.

Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya.

Menurut Sukrisno Agoes (2004 : 222) :

Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut :

1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan

prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan

dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.

6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

Menurut Hudri Chandry (2009 : 10), wewenang dan tanggung jawab auditor intern dalam suatu organisasi juga harus ditetapkan secara jelas oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus memberikan keleluasan auditor intern untuk melakukan audit terhadap catatan-catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang sedang berjalan dan para pegawai badan usaha.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan secara lebih terperinci mengenai tanggungjawab auditor internal dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2001 : 322.1), yaitu :

Auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan, rekomendasi dan informasi kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara wewenamg dan tanggungjawabnya tersebut. Auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.

Menurut Hiro Tugiman (2006 : 68) audit intern harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:

1. Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern. 2. Pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan

dan rekomendasi.

3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat waktu.

4. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil dari pelaksanaan pemeriksaan.

5. Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.

6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan

Dokumen terkait