• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERAN PENELITIAN KEMASYARAKATAN DAN

A. Tinjauan Umum Pembimbing Kemasyarakatan

Balai Pemasyarakatan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kehakiman pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan merupakan ujung tombak dari pada proses tata peradilan, dimana dalam melakukan tugas di bidang Pemasyarakatan dengan sistem Pemasyarakatan khususnya pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan pelaksana kegiatan teknis sehari-harinya dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Penelitian dilakukan di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 01-PR.07.03 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02.PR.07.03 Tahun 1987 tentang Organisasi dan Tata Tertib BISPA maka Balai Bispa yang ada di seluruh Indonesia resmi berganti nama menjadi Balai Pemasyarakatan/BAPAS.

BAPAS Klas I Medan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara. Wilayah Kerja BAPAS Klas I Medan yang meliputi seluruh wilayah Propinsi Sumatera Utara tidak dapat terjangkau seluruhnya oleh petugas BAPAS Klas I Medan, maka berdasarkan Surat Dirjen Pemasyarakatan Nomor E.PK.04.10-23 tanggal 9 Maret 1998, maka dapat di angkat Pembimbing Kemasyarakatan yang berasal dari LAPAS/Rumah Tahanan/Cabang Rumah Tahanan pada daerah yang tidak dapat di jangkau yang berfungsi melaksanakan tugas BAPAS dalam wilayah hukum LAPAS/Rumah Tahanan/Cabang Rumah Tahanan. Dengan adanya pengangkatan pembimbing kemasyarakatan di daerah ini maka wilayah kerja BAPAS Klas I Medan yang melakukan

bimbingan langsung meliputi Kota Medan sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) orang, Kota Binjai sebanyak 7 (tujuh) orang, Kab. Langkat sebanyak 10 (sepuluh) orang, Kab. Deli Serdang sebanyak 16 (enam belas) orang50.

Namun pembimbing kemasyarakatan di daerah tetap melaporkan segala kegiatannya pada BAPAS Klas I Medan. BAPAS Klas I Medan memiliki 2 (dua) seksi yang melakukan bimbingan, yakni seksi bimbingan dewasa dan seksi bimbingan klien anak. Secara umum operasional pelaksanaan bimbingan BAPAS ini dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan. Petugas BAPAS Klas I Medan seluruhnya berjumlah 52 (lima puluh dua) orang di antaranya pembimbing kemasyarakatan anak berjumlah 25 (dua puluh lima) orang dan pembimbing kemasyarakatan dewasa sebanyak 15 (lima belas) orang. Pembimbing kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan HAM. Tidak semua petugas BAPAS adalah pembimbing kemasyarakatan karena untuk menjadi pembimbing kemasyarakatan harus dipenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yakni telah mengikuti kursus dalam bidang pemasyarakatan.

Tabel 2: Latar Belakang Pendidikan Pegawai BAPAS Klas I Medan Tahun 2009

Pendidikan Pria Wanita Jumlah

Sarjana Sarjana Muda SPSA/SMPS SMA SMP SD Total: 7 2 9 8 1 - 27 6 1 8 10 - - 25 13 3 17 18 1 - 52

Sumber: Urusan Kepegawaian BAPAS Klas I Medan Bulan Maret Tahun 2009

50

Tabel 3: Keadaan Pegawai BAPAS Klas I Medan Tahun 2009 Berdasarkan Golongan No Golongan Jumlah 1. 2. 3. Total: IV III II 1 39 12 52

Sumber: Urusan Kepegawaian BAPAS Klas I Medan Bulan Maret Tahun 2009

Tabel 4: Keadaan Pegawai BAPAS Klas I Medan Tahun 2009 Berdasarkan Kepangkatan No Kepangkatan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pembina Penata TK. I Penata Penata Muda TK. I Penata Muda Pengatur TK. I Pengatur Pengatur Muda TK. I Pengatur Muda 1 3 9 17 11 5 2 3 1

Sumber: Urusan Kepegawaian BAPAS Klas I Medan Bulan Maret Tahun 2009

Pembimbing Kemasyarakatan adalah petugas teknis pada Balai Pemasyarakatan yang melakukan pembuatan penelitian kemasyarakatan dan pembinaan terhadap Klien Pemasyarakatan. Adapun syarat untuk menjadi Pembimbing Kemasyarakatan adalah minimum lulusan Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS). Sekolah tersebut dulu disebut Sekolah Pekerjaan Sosial Tingkat Atas (SPSA), dengan jurusan pelayanan sosial. Setelah diterima melalui ujian masuk harus mengikuti kursus selama 6 (enam) bulan khusus tentang tugas pembinaan luar Lembaga Pemasyarakatan.

