• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN, KOMISI

2.3 Tinjauan Umum Tentang “Lelang Jabatan”

2.3.1 Peristilahan dan Perkembangan Istilah “Lelang Jabatan”

Penting bagi penulis untuk terlebih dahulu memberikan penjelasan yang gamblang terhadap istilah “lelang jabatan” dalam tinjauan umum ini sekadar untuk menghindari kesalahan persepsi di kemudian hari. Peristilahan dalam dunia hukum merupakan suatu hal yang harus benar-benar diperhatikan, terlebih ketika kita membahasakan ke dalam konteks peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya istilah “lelang jabatan” bukan merupakan bahasa hukum. Istilah “lelang jabatan” tidak akan kita temukan secara eksplisit (letterlijk) dalam peraturan undangan yang berlaku khususnya peraturan perundang-undangan di bidang hukum kepegawaian. Istilah lelang jabatan semakin populer di

kalangan masyarakat, terutama sejak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo

mewacanakan lelang jabatan camat dan lurah di wilayahnya.7 Kalau kita mencoba

untuk mencarikan padananya dalam perspektif administrasi publik maka istilah “lelang jabatan” yang dipopulerkan oleh Joko Widodo pada saat menjabat sebagai

Gubernur DKI Jakarta, memiliki pengertian yang sama dengan open recruitment

atau open bidding. Baik open recruitment maupun open bidding atau ada yang

menyebut dengan lelang jabatan sebenarnya bukan hal baru dalam perspekif

administrasi publik. Dalam konsep New Public Management (NPM), metode ini

sudah dikenalkan dan dipraktekkan di negara-negara barat, seperti Singapura dan New Zealand, namun dengan penyebutan istilah dan nama yang berbeda-beda di

masing-masing negara.8

Seperti yang telah disebutkan di muka bahwa istilah “lelang jabatan”

bukanlah bahasa hukum. “Lelang jabatan” merupakan sebuah cara atau

mekanisme yang digunakan dalam melakukan pengangkatan dan penempatan PNS dalam jabatan struktural atau jabatan yang lebih tinggi melalui seleksi yang sifatnya terbuka. Penempatan PNS tidak selalu berarti penempatan pegawai baru tetapi bisa pula berarti sebagai promosi, mutasi, dan demosi. Promosi adalah

7

Samiaji, 2014, Open Recruitment Pengisian Jabatan Struktural : Pengalaman Dki Jakarta

Dan Kota Samarinda, h. 51, URL : http://inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424446500_Bunga-Rampai_6.samiaji.4.pdf, diakses tanggal 5 November 2015.

8

penempatan pegawai pada jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan

tanggung jawab yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih tinggi pula.9

Dalam konteks hukum kepegawaian yang di dalamnya mencakup manajemen kepegawaian sebagaimana diatur dalam UU Kepegawaian yang telah dicabut maupun Manajemen ASN sebagaimana diatur dalam UU ASN maka istilah “lelang jabatan” ini sebenarnya memiliki pengertian yang sama dengan

promosi jabatan yaitu promosi jabatan secara terbuka. Jadi istilah “lelang jabatan”

dalam konteks hukum sebenarnya lebih tepat disebut dengan istilah promosi jabatan secara terbuka. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, promosi jabatan secara terbuka ini mengalami serangkaian perubahan istilah namun tetap memiliki pengertian yang sama. Sejauh pengamatan penulis setidaknya terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut promosi jabatan secara terbuka yang tersebar ke dalam beberapa instrumen hukum dan peraturan perundang-undangan.

Promosi jabatan secara terbuka dalam PP No. 13 Tahun 2002 digunakan istilah Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural, pada Kementrian Keuangan pernah juga melakukan promosi jabatan secara terbuka yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.01/2008 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural melalui Pencalonan Terbuka di Lingkungan Departemen Keuangan. Adapun di Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) serta Lembaga

9

Administrasi Negara (LAN) juga pernah melakukan promosi terbuka, terutama untuk Eselon I. Promosi jabatan dilakukan pula untuk memilih kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan kepala LAN. Bupati Jembrana Prof. I Gede Winasa dan Walikota Samarinda Syaharie Ja’ang menerapkan promosi jabatan eselon II, III dan IV secara terbuka. Kemudian dalam S.E. KEMENPAN-RB No. 16 Tahun 2012 menggunakan istilah pengisian jabatan struktural yang lowong secara terbuka. Namun perkembangan yang paling menarik tatkala Gubernur DKI Joko Widodo menggunakan istilah “Lelang Jabatan” terhadap seleksi terbuka bagi Camat dan Lurah. Istilah “lelang jabatan” ini kemudian menjadi sangat terkenal di

kalangan masyarakat dan menjadi istilah bagi the man in the street tatkala

menyebut promosi jabatan secara terbuka. Perkembangan terakhir setelah pemerintah melakukan perubahan besar dalam bidang hukum kepegawaian dengan mengesahkan UU ASN maka muncul istilah baru untuk menyebut promosi secara terbuka khusus untuk Jabatan Pimpinan Tinggi (selanjutnya disebut JPT) yang dalam BAB IX UU ASN menggunakan judul Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi. Pasal 108 ayat (1) UU ASN menyatakan bahwa,

“Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Berdasarkan uraian singkat mengenai peristilahan dari “lelang jabatan” atau promosi jabatan secara terbuka yang telah diuraikan dimuka, terlepas dari

perkembanganya, fenomena “lelang jabatan” di DKI menginspirasi penulis untuk menggunakan istilah “lelang jabatan” dalam judul tulisan ini. Mengingat istilah “lelang jabatan” sudah begitu dikenal luas di kalangan masyarakat (the man in the street) sehingga dalam tulisan ini untuk menyebut istilah open recruitment maupun open bidding, promosi jabatan secara terbuka, pengangkatan PNS dalam jabatan

struktural, dan pengisian JPT secara terbuka akan digunakan istilah “lelang

jabatan” dengan menempatkan pada konteksnya. 2.3.2 Konsep dan Kebijakan “Lelang Jabatan”

Konsep “lelang jabatan” atau open recruitment maupun open bidding

sebelumnya sudah sempat disinggung secara singkat. Pada uraian sebelumnya

telah dijelaskan bahwa “lelang jabatan” sebenarnya bukan hal baru dalam

perspektif administrasi publik. Dalam konsep New Public Management (NPM),

metode ini sudah dikenalkan dan dipraktekkan di negara-negara Barat, seperti

Singapura dan New Zealand. Kita sering mendengar istilah fit and proper test

dalam hal pengangkatan seseorang kedalam jabatan-jabatan yang tergolong level pimpinan. Demikian halnya dengan konsep “lelang jabatan” ini sebenarnya tidak

jauh berbeda dengan fit and proper tersebut.

Tujuannya adalah untuk memilih aparatur yang memiliki kapasitas, kompetensi dan integritas yang memadai untuk mengisi posisi/jabatan tertentu

sehingga dapat menjalankan tugas yang lebih efektif dan efisien.10 “Lelang

Jabatan” merupakan salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi, kolusi dan

10

nepotisme (KKN) karena rekrutmen jabatan dilakukan secara transparan, menggunakan indikator tertentu dan dilakukan oleh pihak yang netral dan

kompeten melakukan seleksi. Tujuan lain dari “lelang jabatan” ini adalah untuk

mengikis image negatif PNS yang selama ini melekat di masyarakat, yaitu PNS

malas dan berkinerja rendah yang diakibatkan budaya birokrasi yang masih primordial dan cenderung feodal, budaya dilayani bukan melayani sehingga

membuat PNS berorientasi kekuasaan.11

Euphoria reformasi yang telah membawa perubahan besar dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dimana salah satunya kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, hal ini secara tidak langsung akan membuat PNS yang ada di daerah menjadi terkotak-kotak. Kepala Daerah terpilih akan cenderung memilih dan menempatkan orang-orang yang menjadi tim pemenanganya untuk duduk dalam jabatan-jabatan struktural di birokrasi pemerintah daerah.

Namun ketika persyaratan untuk menduduki jabatan ditentukan dengan jelas prosesnya, terbuka, melalui proses kompetisi terbuka tentunya dapat menghindarkan dari praktek politisasi birokrasi dan apabila ini dapat lakukan dengan sungguh-sungguh, maka insentif bagi PNS untuk terlibat dalam politik

praktis dalam rangka memenangkan calon kepala daerah bisa kita hindarkan.12

11

Ibid., h. 54.

12

Disamping itu apabila pola “lelang jabatan” dilakukan dengan benar, maka akan

dapat mendorong mobilitas PNS antar tingkat pemerintahan dan antar sektor.13

Berkaitan dengan kebijakan “lelang jabatan” ini di Indonesia mulai diterapkan dengan dikeluarkanya S.E. KEMENPAN-RB No. 16 Tahun 2012 yang dalam

salah satu bagianya menyatakan bahwa sesuai Grand Design Reformasi Birokrasi

yang dipertajam dengan rencana aksi Program Percepatan Reformasi Birokrasi salah satu diantaranya adalah Program Sistem Promosi PNS secara terbuka. Sehubungan dengan ketentuan sebagaimana tersebut di atas, guna lebih menjamin para pejabat struktural memenuhi kompetensi jabatan yang diperlukan oleh jabatan tersebut, perlu diadakan promosi PNS atau pengisian jabatan berdasarkan sistem merit dan terbuka, dengan mempertimbangkan kesinambungan karier PNS yang bersangkutan. Perkembangan terakhir setelah disahkanya UU ASN maka kebijakan “lelang jabatan” ini telah diadopsi pula dalam UU ASN ini khususnya dalam mekanisme pengisian JPT sebagaimana diatur dalam BAB IX UU ASN mulai dari Pasal 108 sampai dengan Pasal 115.

2.4 Tinjauan Umum Tentang Sistem Merit

Dokumen terkait