Pembimbing Kemasyarakatan selain fungsinya sebagai pembimbing juga membuat laporan penelitian kemasyarakatan terhadap klien yaitu orang-orang yang tersangka melakukan pelanggaran hukum, ataupun mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana oleh hakim. Putusan hakim yang diberikan kepada pelanggar hukum tersebut bisa merupakan pidana penjara yang harus dijalani di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau pidana dengan bersyarat (voorwaardelijke veroordelling). Pidana dengan bersyarat tersebut dijalankan tetap di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.

Pembimbing Kemasyarakatan atas permintaan atau pemberitahuan Kejaksaan dan atau Pengadilan. Telah diketahui bahwa yang dihadapi Pembimbing Kemasyarakatan adalah manusia yang setiap saat selalu berubah dan tidak statis sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian praktis seorang Pembimbing Kemasyarakatan harus mempunyai kecakapan berkomunikasi dan menyesuaikan diri sesuai dengan fungsinya sebagai Pembimbing Kemasyarakatan yang selalu berada di tengah-tengah masyarakat.51

Sebagai garis besar tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Penyajian Laporan Penelitian Kemasyarakatan

Penyajian laporan penelitian kemasyarakatan berdasarkan surat permintaan atau pemberitahuan pembuatan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pengadilan Negeri, Lembaga Pemasyarakatan, BAPAS sendiri dan instansi lain yang oleh petugas pendaftaran dicatat dalam buku daftar sebagai berikut:

51

Lihat Penjelasan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Tuna Warga Departemen Kehakiman No.DPP.2.1/1/3 tentang tugas-tugas Balai Pemasyarakatan Klas I Medan

a) Buku A1: untuk sidang Pengadilan Negeri bagi klien dewasa.

b) Buku B1: untuk bahan program bimbingan narapidana dewasa dan anak dalam Lembaga Pemasyarakatan.

c) Buku A2: untuk sidang Pengadilan Negeri bagi klien anak.

d) Buku B2: untuk bahan program bimbingan anak negara di Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara.

e) Buku C1: untuk bahan program bimbingan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan yang bersangkutan terhadap klien dewasa.

f) Buku C2: untuk bahan program bimbingan klien Pemasyarakatan anak di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan yang bersangkutan.

g) Buku D: untuk program pelayanan klien di instansi lain misalnya Departemen Tenaga Kerja.

Setelah semua surat-surat permintaan laporan penelitian kemasyarakatan di daftar, maka Pembimbing Kemasyarakatan melaksanakan tugas tersebut dengan menempuh usaha-usaha sebagai berikut :

a) Pengumpulan data dengan cara memanggil atau mengunjungi rumah dan tempat- tempat lain yang berhubungan permasalahan klien.

b) Untuk memperoleh data tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan menggunakan teknik-teknik: pengamatan, wawancara, psikotes, mempelajari dokumen- dokumen yang berhubungan dengan permasalahan klien dan teknik-teknik lainnya.

c) Setelah memperoleh data yang lengkap, Pembimbing Kemasyarakatan menganalisa dan menyimpulkan serta memberikan pertimbangan atau saran sehubungan dengan permasalahannya yang selanjutnya dituangkan dalam laporan penelitian kemasyarakatan.

b. Keikutsertaan Dalam Persidangan

Dengan adanya surat pemberitahuan dari Pengadilan Negeri atau Kejaksaan, Pembimbing Kemasyarakatan diperintah oleh Kepala Balai Pemasyarakatan untuk mengikuti sidang di Pengadilan Negeri, dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, pada Pasal 55 disebutkan bahwa “dalam perkara anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2, Penuntut Umum, Penasihat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan, Orang Tua, Wali atau orang tua asuh dan saksi wajib hadir dalam sidang anak. Dalam sidang tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan harus dapat mempertanggungjawabkan dan memberikan penjelasan tentang isi laporan penelitian kemasyarakatan yang disajikan kepada hakim.

Pembimbing Kemasyarakatan disamping mengikuti sidang di Pengadilan Negeri juga mengikuti sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lembaga Pemasyarakatan dan di BAPAS untuk menentukan rencana pembinaan terhadap klien baik di Lembaga Pemasyarakatan maupun di Balai Pemasyarakatan sendiri.

c. Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pekerja Sosial

Pembimbing Kemasyarakatan adalah seseorang yang memiliki ijazah (lulusan) minimal SMPS/SPSA atau sejenisnya ditambah pendidikan/kursus di bidang teknis pembinaan luar Lembaga Pemasyarakatan Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan selama 6 (enam) bulan. Dalam tugas sehari-harinya dikaitkan dengan hakekat manusia sebagai makhluk sosial maka dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai perasaan, kemauan dan kebutuhan yang saling berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Dimana manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya guna pemenuhan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Adapun akibat dari perkembangan yang begitu pesat, maka kebutuhan manusiapun semakin meningkat sedangkan sumber yang ada terbatas. Hal ini mengakibatkan manusia atau masyarakat berupaya menghalalkan berbagai macam cara untuk pemenuhan kebutuhannya tersebut, yaitu tidak mau mengindahkan lagi nilai dan norma serta peraturan yang sudah disepakati. Hal inilah yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan pelanggaran hukum akibat kurang mampunya orang meyesuaikan dirinya dan fungsi sosialnya dalam masyarakat secara wajar sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju serta kompleks. Untuk pemecahan masalah akibat disfungsi sosial ini memerlukan seorang Pembimbing Kemasyarakatan yang memahami masalah sosial dan kemanusiaan secara mendalam dan professional, dengan cara mengadakan pendekatan dan penelitian.

Dalam penyelesaian masalah-masalah, pembimbing kemasyarakatan berperan sebagai pekerja sosial yang menggunakan pendekatan, metode dan teknik-teknik pekerja sosial yang mempunyai sifat-sifat dan prinsip sebagai berikut:

a) Keyakinan akan martabat dan harga diri setiap individu.

b) Keyakinan diri sebagai pekerja sosial bahwa kliennya berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, sedang pekerja sosial harus berperan membantu mencari pemecahan masalah yang dihadapi.

c) Keyakinan akan adanya persamaan kesempatan bagi tiap individu (klien), hal ini hanya dibatasi oleh kemampuan diri klien tersebut yang dibawanya sejak lahir dan faktor situasi dan kondisi yang ada di sekelilingnya.

d) Keyakinan bahwa hak manusia untuk dihormati martabatnya, menentukan nasibnya sendiri dan persamaan kesempatan mempunyai kaitan yang erat dengan tanggungjawab klien sebagai warga negara yang mentaati hukum (law abiding

citizenship).

Dalam mengadakan penelitian kemasyarakatan seorang Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai prinsip yaitu:

a) Prinsip untuk menerima dan menghormati kliennya sebagai manusia di dalam keterlibatannya dengan masalah dan kondisi dewasa ini.

b) Prinsip untuk menjalin hubungan yang baik dengan klien dalam rangka usaha pembinaan.

c) Prinsip pemahaman bahwa individu itu mempunyai struktur kepribadian yang berbeda.

d) Prinsip keikutsertaan klien dalam menanggulangi masalah yang dideritanya. e) Prinsip merahasiakan segala sesuatu yang menyangkut prikehidupan klien dan

f) Prinsip kesadaran diri pembimbing kemasyarakatan itu adalah petugas yang dipercaya untuk menyelesaikan masalah kliennya.

Jadi hendaknya seorang Pembimbing Kemasyarakatan terlibat secara profesional, bukan secara emosional. Dari uraian di atas jelaslah bahwa Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugasnya berhadapan langsung dengan masyarakat yang bermasalah sosial atau pelanggar hukum yang harus ditangani dengan menggunakan teori pendekatan dan metode ilmu pekerjaan sosial secara professional. Begitu pula yang dikatakan oleh Made P. Swande menyatakan bahwa:

Pekerjaan sosial (sosial work) ialah suatu pelayanan yang sifatnya professional, dilandasi oleh pengetahuan serta keterampilan dalam hubungan kemanusiaan, guna menolong individu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang memerlukan pertolongan bagi pencapaian kebahagiaan dalam hidupnya.52

d. Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pelaksana Penelitian Kemasyarakatan

Jauh sebelum umat manusia bersosialisasi, telah menunjukkan adanya tanda- tanda pengelompokkan untuk hidup bersama-sama. Ini berarti manusia sejak dulu kala mempunyai hasrat bermasyarakat atau keinginan untuk hidup berkumpul satu sama lainnya. Sangatlah langka jika ada manusia yang ingin hidup seorang diri tanpa seorangpun dilakukannya. Kalaupun ada itu keanehan-keanehan yang terdapat di dunia. Kalaupun ada itu keanehan-keanehan yang terdapat di dunia. Hal ini dikemukakan oleh Aristoteles seorang ahli filsafat bangsa Yunani bahwa:

52

Made P. Swande, Diktat Pekerjaan Sosial, Kutipan dari Buku II B Repelita Tahun Kedua 1974/11975, hlm 11

Manusia itu “zoon politicon” yaitu manusia sebagai mahluk yang pada dasarnya selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya (makhluk bermasyarakat).53

Untuk mewujudkan ketertiban, ketentraman dan keadilan masyarakat menciptakan peraturan ataupun hukum. Maksud diciptakannya peraturan atau hukum agar kelompok masyarakat dalam bertingkah laku sesuai dengan hukum yang telah disepakati bersama. Jika seseorang dalam kelompok masyarakat melanggar hukum yang telah disepakati maka konsekuensinya harus diberikan ganjaran hukuman. Padahal sebenarnya warga masyarakat yang melanggar hukum itu sendiri terhadap warganya yang tertinggal dalam mengikuti derap kehidupan yang semakin kompleks dan ini adalah tanggungjawab masyarakat. Seperti yang dikatakan R.P. Bahruddin Surjobroto bahwa:

Terpidana harus dipandang sebagai seorang yang melakukan pelanggaran hukum, tidak karena ia ingin melanggar hukum, melainkan karena ia tertinggal dalam mengikuti derap kehidupan masyarakat yang semakin lama semakin kompleks.54

Manusia hidup bermasyarakat, berinteraksi satu dengan lainnya, teranglah bahwa individu melakukan pelanggaran hukum akibat dari kesenjangan hidup masyarakat itu sendiri. Maka seharusnya untuk mengetahui sebab musabab seseorang itu melakukan pelanggaran hukum baik dewasa maupun anak-anak dibuatkan suatu laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan proses peradilan mulai dari

53

J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, Pengantar Hukum Indonesia (PHI), (Jakarta : Gunung Agung, 1982), hlm. 1

54

pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan serta Balai Pemasyarakatan sendiri untuk pembinaan selanjutnya. Orang atau anak-anak dalam bertingkah laku sesuai dengan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dari keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bapak pendidikan di Indonesia Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa:

Jika anak-anak sehari-harinya mendapat pengaruh kesucian, besarlah kemungkinan ia akan dapat menjadi orang yang bertabiat suci pula, sebaliknya jika ia dalam rumah terus-menerus melihat serta mengalami kerusakan dan kemaksiatan, tentulah sekali ia akan jatuh ke jurang kejahatan juga.

Pelanggaran hukum oleh klien yang diakibatkan karena ketinggalannya dalam mengikuti derap kehidupan yang semakin kompleks dalam masyarakat, maka petugas pembimbing kemasyarakatan melakukan penelitian kemasyarakatan bukan saja hanya mengadakan wawancara terhadap klien tetapi juga terhadap masyarakat lingkungannya maupun keluarganya sendiri agar memperoleh data dan fakta-fakta selengkap mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Jenis-jenis laporan penelitian kemasyarakatan adalah:

a) Model L1: laporan Litmas untuk sidang Pengadilan Negeri terhadap klien dewasa dan anak.

b) Model L2: laporan Litmas untuk bimbingan Balai Bispa lain untuk klien dewasa dan anak.

c) Model L3: laporan Litmas untuk bimbingan dalam Lembaga Pemasyarakatan untuk klien anak dan dewasa.

e) Model L5: laporan Litmas untuk orangtua atau wali dari anak asuh. f) Model L6: laporan Litmas untuk keluarga asuh.

g) Model L7: laporan Litmas untuk calon pengasuh oleh Balai Bispa. h) Model L8: laporan Litmas untuk instansi lain.

e. Sikap dan Pribadi Pembimbing Kemasyarakatan

Pembimbing Kemasyarakatan yang identik dengan pekerja sosial, dalam melaksanakan tugas menghadapi manusia dan permasalahannya, harus bersikap dan berperilaku tidak menyinggung perasaan orang lain, cakap dalam mengadakan relationship, berkomunikasi dan dapat menerima individu apa adanya.

Untuk mengadakan penelitian kemasyarakatan, Pembimbing Kemasyarakatan perlu menjaga dan memelihara hubungan baik dengan klien. Dengan terjadinya hubungan yang baik antara Pembimbing Kemasyarakatan dengan klien maka diharapkan klien dapat mengemukakan masalah dengan terus terang tanpa curiga terhadap Pembimbing Kemasyarakatan. Pembimbing Kemasyarakatan pun harus dapat memahami dan menjungjung tinggi harkat dan martabat klien sebagai manusia.

Muhammad Isom Sumhudi dalam bukunya mengatakan bahwa:

...client harus diterima oleh seorang pekerja sosial atau case worker dengan semestinya, artinya ia sebagai case worker tidak boleh memandang ringan atau remeh kepada klien.55

Dalam mengadakan wawancara, Pembimbing Kemasyarakatan harus ingat bahwa yang dihadapi itu adalah seorang manusia yang harus dihormati sebab

55

Muhammad Isom Sumhudi, Social Case Work, Cetakan VII, (Jakarta : Universitas Muhammadiyah, 1990), hlm.10.

mempunyai sifat-sifat yang khas. Yang demikian itu akan membawa hubungan antara keduanya menjadi hubungan yang berpengaruh, dan Pembimbing Kemasyarakatan tidak boleh memojokkan atau memberi suatu putusan, artinya Pembimbing Kemasyarakatan haruslah non judgemental mengenai yang baik atau buruknya tindakan maupun kejadian yang dialami oleh klien.

Pembimbing Kemasyarakatan perlu menunjukkan kesungguhan dalam mendengarkan segala apa yang diutarakan oleh klien. Disamping itu Pembimbing Kemasyarakatan harus mengadakan hubungan yang baik dan sifatnya disengaja, maksudnya jika Pembimbing Kemasyarakatan akan mengadakan wawancara dengan klien, keluarga klien dan masyarakat di lingkungan guna pembuatan laporan Litmas tersebut, harus terlebih dahulu membuat suatu perjanjian agar diketahui bahwa pertemuan yang dilaksanakan adalah pertemuan yang disengaja dan telah ditentukan mengenai waktu dan tempat bertemu. Dengan harapan semua informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan penelitian kemasyarakatan terungkapkan.

Walaupun diketahui bahwa sebenarnya Pembimbing Kemasyarakatan adalah orang yang asing bagi klien tetapi Pembimbing Kemasyarakatan harus dapat menciptakan hubungan yang “mesra” dengan klien. Dengan adanya hubungan yang mesra ini diharapkan klien merasa tenang dan ia dapat menceritakan segala penderitaan bahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Isom Sumhudi bahwa:

“ Hubungan antara case worker dengan client-pun hendaknya diwajarkan seakan-akan keduanya dalam keadaan seperti yang dialami oleh si client dengan masalah penderitaannya.56

Dokumen terkait